Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

HUKUM HUMANITER DAN MILITER


HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

Dosen Pengampu : I Nyoman Dirga, S.H., M.H

Di Susun Oleh :

Nama : Lalu Hanapi


NIM : 2020174201041

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS 45 MATARAM
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas


limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Hukum humaneter Internasional”
ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuli salah
satu tugas yang diberikan oleh dosen. Makalah ini ditulis dari penyusunan
data-data sekunder yang penulis peroleh dari buku panduan dan internet
yang berkaitan dengan materi.
Tidak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada Bapak I
Nyoman Dirga, SH., MH selaku dosen Hukum Humaneter dan Militer, atas
bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini sehingga makalah ini
dapat terselesaikan. Penulis harap dengan membaca makalah ini dapat
memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah
wawasan kita mengenai Hukum Humaneter dan Militer bagi penulis.
Akhirnya penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kami dengan senang hati menerima kritik dan saran
yang dimaksudkan untuk menyempurnakan makalah ini.

Mataram, Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................... 1
A. Latar Belakang..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan.................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................ 3
A. Pengertian Hukum Humaneter Internasional........................... 3
B. Asas dan Prinsip H. Humaneter internasional.......................... 4
C. Hubungan Hukum Humanter dengan HAM............................. 5
BAB III PENUTUP..................................................................... 12
A. Kesimpulan.......................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA..................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum Humaniter Internasional memiliki sejarah yang singkat
namun penuh peristiwa. Untuk menghindari penderitaan akibat
perang maka baru pada pertengahan abad ke-19 negara-negara
melakukan kesepakatan tentang peraturan-peraturan internasional
dalam suatu konvensi yang mereka setujui sendiri (Lembar Fakta
HAM, 1998: 172). Sejak saat itu, perubahan sifat pertikaian bersenjata
dan daya merusak persenjataan modern menyadarkan perlunya
banyak perbaiakan dan perluasan hukum humaniter melalui
negosiasi–negosiasi panjang yang membutuhkan kesabaran.
Perkembangan Hukum Humaniter Internasional yang
berhubungan dengan perlindungan bagi korban perang dan hukum
perang sangat dipengaruhi oleh perkembangan hukum perlindungan
Hak Asasi Manusia setelah Perang Dunia Kedua. Penetapan instrumen
internasional yang penting dalam bidang Hak Asasi Manusia seperti
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (1948), Konvensi Eropa tentang
Hak Asasi Manusia (1950) dan Konvenan Internasional tentang Hak
Sipil dan Politik (1966) memberikan sumbangan untuk memperkuat
pandangan bahwa semua orang berhak menikmati Hak Asasi Manusia,
baik dalam pada masa perang maupun damai.
Hukum perang atau yang sering disebut dengan hukum
Humaniter internasional, atau hukum sengketa bersenjata memiliki
sejarah yang sama tuanya dengan peradaban manusia, atau sama
tuanya dengan perang itu sendiri. Mochtar Kusumaatmadja
mengatakan, bahwa adalah suatu kenyataan yang menyedihkan
bahwa selama 3400 tahun sejarah yang tertulis, umat manusia hanya
mengenal 250 tahun perdamaian. Naluri untuk mempertahankan diri

1
kemudian membawa keinsyarafan bahwa cara berperang yang tidak
mengenal batas itu sangat merugikan umat manusia, sehingga
kemudian mulailah orang mengadakan pembatasan-pembatasan,
menetapkan ketentuan-ketentuan yang mengatur perang antara
bangsa bangsa. Selanjutnya Mochtar Kusumaatmadja juga
mengatakan bahwa tidaklah mengherankan apabila perkembangan
hukum internasional modern sebagai suatu sistem hukum yang berdiri
sendiri dimulai dengan tulisantulisan mengenai hukum perang.
Dalam sejarahnya hukum humaniter internasional dapat
ditemukan dalam aturan-aturan keagamaan dan kebudayaan di
seluruh dunia. Perkembangan modern dari hukum humaniter baru
dimulai pada abad ke-19. Sejak itu, negara-negara telah setuju untuk
menyusun aturan-aturan praktis, yang berdasarkan
pengalamanpengalaman pahit atas peperangan modern. Hukum
humaniter itu mewakili suatu keseimbangan antara kebutuhan
kemanusiaan dan kebutuhan militer dari negara-negara. Seiring
dengan berkembangnya komunitas internasional, sejumlah negara di
Seluruh dunia telah memberikan sumbangan atas perkembangan
hukum humaniter internasional. Dewasa ini, hukum humaniter
internasional diakui sebagai suatu sistem hukum yang benar-benar
universal.
Pada umumnya aturan tentang perang itu termuat dalam
aturan tingkah laku, moral dan agama. Hukum untuk perlindungan
bagi kelompok orang tertentu selama sengketa bersenjata dapat
ditelusuri kembali melalui sejarah di hampir semua negara atau
peradaban di dunia. Dalam peradaban bangsa Romawi dikenal konsep
perang yang adil (just war). Kelompok orang tertentu itu meliputi
penduduk sipil, anakanak, perempuan, kombatan yang meletakkan
senjata dan tawanan perang.

2
B. Identifikasi Masalah
Dalam penulisan makalah ini, permasalahan-permasalahan
yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian Hukum Humaniter ?
2. Apa saja asas-asas dan prinsip-prinsip dari Hukum Humaniter ?
3. Bagaimana Hubungan antara Hukum Humaniter dengan HAM?

C. Tujuan Penulisan
Adapun maksud dan tujuan tim penulis dalam menyusun
makalah ini tiada lain adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian Hukum Humaniter
2. Untuk mengetahui asas-asas dan prinsip-prinsip dari Hukum
Humaniter.
3. Untuk mengetahui Hubungan antara Hukum Humaniter dengan
HAM.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Humaniter


Istilah hukum humaniter atau lengkapnya international
humanitarian law applicable in armed conflict berawal dari istilah
hukum perang (laws of war). Dalam perkembangannya kata-kata
perang (war) menimbulkan ketakutan yang mendalam, sehingga
timbul istilah baru yaitu pertikaian bersenjata (arm conflict) untuk
menggantikan istilah perang sekalipun perang masih terjadi di mana-
mana. Sesudah perang dunia II dilakukan upaya-upaya untuk
menghindarkan dan bahkan meniadakan perang. Sikap tersebut
berpengaruh dalam penggunaan istilah, sehingga istilah hukum
perang berubah menjadi hukum sengketa bersenjata (laws of armed
conflict).
Dalam perkembangan selanjutnya yaitu permulaan abad ke-20
diusahakan untuk mengatur cara berperang yang dalam
penyusunannya dilengkapi dengan konsepsi-konsepsi asas
kemanusiaan (humanity principle), yang pada akhirnya istilah laws of
armed conflictmengalami pergeseran dengan istilah baru International
Humanitarian Law Aplicable in Armed Conflict, yang kemudian sering
disingkat dengan istilah international humanitarian law atau hukum
humaniter internasional.
Walaupun istilah yang digunakan berbeda-beda yaitu hukum
perang, hukum sengketa bersenjata, hukum perikemanusiaan
internasional, Hukum Humaniter Internasional (HHI), tetapi semua
istilah itu mempunyai arti yang sama yaitu mengatur tentang tata cara
dan metode perang serta perlindungan terhadap korban-korban
perang.

4
Adapun pengertian perang oleh Francois didefinisikan sebagai
keadaan hukum antara negara-negara yang saling bertikai dengan
menggunakan kekuatan militer. Sedangkan Oppenheimmendefinisikan
perang sebagai persengketaan antara dua negara dengan maksud
menguasai lawan dan membangun kondisi perdamaian seperti yang
diinginkan oleh yang menang (Haryomataram1994: 4)
Dalam kepustakaan hukum internasional, istilah hukum
humaniter merupakan istilah yang dianggap relatif baru. Istilah ini
baru lahir sekitar tahun 1970-an.
Berikut adalah beberapa pengertian hukum humaniter menurut
para Ahli :
1) Mochtar Kusumahadmadja
Bagian dari hukum yang mengatur ketentuan-ketentuan
perlindungan korban perang, berlainan dengan hukum yang
mengatur perang itu sendiri dan segala sesuatu yang menyangkut
cara melaksanakan perang itu sendiri. Batasan Hukum Humaniter
Internasional adalah hukum yang mengatur ketentuan yang
memberi perlindungan terhadap korban perang, yang berbeda
dengan hukum perang yang mengatur tentang perang tersebut.
2) International Committee Of The Red Cross (ICRC)
Hukum Humaniter Internasional sebagai ketentuan hukum
internasional yang terdapat dalam perjanjian internasional
maupun kebiasaan, yang dimaksudkan untuk mengatasi segala
masalah kemanusiaan yang timbul pada waktu pertikaian
bersenjata internasional atau non internasional. Ketentuan
tersebut membatasi, atas dasar kemanusiaan, hak pihak-pihak
yang terlibat dalam pertikaian untuk menggunakan senjata dan
metode perang, dalam melindungi orang maupun harta benda
yang terkena pertikaian bersenjata.

5
3) Geza Herczegh
International humanitarian law hanyalah terbatas pada
Hukum Jenewa saja, karena konvensi inilah yang mempunyai sifat
internasional dan humaniter.
4) Jean pictet
International humanitarian law in the wide sense is
contitusional legal provition, whether written and customary,
ensuring respect for individual and his well being.
5) Esbjorn Rosendbland
Hukum humaniter internasional mengadakan pembedaan
antara : the law of armed conflict, yang berhubungan dengan
permulaan dan berakhirnya pertikaian, pendudukan wilayah
lawan, hubungan pihak pertikaian dengan negara netral.
Sedangkan law of warfare ini antara lain mencakup : metode dan
sarana berperang, status kombatan, perlindungan yang sakit,
kombatan dan orang sipil.
6) Panitia Tetap Hukum Humaniter, Departemen Hukum dan
Perundang-undangan
Hukum humaniter sebagai keseluruhan asas, kaidah dan
ketentuan internasional baik tertulis maupun tidak tertulis yang
mencakup hukum perang dan hak asasi manusia yang bertujuan
untuk menjamin penghormatan terhadap harkat dan martabat
seseorang.
7) Palang Merah Indonesia (Brosur PMI)
Hukum perikemanusiaan internasional atau juga dikenal
dengan hukum humaniter internasional merupakan bagian dari
hukum internasional publik yang bertujuan untuk mengatasi
persoalan-persoalan yang timbul karena pertikaian bersenjata baik
internasional maupun non internasional.

6
Pertikaian bersenjata merupakan kenyataan yang tidak bisa
dihindari, oleh karena itu hukum humaniter tidak bermaksud
menghalangi perang. HHI disusun untuk mengatur agar suatu
perang dapat dilakukan dengan lebih memperhatikan prinsip-
prinsip kemanusiaan. Sebagaimana dikemukakan oleh Mohammad
Bedjaoui, bahwa tujuan hukum humaniter adalah memanusiaakan
perang. Di samping itu ada beberapa tujuan hukum humaniter
yaitu (Arlina permanasari dkk, 1999:12)
a) Memberikan perlindungan terhadap kombatan maupun
penduduk sipil dari penderitaan yang tidak perlu;
b) Menjamin hak asasi manusia yang sangat fundamental bagi
mereka yang jatuh ke tangan musuh. Kombatan yang jatuh
ke tangan musuh berhak diperlakukan sebagai tawanan
perang dan harus dilakukan secara manusiawi;
c) Mencegah dilakukannya perang secara kejam tanpa
mengenal batas. Di sini yang penting adalah asas
perikemanusiaan.

Jadi tujuan dari hukum humaniter internasional adalah


untuk memberikan perlindungan kepada korban perang,
menjamin Hak Asasi Manusia (HAM) dan mencegah dilakukannya
perang secara kejam. Hukum humaniter internasional lebih
ditujukan untuk kepentingan kemanusiaan, yaitu mengurangi
penderitaan setiap individu dalam situasi konflik bersenjata.

B. Asas-Asas dan Prinsip-Prinsip Hukum Humaniter


Adapun dalam materi hukum humaniter ini mencakup beberapa
asas-asas dan prinsip-prinsip yang berhubungan dengan hukum
humaniter.

7
Asas-Asas Hukum Humaniter
Asas hukum atau prinsip hukum merupakan pikiran dasar yang
umum sifatnya yang terjelma dalam peraturan perundang-undangan
(Sudikno Mertokusumo, 2003: 34). HHI disusun dengan berdasarkan
asas-asas sebagai berikut (Arlina dkk, 1999:11).
1. Asas kepentingan militer
Berdasarkan asas ini maka pihak yang bersengketa
dibenarkan menggunakan kekerasan untuk menundukkan lawan
demi tercapainya tujuan dan keberhasilan perang.
2. Asas Perikemanusiaan
Menurut asas ini pihak yang bersengketa diharuskan
untuk memperhatikan perikemanusiaan, di mana mereka
dilarang untuk menggunakan kekerasan yang dapat
menimbulkan luka yang berlebihan atau penderitaan yang tidak
perlu.
3. Asas kesatriaan
Berdasarkan asas ini bahwa di dalam perang, kejujuran
harus diutamakan. Penggunaan alat-alat yang tidak terhormat,
berbagai tipu muslihat dan cara-cara yang bersifat khianat
dilarang.
Prinsip-prinsip Hukum Humaniter
Prinsip yang berlaku pada hukum humaniter internasional
antara lain:
1. Prinsip kepentingan Militer (Militery Necessity)
Yang dimaksud dengan prinsip ini ialah hak pihak yang
berperang untuk menentukan kekuatan yang diperlukan untuk
menaklukan musuh dalam waktu yang sesingkat-singkatnya
dengan biaya yang serendah-rendahnya dan dengan korban
yang sekecil-kecilnya. Namun demikian, perlu diingat pula bahwa

8
hak pihak yang berperang untuk memiliki alat/senjata untuk
menaklukan musuh adalah tidak tak terbatas.
2. Prinsip Kemanusiaan (Humanity)
Prinsip ini melarang penggunaan semua macam atau
tingkat kekerasan (violence) yang tidak diperlukan untuk
mencapai tujuan perang. Orang-orang yang luka atau sakit, dan
juga mereka yang telah menjadi tawanan perang, tidak lagi
merupakan ancaman, dan oleh karena itu mereka harus dirawat
dan dilindungi. Demikian pula dengan penduduk sipil yang tidak
turut serta dalam konflik harus dilindungi dari akibat perang.
3. Prinsip Kesatriaan (Chivalry)
Prinsip ini tidak membenarkan pemakaian alat/senjata dan
cara berperang yang tidak terhormat.
4. Prinsip pembedaan
Prinsip pembedaan (distinction principle) adalah suatu
prinsip atau asas yang membedakan atau membagi penduduk
dari suatu negara yang sedang berperang atau sedang terlibat
dalam konflik bersenjata ke dalam dua golongan, yaitu kombatan
(combatan) dan penduduk sipil (civilian). Kombatan adalah
golongan penduduk yang secara aktif turut serta dalam
permusuhan (hostilities), sedangkan penduduk sipil adalah
golongan penduduk yang tidak turut serta dalam permusuhan.
Perlunya prinsip pembedaan ini adalah untuk mengetahui mana
yang boleh dijadikan sasaran atau obyek kekerasan dan mana
yang tidak boleh dijadikan obyek kekerasan. Dalam
pelaksanaannya prinsip ini memerlukan penjabaran lebih jauh
lagi dalam sebuah asas pelaksanaan (principles ofapplication),
yaitu :

9
a) Pihak-pihak yang bersengketa setiap saat harus bisa
membedakan antara kombatan dan penduduk sipil untuk
menyelamatkan penduduk sipil dan obyek-obyek sipil.
b) Penduduk sipil tidak boleh dijadikan obyek serangan
walaupun untuk membalas serangan (reprisal).
c) Tindakan maupun ancaman yang bertujuan untuk
menyebarkan terror terhadap penduduk sipil dilarang.
d) Pihak yang bersengketa harus mengambil langkah
pencegahan yang memungkinkan untuk menyelamatkan
penduduk sipil atau setidaknya untuk menekan kerugian
atau kerusakan yang tidak sengaja menjadi kecil.
e) Hanya angkatan bersenjata yang berhak menyerang dan
menahan musuh.
f) Rule of Engagement (ROE)

Tidak semua konflik dapat diberlakukan Hukum Humaniter,


sehingga Suatu konflik dapat diberlakukan Hukum Humaniter apabila:
1) Memiliki struktur organisasi.
2) Memiliki kekuatan bersenjata.
3) Memiliki atribut orgnasasi (bendera, seragam).
4) Memiliki wilayah kekuasaan.

C. Hubungan Hukum Humaniter dengan HAM


Masuk dan dekatnya HAM dengan hukum humaniter terbukti
pula dari makna humanitarian (kemanusiaan itu sendiri), sehingga
pelanggaran hukum humaniter sama dengan melanggar berat HAM.
Dalam Pancasila yang mengenal “kemanusiaan yang adil dan
beradab”. Di titik ini, fokus, gerak, komitmen, kepedulian, semangat,
beserta cita-citanya menempatkan manusia pada posisinya sebagai
makhluk utama Tuhan yang memiliki hak utama dalam wujud hak

10
asasi yang harus dihormati dan dijunjung tinggi. Hal ini ditunjukkan
dengan adanya istilah human, humanitarian, dan humanitarism.
Menurut J. Pictet, human terkait dengan manusia yang
mempunyai konotasi dengan orang yang bersikap baik (tahu tata
krama) dalam mengadakan hubungan dengan orang lain. Semua
tindakan dikatakan baik, bilamana dilandasi dengan kejujuran,
kegunaan, kebaikan serta kejelasan. Humanity terkait dengan
perasaan atau sikap mental seorang yang ditunjukkan (dibawakan)
oleh yang bersangkutan sebagai seorang human atau a sentiment of
active goodness towards mankind. Dan humanitarian merupakan
penggambaran setiap orang. Dalam kaitannya dengan humanitarian
law, humanitarian diartikan (secara filosofis) sebagai human yang
menjamin perlakuan hormat terhadap setiap individu. Sedangkan
humanitarism merupakan ajaran sosial/moral bersifat universal yang
bertujuan baik kepada sesama umat manusia.
Sangat penting untuk memahami pengertian istilah “hak
bangsa-bangsa, hak asasi manusia dan hukum humaniter”. Hal ini
penting untuk mengetahui kapan sesungguhnya konsep-konsep
tersebut termasuk ke dalam suatu sistem hukum. Ini menjadikannya
penting untuk menegaskan hakikat hukum humaniter dan hakikat
hukum hak asasi manusia dan mengingat persamaan dan perbedaan
diantara dua cabang hukum internasional publik ini. Juga sangatlah
penting bagi mereka yang bertanggungjawab menyebarkan
penerangan mengenai hukum humaniter internasional dan atau
hukum hak asasi manusia untuk mampu memberikan penjelasan
sesungguhnya mengenai subyek tersebut. Ini adalah kepentingan
terbesar orang yang dilindungi oleh kedua hukum, tetapi juga
membantu para pejabat negara yang bertanggungjawab atas
perlindungan tersebut.

11
Pada mulanya, tidak pernah ada perhatian mengenai hubungan
hukum hak asasi manusia dan hukum humaniter. Oleh karena itu,
tidaklah mengherankan jika Pernyataan Universal Hak Asasi Manusia
(Universal Declaration of Human Rights) 1948 tidak menyinggung
tentang penghormatan hak asasi manusia pada waktu sengketa
bersenjata. Sebaliknya, dalam konvensi-konvensi Jenewa 1949 tidak
menyinggung masalah hak asasi manusia, tetapi tidak berarti bahwa
konvensi-konvensi Jenewa dan hak asasi manusia tidak memilki kaitan
sama sekali. Antara keduanya terdapat hubungan keterkaitan,
walaupun tidak secara langsung.
Dalam kepustakaan ada tiga aliran yang berkaitan dengan
hubungan hokum humaniter internasional, yaitu :
1. Aliran Integrasionis
Aliran integrasionis berpendapat bahwa system hukum yang
satu berasal dari hukum yang lain. Dalam hal ini, maka ada 2
(dua) kemungkinan, yaitu :

a. Hak asasi manusia menjadi dasar bagi hukum humaniter


internasional, dalam arti bahwa hukum humaniter merupakan
cabang dari hak asasi manusia. Pendapat ini antara lain dianut
oleh Robertson, yang menyatakan bahwa hak asasi manusia
merupakan hak dasar bagi setiap orang, setiap waktu dan
berlaku di segala tempat. Jadi hak asasi manusia merupakan
genus dan hukum humaniter merupakan species-nya, karena
hanya berlaku untuk golongan tertentu dan dalam keadaan
tertentu pula.
b. Hukum Humaniter Internasional merupakan dasar dari Hak
Asasi Manusia, dalam arti bahwa hak asasi manusia
merupakan bagian dari hukum humaniter. Pendapat ini
didasarkan pada alasan bahwa hukum humaniter lahir lebih

12
dahulu daripada hak-hak asasi manusia. Jadi secara
kronologis, hak asasi manusia dikembangkan setelah hukum
humaniter internasional.
2. Aliran Separatis
Aliran separatis melihat Hak Asasi Manusia dan Hukum
Humaniter Internasional sebagai sistem hukum yang sama sekali
tidak berkaitan, karena keduanya berbeda. Perbedaan kedua
sistem tersebut terletak pada :
a) Obyeknya, hukum humaniter internasional mengatur
sengketa bersenjata antara negara dengan kesatuan
(entity) lainnya; sebaliknya hak asasi manusia mengatur
hubungan antara pemerintah dengan warga negaranya di
dalam negara tersebut.
b) Sifatnya hukum humaniter internasional bersifat mandatory
a political serta peremptory.
c) Saat berlakunya, hukum humaniter internasional berlaku
pada saat perang atau masa sengketa bersenjata,
sedangkan hak asasi manusia berlaku pada saat damai.
3. Aliran Komplementaris
Aliran Komplementaris yang melihat Hukum Hak Asasi
Manusia dan Hukum Humaniter Internasional melalui proses yang
bertahap, berkembang sejajar dan saling melengkapi. Salah
seorang dari penganut teori ini adalah Cologeropoulus, dimana Ia
menentang pendapat aliran separatis yang dianggapnya
menentang kenyataan bahwa kedua sistem hukum tersebut
memiliki tujuan yang sama, yakni perlindungan pribadi orang. Hak
asasi manusia melindungi pribadi orang pada masa damai,
sedangkan hukum humaniter memberikan perlindungan pada
masa perang atau sengketa bersenjata. Aliran ini mengakui

13
adanya perbedaan seperti yang dikemukakan oleh aliran separatis,
dan menambahkan beberapa perbedaan lain, yaitu :
a. Dalam pelaksanaan dan penegakan :
Hukum humaniter menggantungkan diri pada atau
menerapkan sistem negara pelindung (protecting power).
Sebaliknya hukum hak asasi manusia sudah mempunyai
aparat- mekanisme yang tetap, tetapi ini hanya berlaku di
negara-negara Eropa saja, yaitu diatur dalam Konvensi Eropa
tentang Hak Asasi Manusia
b. Dalam hal sifat pencegahan :
Hukum humaniter internasional dalam hal kaitannya dengan
pencegahan menggunakan pendekatan preventif dan korektif,
sedangkan hukum hak asasi manusia secara fundamental
menggunakan pendekatan korektif, yang diharapkan akan
mempunyai efek preventif.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hukum Humaniter Internasional membedakan dua jenis
pertikaian bersenjata, yaitu sengketa bersenjata yang bersifat
internasional dan yang bersifat non-internasional. Menurut Mochtar
Kusumaatmadjahukum humaniter adalah Bagian dari hukum yang
mengatur ketentuan-ketentuan perlindungan korban perang, berlainan
dengan hukum perang yang mengatur perang iu sendiri dan segala
sesuatu yang menyangkut cara melakukan perang itu sendiri. Hukum
humaniter tidak dimaksudkan untuk melarang perang, atau untuk
mengadakan undang-undang yang menentukan permainan “perang”,
tetapi karena alasan-alasan perikemanusiaan untuk mengurangi atau
membatasi penderitaan individu-individu dan untuk membatasi
wilayah dimana kebuasan konflik bersenjata diperbolehkan.

15
DAFTAR PUSTAKA

 Prof. DR. Mochtar Kusumaatmadja, S.H, LLM, Konvensi-Konvensi


Palang Merah 1949, Alumni, Bandung, 2002
 Zulkarnain, S.H, M.H & Insarullah, S.H, Buku Ajar Hukum
Humaniter dan HAM,Fakultas Hukum Untad, Palu, 2002
 http://dewaarka.wordpress.com/2010/03/08/hukum-humaniter-
internasional/
 http://soegenghardjowinoto.dosen.narotama.ac.id/2012/02/08/
overview-hukum-humaniter-internasional/
 http://gumilaradinata13.blog.com/2012/01/30/konflik-ri-opm-
dalam-perspektif-hukum-humaniter-internasional/

16

Anda mungkin juga menyukai