Anda di halaman 1dari 14

PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN DAN PENGARUHNYA

TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI

D INDONESIA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Hukum Pembangunan

Dosen Pengampu: Devi Elora, S.H., M.Kn.

Disusun oleh:
Vianka Meisya Azzahra 41151010200002
Rahmalia Zayinul Farhan 41151010200049
Ficky Perdana Putra 41151010100171
M.Rizki Ikhsan N.M 41151010200058
Robinhot Sihite 41151010190160

PRODI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM


UNIVERSITAS LANGLANGBUANA BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu terucap kepada Allah SWT yang sampai saat ini telah memberikan
nikmat sehat, sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah ini tanpa terkendala masalah yang
berarti. Sebagaimana mahasiswa, kami menyadari masih banyak kekurangan dalam oembuatan
makalah ini. Oleh karena itu, kami secara pribadi memohon maaf atas kesalahan yang mungkin
ada pada isi makalah. Kami harao isi makalah yang berjudul “Penegakan hukum lingkungan dan
pengaruhnya terhadap pembangunan ekonomi di Indonesia” ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Mohon untuk memaklumi jika terdapat penjelasam yang sulit untuk dimengerti. Untuk
itu kami mengharapkan kritik maupun saran, sehingga kami bisa memperbaikinya dikemudian
hari. Terima kasih atas perhatian dan waktunya untuk segan membaca makakah yang kami buat.

Bandung, 17 Desember 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
A. pengaruh penegakan hukum lingkungan terhadap pembangunan ekonomi di Indonesia.... 3
B. Penegakan hukum dilingkungan Indonesia pada studi kasus kebakaran hutan ................... 4
BAB III PENUTUP ........................................................................................................................ 8
A. Kesimpulan .......................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 10

ii
iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia sebagai negara berkembang yang merupakan salah satu negara yang tergabung
dalam kelompok Negara-negara Asia Tenggara (Association South East of Asian Nation)
merupakan negara yang dalam tingkat perkembangan ekonominya belum begitu mapan. Bahkan
ada para ahli ekonomi mengatakan, negara Indonesia sebagai salah satu negara anggota ASEAN
dalam tingkat persaingan ekonomi masih ketinggalan banyak jika dibandingkan dengan negara
anggota ASEAN yang lain. Sebelum tahun 1997, sebenarnya banyak pihak memuji prestasi
pembangunan ekonomi Indonesia sebagai salah satu High Performing Asian Economy Countries
yang memiliki kinerja perekonomian yang sangat mengagumkan, bahkan ada yang
menganggapnya sebagai miracle, tetapi karena hantaman krisis ekonomi yang berawal dari depresi
rupiah pada bulan Juli 1997, semua keajaiban itu menjadi sirna dan terseok-seok dalam krisis
ekonomi yang berkepanjangan, sampai sekarang belum pulih kembali.

Indonesia sebagai negara berkembang dengan potensi sumber daya alam yang melimpah,
namun pembangunan ekonominya masih dihadapkan pada berbagai tantangan. Salah satu aspek
penting yang perlu diperhatikan adalah penegakan hukum lingkungan dan dampaknya terhadap
pembangunan ekonomi. Penegakan hukum lingkungan memiliki peran krusial dalam menjaga
keberlanjutan sumber daya alam dan lingkungan hidup, yang pada gilirannya akan berdampak
pada pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Namun, berbagai kendala seperti minimnya
kesadaran masyarakat, lemahnya koordinasi antar lembaga, dan minimnya sanksi bagi pelanggar
hukum lingkungan menjadi hambatan dalam upaya penegakan hukum lingkungan di Indonesia.
Hal ini menyebabkan kerusakan lingkungan yang semakin parah dan berdampak pada kehidupan
manusia. Oleh karena itu, hukum mempunyai posisi yang amat penting didalam upaya untuk dapat
menyediakan kondisi yang dapat memacu penegakkan di dalam hukum lingkungan, sekaligus
yang dapat memacu tumbuhnya pembangunan ekonomi di Indonesia.

Penegakkan hukum lingkungan dimulai dengan penataan hukum lingkungan. Penataan dalam
hukum lingkungan diartikan sebagai “penerapan sepenuhnya persyaratan lingkungan. Penataan
dapat dikatakan tercapai apabila semua persyaratan lingkungan terpenuhi atau terlaksana oleh
subjek hukum lingkungan”. Proses penegakan hukum sendiri meliputi penataan, penindakan, dan
penyelesaian sengketa. Penataan (compliance) merupakan suatu proses untuk memotivasi
Masyarakat melaksanakan hukum Pembangunan secara sukarela. Bila dikaitkan dengan kesadaran
hukum Masyarakat, proses tersebut harus memperhatikan pengetahuan, pemahaman, dan perilaku
Masyarakat terhadapa hukum. Selain itu, penataan bersifat preventif sedangkan penindakan
bersifar represif dan dalam sistem hukum lingkungan nasional, proses penindakan meliputi proses
penanggulangan, pengendalian, penerapan sanksi administrative, dan rehabilitasi.

Kepastian hukum dan jaminan stabilitas ekonomi sangat penting dilakukan untuk menjaga
pergerakan roda perekonomian suatu negara. Penegakan hukum merupakan isu yang menarik
untuk diteliti karena berkaitan dengan implementasi peraturan perundang-undangan yang berlaku,
penegakan hukum lingkungan sangat berkaitan dengan semua aspek kehidupan manusia karena
lingkungan merupakan penyangga kehidupan mahluk hidup di bumi ini. Secara konstitisonal
terdapat dalam Pasal 28 huruf h ayat (1) yang berbunyi “setiap orang hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta memperoleh
pelayanan kesehatan” dan Pasal 33 ayat (3) yang berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesarbesar kemakmuran
rakyat” pada pasal 28 dikatakan setiap warga negara berhak akan lingkungan yang baik dan sehat,
penegakan hukum lingkungan merupakan instrumen untuk menciptakan lingkungan yang baik dan
sehat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh penegakan hukum lingkungan terhadap pembangunan ekonomi di
Indonesia?
2. Bagaimana penegakan hukum lingkungan di Indonesia pada studi kasus kebakaran hutan?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui serta memahami pengaruh dari penegakan lingkungan terhadap
pembangunan ekonomi di Indonesia
2. Untuk mengetahui serta memahami penegakan hukum lingkungan di Indonesia pada studi
kasus kebakaran hutan

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. pengaruh penegakan hukum lingkungan terhadap pembangunan ekonomi di Indonesia
Menurut pandangan para ahli ada 4 (empat) factor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi,
diantaranya sebagai berikut :

- Jumlah Penduduk;
- Jumlah stok barang modal;
- Luas tanah dan kekayaan alam, dan
- Tingkat teknologi yang digunakan.

Menurut United Nations Development Programme pembangunan ini adalah suatu proses untuk
memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk. Yang dalam artian menurut UNDP ini penduduk
ditempatkan sebagai tujuan akhir.

Suatu perekonomian negara akan dikatakan bertumbuh atau berkembang jika suatu negara
tersebut ekonominya meningkat dari tahun ke tahun atau meningkat kegiatan ekonominya dari
pada pencapaian ekonominya pada tahun atau masa sebelumnya.

Indonesia dinobatkan sebagai negara tujuan investasi ke-3 di Asia oleh Asia Business Outlook
yang dikeluarkan economist Corporate Network. Walaupun begitu, dalam realitanya banyak
investor asing maupun local yang berfikir dua kali untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Dapat dikatakan begitu karena PMA pastinya menginginkan adanya kepastian hukum yang baik
di negara yang akan ditujunya. Sebab, kepastian hukum adalah faktor utama yang diperhatikan
oleh para investor.

Di Indonesia sendiri faktanya banyak regulasi yang tidak jelas yang membuat pengusaha
mengurungkan niatnya untuk menanamkan modal di Indonesia. Apalagi, seperti yang kita ketahui
bahwasanya di Indonesia regulasi akan berubah-ubah jika ada perubahan pada tubuh
pemerintahannya sendiri.

Selain daripada regulasinya, investor juga ketika akan menanamkan modalnya pada suatu
negara, maka investor akan mempertimbangkan dan melihat juga dari segi infrastruktur dan juga
masalah keamanan suatu negara tersebut.

3
Dalam menanamkan modalnya ada 3 (tiga) hal yang menjadi perhatian utama PMA,
diantaranya :

1. Produk hukum di Indonesia multitafsir yang menyebabkan kebingunan. Karena produk


hukum di Indonesia ini multitafsir sehingga karena hal tersebut menciptakan kebingungan
sehingga tidak ada acuan yang jelas.
2. System hukum peradilan di Indonesia masih mengacu pada hukum Belanda. Namun, ketika
ada perkara banyak menggunakan dasar hukum dan berubah-ubah.
3. Risiko politik. Setiap penggantian pejabat makan akan berganti juga regulasi sehingga
pastinya akan mengakibatkan kebingugan untuk para investor.

Jika kondisi seperti ini terus berlangsung di Indonesia, maka dipastikan akan membuat investor
enggan atau berfikir berkali-kali untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Dengan begitu
pastinya berdampak pada ekonomi di Indonesia karena Penanaman Modal Asing dapat dijadikan
sebagai salah satu percepatan perekonomian di Indonesia.

Para Investor banyak yang meragukan regulasi di Indonesia baik dalam regulasinya maupun
dalam penegakannya. Sepertihalnya dalam penyelesaian sengketanya pun kebanyakan para
Investor memilih untuk menyelesaikan sengketanya di luar negeri. Terkait dengan mekanisme
penyelesaian sengketanya pun dirasa sangat perlu untuk diberdayakan karena akan berpengaruh
pada pembangunan hukum di Indonesia yang akan menjadi berwibawa dan lebih efisien. Selain
itu, komitmen dari Presiden dan juga wakil Presiden harus selaras dan saling mendukung, dengan
begitu maka akan menimbulkan kepastian hukum dalam berinvestasi sehingga pertumbuhan
ekonomi akan bergerak kearah yang lebih positif dan ekonomi akan meningkat dengan pesat.

B. Penegakan hukum dilingkungan Indonesia pada studi kasus kebakaran hutan


Penegakan hukum terkait kebakaran hutan di Indonesia melibatkan kolaborasi antara beberapa
instansi, termasuk Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, polisi, dan kejaksaan.
Landasan hukum utama yang digunakan adalah Undang-Undang No. 32/2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Proses penegakan hukum melibatkan
serangkaian langkah, mulai dari penyelidikan hingga pengadilan. Meskipun demikian, tantangan
seperti kompleksitas geografis dan koordinasi antarlembaga dapat mempengaruhi efektivitas
penegakan hukum ini. Dalam konteks ini, upaya untuk meningkatkan koordinasi antarlembaga dan

4
memperkuat peran masyarakat dalam pengawasan lingkungan dapat menjadi kunci untuk
meningkatkan efektivitas penegakan hukum terkait kebakaran hutan di Indonesia.

Pembakaran hutan dan lahan merupakan suatu perbuatan merusak lingkungan hidup dengan
membakar hutan maupun lahan yang dilakukan secara sengaja oleh orang ataupun korporasi,
sehingga termasuk ke dalam tindak pidana lingkungan hidup. Pembakaran hutan dan lahan dapat
dikatakan sebagai suatu bentuk kejahatan dan dapat disebut tindak pidana karena tindakan tersebut
memiliki suatu dampak yang dapat merugikan kepentingan banyak orang, serta telah memenuhi
unsur-unsur tindak pidana sehingga terdapat sanksi bagi pelakunya. Perbuatan pidana pembakaran
tersebut banyak terjadi di Indonesia akibat kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
lingkungan hidup.

Untuk itu sangat diperlukan adanya peraturan perundangundangan yang berisi aturan-aturan
terkait perbuatan pidana pembakaran hutan dan lahan ini. Peraturan perundang-undangan memiliki
peran untuk mengatur, mencegah, serta menanggulangi akibat dari tindakan pembakaran tersebut.
Pembakaran hutan dan lahan tersebut diatur dalam beberapa peraturan perundangundangan, yaitu
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, UndangUndang Nomor 32 Tahun 2009 mengenai
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999
mengenai Kehutanan dan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 mengenai Perkebunan.

Pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), tindakpidana pembakaran hutan dan
lahan ini diatur pada pasal 187 KUHP yang menjelaskan bahwa, barang siapa dengan sengaja
menimbulkan kebakaran, ledakan atau banjir, maka akan diancam dengan pidana penjara paling
lama dua belas (12) tahun, lima belas (15) tahun, hingga penjara seumur hidup atau selama waktu
tertentu paling lama dua puluh (20) tahun, dimana masa hukuman tersebut berbeda-beda
tergantung dari akibat yang akan terjadi dari perbuatan pidana yang telah dilakukan.

Kemudian, dalam Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, pada


pasal 69 ayat (1) huruf h melarang setiap orang melakukan pembukaan lahan dengan cara
membakar. Akan tetapi, ditemui adanya pengecualian pada pasal 69 ayat (2) yang berbunyi
“Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h memperhatikan dengan sungguh-
sungguh kearifan lokal di daerah masing-masing”. Mengenai kearifan lokal ini dijelaskan lebih
lanjut pada bagian penjelasan Pasal 69 ayat

5
Selain itu, peraturan-peraturan tersebut juga mengatur mengenai sanksi pidana yang akan
dijatuhkan kepada pelaku pembakaran sebagai bentuk pertanggung jawaban pidana, dimana
pelaku pembakaran tersebut wajib mempertanggung jawabkan perbuatannya. Sanksi pidana yang
diberikan bagi pihak yang membakar hutan dan lahan secara sengaja diatur dalam peraturan
perundang-undangan sebagai berikut:

a. Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 98, dimana


hukuman diberikan sebagai akibat yang ditimbulkan dari pembakaran hutan dan lahan. Dalam
pasal ini terlihat adanya delik materiil yang menekankan pada akibat dari tindakan
pembakaraan hutan dan lahan yang dilakukan dengan sengaja.
b. Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 108 mengenai pihak
yang membakar lahan seperti dijelaskan pada pasal 69 ayat (1) huruf h.
c. Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 116 sampai pasal
119 yang mengatur mengenai penjatuhan pidana terhadap korporasi dengan menjelaskan
pihak mana saja pada sebuah korporasi yang bisa dijatuhi sanksi pidana atau dimintai
pertanggung jawaban, serta mengenai pidana tambahan yang dapat dikenakan.
d. Undang-Undang Perkebunan pasal 108 yang menjelaskan mengenai pelaku usaha perkebunan
yang membuka dan/atau mengolah lahan dengan cara membakar seperti dijelaskan pada pasal
56 ayat (1).
e. Undang-Undang Kehutanan pasal 78 ayat (3) mengatur mengenai pihak yang secara sengaja
melanggar aturan seperti dijelaskan pada pasal 50 ayat (3) huruf d.
f. Undang-Undang Kehutanan pasal 78 ayat (4) yang mengatur mengenai penjatuhan pidana
terhadap korporasi sebagai pelaku tindak pidana pembakaran hutan.

Dalam penjelasan umum angka 6 Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


Hidup, menjelaskan bahwa undang-undang ini menggunakan ancaman hukuman minimum di
samping maksimum dalam penegakan hukum pidananya, serta dalam menegakan hukum
lingkungan masih menggunakan asas ultimum remedium, yaitu menerapkan hukum pidana
sebagai upaya paling akhir yang hanya digunakan terhadap tindak pidana formil tertentu saja,
yakni penjatuhan pidana terhadap pelanggaran baku mutu air limbah, emisi, dan gangguan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka sudah jelas bahwa dalam undang-undang tersebut

6
menggunakan ancaman hukuman maksimum sekaligus minimum atau dikenal dengan minimal
khusus, begitu juga dengan peraturan-peraturan lainnya.

Sebelum menjatuhkan sanksi perlu dibuktikan adanya suatu tindak pidana yang telah dilakukan
berupa kesalahan, baik kesengajaan ataupun kealpaan dengan memperhatikan tentang delik, yaitu
delik materiil ataupun formil. Rumusan delik memberi petunjuk dan mengarahkan apa yang harus
dibuktikan. Hukum menganggap segala sesuatu yang termasuk sebagai unsur pada rumusan delik
wajib dibuktikan sesuai hukum acara pidana,begitu juga dalam pembakaran hutan dan lahan harus
dibuktikan di persidangan.

Untuk menerapkan hukum dan menjatuhkan hukuman pidana bagi orang yang membakar hutan
dan lahan tersebut diperlukan adanya penegak hukum, dimana harus ada kerja sama antara
berbagai instansi penegak hukum agar tidak terjadi tumpang tindih penegakan hukum.11 Selain
itu, juga diperlukan penegak hukum yang memahami mengenai permasalahan lingkungan agar
mampu menangani tindak pidana lingkungan hidup.

7
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut para ahli ada 4 (empat) faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, diantaranya
sebagai berikut :

- Jumlah Penduduk;
- Jumlah stok barang modal;
- Luas tanah dan kekayaan alam, dan
- Tingkat teknologi yang digunakan.

Pembangunan adalah suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk, yang
dalam artian penduduk ditempatkan sebagai tujuan akhir. Suatu perekonomian negara akan
dikatakan bertumbuh atau berkembang jika suatu negara tersebut ekonominya meningkat dari
tahun ke tahun atau meningkat kegiatan ekonominya dari pada pencapaian ekonominya pada tahun
atau masa sebelumnya. Indonesia dinobatkan sebagai negara tujuan investasi ke-3 di Asia oleh
Asia Business Outlook yang dikeluarkan economist Corporate Network. Walaupun begitu, dalam
realitanya banyak investor asing maupun local yang berfikir dua kali untuk menanamkan
modalnya di Indonesia. Di Indonesia sendiri faktanya banyak regulasi yang tidak jelas yang
membuat pengusaha mengurungkan niatnya untuk menanamkan modal di Indonesia. Apalagi,
seperti yang kita ketahui bahwasanya di Indonesia regulasi akan berubah-ubah jika ada perubahan
pada tubuh pemerintahannya sendiri. Selain daripada regulasinya, investor juga ketika akan
menanamkan modalnya pada suatu negara, maka investor akan mempertimbangkan dan melihat
juga dari segi infrastruktur dan juga masalah keamanan suatu negara. Para Investor banyak yang
meragukan regulasi di Indonesia baik dalam regulasinya maupun dalam penegakannya.
Sepertihalnya dalam penyelesaian sengketanya pun kebanyakan para Investor memilih untuk
menyelesaikan sengketanya di luar negeri. Terkait dengan mekanisme penyelesaian sengketanya
pun dirasa sangat perlu untuk diberdayakan karena akan berpengaruh pada pembangunan hukum
di Indonesia yang akan menjadi berwibawa dan lebih efisien.

Penegakan hukum terkait kebakaran hutan di Indonesia melibatkan kolaborasi antara beberapa
instansi, termasuk Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, polisi, dan kejaksaan. Upaya
untuk meningkatkan koordinasi antar lembaga dan memperkuat peran masyarakat dalam

8
pengawasan lingkungan dapat menjadi kunci untuk meningkatkan efektivitas penegakan hukum
terkait kebakaran hutan di Indonesia. Pembakaran hutan dan lahan merupakan suatu perbuatan
merusak lingkungan hidup dengan membakar hutan maupun lahan yang dilakukan secara sengaja
oleh orang ataupun korporasi, sehingga termasuk ke dalam tindak pidana lingkungan hidup.
Pembakaran hutan dan lahan dapat dikatakan sebagai suatu bentuk kejahatan dan dapat disebut
tindak pidana karena tindakan tersebut memiliki suatu dampak yang dapat merugikan kepentingan
banyak orang, serta telah memenuhi unsur-unsur tindak pidana sehingga terdapat sanksi bagi
pelakunya. Untuk itu sangat diperlukan adanya peraturan perundangundangan yang berisi aturan-
aturan terkait perbuatan pidana pembakaran hutan dan lahan ini. Peraturan perundang-undangan
memiliki peran untuk mengatur, mencegah, serta menanggulangi akibat dari tindakan pembakaran
tersebut. Oleh karena itu untuk menerapkan hukum dan menjatuhkan hukuman pidana bagi orang
yang membakar hutan dan lahan tersebut diperlukan adanya penegak hukum, dimana harus ada
kerja sama antara berbagai instansi penegak hukum agar tidak terjadi tumpang tindih penegakan
hukum.11 Selain itu, juga diperlukan penegak hukum yang memahami mengenai permasalahan
lingkungan agar mampu menangani tindak pidana lingkungan hidup.

9
DAFTAR PUSTAKA

Akhmaddhian, S. (2016). Penegakan Hukum Lingkungan dan Pengaruhnya Terhadap


Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia (Studi Kebakaran Hutan Tahun 2015).
UNIFIKASI: Jurnal Ilmu Hukum, 3(1).
Manan, A. (2014). Peranan hukum dalam pembangunan ekonomi. Kencana Prenada
Media Group.
Akhmaddhian, S, 2016, PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN DAN
PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA,
Jurnal Unifikasi, Vol. 03, Hal 25-30

Nisa, A. N., & Suharno. (2020). PENEGAKAN HUKUM TERHADAP


PERMASALAHAN LINGKUNGAN HIDUP UNTUK MEWUJUDKAN
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (STUDI KASUS KEBAKARAN
HUTAN DI INDONESIA). Jurnal Bina Mulia Hukum.
Sisthayoni, A. A., & Suardana, I. (n.d.). TINDAK PIDANA LINGKUNGAN HIDUP
TERHADAP PEMBAKARAN HUTAN DAN LAHAN.
.

10

Anda mungkin juga menyukai