Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BAHASA


INDONESIA
Disusun sebagai syarat untuk memenuhi tugas individu mata kuliah
Bahasa Indonesia Keilmuan

Dosen Pengampu : Rio Septora, M.Pd.

DISUSUN OLEH :

PUSPITA TRI OKTAVIANTI 16630048

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI A

2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas


limpaham rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah dan Perkembangan
Bahasa Indonesia” ini dengan lancar.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuli salah satu tugas
yang diberikan oleh dosen. Makalah ini ditulis dari penyusunan data-data
sekunder yang penulis peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan
materi.
Tidak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada Bapak Rio
Septora, M.Pd. atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini,
juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga
dapat diselesaikannya makalah ini. Penulis harap, dengan membaca
makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat
menambah wawasan kita mengenai “Sejarah dan Perkembangan Bahasa
Indonesia” khususnya bagi penulis.
Akhirnya penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kami dengan senang hati menerima kritik dan saran
yang dimaksudkan untuk menyempurnakan makalah ini.

Metro, 20 Oktober 2016

P.T.O

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG..............................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.........................................................................................1
1.3 TUJUAN PENULISAN..........................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN..................................................................................................3
2.1 Sejarah yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Indonesia..................3
2.1.1 Peristiwa-Peristiwa Penting yang Berkaitan dengan Perkembangan
Bahasa Melayu/Indonesia..........................................................................4
2.2 Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia.......................................................................8
2.3 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia......................................................11
BAB 3 PENUTUP.........................................................................................................13
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................13
3.2 Saran....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Bahasa adalah sarana untuk berkomunikasi yang disampaikan
oleh seseorang agar orang lain dapat mengerti apa yang ingin
disampaikan. Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa mengambil peran
penting untuk hubungan sosial. Dengan bahasa, manusia dapat saling
mengerti satu sama lain. Manusia juga dapat mengungkapkan apa
yang ada dibenak mereka. Sehingga manusia dapat membuat
sesuatu terasa nyata dan terungkap. Saat ini, baha mengalami
perkembangan yang sangat cepat. Namun, seiring dengan kemajuan
zaman banyak orang yang lebih mementingkan bahasa internasional.
Belajar bahasa internasional sangatlah baik untuk menambah
wawasan kita. Tetapi akan lebih baik jika kita sebagai warga negara
lebih mencintai dan mengetahui akan sejarah dan perkembangan dari
Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam penulisan makalah
ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Peristiwa-peristiwa apa saja yang mempengaruhi
perkembangan bahasa Indonesia?
2. Bagaimana sejarah ejaan Bahasa Indonesia?
3. Bagaimana kedudukan dan fungsi dari Bahasa Indonesia?

1
1.3 TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan makalah
ini adalah :
1. Untuk mengetahui peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi
perkembangan Bahasa Indonesia
2. Untuk mengetahui sejarah ejaan Bahasa Indonesia
3. Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari Bahasa Melayu,
yang sejak dulu sudah digunakan sebagai bahasa perantara (lingua
franca) dihampir seluruh Asia Tenggara. Dasar yang digunakan
adalah bahasa Melayu Riau dari abad ke-19. Istilah Melayu atau
Malayu berasal dari Kerajaan Malayu, sebuah kerajaan Hindu-Budha
pada abad ke-7 di hulu sungai Batanghari, Jambi di pulau Sumatera,
jadi secara geografis semula hanya mengacu kepada wilayah
kerajaan tersebut yang merupakan sebagian dari wilayah pulau
Sumatera. Dalam perkembangannya pemakaian istilah Melayu
mencakup wilayah geografis yang lebih luas dari wilayah Kerajaan
Malayu tersebut, mencakup negeri-negeri di pulau Sumatera sehingga
pulau tersebut disebut juga Bumi Melayu seperti disebutkan dalam
Kakawin Nagarakretagama.
Pada tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda kita mengikrarkan
Sumpah Pemuda. Naskah putusan Kongres Pemuda Indonesia
Tahun1928 itu berisi tiga butir kebulatan tekad sebagai berikut :
Pertama : Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah
yang satu, tanah Indonesia
Kedua : Kami putra da putri Indonesia mengaku berbangsa yang
satu, bangsa Indonesia
Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjungjung bahasa
persatuan, bahasa Indonesia.
Pernyataan yang pertama adalah pengakuan bahwa pulau-pulau
yang bertebaran dan lautan yang menghubungkan pulau-pulau yang
merupakan wilayah Republik Indonesia sekarang adalah satu
kesatuan tumpah darah (tempat kelahiran) yang disebut Tanah Air
Indonesia. Pernyataan yang kedua adalah pengakuan bahwa

3
manusia-manusia yang menempati bumi Indonesia itu juga
merupakan satu kesatuan yang disebut bangsa Indonesia.
Pernyataan yang ketiga tidak merupakan pengakuan “berbahasa
satu”, tetapi merupakan pernyataan tekad kebahasaan yang
menyatakan bahwa kita, bangsa Indonesia, menjunjung tinggi bahasa
persatuan, yaitu bahasa Indonesia. (Halim, 1982: 2-3).

Menurut Arifin (1985:5-6), ada empat faktor yang menjadi


penyebab bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia, yaitu
sebagai berikut:
1.   Bahasa melayu sudah merupakanlingua franca di Indonesia,
bahasa perhubungan dan bahasa perdagangan
2.   Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam
bahasa ini tidak dikenal tingkatan bahasa, seperti dalam bahasa
jawa (ngoko, kromo) atau perbedaan bahasa kasar dan halus,
seperti dalam bahasa sunda (kasar, lemes).
3.   Suku jawa, suku sunda dan suku-suku yang lain dengan suka rela
menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional.
4.   Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai
bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.

2.1.1 Peristiwa-Peristiwa Penting yang Berkaitan dengan


Perkembangan Bahasa Melayu/Indonesia
a) Tahun 1908 pemerintah kolonial mendirikan sebuah
badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi
nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan
Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 diubah
menjadi Balai Pustaka. Badan penerbit ini menerbitkan
novel-novel, seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan,
buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun

4
memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu
penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat
luas.
b) Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan
bahasa Indonesia dalam pidatonya. Hal ini untuk
pertamakalinya dalam sidang Volksraad, seseorang
berpidato menggunakan bahasa Indonesia.
c) Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi Muhammad
Yamin mengusulkan agar bahasa Melayu menjadi
bahasa persatuan Indonesia.
d) Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda
yang menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru yang
dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana.
e) Tahun 1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun
Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.
f) Tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres
Bahasa Indonesia I di Solo. Dari hasil kongres itu dapat
disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan
secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan
Indonesia saat itu.
g) Tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-
Undang Dasar 1945, yang salah satu pasalnya (Pasal
36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa
negara.
h) Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan ejaan
Republik sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen yang
berlaku sebelumnya.
i) Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1954
diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia II di Medan.
Kongres ini merupakan perwujudan tekad bangsa

5
Indonesia untuk terus-menerus menyempurnakan
bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa
kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.
j) Tanggal 16 Agustus 1972 H. M. Soeharto, Presiden
Republik Indonesia, meresmikan penggunaan Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) melalui
pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR yang
dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57
tahun 1972.
k) Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman
Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh
wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).
l) Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1978
diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III di
Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka
memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain
memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan
perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga
berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa
Indonesia.
m) Tanggal 21-26 November 1983 diselenggarakan
Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta. Kongres ini
diselenggarakan dalam rangka memperingati hari
Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya
disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan
bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga
amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis Besar
Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga
negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia

6
dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal
mungkin.
n) Tanggal 28 Oktober s.d 3 November 1988
diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia V di
Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus
pakar bahasa Indonesia dari seluruh Indonesia dan
peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei
Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman,
dan Australia. Kongres itu ditandatangani dengan
dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa kepada pencinta bahasa di
Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
o) Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1993
diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VI di
Jakarta. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari
Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara
meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman,
Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea
Selatan, dan Amerika Serikat. Kongres mengusulkan
agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa
Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-
Undang Bahasa Indonesia.
p) Tanggal 26-30 Oktober 1998 diselenggarakan Kongres
Bahasa Indonesia VII di Hotel Indonesia, Jakarta.
Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan
Pertimbangan Bahasa.

7
2.2 Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia
Ejaan adalah seperangkat aturantentang cara menuliskan
bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai
sarananya. Sebelum mempunyai tata bahasa baku dan resmi
menggunakan aksara latin, bahasa Melayu (sebagai cikal-bakal
Bahasa Indonesia) ditulis menggunakan aksara Jawi (arab gundul)
selama beratus-ratus tahun lamanya. Lalu, sejak bangsa Eropa
datang di Nusantara, barulah kita mengenal aksara latin. Ejaan latin
yang dipakai untuk bahasa Melayu pun sudah berubah berkali-kali
sesuai dengan kebijakan para penulis buku pada waktu itu. Ternyata
Nusantara yang diduduki Belanda punya gaya ejaan yang berbeda
dengan Semenanjung Melaya yang notabene dikolonisasi Inggris.
Untuk mengatasinya, tahun 1897, seorang linguis Londo (sebutan
orang Belanda) kelahiran Batavia, yang bernama A.A. Fokker
mengusulkan agar ada penyeragaman ejaan di antara dua wilayah ini.
Hingga akhirnya, van Ophuijsen (sistem orthografi) membakukan
segalanya tentang Bahasa Melayu.
Ejaan dalam konteks Bahasa Indonesia telah mengalami
beberapa kali perubahan sejak seratus tahun ini. Motif yang
mendasari perubahan ejaan itu umumnya karena alasan politik.
Dalam perubahan ejaan tersebut, para ahli bahasa menggunakan
beberapa prinsip, antara lain :
a) Prinsip efisiensi (kehematan)
b) Prinsip keluwesan, dan
c) Prinsip kepraktisan
1. Ejaan Van Ophuijsen (1901)
Charles Adrian van Ophuijsen (Ch. A. van Ophuysen) merupakan
tokoh penting dalam tonggak bahasa Indonesia. ejaan Ophuijsen lahir
dari niat pemerintah kolonial Belanda untuk menengahi keberagaman
variasi bahasa Melayu yang ada di Nusantara saat itu, sekaligus
memudahkan Belanda menyebarkan kekuasaan di daerah

8
kolonisasinya. Dalam merancang ejaan ini, Van Ophuijsen dibantu
oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma’moer dan Muhammad Taib
Soetan Ibrahim

Ciri khusus ejaan Van Ophuysen:                                              


Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu
menurut model yang dimengerti oleh orang Belanda, yaitu
menggunakan huruf Latin dan bunyi yang mirip dengan tuturan
Belanda, antara lain:
1) Huruf (u) ditulis (oe).
2) Komahamzah (k) ditulis dengan tanda (’) pada akhir kata
misalnya bapa’, ta’
3)  Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf (a) mendapat
akhiran (i), maka di atas akhiran itu diberi tanda trema (”)
4) Huruf (c) yang pelafalannya keras diberi tanda (’) diatasnya
5)  Kata ulang diberi angka 2, misalnya: Janda2 (janda-janda)
6) Kata majemuk dirangkai ditulis dengan 3 cara :
a. Dirangkai menjadi satu, misalnya (hoeloebalang, apabila)
b. Dengan menggunakan tanda penghubung misalnya,
(rumah-sakit)
c. Dipisahkan, misalnya (anak negeri)
        
     Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö,
menandai bahwa huruf tersebut dibaca sebagai satu suku kata,
bukan dipotong, sama seperti ejaan Bahasa Belanda sampai saat
ini.
     Kebanyakan catatan tertulis Bahasa Melayu pada masa itu
menggunakan huruf Arab yang dikenal sebagai tulisan Jawi.

2. Ejaan Suwandi

9
Ejaan Republik dimuat dalam surat keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Mr. Soewandi No.264/Bhg. A tanggal
19 maret 1947. Sebab ejaan ini disebut sebagai Ejaan Suwandi.
Sistem ejaan suwandi merupakan sistem ejaan latin untuk Bahasa
Indonesia.
Ciri khusus Ejaan Suwandi :
1. Huruf (oe) dalam ejaan Van Ophuysen berubah menada (u).
2. Tanda trema pada huruf (a) dan (i) dihilangkan.
3. Koma ‘ain dan koma hamzah dihilangkan. Koma hamzah ditulis
dengan (k) misalnya kata’ menjadi katak.
4. Huruf (e) keras dan (e) lemah ditulis tidak menggunakan tanda
khusus, misalnya ejaan, seekor, dsb.
5. Penulisan kata ulang dapat dilakukan dengan dua cara.
Contohnya :
a. Berlari-larian
b. Berlari2-an
6. Penulisan kata majemuk dapat dilakukan dengan tiga cara
Contohnya :
a. Tata laksana
b. Tata-laksana
c. Tatalaksana
7. Kata yang berasal dari bahasa asing yang tidak menggunakan
(e) lemah (pepet) dalam Bahasa Indonesia ditulis tidak
menggunakan (e) lemah, misalnya : (putra) bukan (putera),
(praktek) bukan (peraktek).

3. Ejaan Malindo
Pada akhir 1959 sidang perutusan Indonesia-Melayu
(Slametmulyana-Syeh Nasir bin Ismail, Ketua) menghasilkan
konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan nama

10
ejaan Malindo (Melayu-Indonesia). Perkembangan politik selama
tahun-tahun berikutnya mengurungkan peresmian ejaan itu.
4. Ejaan yang disempurnakan (EYD)
Pada Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik
Indonesia meresmikan pemakaianEjaan Bahasa Indonesia.
Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden No.
57,Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian
ejaan itu.

2.3 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting
yaitu sebagai bahasa nasional, seperti tercantum pada ikrar Sumpah
Pemuda 1928. Selain itu, di dalam Undang-Undang Dasar 1945
tercantum pasal khusus (Bab XV, Pasal 36) mengenai kedudukan
bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa bahasa negara adalah
bahasa Indonesia.
Didalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai :
1) Lambang kebanggaan kebangsaan
2) Lambang identitas nasional
3) Alat perhubungan antar warga, antardaerah,antarbudaya, dan
4) Alat yang memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku bangsa
dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-
masing ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia.

11
Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara antara lain:
1) Bahasa resmi kenegaraan
2) Bahasa pengantar didalam dunia pendidikan
3) Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan
4) Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi

12
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia yang
merupakan serapan dari bahasa melayu. Awal penciptaan “Bahasa
Indonesia” bermula dari ikrar Sumpah Pemuda pada 28 oktober 1928.
Bahasa Indonesia secara resmi diakui keberadaannya pada 18
oktober 1945 atau sehari setelah kemerdekaan Indonesia.
Ada beberapa ejaan bahas Indonesia yang pernah digunakan,
antara lain : ejaan Van ophuijsen, ejaan Suwandi, ejaan Malindo
(belum sempat diterapkan), dan yang disempurnakan atau EYD yang
merupakan ejaan yang masih digunakan hingga saat ini
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yaitu,
lambang kebanggaan nasional, lambang identitas nasional, alat
perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antar budaya, alat
pemersatu
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara yaitu,
bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar dalam dunia
pendidikan, bahasa resmi kebudayaan dan ilmu pengetahuan.

3.2 Saran
Bahasa adalah sarana komunikasi. Bahasa memiliki peran yang
sangat penting bagi kehidupan manusia dan bahasa Indonesia selalu
mengandung nilai-nilai dan status yang tidak dapat ditinggalkan.
Akan lebih baik jika kita sebagai warga negara yang baik bisa
mencintai, memahami, dan mengamalkan nilai-nilai penting dari
bahasa Indonesia.

13
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal dan Amran Tasai, 1985. Cermat Berbahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademia Presindo
https://ahlirahmatficri.blogspot.co.id/2015/02/pengertian-ejaan.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia
https://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan

14

Anda mungkin juga menyukai