Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH TENTANG KERJASAMA INTERNASIONAL

NAMA: AISA NUR SYAFFITRI

KELAS: XI AGAMA

GURU: NADHORIATI M. S.Pd

MAN 4 BOYOLALI

6 ARTIKEL KERJASAMA INTERNASIONAL.


INDONESIA DAN BRAZIL Sepakat Tingkatkan Kerjasama Bilateral Bidang Peternakan dan Kesehatan
Hewan

Jakarta (12/2) - Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) I Ketut Diarmita
menerima kunjungan Wakil Menteri Pertanian Negara Brasil Eumar Roberto Novacki pada tanggal 12
Februari 2018 di Ditjen Peternakan dan Kesehatan hewan.

Pertemuan tersebut sebagai tindaklanjut dari hasil pertemuan antara Menteri Pertanian Andi Amran
Sulaiman dengan Wakil Menteri Pertanian Negara Brasil Eumar Roberto Novacki yang dilaksanakan
pada pagi hari di Kantor Kementerian Pertanian.

“Pertemuan ini untuk menjalin hubungan bilateral dua negara agar makin erat, serta untuk
memanfaatkan peluang kerjasama yang dapat dilakukan oleh kedua negara,” ungkap I Ketut Diarmita.

Menurut I Ketut Diarmita, untuk memperkuat kerjasama bilateral, Pemerintah Brazil telah
menyampaikan beberapa tawaran kerjasama, diantaranya yaitu: adanya keinginan Brazil ingin
melakukan kerjasama dalam memenuhi kekurangan pasokan daging sapi di Indonesia. Brazil melihat
konsumsi protein hewani di Indonesia saat ini masih sangat rendah bila dibandingkan dengan negara
anggota ASEAN lainnya, sehingga perlu untuk ditingkatkan.

“Mereka sampaikan bahwa populasi sapi di salah satu negara bagian Brasil memiliki populasi 14 juta
ekor dengan sistem pemeliharaan yang efisien, sehingga harga daging sapi di negara mereka dapat
lebih murah,” kata I Ketut Diarmita.

“Brazil mengundang Indonesia untuk melihat langsung sistem kesehatan hewan dan jaminan
keamanan pangan di negara mereka,” ucap I Ketut. “Brazil juga menawarkan untuk kerjasama dalam
perbaikan mutu genetik, pakan, food safety dan treacibility,” tambahnya.

Lebih lanjut, I Ketut mengungkapkan, Indonesia memang masih memerlukan pasokan sapi dari negara
lain karena produksi dalam negeri masih belum mencukupi. “Bagi kami, ini sangat bagus asal
memenuhi persyaratan teknis,” tandasnya.
Dalam pertemuan tersebut, Indonesia juga memanfaatkan peluang kerja sama dengan menawarkan
ekspor obat hewan ke Brazil, mengingat Indonesia saat ini sudah mengekspor ke 57 negara dengan
nilai Rp 27,674 triliun pada tahun 2017. Selain kerja sama dalam peningkatan mutu genetik pada sapi,
Indonesia juga ingin mengembangkan jenis rumput dari Brazil, serta mendatangkan investor Brazil
untuk membangun breeding farm di Indonesia.

“Kami juga ingin orang-orang Indonesia diberikan kemudahan untuk dapat belajar tentang breeding
dan manajemen pakan ternak di Universitas Brazil,” ungkap I Ketut. “Kami ingin ada Brazil mini di
Indonesia,” pungkasnya.

Dalam pertemuan tersebut Wakil Menteri Pertanian Negara Brasil Eumar Roberto Novacki siap untuk
bertukar teknologi, dan tindak lanjut kerjasama ini akan dilakukan dengan mengaktifkan lagi working
grup antar dua negara yang sudah lama tidak aktif.

Pihak Brazil juga menekankan bahwa niatnya mengekspor tidak untuk menyaingi produksi dalam
negeri Indonesia akan tetapi untuk mengisi kekurangan pasokan dalan meningkatkan konsumsi
protein hewani melalui konsumsi daging di Indonesia. Brazil berharap dapat membantu Indonesia
dalam mengembangkan peternakan nasional melalui berbagai kerjasama antara Brazil dengan
Indonesia.

INDONESIA DAN NORWEGIA Sepakat Perkuat Kerjasama di Berbagai Bidang.

Rabu, 15 April 2015

Dalam perbincangannya dengan PM Solberg, Presiden Jokowi membahas banyaknya persamaan


antara Indonesia dan Norwegia, kedua negara sangat menjunjung tinggi nilai-nilai universal, antara
lain demokrasi dan penghormatan terhadap hak asasi manusia, disamping adanya perbedaan karakter
dari kedua Negara baik itu dari segi geografis, ukuran penduduk dan kapasitas di bidang ekonomi.

Norwegia adalah mitra penting di bidang lingkungan hidup, kerjasama hak asasi manusia, energi,
perikanan, dan maritim”, ujar Presiden Jokowi.

Adapun Beberapa upaya penguatan kerjasama bilateral yang dilakukan kedua negara diantaranya :

Kedua negara bersepakat di bidang lingkungan hidup dan kehutanan untuk melanjutkan kerjasama
REDD+ yang pelaksanaannya telah dimulai sejak tahun 2010. Norwegia menghargai komitmen
Indonesia untuk penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 26-41% pada tahun 2020, serta beberapa
kebijakan alternatif lainnya.

Norwegia menjadi mitra penting di Indonesia dalam bidang perikanan untuk memberantas
penangkapan ikan secara illegal (IUU Fishing) dan budidaya ikan laut.

Di bidang energi terbarukan, kedua negara sudah bekerja sama sejak tahun 1995 di bidang
hydropower dan domestic biogas, dan akan terus berlanjut.
Indonesia-Norwegia sepakat untuk melakukan kerja sama triangular dengan melatih 25 (dua puluh
lima) polisi wanita dan 12 guru dari Afganistan di Jakarta dan Bandung. Upaya ini dilakukan untuk
menjajaki perluasan kerjasama Indonesia-Norwegia ke negara-negara berkembang lainnya.

Dalam bidang pendidikan, kedua negara sepakat untuk mendorong implementasi joint-degree antar
universitas di Indonesia, seperti UGM, ITB, dan Akademi Keperawatan Ibnu Sina yang sudah menjalin
kerja sama dengan sejumlah universitas di Norwegia.

Selain membahas hubungan bilateral antar kedua negara, Presiden Jokowi dan PM Solberg juga
bertukar pendapat mengenai isu regional dan global, diantaranya ASEAN, perubahan iklim, situasi
Timur Tengah dan lain-lain.

Kedua Negara juga telah sepakat untuk melakukan saling dukung bagi pencalonan anggota tidak tetap
Dewan Keamanan PBB, untuk Indonesia tahun 2019-2020 dan untuk Norwegia tahun 2021 dan 2022.

Dapat saya sampaikan bahwa Indonesia dan Norwegia telah memiliki “Kemitraan Dinamis†
yang dideklarasikan dan ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri dari kedua negara pada tahun
2010,” lanjut Presiden Jokowi. Kedua Negara juga telah memiliki forum reguler Dialog Hak Asasi
Manusia sejak tahun 2002.

INDONESIA-INGGRIS Pererat Hubungan Perdagangan - Komite Ekonomi dan JETCO

Jakarta - Menteri Perdagangan RI Muhammad Lutfi dan Secretary of State for International Trade
United Kingdom Elizabeth Truss secara virtual menandatangani Nota Kesepahaman Pembentukan
Komite Ekonomi dan Perdagangan Bersama (KEPB) atau Joint Economic and Trade Committee (JETCO).

Penandatanganan JETCO ini membuka peluang kerja sama perdagangan yang lebih besar di masa
mendatang. "Penandatanganan JETCO ini menandai babak baru dalam hubungan bilateral antara
Indonesia dan Inggris. Diharapkan kedua negara dapat mendorong peningkatan hubungan ekonomi
bilateral di masa depan, membantu masuknya barang dan jasa Indonesia ke pasar Inggris, serta
mendorong investasi Inggris di Indonesia," kata Lutfi.

Menurut Lutfi, pembentukan JETCO ini merupakan hasil rekomendasi dari Joint Trade Review (JTR)
yang dilakukan oleh Indonesia dan Inggris. JTR sendiri merupakan kajian bersama yang dilaksanakan
untuk menyusun rekomendasi dalam rangka peningkatan bidang perdagangan dan investasi dengan
mengidentifikasi sektor potensial, serta hambatan dan peluang kerja sama yang ada.

Penyusunan JTR Indonesia-Inggris dimulai pada Desember 2019 dan JTR Report telah difinalisasi pada
pertengahan April 2021. "JETCO merupakan tonggak penting dalam meningkatkan kemitraan
Indonesia-Inggris. Kami berharap selanjutnya kedua negara dapat meningkatkan hubungan ekonomi
dan perdagangannya bersama-sama melalui perjanjian perdagangan," ujar Lutfi.
Sampai saat ini, Lutfi mengungkapkan, kedua pihak telah mengidentifikasi sembilan sektor potensial
berikut hambatan dan peluang kerja samanya, yaitu pendidikan, makanan dan minuman serta produk
pertanian, teknologi, obat-obatan dan pelayan kesehatan, infrastruktur dan transportasi, kayu dan
produk kayu, energi terbarukan, jasa keuangan dan profesional, serta ekonomi kreatif.

JETCO dianggap penting sebagai sebuah forum dialog tahunan tingkat Menteri untuk membahas isu-
isu bilateral kedua negara dengan lebih intensif dan fokus sekaligus memastikan agar hasil JTR dapat
ditindaklanjuti.

"Mekanisme JETCO akan didahului dengan pertemuan working group (WG) di tingkat senior officials.
Ke depan, Indonesia dan Inggris dapat mengeksplorasi kemungkinan kemitraan ekonomi yang lebih
tinggi lagi, seperti perjanjian perdagangan," ungkap Lutfi.

Usai penandatanganan, Lutfi dan Secretary Truss didampingi delegasi masing-masing melaksanakan
pertemuan bilateral secara virtual untuk membahas tindak lanjut penandatanganan serta rencana
JETCO ke depan. Kedua Menteri sepakat untuk merencanakan pertemuan pertama JETCO pada Juli
2021 di Indonesia.

"Pertemuan tersebut sangat penting karena merupakan kesempatan untuk menentukan arah
hubungan bilateral ke depannya bagi kedua negara," jelas Lutfi.

Seperti diketahui, total perdagangan Indonesia-Inggris pada 2020 sebesar USD 2,2 miliar. Pada
Januari-Februari 2021 tercatat sebesar USD 335,70 juta. Dari jumlah tersebut, ekspor Indonesia ke
Inggris sebesar USD 201,86 juta.

Sedangkan, impor Indonesia dari Inggris sebesar USD 133,83 juta. Adapun produk ekspor utama
Indonesia ke Inggris diantaranya alas kaki dengan sol luar karet, plastik, kulit, minyak sawit, kopi.
Kemudian produk turunan seperti alas kaki dengan sol luar karet, plastik, kulit samak, atau kulit
komposisi dengan bagian atas bahan tekstil.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Kementerian Perdagangan


(Kemendag), Kasan pun mengungkapkan, di tengah kondisi pasca-Brexit dan pandemi Covid-19 ini,
para pelaku usaha produk kopi, teh, dan kakao Indonesia diharapkan mampu memanfaatkan peluang
ekspor ke Inggris.

"Mengingat ketiga jenis produk ini tren konsumsinya tetap menunjukkan peningkatan di masa
pandemi," ujar Kasan.

Lebih lanjut, menurut Kasan, di samping peluang yang ada, saat ini juga terdapat beberapa tantangan
yang dihadapi para pelaku usaha kopi, teh dan kakao Indonesia dalam mengekspor produknya.
"Selain hambatan tarif, beberapa hambatan nontarif yang juga perlu diperhatikan diantaranya isu
berkelanjutan (sustainability), lingkungan, serta story telling atau filosofi dari produk yang
dipasarkan," kata Kasan.

Kasan pun menjelaskan, sedangkan untuk produk kopi, adanya permintaan sertifikasi perdagangan
yang adil (fair trade), berkelanjutan, sistem ketelusuran (traceability), dan organik kerap menjadi
hambatan. Untuk teh, hambatannya adalah kandungan kadar antraquinone daun teh melampaui
ambang batas 0,02 mg per kilogram. Lalu, hambatan untuk kakao Indonesia adalah kandungan kadar
C admium masih melampaui ambang batas 0,5 ppm.

"Tantangan secara umum untuk ketiga produk tersebut diantaranya belum maksimalnya inovasi serta
ketatnya persyaratan keamanan pangan (food safety), kontaminan makanan (food contaminants),
serta pelabelan dan pengemasan (labeling and packaging)," terang Kasan.Di akhir keterangan pers,
Presiden Jokowi mengatakan bahwa dirinya menghargai kunjungan PM Solberg ke Indonesia,
“Saya yakin bahwa hubungan bilateral Indonesia dan Norwegia akan semakin kuat dan
bermanfaat bagi kedua negara”, tutup Presiden Jokowi. (Humas Kemensesneg)Kerja Sama
Indonesia-Amerika Serikat: Mulai Dari Dukungan Vaksin Hingga Peningkatan Neraca Perdagangan.

INDONESIA DAN AMERIKA SERIKAT.

Berpotensi untuk ditingkatkan dari nilai perdagangan saat ini sekitar USD 30 miliar. Nilai ini lebih kecil
dibandingkan dengan perdagangan bilateral antara Amerika Serikat dengan negara-negara ASEAN
lainnya.

Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia H.E. Sung Kim meyakini adanya kepentingan dan
komitmen yang kuat dari kedua negara. Dari Courtesy Call virtual yang diterima oleh Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, membahas isu terkait upaya peningkatan kerja
sama bidang ekonomi secara bilateral, penanggulangan pandemi Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi
Nasional (PEN).

“Amerika Serikat menyampaikan keprihatinan atas masa sulit yang dihadapi Indonesia karena
pandemi Covid-19. Pemerintah Amerika Serikat mendonasikan 4 juta dosis vaksin Moderna yang
dijadwalkan akan segera tiba, beserta bantuan teknis dan medis lainnya serta oksigen”, ujar Dubes
AS.

Dubes AS mengharapkan hubungan ekonomi termasuk di bidang perdagangan dan investasi kedua
negara dapat terus bertumbuh. Terdapat berbagai prospek investasi dari perusahaan-perusahaan
Amerika Serikat yang tertarik kepada Indonesia.

“Kita dapat meningkatkan nilai perdagangan hingga dua atau tiga kali lipat, mengingat Indonesia
merupakan negara ekonomi terbesar di ASEAN. Terdapat banyak ruang untuk perdagangan kedua
negara,” ulas Menko Airlangga yang sepakat bahwa neraca perdagangan bilateral kedua negara dinilai
masih kecil. Optimisme tersebut ditanggapi dengan pernyataan setuju dari Dubes AS.

Pemerintah Indonesia juga mengapresiasi atas dukungan dan suplai vaksin Moderna dari Amerika
Serikat. “Dukungan vaksin dapat membantu dan meningkatkan level kepercayaan para tenaga
kesehatan dan para garda depan”, tutur Airlangga yang juga merupakan Ketua Komite Penanganan
COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN).

Menko Airlangga juga menambahkan bahwa dalam melayani kebutuhan masyarakat dalam
perawatan medis selama masa pandemik, Pemerintah menggunakan medical devices baik dari dalam
negeri maupun impor. Hal ini didukung dengan relaksasi bea masuk.

Pertemuan ini juga membahas prospek kerja sama energi terbarukan. Airlangga memaparkan
berbagai potensi sumberdaya energi terbarukan seperti matahari, angin, dan panas bumi di
Indonesia. Pemerintah saat ini tengah mendorong penggunaan panel surya di beberapa pulau seperti
Batam dan Bintan melalui solar program, untuk menaikkan pasar permintaan panel surya. Indonesia
terbuka untuk kerjasama dengan Amerika Serikat guna mendorong percepatan transisi menuju energi
terbarukan di Indonesia. (dep7/map/fsr)

INDONESIA DAN SWISS Perkuat Kerja Sama Bilateral Pertukaran Profesional Muda

Bern, 30 November 2021 - Dirjen Pembinaan Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja Kemnaker
RI dan Dubes Vincenzo Mascioli, Director International Affairs dari Federal Department of Justice and
Police (FDJP) State Secretariat for Migration SEM telah melakukan penandatanganan The Agreement
on the Exchange of Young Professional (Persetujuan antara Dewan Federal Swiss dan Pemerintah
Republik Indonesia pada Pertukaran Profesional Muda) pada tanggal 30 November 2021 bertempat di
Bundeshaus West, Bern, Swiss. Dubes RI untuk Swiss, Muliaman Hadad, bersama dengan perwakilan
dari Kementerian Perdagangan RI dan Direktur Ketenagakerjaan Bappenas turut menyaksikan
penandatanganan dimaksud. Pihak Swiss yang turut hadir yaitu Head of Division Labor Market SEM,
FDJP dan Head of Division dari State Secretariat for Economic Affairs SECO.

Perjanjian ini merupakan tindak lanjut dari perundingan kemitraan ekonomi komprehensif antara
Indonesia dan European Free Trade Association (Indonesia-EFTA CEPA) yang telah ditandatangani
pada tahun 2018 dan kemudian difinalisasikan pada tahun 2019.

Dengan ditandatanganinya perjanjian kerja sama pertukaran profesional muda ini, kedua negara
sepakat untuk saling membuka pasar tenaga kerja bagi profesional muda usia 18 – 35 tahun untuk
bekerja di semua sektor di kedua negara, dengan tetap memperhatikan aturan, khususnya aturan
terkait tenaga kerja asing yang berlaku di kedua negara.

Penempatan dilakukan dengan basis kuota maksimal 50 orang profesional muda dalam setiap tahun
dengan berbasis kontrak kerja antara pemberi kerja dan pekerja, dimana skema ini telah dimiliki oleh
Pemerintah Swiss dengan 14 negara mitra kerjasamanya, salah satunya dengan Indonesia.
Kesepakatan pemerintah Indonesia dengan pemerintah Swiss ini, adalah sangat strategis bagi
Indonesia, terutama dalam rangka memperluas kesempatan kerja, khususnya di luar negeri. Terlebih
lagi untuk sektor-sektor pekerjaan yang perlindungannya cukup baik, baik itu dilihat dari segi upah,
kondisi pekerjaan ataupun kondisi hubungan industrial antara pemberi kerja dan tenaga kerja.

Hal ini berarti juga bahwa, kesempatan kerja bagi profesional muda Indonesia terbuka lebar di Swiss,
yang pada akhirnya dapat menurunkan angka pengangguran Indonesia, meningkatkan taraf hidup
masyarakat, dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Di lain pihak, kesepakatan ini juga menjadi
peluang bagi Indonesia, untuk lebih percaya diri dalam menggali peluang-peluang kerja formal yang
lebih luas lagi di negara lain.

“Kami berharap ini menjadi milestone awal terbukanya skema kerja sama penempatan tenaga kerja
Indonesia di negara-negara mitra kawasan Eropa" ujar Dirjen Binapenta, Kemnaker RI, Suhartono.
Lebih lanjut, Dirjen Binapenta menyampaikan kedua negara akan kembali duduk bersama untuk
membicarakan technical arrangement dari perjanjian ini guna dapat memaksimalkan pemanfaatan
kerja sama yang telah dijalin oleh kedua negara.

“Seperti diketahui, Indonesia-EFTA CEPA mulai berlaku sejak 1 November 2021 dan diharapkan
implementasi program Young Professional ini dapat disegerakan sehingga dapat mendukung
Indonesia-EFTA CEPA lebih maksimal bagi kedua belah pihak", ujar Dubes RI untuk Swiss, Muliaman
Hadad.

INDONESIA-BELANDA Mempererat Kerja Sama Bilateral Perdagangan

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Indonesia mendorong penjalinan kerja sama bilateral yang lebih
baik lagi dengan pemerintah Belanda. Kerja sama itu meliputi perdagangan, investasi, penanganan
Covid-19, dan dukungan untuk Presidensi G20 oleh Indonesia dalam satu tahun ke depan. Hal
tersebut dibahas di dalam pertemuan virtual antara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Airlangga Hartarto, dengan Menteri Perdagangan Luar Negeri dan Kerjasama Pembangunan Belanda
Tom De Bruijn, Selasa (16/11/2021). Belanda merupakan salah satu negara mitra dagang utama
Indonesia, dan juga mitra penanaman modal atau investasi. Menurut Airlangga, sebagai partner
strategis, masih banyak potensi perdagangan dan investasi yang bisa dieksplorasi lebih dalam dari
kedua negara. Baca Juga : Indonesia Terima Donasi 680.400 Vaksin Moderna dari Belanda Nilai
perdagangan kedua negara meningkat 26,27 persen atau sebesar US$2,9 miliar pada periode Januari-
Juli 2021, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Terkait dengan investasi, total
investasi Belanda di Indonesia adalah lebih dari US$1,4 miliar pada 2020, dan menduduki peringkat
keenam investor terbesar. Beberapa perusahaan Belanda yang sudah mempunyai nama besar di
Indonesia seperti Unilever, Lux, Frisian Flag, dan Phillips. “Saya senang perusahaan Belanda sudah
memutuskan untuk mengembangkan operasi bisnis juga investasinya di Indonesia. Misalnya Unilever
Oleochemical yang akan mengembangkan portofolio bisnisnya di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei
Mangkei Sumatera Utara,” jelas Airlangga, seperti yang dikutip dari siaran resmi, Selasa (16/11/2021).
Airlangga mendukung lebih banyak perusahaan Belanda untuk mengembangkan bisnisnya di
Indonesia. Apalagi, dia menyebut Undang-Undang (UU) Cipta Kerja yang salah satunya mengatur
tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), bisa menarik lebih banyak minat investor dengan adanya
insentif yang diberikan untuk KEK di seluruh Indonesia. Baca Juga : Sri Mulyani Siap Buru
Pengemplang Pajak di 13 Negara Ini “Kami terbuka untuk kedatangan trade mission Belanda ke
Indonesia untuk menaikkan kembali perdagangan dan investasi. Pemerintah memberikan insentif
seperti tax holiday yang berdasarkan kepada total investasi. Secara khusus, kami menyarankan
investasi di bidang digital seperti data center, kemudian infrastruktur digital, dan industri 4.0 lalu
semi-konduktor, karena kami punya industri bahan mentah [tembaga atau nikel] untuk semi-
konduktor,” ungkap Airlangga. Di luar persoalan ekonomi, Indonesia dan Belanda sama-sama
mengalami krisis akibat pandemi Covid-19. Menteri Tom mengapresiasi usaha pemerintah Indonesia
dalam menurunkan kasus Covid-19 di dalam negeri, hingga dikategorikan masuk level rendah (low)
terkait dengan infeksi oleh WHO. Di sisi lain, Belanda saat ini sedang mengalami kenaikan kasus
kembali dan tengah menerapkan half-lockdown. “Maka itu, menjadi penting untuk menguatkan
kolaborasi kedua negara untuk memulihkan ekonomi, dan untuk mengejar Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan, termasuk spirit COP26, untuk menurunkan emisi karbon yang akan menguntungkan
planet dan kehidupan kita, serta untuk mewujudkan green climate fund yang mendukung negara
berkembang mencapai target pengurangan emisi karbon,” tambah Airlangga. Baca Juga : Utang Luar
Negeri RI Naik, Ekonom: Ada Indikasi Peningkatan Investasi Seperti diketahui, pemerintah Indonesia
menjalankan kebijakan yang menekankan keseimbangan antara pengendalian dari sisi kesehatan dan
perekonomian, di dalam negeri. Hal itu diwujudkan dengan PPKM sesuai level kondisi pandemi di
masing-masing daerah, serta penyediaan suplai alat-alat kesehatan dan obat-obatan. Tidak hanya itu,
penanganan juga dilakukan dengan memberikan insentif fiskal, mendukung sektor swasta, dan
menjaga daya beli masyarakat melalui pinjaman berbunga rendah atau Kredit Usaha Rakyat (KUR),
maupun bantuan keuangan lainnya. “Namun, sektor pariwisata masih menjadi salah satu sektor yang
belum sepenuhnya bangkit, karena kami masih membahas Vaccinated Travel Lines [VTL] dengan
beberapa negara. Saat ini, Indonesia sudah membuka untuk 19 negara untuk pariwisata, tapi kami
masih menerapkan 3 hari karantina untuk turis yang sudah divaksinasi lengkap, serta melakukan Tes
PCR di hari 1 dan 3. Kami juga sedang mewaspadai masa liburan Natal dan Tahun Baru, karena selalu
ada kenaikan kasus pada masa itu, menurut pengalaman dua tahun ini,” jelas Airlangga yang juga
menjabat sebagai Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN). Di
dalam pertemuan tersebut, kedua pihak tidak lupa membahas pelaksanaan Presidensi G20 Indonesia
di 2022. Pemerintah Belanda menyampaikan kesiapannya untuk mendukung target-target Presidensi
G20 Indonesia pada tahun depan. Selanjutnya, Menko Perekonomian berharap agar Belanda dapat
memfasilitasi Indonesia - EU CEPA Meeting, mengingat hubungan kedua negara yang sudah
berlangsung sangat lama. Airlangga menyatakan harapannya agar penyelesaian perundingan
Indonesia-EU CEPA yang saat ini sudah memasuki putaran ke-11, bisa dipercepat. “Saya percaya
keputusan yang cepat dari perundingan Indonesia - EU CEPA akan mengirimkan sinyal kuat ke
komunitas internasional bahwa kerja sama ekonomi akan selalu dikedepankan dan membawa hasil
positif bagi kepentingan ekonomi nasional, khususnya dalam masa penuh tantangan seperti saat ini,”
pungkasnya.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul "Indonesia-Belanda Mempererat Kerja Sama
Bilateral Perdagangan", indonesia-belanda-mempererat-kerja-sama-bilateral-perdagangan.
Author: Dany Saputra

Editor : Hafiyyan

Anda mungkin juga menyukai