Anda di halaman 1dari 36

HUKUM HUMANITER

INTERNASIONAL
Oleh:
Sasmini, S.H.

09/16/21 http://www.sasmini.staff.hukum.un
s.ac.id
 Maksimal telat masuk kelas
 Presensi/kehadiran mhs
 Pakaian
 Koordinator
 Penilaian

Silabus RPP
09/16/21 http://www.sasmini.staff.hukum.un
s.ac.id
09/16/21 http://www.sasmini.staff.hukum.un
s.ac.id
09/16/21 http://www.sasmini.staff.hukum.un
s.ac.id
09/16/21 http://www.sasmini.staff.hukum.un
s.ac.id
Perkembangan
Istilah HHI

Laws of war (Hukum Perang)

Law of armed conflict


(Hukum Sengketa Bersenjata)

Internatinal humanitarian law applicable in


armed conflict (Hukum humaniter yang
berlaku dalam sengketa bersenjata)

International humanitarian law Hukum Perikemanusiaan


(Hukum humaniter internasional)
09/16/21 http://www.sasmini.staff.hukum.unInternasional
s.ac.id
Starke Perang adalah suatu keadaan yang sedemikian rupa tegangnya,
sehingga para pihak menggunakan kekerasan yang dianggap
pihak lain sebagai pelanggaran perdamaian, yang terjadi terus
sehingga salah satu dari pihak tersebut diharuskan menerima
syarat-syarat yang diajukan kepadanya

IHL : Part of the rule of public international law


Geza Herzegh which serve as the protection of individuals in time
of armed conflict.

09/16/21 http://www.sasmini.staff.hukum.un
s.ac.id
Mochtar Kusumah
Admadja

Memberikan pembagian :
Jus ad Bellum (Hukum tentang perang)
Mengatur dalam hal bagaimana negara dibenarkan menggunakan
kekerasan

Jus in Bello (Hukum yang berlaku dalam perang


Yang mengatur cara dilakukannya perang (conduct of war) Hague
laws
Yang mengatur perlindungan orang-orang yang menjadi korban
perang. Genewa Laws

09/16/21 http://www.sasmini.staff.hukum.un
s.ac.id
PANTAP Hukum Humaniter Departemen
Kehakiman

Dalam arti sempit:


Keseluruhan asas, kaidah dan ketentuan hokum yang mengatur
perlindungan korban sengketa bersenjata, sebagaimana diatur
dalam Konvensi Jenewa 1949 serta ketentuan lain yang
berhubungan dengan hal tersebut.

Dalam arti luas:


Keseluruhan asas, kaidah, dan ketentuan internasional baik
tertulis maupun tidak tertulis yang mencakup hukum perang dan
HAM yang bertujuan menjamin penghormatan terhadap harkat
dan martabat pribadi pribadi seseorang.

09/16/21 http://www.sasmini.staff.hukum.un
s.ac.id
-Ius in Bello
-Bukan Ius Ad Bellum
09/16/21 http://www.sasmini.staff.hukum.un
s.ac.id
Ketentuan, kaidah dan asas

Merupakan bagian dari Hukum


Internasional publik

Yang Mengatur cara-cara dilakukannya


perang yang benar dan perlindungan
korban perang

Yang bertujuan untuk menjamin


perlindungan HAM
09/16/21 http://www.sasmini.staff.hukum.un
s.ac.id
Ruang Lingkup HHI
Mencakup 2 Hal :

Perlindungan kepada orang-orang yang


tidak, atau tidak lagi, ikut serta dalam
pertempuran (Hukum Jenewa)

Pembatasan terhadap sarana peperangan, terutama


senjata, dan metode-metode peperangan, seperti
misalnya taktik-taktik militer (Hukum Den Haag)

09/16/21 http://www.sasmini.staff.hukum.un
s.ac.id
Tujuan HHI

Memanusiakan perang ( to humanize war)

Memberikan perlindungan terhadap kombatan maupun penduduk


sipil dari penderitaan yang tidak perlu (unnecessary suffering)

Menjamin HAM yang sangat fundamental bagi mereka yang jatuh


ke tangan musuh

Mencegah dilakukannya perang secara kejam tanpa mengenal


batas.

09/16/21 http://www.sasmini.staff.hukum.un
s.ac.id
Sejarah Perkembangan HHI
Zaman Kuno

Pada masa ini sudah ada beberapa upaya untuk memanusiakan perang

Bangsa-bangsa Sumeria, perang sudah merupakan lembaga yang


terorganisir (pernyataan perang, arbitrase, kekebalan utusan musuh)

Kebudayaan Mesir Kuno, adanya perintah untuk memberikan makanan,


minuman, pakaian dan perlindungan kepada musuh, dll.

Kebudayaan bangsa Hittite, perang dilakukan dengan cara-cara yang


manusiawi

Di India, para satria dilarang membunuh musuh yang cacat, menyerah dan
yang luka harus dipulangkan ke rumah mereka setelah diobati.
(Kisah Mahabarata)

09/16/21 http://www.sasmini.staff.hukum.un
s.ac.id
Abad pertengahan

Pada abad pertengahan hukum humaniter dipengaruhi oleh ajaran-ajaran


dari agama Kristen, Islam, dan prinsip kesatriaan.

Ajaran agama Kristen memberikan sumbangan terhadap


konsep perang yang adil atau just war.

Ajaran Islam memandang bahwa perang adalah sarana


pembelaan diri dan menghapuskan kemungkaran.

Prinsip kesatriaan mengajarkan tentang pentingnya


pengumuman perang dan larangan penggunaan senjata-
senjata tertentu.

09/16/21 http://www.sasmini.staff.hukum.un
s.ac.id
Zaman Modern

PERANG DI SOLFERINO TAHUN 1859

09/16/21 http://www.sasmini.staff.hukum.un
s.ac.id
"KENANGAN DARI SOLFERINO"

Ada Dua Gagasan :


Membentuk Organisasi sukarelawan yang disiapkan
di masa perdamaian untuk menolong prajurit yang
cidera di medan perang;

Mengadakan Perjanjian Internasional guna melindungi


prajurit yang cidera di medan perang serta sukarelawan
dari organisasi tersebut pada waktu memberikan perawatan

Konvensi Jenewa 1864, Lieber Code yang dipublikasikan


pada tahun 1963, Konvensi Den Haag 1899 dan 1907,
Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol Tambahannya serta
ketentuan HHI Lain
09/16/21 http://www.sasmini.staff.hukum.un
s.ac.id
Sumber Hk

09/16/21 http://www.sasmini.staff.hukum.un
s.ac.id
2 Protokol Tambahan 1977 ( PT 1977 ) :

merupakan tambahan dan pelengkap atas


4 Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 ( KJ 1949 )

 PT I/1977 berkaitan dengan perlindungan korban


sengketa bersenjata internasional
 PT II/1977 berkaitan dengan perlindungan korban
sengketa bersenjata non-internasional
09/16/21 http://www.sasmini.staff.hukum.un
s.ac.id
09/16/21 http://www.sasmini.staff.hukum.un
s.ac.id
09/16/21 http://www.sasmini.staff.hukum.un
s.ac.id
09/16/21 http://www.sasmini.staff.hukum.un
s.ac.id
09/16/21 http://www.sasmini.staff.hukum.un
s.ac.id
Perlindungan terhadap orang yang tidak ikut
/ tidak ikut lagi dalam pertempuran

Perlindungan
korban
sengketa bersenjata
non internasional
sejak KJ 1949

09/16/21 http://www.sasmini.staff.hukum.un
s.ac.id
Pasal 1  Menghormati dan “menjamin” penghormatan konvensi dalam
segala kegiatan (Perintah pentaatan, pengawasan dan tindakan)

Pasal 2  Berlakunya konvensi


 Perang yang diumumkan
 Pertikaian bersenjata sekalipun keadaan perang tidak diakui
 Pendudukan sebagian/seluruhnya sekalipun tidak menemui perlawanan
 Menghapuskan klausula si Omnes (Ps 2 KD IV 1907)

Pasal 3  Mini Convention, Ttg konflik bersenjata non internasional


 Jaminan perlindungan hak-hak fundamental/mendasar  perlakuan
secara manusiawi tanpa pembedaan apapun
 Dilarang tindakan,
Ex: kekerasan atas jiwa dan raga, penyanderaan, perkosaan, proses
09/16/21 http://www.sasmini.staff.hukum.un
peradilan, dll. s.ac.id
Pasal 49-52  Pelanggaran dan penyalahgunaan konvensi
Pasal 49  Mewajibakn pihak peserta agung menerapkan sanksi pidana
efektif bagi pelaku pelanggaran berat pada Konvensi.
 Membuat perundang-undangan tingkat nasional
 Mencari orang2 yg disangka melakukan pelanggaran berat HHI
 Mengadili pelaku pelanggaran
 mengambil tindakan lain yg perlu untk memberantas pelanggaran berat

Pasal 50 Konvensi I  Pelanggaran berat HHI


 Pembunuhan yang disengaja
 Perlakuan tidak manusiawi (penganiayaan, percobaan biologis)
 Menyebabkan dg sengaja penderitaan besar atas badan/kesehatan
 Pembinasaan yg luas dan tindakan atas harta benda yang tidak
dibenarkan oleh kepentingan militer yang dilaksanakan scr sewenang-
wenang.
09/16/21 http://www.sasmini.staff.hukum.un
s.ac.id
 Metode dan tata cara berperang

Konvensi Den Tanggal 20 Mei 1899


Haag 1899 Menghasilkan 3 Konvensi dan 3 Deklarasi
3 Konvensi :
 Konvensi I tentang penyelesaian damai persengketaan internasional;
 Konvensi II tentang hukum dan kebiasaan perang di darat;
 Konvensi III tentang adaptasi asas-asas Konvensi Jenewa tanggal 22
Agustus 1864 tentang hukum perang di laut.

3 Deklarasi:
 Melarang penggunaan peluru dum-dum (peluru yang bungkusnya tidak
sempurna menutup bagian dalam sehingga dapat pecah dan membesar
dalam tubuh manusia);
 Peluncuran proyektil-proyektil dan bahan-bahan peledak dari balon,
selama jangka lima tahun yang berakhir di tahun 1905 dilarang;
 Penggunaan proyektil yang menyebabkan gas-gas cekik dan beracun
dilarang.
09/16/21 http://www.sasmini.staff.hukum.uns.ac.id
Konvensi Den
Haag 1907

Menghasilkan 13 Konvensi :
 Konvensi I tentang Penyelesaian Damai persengketaan Internasional
 Konvensi II tentang embatasan kekerasan senjata dalam menuntut
pembayaran hutang yang berasal dari perjanjian perdata
 Konvensi II tentang Cara memulai peperangan
 Konvensi IV tentang Hukum dan kebiasaan perang di darat, dilengkapi
dengan peraturan Den Haag
 Konvensi V tentang Hak dan Kewajiban negara dan warga negara netral
dalam perang di darat
 Konvensi VI tentang Status Kaal dagang musuh pada saat permulaan
peperangan
 Konvensi VII tentang Status Kapal dagang menjadi kapal perang
 Konvensi VIII tentang Penempatan ranjau otomatis di dalam laut
 Konvensi IX tentang pemboman oleh Angkatan Laut di waktu perang.
 Konvensi X tentang Adaptasi asas-asas Konvensi jenewa tentang perang di
laut
 Konvensi XI tentang Pembatasan tertentu terhadap penggunaan hak
penangkapan dalam perang angkatan laut
 Konvensi XII tentang Mahkamah barang-barang sitaan
 Konvensi XIII tentang Hak dan kewajiban negara netral dalam perang di laut.
09/16/21 http://www.sasmini.staff.hukum.uns.ac.id
Sumber Hukum
Lainnya

 Deklarasi Paris (16 April 1856)


 Deklarasi St. Peterburg (29 November-11 Desember 1868
 Protokol Jenewa (17 Juni 1925) tentang pelarangan penggunaan
gas cekik dan macam-macam gas lain dalam peperangan;
 Protokol London (November 1936) tentang peraturan penggunaan
kapal selam dalam pertempuran;
 Konvensi Den Haag 1954 tentang perlindungan benda-benda
budaya pada waktu pertikaian bersenjata;
 Konvensi senjata konvensional tertentu (10 Oktober 1980) tentang
larangan atau pembatasan penggunaan senjata konvensional
tertentu yang mengakibatkan penderitaan yang berlebihan.
 dll.

09/16/21 http://www.sasmini.staff.hukum.uns.ac.id
Hubungan interelasi cabang-cabang hukum internasional

“pelanggaran serius” “agresi”

jus ad bellum

Hk pidana
internasional “pelanggaran
berat”

hukum HAM
internasional hukum humaniter
internasional

09/16/21
Hubungan HHI dan HHAM
 Teori Intergrasionis.
= keberadaan suatu sistem hukum berasal dari hukum yang lain.
 HAM menjadi dasar dari HHI. Atau, hukum humaniter merupakan
cabang dari HAM__Lingkup Luas
 HHI menjadi dasar dari HAM. Maksudnya, bahwa HAM
merupakan bagian dari HHI__HHI lebih tua

 Teori Separatis
= Teori ini melihat bahwa HHI dan HAM adalah dua sistem hukum
yang berbeda. Perbedaan pada Obyek, Sifat, dan Saat
berlakunya

 Teori Komplemetaris
= bahwa antara HHI dan HAM berkembang melalui proses yang
bertahap secara pararel dan saling melengkapi

09/16/21 http://www.sasmini.staff.hukum.uns.ac.id
KEBERSAMAAN DLM PENGATURAN
 Hak untuk hidup  Ps. 3 UDHR, Ps. 6 ICCPR, Konvensi
Jenewa
 Larangan penyiksaan dan perlakuan tdk manusiawi
Ps. 5 UDHR, Ps. 7 ICCPR, Perlakuan tawanan perang
 Larangan perbudakan  Ps.4 UDHR, Ps.8 ICCPR, Ps. 4 (2)
Protokol II 1977
 Jaminan Peradilan  perlakuan yg adil, bebas dan tdk
memihak, persamaan didepan hukum (UDHR). Penjatuhan
dan pelaksanaan hukuman mati sesuai dg proses (HHI)
 Ps.3 Konvensi bersamaan  perlindungan yg didasarkan
pada prinsip-2 dalam HAM
 Pasal 4 ICCPR  pembatasan jaminan perlindungan HAM
dlm situasi darurat, sepanjang sesuai dg HHI

09/16/21 http://www.sasmini.staff.hukum.uns.ac.id
Damai Perang

http://www.sasmini.staff.hukum.u
09/16/21 ns.ac.id
Perbedaan HHI dan HHAM
 HHI lebih tua dari HHAM dalam sistem HI publik
 HHI berlaku dlm situasi sengketa bersenjata, HHAM dlm situasi
damai
 HHAM menjamin penyalah gunaan kekuasaan penguasa, HHI
menjamin perlindungan akibat sengketa bersenjata
 Dalam HHI individu sebagai obyek perlindungan, sedang dalam
HHAM individu sbg subyek aktif
 Pada sistem HHAM individu dpt langsung mengajukan klaim,
sedangkan dalam HHI tidak
 Hak yg diberikan oleh HHI bersifat tdk dpt ditolak, sedangkan dlm
HAM setiap individu boleh menggunakan hak
 Instrumen HAM ada yg bersekala nasional, regional, dan
internasional. Sedangkan instrumen HHI hanya bersekala
internasional.

09/16/21 http://www.sasmini.staff.hukum.uns.ac.id
 Sekalipun antara intrumen internasional utama
HHAM yaitu Deklarasi Umum Hak Asasi
Manusia 1948 dan intrumen internasional HHI
yaitu Konvensi Jenewa 1949 tidak saling
menyinggung terlalu dalam substansi masing-
masing hukum yang bersangkutan, namun
dalam perkembangannnya kedua hukum
tersebut dalam penerapannya telah saling
melengkapi atau saling mengisi dan berjalan
secara pararel.

 Sekalipun demikian, tidak mungkin untuk


menyatukan secara keseluruhan atas kedua
sistem hukum tersebut.

http://www.sasmini.staff.hukum.uns.ac.i
09/16/21 d

Anda mungkin juga menyukai