BAB I
PENDAHULUAN
a. Pendahuluan.
b. Latar belakang.
c. Penentuan sasaran yang legal.
d. Perlakuan terhadap korban perang.
e. Tanda-tanda perlindungan.
f. Tugas dan tanggung jawab prajurit.
g. Evaluasi.
h. Penutup.
254
4. Pengertian-pengertian.
5. Referensi.
BAB II
LATAR BELAKANG
Pada tahun 1864 pemerintah Swiss, atas desakan organisasi Palang Merah,
mengadakan konferensi pertama tentang Hukum Humaniter Internasional. Konferensi
ini menghasilkan Konvensi Jenewa I mengenai Perbaikan Kondisi Prajurit yang
Terluka di Medan Pertempuran Darat dan ditandatangani oleh 16 negara.
Pengembangan Hukum Humaniter Internasional disempurnakan dalam konvensi-
konvensi berikutnya yang diselenggarakan tahun 1906, 1929, dan 1949 di Jenewa.
Pengembangan paling akhir terjadi pada tahun 1977 dengan diterimanya Protokol
Tambahan I pada Konvensi Jenewa tahun 1949 tentang Sengketa Bersenjata
Internasional dan Protokol Tambahan II pada Konvensi Jenewa tahun 1949 tentang
Sengketa Bersenjata Non-Internasional, serta Protokol III Tahun 2005 tentang Tanda
Perlindungan Kristal Merah.
256
b. Hukum Jenewa.
Hukum gabungan ini terdapat dalam Konvensi Den Haag tahun 1954
tentang Perlindungan terhadap Benda-benda budaya dan Protokol Tambahan
pada Konvensi Jenewa 1949, yaitu Protokol Tambahan I tahun 1977 tentang
Sengketa Bersenjata Internasional dan Protokol Tambahan II tahun 1977
tentang Sengketa Bersenjata Non-Internasional, serta Protokol Tambahan III
tahun 2005 tentang Lambang Perlindungan Kristal Merah.
8. Tujuan.
9. Evaluasi.
BAB III
PENENTUAN SASARAN YANG LEGAL
hidup yang berat dan luas dan membahayakan kelangsungan atau timbulkan
kerusakan berat bagi kesehatan penduduk tidak diperbolehkan.
b. Sasaran Orang.
1) Kombatan.
2) Non-Kombatan.
a) Orang sipil.
b) Hors de Combat.
(1) Tawanan perang
(3) Prajurit yang luka dan sakit di medan tempur
darat dan di laut
(4) Pilot pesawat terbang yang terjun dengan
parasut dari pesawat yang mengalami kerusakan.
3) Personel kesehatan tidak boleh diserang bila sedang
melaksanakan tugasnya.
a) Personel kesehatan anggota angkatan bersenjata.
b) Personel kesehatan angkatan bersenjata
tambahan.
c) Anggota-anggota dari Organisasi pertolongan.
d) Personel kesehatan dan rohaniawan sipil.
4) Orang-orang yang bertugas menjaga benda cagar budaya.
5) Para tawanan perang diberi perlindungan seperti orang sipil
asalkan tidak melakukan tindakan yang merusak statusnya sebagai
sipil.
265
c. Sasaran Tempat.
d. Sasaran Benda.
1) Sasaran-sasaran militer.
2) Harta benda yang dilindungi.
a) Harta benda sipil atau milik sipil.
b) Perlindungan terhadap satuan dan tempat
perawatan kesehatan seperti rumah sakit.
c) Angkutan (transport) kesehatan.
d) Benda-benda budaya.
3) Pekerjaan dan Instalansi yang berbahaya.
4) Obyek yang sangat penting bagi kelangsungan hidup
penduduk sipil.
e. Simbol-simbol Perlindungan.
15. Evaluasi.
BAB IV
PERLAKUAN TERHADAP KORBAN PERANG
20. Evaluasi.
BAB V
TANDA-TANDA PERLINDUNGAN
sama sisi diatas dasar berwarna orange: penduduk, kendaraan serta alat yang
memasang tanda ini tidak boleh diserang. Para petugas perlindungan masyarakat
dapat dipersenjatai dengan senjata ringan perorangan untuk perlindungan diri mereka
sendiri atau untuk memelihara ketertiban.
Obyek-obyek lain yang memiliki suatu nilai budaya seperti tersebut diatas
terpisah dari sifat keagamaan atau sekurangnya dapat diberikan:
berwarna orange terang yang berjarak sama. Senjata yang digunakan untuk
melindungi intalasi atau bagunan yang mengandung tenaga yang membahayakan
harus dibatasi hanya untuk senjata yang mampu menghalau setiap serangan yang
ditujukan pada bangunan atau instalasi tersebut.
Dinas Kesehatan.
Orang sipil, militer dan petugas keamanan.
Warna merah di atas dasar putih.
Perlindungan Masyarakat.
Warna: Segitiga Biru diatas dasar orange.
28. Evaluasi.
BAB VI
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PRAJURIT
29. Umum. Dalam hukum humaniter mengatur bahwa setiap prajurit mempunyai
kewajiban untuk mengetahui, memahami dan mematuhi ketentuan hukum humaniter,
mencegah terjadinya pelanggaran hukum humaniter serta menjatuhkan sanksi hukum
terhadap mereka yang melakukan pelanggaran hukum humaniter (kejahatan perang).
Hal ini terkait dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, khususnya dalam
pelaksanaan operasi militer.
32. Evaluasi.
BAB VII
EVALUASI AKHIR PELAJARAN
(Bukan Naskah Ujian)
BAB VIII
PENUTUP