Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

HUKUM INTERNASIONAL
PERJANJIAN KERJASAMA BILATERAL INDONESIA – AUSTRALIA

Di Susun Oleh :

Nama : Lalu Hanapi

NIM : 2020174201041

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS 45 MATARAM
2021
PERJANJIAN KERJASAMA BLATERAL ANTARA INDONESIA
DENGAN AUSTRALIA

Indonesia dan Australia memasuki babak baru dalam hubungan bilateral


yang ditandai dengan penandatanganan perjanjian kemitraan ekonomi
komprehensif kedua negara (IACEPA), di Jakarta, hari ini, Senin (4/2).
Penandatanganan tersebut dilakukan Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita
dan Menteri Perdagangan, Pariwisata, dan Investasi Australia, Simon
Birmingham, dengan disaksikan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla, di hadapan
ratusan pelaku usaha, wakil pemerintah, dan undangan lainnya. Kedua Menteri
Perdagangan menegaskan, IA-CEPA memiliki semangat saling menguntungkan,
bukan saja dalam jangka pendek, tapi juga jangka panjang.

Akhirnya, setelah berunding selama sembilan tahun IA-CEPA dapat


ditandatangani. IA-CEPA merupakan salah satu perjanjian terpenting bagi
Indonesia karena sifat dan cakupannya yang menyeluruh. Bukan saja di bidang
perdagangan barang, jasa, dan investasi, sebagaimana perjanjian dagang yang
tradisional selama ini, tetapi IA-CEPA juga mencakup kerja sama dan kemitraan
ekonomi yang lebih luas, terutama di bidang pembangunan manusia dalam rangka
meningkatkan daya saing Indonesia,” ujar Mendag.

1. Keuntungan IA-CEPA
Salah satu keuntungan IA-CEPA bagi Indonesia, antara lain
dihapuskannya bea masuk impor seluruh pos tarif Australia menjadi nol
persen. “Hal ini merupakan hasil positif, karena berarti seluruh produk
Indonesia yang masuk ke pasar Australia tidak dikenakan bea masuk,” kata
Mendag.
Mendag juga menguraikan, produk-produk Indonesia yang
berpotensi meningkat ekspornya adalah produk otomotif, khususnya mobil
listrik dan hibrid. IA-CEPA memberikan persyaratan kualifikasi konten
lokal (QVC) yang lebih mudah untuk kendaraan listrik dan hibrid asal
Indonesia dibandingkan negara lainnya. Hal ini membuat industri otomotif
Indonesia lebih berdaya saing dalam mengekspor kendaraan listrik
dan hibrid ke Australia. Selain itu, produk-produk Indonesia yang
berpotensi meningkat ekspornya yaitu kayu dan turunannya termasuk
furnitur, tekstil dan produk tekstil, ban, alat komunikasi, obat-obatan,
permesinan, dan peralatan elektronik.
“Untuk itu, Kementerian Perdagangan dan Kementerian
Perindustrian telah bertemu dengan para produsen kendaraan, asosiasi, dan
para pelaku usaha untuk dapat memanfaatkan peluang di pasar Australia
tersebut. Kami berharap otomotif akan menjadi andalan ekspor RI di
Australia,” ujar Mendag.
Di sektor perdagangan jasa, Indonesia akan mendapatkan akses pasar
perdagangan jasa di Australia, antara lain kenaikan kuota visa kerja dan
liburan, yaitu dari 1000 visa menjadi 4100 visa di tahun pertama
implementasi IA-CEPA dan akan meningkat sebesar 5 persen di tahun-
tahun berikutnya. Selain itu, Indonesia juga akan mendapatkan berbagai
program peningkatan kualitas sumber daya manusia seperti program
magang yang dibuat berdasarkan kebutuhan sektor industri dan ekonomi
Indonesia yang berkaitan langsung dengan investasi Australia di sektor
pendidikan kejuruan. Program ini menyediakan 200 visa maganguntuk
sembilan sektor prioritas, yaitu pendidikan, pariwasata, telekomunikasi,
pengembangan infrastruktur, kesehatan, energi, pertambangan, jasa
keuangan, teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Selanjutnya, ada juga program pertukaran tenaga kerja antar
perusahaan Indonesia-Australia melalui Kamar Dagang dan Industri (Kadin)
atau Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), serta peningkatan standar
profesi Indonesia yang akan dimulai dengan adanya kesepakatan terkait
pengakuan pada profesi teknisi dan insinyur.
Dari segi iklim investasi, IA-CEPA akan memberikan perlindungan
investor yang lebih baik.Terdapat 400 perusahaan Australia yang beroperasi
di Indonesia dan dengan IA-CEPA diharapkan investasi Australia akan
bertambah, baik secara kuantitas maupun kualitas, khususnya di sektor
pendidikan tinggi, kesehatan, industri, konstruksi, energi, pertambangan,
pariwisata, dan keterampilan (vokasi). Peningkatan di berbagai sektor
tersebut dapat mendorong daya saing Indonesia di kancah global.
“IA-CEPA akan memungkinkan Indonesia dan Australia menjadi
mitra dalam meningkatkan kualitas sektor pendidikan tinggi, kejuruan,
keterampilan, dan kesehatan. Pemerintah mendorong para pelaku usaha
untuk berinvestasi dalam sektor-sektor penting tersebut karena IA-CEPA
memberikan akses dan kepastian investasi yang lebih baik. Pendidikan
tinggi dan vokasi menjadi fokus karena dapat meningkatkan standar dan
kompetensi tenaga kerja Indonesia menjadi bertaraf internasional sehingga
dapat menyuplai kebutuhan pasar tenaga kerja dan bersaing sehat secara
global,” lanjut Mendag.

2. Kerja Sama Ekonomi: Economic Powerhouse


Salah satu visi yang diharapkan muncul dari IA-CEPA ini adalah
“economic powerhouse”, yaitu sebuah konsep kerja sama kedua negara
dengan saling memanfaatkan keunggulan dan produktivitas masingmasing
untuk menyasar akses pasar ke negara ketiga. Mendag memberikan contoh,
misalnya industri makanan olahan berbahan dasar gandum seperti pasta dan
mi instan dapat memperoleh bahan baku gandum asal Australia dengan
harga lebih terjangkau sehingga produk Indonesia lebih kompetitif di pasar
global. 

3. Setelah Penandatanganan IA-CEPA


Setelah IA-CEPA ditandatangani, proses selanjutnya adalah
ratifikasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Setelah ratifikasi selesai,
maka naskah perjanjian akan dipertukarkan melalui nota diplomatik yang
menginformasikan seluruh persyaratan pemberlakuan persetujuan tersebut
telah dilaksanakan. Setelah itu, maka IA-CEPA secara resmi dapat
dipublikasikan isinya secara luas dan dimanfaatkan oleh semua pihak.
Pemerintah RI siap bekerja bersama DPR dalam proses ratifikasi. Sementara
itu, pemerintah juga terus menyosialisasikan keuntungan IA-CEPA kepada
publik, termasuk pelaku usahadan asosiasi di berbagai sektor agar
memanfaatkan perjanjian ini untuk kepentingan ekonomi secara luas.
Diharapkan, peningkatan ekspor dan penguatan daya saing dapat terwujud
dengan ditandatanganinya IA-CEPA,” kata Mendag.
IA-CEPA merupakan perjanjian dagang bilateral ke-5 yang
ditandatangani Indonesia dalam tiga tahun terakhir, setelah Indonesia-Chile
CEPA (Desember 2017), Preferensi unilateral Indonesia-Palestina
(Desember 2017), pengkajian ulang perjanjian perdagangan preferensial
Indonesia-Pakistan (Januari 2018), dan Indonesia-EFTA CEPA (Desember
2018). 

4. Sekilas Mengenai Perdagangan Indonesia-Australia dan Perundingan


IA-CEPA
Australia merupakan negara tujuan ekspor nonmigas ke-17 dan
negara sumber impor nonmigas ke-8 bagi Indonesia. Total perdagangan
Indonesia-Australia pada 2018 sebesar USD 8,6 miliar, dengan ekspor
Indonesia tercatat senilai USD 2,8 miliar dan impor sebesar USD 5,8 miliar,
sehingga Indonesia mengalami defisit sebesar USD 3 miliar. Namun, dari
sepuluh besar komoditas impor Indonesia dari Australia mayoritas
merupakan bahan baku atau bahan penolong industri, seperti gandum,
batubara, bijih besi, alumunium, seng, gula mentah, serta susu dan krim.
Produk ekspor utama Indonesia ke Australia pada 2018 adalah
petroleum (USD 636,7 juta); kayu dan furnitur (USD 214,9 juta); panel
LCD, LED, dan panel display lainnya (USD 100,7 juta); alas kaki (USD
96,9 juta); dan ban (USD 61,7 juta). Sedangkan, produk impor utama
Indonesia dari Australia adalah gandum (USD 639,6 juta), batu bara (USD
632 juta), hewan hidup jenis lembu (USD 573,9 juta), gula mentah atau tebu
lainnya(USD 314,7 juta), serta bijih besi dan bijih lainnya (USD 209,3 juta).
Adapun investasi Australia di Indonesia pada 2018 mencapai USD
597,4 juta dengan 635 proyek terdiri lebih dari 400 perusahaan Australia
yang beroperasi di berbagai sektor seperti pertambangan, pertanian,
infrastruktur, keuangan, kesehatan, makanan, minuman, dan transportasi.
Negosiasi IA-CEPA diluncurkan pada November 2010 dan
berlangsung selama 12 putaran dan beberapa pertemuan tingkat ketua
negosiator. Cakupan perundingan IA-CEPA adalah perdagangan barang
meliputi aspek nontarif, berbagai measures, ketentuan asal barang, prosedur
bea cukai dan fasilitasi perdagangan, hambatan teknis perdagangan, sanitasi
dan fitosanitasi; perdagangan jasa yang meliputi ketenagakerjaan, jasa
keuangan, telekomunikasi, jasa profesional; investasi; perdagangan
elektronik; kebijakan daya saing; kerja sama ekonomi; serta ketentuan
kelembagaan dan kerangka kerja.
Keunggulan IA-CEPA dibandingkan perjanjian perdagangan
lainnya, yaitu adanya kerja early outcomes yang berjalan bersamaan dengan
dirundingkannya IA-CEPA. Menurut Mendag, program early outcomes
dilaksanakan untuk menumbuhkan saling percaya di antara kedua negara.
Program early outcomes IA-CEPA meliputi Indonesia-Australia Business
Partnership Agreement (IA-BPG), Red Meat and Cattle Partnership, jasa
keuangan, proyek pertukaran pengembangan keterampilan, pendidikan dan
pelatihan vokasi, Indonesia Food Innovation Center (IFIC), pengembangan
desain pakaian dan perhiasan, produk-produk herbal dan spa, pengawasan
standar obat dan makanan, dan proyek pemetaan standar.

Anda mungkin juga menyukai