Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENGANTAR ILMU EKONOMI INTERNASIONAL

PERDAGANGAN DAN KERJASAMA INTERNASIONAL


INDONESIA-AMERIKA SERIKAT

DOSEN PENGAJAR

M. ADITYA PERDANA PUTRA M.E

DISUSUN OLEH

Dalilla Qori Kurniati (4201714090)

M. Rendi Fakhrian (4201714113)

Nur Adiah DuwiAsih (4201714095)

POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur marilah kita panjatkan pada Allah SWT yang telah
menciptakan manusia dan memuliakannya di atas makhluk - makhluk yang
lain. Juga tidak lupa pula shalawat dan salam atas pemimpin umat islam yakni
baginda besar Muhammad SAW, beserta para sahabat dan pengikutnya hingga
akhir zaman.
Alhamdulillah berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini dengan judul “Perdagangan dan Kerjasama Internasional
Indonesia-Amerika Serikat”.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi Internasional. Kami berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca. Tidak lupa kami mohon maaf apabila dalam
penyusunan makalah ini terdapat kesalahan baik dalam kosa kata ataupun isi dari
keseluruhan makalah ini. Kami sebagai penulis sadar bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna dan untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi
kebaikan kami untuk kedepannya.

Pontianak, Oktober 2018

Penyusun
Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................... 1
a. Pendahuluan ....................................................................................................... 1
1. Latar belakang ............................................................................................. 1
2. Asal Mula perdagangan dan bentuk kerja sama .......................................... 3
b. Rumusan Masalah .............................................................................................. 5
c. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 5

BAB II TEORI ....................................................................................................... 6

BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................... 8

a. Perkembangan perdagangan dan kerjasama ....................................................... 8


b. Pasang surut dalam hubungan perdagangan dan kerjasama ............................... 8
c. Perkembangan terkini ....................................................................................... 10

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 13

a. Kesimpulan ...................................................................................................... 13
b. Saran ................................................................................................................ 13

REFERENSI ......................................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
1. Latar belakang

Sampai saat ini Amerika Serikat (AS) masih merupakan kekuatan utama
di dunia, baik dari sisi politik, militer, maupun ekonomi. Amerika Serikat
merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ketiga di dunia yakni sekitar
311.6 juta jiwa pada tahun 2011 (World Bank 2012). Pendapatan per kapita
penduduknya tercatat sebesar US$ 48,100 menjadikannya sebagai kekuatan
ekonomi terbesar di dunia. Perekonomian AS baik sektor manufaktur maupun
sektor jasa sudah cukup maju.

Hubungan ekonomi Indonesia dan AS sangat dekat terutama sejak


pemerintahan Orde Baru. Neraca perdagangan nilai ekspor komoditas non migas
Indonesia ke Amerika Serikat selama Januari – September 2012 tercatat sebesar
US $ 11,08 miliar atau 9,69 % dari keseluruhan ekspor non migas sebesar US$
114,36 miliar (BPS: 2012). Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, nilai
perdagangan Indonesia – AS cende rung meningkat dari tahun ke tahun. Tercatat
terdapat peningkatan nilai perdagangan sebesar 12.08% dari tahun 2007-2011. Di
bidang investasi, nilai investasi AS ke Indonesia pada tahun 2011 mencapai US$
1,5 miliar dengan porsi 7,6% dari total investasi dan meningkat dibanding tahun
sebelumnya yang mencapai US$ 1 miliar. Kementerian Koordinator
Perekonomian dalam laporan tahun 2011 memperkirakan nilai investasi AS ke
Indonesia akan semakin meningkat seiring dengan recovery ekonomi AS pasca
krisis global 2008-2009.

Walaupun menunjukkan peningkatan, aktivitas perekonomian indonesia-


AS tidak sebanding dengan peningkatan hubungan politik dan potensi yang
dimiliki kedua negara. AS adalah mitra utama perdagangan internasional
Indonesia, namun volume dan nilainya masih kecil. Data di atas memperlihatkan
masih kecilnya volume perdagangan antara Indonesia dan AS dewasa ini

1
dibandingkan dengan potensi yang dimiliki oleh keduanya. Selain perdagangan,
investasi AS di Indonesia (berkisar pada 4% dari total investasi di Indonesia tahun
2010) juga masih relatif kecil dibandingkan dengan Jepang (29% tahun 2010)
(Sumber: Kementerian Koordinator Perekonomian: 2011).

Hubungan ekonomi yang kurang berkembang ini cukup memprihatinkan


mengingat kedua negara memiliki potensi yang besar dan peningkatan kegiatan
ekonomi diantara kedua negara dapat memperkuat perekonomian kedua negara.
Oleh karena itu sangat diperlukan suatu kajian (study) dalam menganalisis
peluang dan tantangan guna meningkatkan hubungan ekonomi dan finansial yang
saling menguntungkan terutama bagi indonesia dalam suatu bentuk kajian
penelitian.

2
2. Asal mula

Sejak penandatanganan Indonesia-US Comprehensive Partnership


Agreement (CPA) tahun 2010, hubungan ekonomi Indonesia dan Amerika Serikat
(AS) makin diwarnai oleh kepentingan meningkatkan kerja sama energi
mengingat energi menjadi komoditas strategik kedua negara.Dalam rangka
mendukung kerjasama ekonomi antara Indonesia dan AS, Pemerintah AS telah
mengembangkan beberapa inisiatif seperti yang tertuang di Fact Sheet Economic
andTrade Cooperation with Indonesia yang diterbitkan oleh Gedung Putih pada
tahun 2010 sebagaiberikut:

a. US-Indonesia Trade and Investment Dialogue

Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat secara rutin terlibat dalam


pembahasan isu-isu perdagangan dan investasi melalui US-Indonesia Trade and
Investment Agreement (TIFA). Indonesia dan Amerika Serikat memiliki
komitmen untuk meningkatkan hubungan bilateral, termasuk di bidang
perdagangan dan investasi. Beberapa pertemuan telah dilakukan antara pimpinan
kedua belah negara, termasuk: pertemuan bilateral di tahun 2005 dan 2006 di
Washington, D.C. dan Bogor; pertemuan di konferensi APEC di Santiago, Chile,
pada 2004, dan Busan, Korea, pada 2005, dan Sydney, Australia, tahun 2007.

b. USAID Economic Growth Assistance Program

Pemerintah Amerika melakukan investasi di beberapa proyek bantuan


dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara cepat, inklusif, dan
berkesinambungan. Investasi senilai USD 65 juta, bekerja sama dengan
Pemerintah Indonesia dan World Bank, diharapkan dapat meningkatkan
penciptaan lapangan kerja dan akses yang lebih baik terhadap infrastruktur dasar
pedesaan. Pemerintah Amerika Serikat juga menawarkan bantuan penasehat bagi
Kementerian Perdagangan Indonesia untuk mendorong perdagangan dan investasi
internasional, serta memperbaiki lingkungan bisnis untuk produk pertanian yang
bernilai tinggi.

3
c. Export Sucesses for American Businesses

Indonesia merupakan salah satu dari enam National Export Initiatives


(NEI) yang difokuskan untuk menjadi sasaran ekspor Amerika Serikat. Adapun
bidang-bidang ekspor ke Indonesia dari Amerika Serikat difokuskan pada
transportasi, energi, teknologi informasi, lingkungan, pendidikan, pangan /
pertanian, kesehatan, pertahanan, dan industri kreatif.

d. Perjanjian Overseas Private Investment Corporation (OPIC)

OPIC merupakan perjanjian yang relatif baru baru untuk mendorong investasi
Amerika Serikat di Indonesia. Pada bulan April 2010 ditandatangani perjanjian
investasi baru yang menggantikan perjanjian tahun 1967, dengan kerangka yang
telah diperbaharui, termasuk project finance dan jasa asuransi risiko politik untuk
proyek-proyek besar.

e. Global Entrepreneurship Program (GEP) Indonesia

Program ini berfungsi untuk mendukung dan memberdayakan wirausaha


Indonesia, di mana Pemerintah Amerika Serikat mengembangkan program-
program yang mendukung ekosistem bagi wirausahawan dan wirausahawati.
Indonesia sendiri merupakan salah satu dari dua negara percobaan atas GEP
global.

f. United States Trade and Development Agency (USTDA) Geothermal


Development

Salah satu bagian dari kerjasama ekonomi Indonesia dan Amerika Serikat
adalah bidang energi. USTDA dan Pemerintah Indonesia serta sponsor dari pihak
swasta mengembangkan beberapa proyek terkait energi, seperti proyek
geothermal Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) di Jawa Barat, proyek
geothermal swasta di daerah Halmahera, dan program pelatihan untuk
memperkuat kemampuan pemerintah daerah dalam mengembangkan proyek
berbasis energi panas bumi.

4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perkembangan perdagangan dan kerjasama Indonesia dan
Amerika Serikat?
2. Bagaimana Pasang surut dalam hubungan perdagangan dan kerjasama
internasional Indonesia dan Amerika Serikat?
3. Bagaimana perkembangan terkini perdagangan dan kerjasama
internasional Indonesia dan Amerika Serikat?
C. Tujuan Penelitian
1. Agar dapat mengetahui perkembangan perdagangan dan kerjasama
Indonesia Dan Amerika Serikat.
2. Agar dapat mengetahui Pasang surut dalam hubungan perdagangan dan
kerjasam internasional Indonesia dan Amerika Serikat.
3. Agar dapat mengetahui perkembangan terkini perdagangan dan kerjasama
internasional indonesia dan Amerika Serikat.

5
BAB II

TEORI

Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh


penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan
bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu
dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau
pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak negara,
perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan
GDP. Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan tahun,
dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru dirasakan
beberapa abad belakangan. Perdagangan internasional pun turut mendorong
Industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan
multinasional.

Teori perdagangan Internasional

Model Adam Smith

Model Adam Smith ini memfokuskan pada keuntungan mutlak yang


menyatakan bahwa suatu negara akan memperoleh keuntungan mutlak
dikarenakan negara tersebut mampu memproduksi barang dengan biaya yang
lebih rendah dibandingkan negara lain. Menurut teori ini jika harga barang dengan
jenis sama tidak memiliki perbedaan di berbagai negara maka tidak ada alasan
untuk melakukan perdagangan internasional.

Model Ricardian

Model Ricardian memfokuskan pada kelebihan komparatif dan mungkin


merupakan konsep paling penting dalam teori pedagangan internasional. Dalam
Sebuah model Ricardian, negara mengkhususkan dalam memproduksi apa yang
mereka paling baik produksi. Tidak seperti model lainnya, rangka kerja model ini
memprediksi di mana negara-negara akan menjadi spesialis secara penuh
dibandingkan memproduksi bermacam barang komoditas. Juga, model Ricardian
tidak secara langsung memasukan faktor pendukung, seperti jumlah relatif dari
buruh dan modal dalam negara.

6
Model Heckscher-Ohlin

Model Heckscgher-Ohlin dibuat sebagai alternatif dari model Ricardian


dan dasar kelebihan komparatif. Mengesampingkan kompleksitasnya yang jauh
lebih rumit model ini tidak membuktikan prediksi yang lebih akurat.
Bagaimanapun, dari sebuah titik pandangan teoritis model tersebut tidak
memberikan solusi yang elegan dengan memakai mekanisme harga neoklasikal
kedalam teori perdagangan internasional.

Teori ini berpendapat bahwa pola dari perdagangan internasional


ditentukan oleh perbedaan dalam faktorpendukung. Model ini memperkirakan
kalau negara-negara akan mengeksporbarang yang membuat penggunaan intensif
dari faktor pemenuh kebutuhan dan akan mengimpor barang yang akan
menggunakan faktor lokal yang langka secara intensif. Masalah empiris dengan
model H-o, dikenal sebagai Pradoks Leotief, yang dibuka dalam uji empiris oleh
Wassily Leontief yang menemukan bahwa Amerika Serikat lebih cenderung
untuk mengekspor barang padat karya dibanding barang padat modal dan
sebagainya.

7
BAB III

PEMBAHASAN

A. Perkembangan perdagangan dan kerjasama Internasional Indonesia-


Amerika Serikat

Neraca perdagangan Indonesia terhadap Amerika Serikat menunjukkan


nilai yang positif, atau dengan kata lain nilai ekspor Indonesia ke Amerika Serikat
lebih besar dibandingkan dengan nilai impor Amerika Serikat sendiri yang
merupakan salah satu negara asal impor terbesar. Walaupun sempat mengalami
penurunan pada tahun 2014 hingga 2016 dikarenakan kondisi pasar internasional
yang juga sedang tidak membaik pasca keputusan pemotongan produksi oleh
OPEC , nilai impor indonesia dari amerika serikat mengalami kenaikan kembali
pada tahun 2017.sedangkan nilai ekspor indonesia terhadap amerika serikat,
sempat mengalami penuruan pada tahun 2015 dan 2016, dikarenakan melemahnya
beberapa harga komoditas, seperti kopi, lada hitam, putih, kakao, rumput laut, dan
tanaman obat. Kondisi itu diperparah dengan permintaan global yang tak kunjung
membaik, sehingga volume ekspor Indonesia masih belum bisa bangkit, dan
ekspor indonesia ke amerika mengalami peningkatan kembali pada tahun 2017.

B. Pasang Surut dalam hubungan perdagangan dan kerja sama


Internasional Indonesia-Amerika Serikat

Dalam, hubungan dagang, AS merupakan mitra dagang terbesar


ketiga bagi Indonesia setelah Cina dan Jepang. Neraca perdagangan Indonesia
terhadap Amerika Serikat menunjukkan nilai yang positif. Ekspor nonmigas
yaitu karet, tekstil dan pakaian jadi, alas kaki dan mesin listrik mendominasi
komoditas Indonesia yang dikirim ke AS. Nilai ekspor nonmigas Indonesia secara
keseluruhan mengalami tren yang meningkat, kecuali di tahun 2009 sebagai
dampak dari krisis ekonomi di AS; kenaikan ekspor tahun 2010 dan 2011

8
mencapai 31,49% dan 15,37% (Kementerian Perdagangan, 2012). AS juga
merupakan salah satu negara asal impor terbesar, bersama dengan negara-
negara ASEAN, Jepang, dan Cina. Nilai impor Indonesia dari Amerika Serikat
pada tahun 2011 mencakup 6,09% dari total impor Indonesia, lebih kecil dari nilai
impor tahun 2009 dan 2010.
Walaupun tren sejak tahun 2008 menunjukkan bahwa Indonesia
memiliki nilai transaksi berjalan yang positif, terjadi defisit transaksi berjalan
yang mencapai 3,1% dari PDB pada awal tahun 2012 dan 2,6% dari PDB pada
kuartal ketiga 2012. Salah satu penyebab defisit transaksi berjalan sebesar USD
561,1 juta pada periode Januari – Oktober 2012 adalah impor pesawat dari AS ke
Indonesia.
Nilai investasi Amerika Serikat ke Indonesia pada 2011 mencapai
USD 1,5 miliar, atau 7,6% dari total investasi yang masuk ke Indonesia dan
meningkat dibanding tahun sebelumnya yang mencapai US$ 1 miliar. Investasi
langsung (Foreign Direct Investment) dari AS menyumbang 4% dari total
nilai FDI di Indonesia. Posisi FDI Indonesia terhadap Amerika Serikat
mencapai puncaknya pada tahun 2005, namun kemudian menurun hingga bernilai
negatif di 2006. Tren posisi FDI dari 2007 hingga 2010 mengalami penurunan.
Pasang surut FDI AS ke Indonesia tidak terlepas dari perubahan rezimatau
undang-undang yang berlaku di Indonesia. Pemerintah Indonesia
mengeluarkan berbagai produk perundangundangan yang meliberalisasi
investasi asing di Indonesia pada tahun 1980an dan tahun 1990an. Namun krisis
yang terjadi akhir tahun 1990an menyebabkan Indonesia tidak menjadi
tujuan investasi yang menarik dimata investor asing. Keadaan ini mulai membaik
setelah tahun 2001 ketika Pemerintah bersikap lebih terbuka terhadap
investasi asing, daya tawar perusahaanperusahaan Indonesia yang kompetitif,
privatisasi dan rekapitalisasi bank-bank di Indonesia, dan privatisasi beberapa
BUMN. Pada tahun 2005, ketika saham FDI di Indonesia mencapai US$10
Milyar, perusahaan multinasional AS mendominasi investasi asing di
Indonesia. Hampir 60% FDI dari AS terkonsentrasi pada sektor minyak, gas,dan
pertambangan. AS turut memberikan berbagai macam bentuk bantuan bagi
Indonesia yang disalurkan melalui United States Agency for International
Development (USAID). Terkait dengan bidang ekonomi, terdapat beberapa
aspek yang menjadi fokus dari bantuan AS ini, diantaranya: Penguatan
pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan pekerjaan, Pengembangan
iklim usaha dan perusahaan, stabilitas dan kewajaran sektor keuangan,
perbaikan kualitas jasa kebutuhan dasar, jasa lingkungan, jasa kesehatan,
serta sektor pangan dan gizi. Selain itu, AS juga memberikan pinjaman luar
negeri. Pinjaman bilateral yang berasal dari Amerika Serikat menempati
peringkat kedua setelah pinjaman bilateral yang berasal dari Jepang.
Berdasarkan kondisi yang terkait dengan Indonesia dan AS, terdapat
berapa bidang kerja sama yang berpeluang untuk dikembangkan kedua negara,
yaitu: a. Kerja sama di bidang infrastuktur yang masih menjadi kelemahan
utama di Indonesia sebenarnya juga menjadi peluang utama kerjasama
ekonomi dengan AS. Selain proyek pembangunan, AS dapat memberikan
konsultasi infrastruktur yang dibutuhkan Indonesia, terutama untuk sektor

9
informasi dan teknologi (IT) dan migas. b. Meningkatkan perdagangan bilateral
yang tidak hanya menyangkut perdagangan komoditas terutama pertanian,
tekstil, perkayuan, dan industri perfilman, tapi juga berbagai kegiatan yang
dapat mendorong perdagangan syaitu sertfikasi dan labeling, pemberian General
System of Preferences (GSP) bagi Indonesia, perlindungan HKI oleh
Pemerintah Indonesia bagi produk dari AS, dan tindakan tegas terhadap
praktek-praktek korupsi dan birokrasi yang berbelit-belit. c. Perbaikan
pelaksanaan debt-swap. AS merupakan negara kreditor yang paling banyak
memberikan pengurangan utang dengan menggunakan skema debt-for nature
swap (DNS). Pada tahun 2009, Indonesia juga menandatangani perjanjian
DNS dengan AS untuk mengalihkan sisa pembayaran enam jenis utang
pemerintah Indonesia hingga US$29.2 juta selama 8 tahun ke depan namun
pelaksanaan DNS ini cukup banyak menimbulkan masalah karena besarnya
jumlah hutang yang tetap harus dibayar Pemerintah Indonesia. d. Kedua negara
dapat meningkatkan hubungan ekonomi dengan meningkatkan transparansi
akun wajib pajak AS di Indonesia. Indonesia dapat membantu pelaksanaan
FATCA yang menjadi mekanisme Pemerintah Amerika Serikat untuk
menyingkap dan membuka penyalahgunaan pajak yang dilakukan oleh
warganya yang memiliki akun keuangan di luar negeri.

C. Perkembangan Terkini

 Kerjasama dan perdagangan terbaru

Indonesia dan Amerika Serikat (AS) sepakat untuk meningkatkan kerja


sama ekonomi kedua negara khususnya bidang perdagangan dan investasi yang
diharapkan mampu memberikan keuntungan yang sama bagi kedua belah pihak.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita seusai melakukan pertemuan


dengan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Joseph R. Donovan Jr
mengatakan bahwa kunci untuk meningkatkan perdagangan adalah perdagangan
yang adil, perdagangan bebas dan saling menguntungkan.

"Untuk investasi, ada dua kata kunci, yaitu keterbukaan dan kompetitif.
Kami sepakat untuk meningkatkan hubungan perdagangan dan investasi," kata
Enggartiasto di Jakarta, Rabu (18/4/2018). Dalam kesempatan tersebut, Donovan
mengatakan bahwa pembicaraan yang dilakukan dengan Enggartiasto
memberikan pandangan positif. Kedua negara sepakat untuk bisa meningkatkan
perdagangan dan investasi secara keseluruhan."Kami sepakat, tiga kata kunci
untuk perdagangan itu. Tapi kami juga meminta keterbukaan dan kompetitif untuk
investasi," kata Donovan. Beberapa komoditas ekspor Indonesia ke Amerika
Serikat yang mengalami peningkatan ekspor pada Maret 2018 dibanding Februari
antara lain adalah alas kaki yang naik sebesar 46,07%, barang rajutan 26,29%,
serta besi baja yang naik dari USD2,13 juta menjadi USD35,3 juta.

10
Berdasarkan data neraca perdagangan non-migas per Januari hingga Juni
2018, Indonesia mengalami surplus 4,119 miliar dollar AS atas perdagangannya
dengan AS.

Namun, angka ini menurun dibandingkan nilai surplus neraca perdagangan


non-migas dengan AS periode Januari-Juni 2017 yang lebih tinggi, mencapai
4,703 miliar dollar AS. Bila dilihat dari pangsa pasar ekspor non-migas Indonesia,
AS termasuk satu dari tiga negara terbesar selain Tiongkok dan Jepang. Dari total
ekspor non-migas Januari-Juni 2018, porsi ke AS sebesar 10,78 persen atau setara
dengan 8,56 miliar dollar AS. Sementara Indonesia tidak terlalu bergantung
dengan impor dari AS. Hal itu terlihat dari tiga negara pangsa impor non-migas
Indonesia periode Januari-Juni 2018 yang berasal dari Tiongkok, Jepang, dan
Thailand. Komoditas ekspor Secara lebih rinci, total ekspor Indonesia ke AS pada
Januari-Juni 2018 sebesar 8,559 miliar dollar AS dengan komoditas utama di
antaranya lemak dan minyak hewani atau nabati, karet, bahan bakar mineral, kayu
dan barang dari kayu, aneka produk kimia, kertas dan kertas karbon, perabotan,
ikan dan krustasea, serta pakaian dan aksesori pakaian. Sedangkan nilai impor
dari AS untuk periode yang sama sebesar 4,441 miliar dollar AS, dengan
komoditas utama yang diimpor seperti mesin-mesin/pesawat mekanik, biji-bijian
berminyak, kapal terbang dan bagiannya, kapas, ampas/sisa industri makanan,
bubur kayu, mesin/peralatan listrik, plastik dan barang dari plastik, berbagai
produk kimia,serta perangkat optik

 Kebijakan terbaru

Di tengah aksi agresif Amerika Serikat dalam menaikkan tarif impor dari berbagai
negara, Indonesia bertumpu pada keberlanjutan kebijakan generalized system of
preference (GSP) agar bisa melanjutkan hubungan bilateral yang baik dengan AS.

Ekonom Universitas Indonesia Fithra Faisal mengatakan, dengan kecenderungan


pemerintahan Presiden AS Donald Trump yang lebih mengandalkan kerja sama
bilateral, GSP menjadi satu-satunya tumpuan Indonesia untuk dapat menjalin
hubungan dagang dengan Negeri Paman Sam.

“Jadi, memang pemerintahan Trum lebih mengedepankan GSP dan lebih


berdasarkan kebutuhan domestik [AS] saja,” jelasnya saat dihubungi, Rabu
(20/6/2018).

Sebagai informasi, GSP adalah kebijakan pembebasan tarif bea masuk terhadap
impor barang-barang tertentu dari negara-negara berkembang. Program ini telah
berlangsung sejak 1976, tetapi sempat dihentikan pada 2013 dan kembali
diberlakukan pada Juni 2015.

Saat ini, pemberlakuan insentif GSP untuk Indonesia masih ditinjau ulang oleh
Pemerintah AS. Pasalnya, United States Trade Representative (USTR) khawatir
RI tidak mematuhi kriteria program tersebut terkait akses pasar.

11
Pekan ini, peninjauan ulang GSP untuk RI tersebut akan memasuki tahapan
dengar pendapat (hearing) di Washington DC.

Fithra berpendapat progres pembahasan kebijakan GSP untuk barang-barang


impor dari Indonesia tersebut tidak akan berjalan cepat. Sehingga, menurutnya, RI
masih memiliki kesempatan untuk memanfaatkan fasilitas GSP yang ada sekarang
hingga akhir tahun.

Dia menjelaskan, jika pada akhirnya insentif GSP untuk Indonesia tidak dapat
dilanjutkan, hal tersebut tidak akan berdampak langsung terhadap neraca
perdagangan RI secara keseluruhan.

“Karena sebenarnya AS bagi Indonesia adalah pasar tradisional. Kita seharusnya


bisa lebih memanfaatkan negara [mitra dagang] lain untuk memperluas basis
perdagangan, seperti pasar Afrika atau Amerika Selatan.”

12
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, kami menyimpulkan bahwa Neraca


perdagangan Indonesia terhadap Amerika Serikat menunjukkan nilai yang positif,
atau dengan kata lain nilai ekspor Indonesia ke Amerika Serikat lebih besar
dibandingkan dengan nilai impor Amerika Serikat sendiri yang merupakan salah
satu negara asal impor terbesar. Hubungan kerja sama internasional Indonesia dan
Amerika Serikat telah mengalami beberapa kali peningkatan dan penurunan ,
penurunan terbesar terjadi pada tahun 2016 dan peningkatan tertinggi terjadi pada
tahun 2017 . Indonesia dan Amerika Serikat (AS) sepakat untuk meningkatkan
kerja sama ekonomi kedua negara khususnya bidang perdagangan dan investasi
yang diharapkan mampu memberikan keuntungan yang sama bagi kedua belah
pihak. Di tengah aksi agresif Amerika Serikat dalam menaikkan tarif impor dari
berbagai negara, Indonesia bertumpu pada keberlanjutan kebijakan generalized
system of preference (GSP) agar bisa melanjutkan hubungan bilateral yang baik
dengan Amerika Serikat. GSP adalah kebijakan pembebasan tarif bea masuk
terhadap impor barang-barang tertentu dari negara-negara berkembang. Program
ini telah berlangsung sejak 1976, tetapi sempat dihentikan pada 2013 dan kembali
diberlakukan pada Juni 2015.

B. Saran

Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih banyak kekurangan baik dari isi
maupun cara penulisannya. Untuk itu kami sebagai penulis mohon maaf apabila
pembaca tidak merasa puas dengan hasil yang kami sajikan, dan kritik beserta
saran juga kami harapkan agar dapat menambah wawasan untuk memperbaiki
pembahasan makalah kami. Harapan kami agar seluruh mahasiswa atau pembaca
dapat memahami tentang perdagangan dan kerjasama Internasional Indonesia dan
Amerika Serikat.

13
REFERENSI

http://nailatulfaizah.blogspot.com/2014/05/makalah-hubungan-antara-
amerika-serikat.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Perdagangan_internasional

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/07/16/131443726/meski-as-review-
perdagangan-neraca-perdagangan-indonesia-surplus.

https://economy.okezone.com/read/2018/04/18/320/1888446/indonesia-as-
sepakat-tingkatkan-perdagangan-dan-investasi

http://industri.bisnis.com/read/20180620/12/807858/kebijakan-gsp-amerika-
serikat-apa-pentingnya-untuk-ekspor-indonesia

14

Anda mungkin juga menyukai