DISUSUN OLEH :
FAKULTAS EKONOMI
2016
KATA PENGANTAR
P.T.O
i
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG..............................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.........................................................................................1
1.3 TUJUAN PENULISAN..........................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN..................................................................................................3
2.1 Sejarah yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Indonesia..................3
2.1.1 Peristiwa-Peristiwa Penting yang Berkaitan dengan Perkembangan
Bahasa Melayu/Indonesia..........................................................................4
2.2 Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia.......................................................................8
2.3 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia......................................................11
BAB 3 PENUTUP.........................................................................................................13
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................13
3.2 Saran....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.3 TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan makalah
ini adalah :
1. Untuk mengetahui peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi
perkembangan Bahasa Indonesia
2. Untuk mengetahui sejarah ejaan Bahasa Indonesia
3. Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
manusia-manusia yang menempati bumi Indonesia itu juga
merupakan satu kesatuan yang disebut bangsa Indonesia.
Pernyataan yang ketiga tidak merupakan pengakuan “berbahasa
satu”, tetapi merupakan pernyataan tekad kebahasaan yang
menyatakan bahwa kita, bangsa Indonesia, menjunjung tinggi bahasa
persatuan, yaitu bahasa Indonesia. (Halim, 1982: 2-3).
4
memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu
penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat
luas.
b) Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan
bahasa Indonesia dalam pidatonya. Hal ini untuk
pertamakalinya dalam sidang Volksraad, seseorang
berpidato menggunakan bahasa Indonesia.
c) Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi Muhammad
Yamin mengusulkan agar bahasa Melayu menjadi
bahasa persatuan Indonesia.
d) Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda
yang menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru yang
dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana.
e) Tahun 1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun
Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.
f) Tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres
Bahasa Indonesia I di Solo. Dari hasil kongres itu dapat
disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan
secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan
Indonesia saat itu.
g) Tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-
Undang Dasar 1945, yang salah satu pasalnya (Pasal
36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa
negara.
h) Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan ejaan
Republik sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen yang
berlaku sebelumnya.
i) Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1954
diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia II di Medan.
Kongres ini merupakan perwujudan tekad bangsa
5
Indonesia untuk terus-menerus menyempurnakan
bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa
kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.
j) Tanggal 16 Agustus 1972 H. M. Soeharto, Presiden
Republik Indonesia, meresmikan penggunaan Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) melalui
pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR yang
dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57
tahun 1972.
k) Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman
Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh
wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).
l) Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1978
diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III di
Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka
memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain
memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan
perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga
berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa
Indonesia.
m) Tanggal 21-26 November 1983 diselenggarakan
Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta. Kongres ini
diselenggarakan dalam rangka memperingati hari
Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya
disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan
bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga
amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis Besar
Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga
negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia
6
dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal
mungkin.
n) Tanggal 28 Oktober s.d 3 November 1988
diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia V di
Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus
pakar bahasa Indonesia dari seluruh Indonesia dan
peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei
Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman,
dan Australia. Kongres itu ditandatangani dengan
dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa kepada pencinta bahasa di
Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
o) Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1993
diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VI di
Jakarta. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari
Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara
meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman,
Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea
Selatan, dan Amerika Serikat. Kongres mengusulkan
agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa
Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-
Undang Bahasa Indonesia.
p) Tanggal 26-30 Oktober 1998 diselenggarakan Kongres
Bahasa Indonesia VII di Hotel Indonesia, Jakarta.
Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan
Pertimbangan Bahasa.
7
2.2 Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia
Ejaan adalah seperangkat aturantentang cara menuliskan
bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai
sarananya. Sebelum mempunyai tata bahasa baku dan resmi
menggunakan aksara latin, bahasa Melayu (sebagai cikal-bakal
Bahasa Indonesia) ditulis menggunakan aksara Jawi (arab gundul)
selama beratus-ratus tahun lamanya. Lalu, sejak bangsa Eropa
datang di Nusantara, barulah kita mengenal aksara latin. Ejaan latin
yang dipakai untuk bahasa Melayu pun sudah berubah berkali-kali
sesuai dengan kebijakan para penulis buku pada waktu itu. Ternyata
Nusantara yang diduduki Belanda punya gaya ejaan yang berbeda
dengan Semenanjung Melaya yang notabene dikolonisasi Inggris.
Untuk mengatasinya, tahun 1897, seorang linguis Londo (sebutan
orang Belanda) kelahiran Batavia, yang bernama A.A. Fokker
mengusulkan agar ada penyeragaman ejaan di antara dua wilayah ini.
Hingga akhirnya, van Ophuijsen (sistem orthografi) membakukan
segalanya tentang Bahasa Melayu.
Ejaan dalam konteks Bahasa Indonesia telah mengalami
beberapa kali perubahan sejak seratus tahun ini. Motif yang
mendasari perubahan ejaan itu umumnya karena alasan politik.
Dalam perubahan ejaan tersebut, para ahli bahasa menggunakan
beberapa prinsip, antara lain :
a) Prinsip efisiensi (kehematan)
b) Prinsip keluwesan, dan
c) Prinsip kepraktisan
1. Ejaan Van Ophuijsen (1901)
Charles Adrian van Ophuijsen (Ch. A. van Ophuysen) merupakan
tokoh penting dalam tonggak bahasa Indonesia. ejaan Ophuijsen lahir
dari niat pemerintah kolonial Belanda untuk menengahi keberagaman
variasi bahasa Melayu yang ada di Nusantara saat itu, sekaligus
memudahkan Belanda menyebarkan kekuasaan di daerah
8
kolonisasinya. Dalam merancang ejaan ini, Van Ophuijsen dibantu
oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma’moer dan Muhammad Taib
Soetan Ibrahim
2. Ejaan Suwandi
9
Ejaan Republik dimuat dalam surat keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Mr. Soewandi No.264/Bhg. A tanggal
19 maret 1947. Sebab ejaan ini disebut sebagai Ejaan Suwandi.
Sistem ejaan suwandi merupakan sistem ejaan latin untuk Bahasa
Indonesia.
Ciri khusus Ejaan Suwandi :
1. Huruf (oe) dalam ejaan Van Ophuysen berubah menada (u).
2. Tanda trema pada huruf (a) dan (i) dihilangkan.
3. Koma ‘ain dan koma hamzah dihilangkan. Koma hamzah ditulis
dengan (k) misalnya kata’ menjadi katak.
4. Huruf (e) keras dan (e) lemah ditulis tidak menggunakan tanda
khusus, misalnya ejaan, seekor, dsb.
5. Penulisan kata ulang dapat dilakukan dengan dua cara.
Contohnya :
a. Berlari-larian
b. Berlari2-an
6. Penulisan kata majemuk dapat dilakukan dengan tiga cara
Contohnya :
a. Tata laksana
b. Tata-laksana
c. Tatalaksana
7. Kata yang berasal dari bahasa asing yang tidak menggunakan
(e) lemah (pepet) dalam Bahasa Indonesia ditulis tidak
menggunakan (e) lemah, misalnya : (putra) bukan (putera),
(praktek) bukan (peraktek).
3. Ejaan Malindo
Pada akhir 1959 sidang perutusan Indonesia-Melayu
(Slametmulyana-Syeh Nasir bin Ismail, Ketua) menghasilkan
konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan nama
10
ejaan Malindo (Melayu-Indonesia). Perkembangan politik selama
tahun-tahun berikutnya mengurungkan peresmian ejaan itu.
4. Ejaan yang disempurnakan (EYD)
Pada Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik
Indonesia meresmikan pemakaianEjaan Bahasa Indonesia.
Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden No.
57,Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian
ejaan itu.
11
Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara antara lain:
1) Bahasa resmi kenegaraan
2) Bahasa pengantar didalam dunia pendidikan
3) Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan
4) Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi
12
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia yang
merupakan serapan dari bahasa melayu. Awal penciptaan “Bahasa
Indonesia” bermula dari ikrar Sumpah Pemuda pada 28 oktober 1928.
Bahasa Indonesia secara resmi diakui keberadaannya pada 18
oktober 1945 atau sehari setelah kemerdekaan Indonesia.
Ada beberapa ejaan bahas Indonesia yang pernah digunakan,
antara lain : ejaan Van ophuijsen, ejaan Suwandi, ejaan Malindo
(belum sempat diterapkan), dan yang disempurnakan atau EYD yang
merupakan ejaan yang masih digunakan hingga saat ini
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yaitu,
lambang kebanggaan nasional, lambang identitas nasional, alat
perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antar budaya, alat
pemersatu
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara yaitu,
bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar dalam dunia
pendidikan, bahasa resmi kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
3.2 Saran
Bahasa adalah sarana komunikasi. Bahasa memiliki peran yang
sangat penting bagi kehidupan manusia dan bahasa Indonesia selalu
mengandung nilai-nilai dan status yang tidak dapat ditinggalkan.
Akan lebih baik jika kita sebagai warga negara yang baik bisa
mencintai, memahami, dan mengamalkan nilai-nilai penting dari
bahasa Indonesia.
13
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal dan Amran Tasai, 1985. Cermat Berbahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademia Presindo
https://ahlirahmatficri.blogspot.co.id/2015/02/pengertian-ejaan.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia
https://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan
14