Disusun oleh:
Jl. Perjuangan ByPass Sunyaragi Cirebon Kesambi Kota Cirebon Jawa Barat 45131
Email :info@syekhnurjati.ac.id
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadiratnya Yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan
Innayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah tentang Kelembagaan
Dalam Ekonomi Pembangunan
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pembutan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan segala kekurangan dalam
makalah ini kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Kelembagaan Ekonomi Dalam
Pembangunan Dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 2
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 10
2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga adalah kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Di
dalam Kamus Bahasa Indonesia Lembaga biasanya digunakan untuk merujuk pada
organisasi tertentu yang ada di masyarakat. Namun di dalam Ekonomika Kelembagaan
Baru penggunaan kata lembaga lebih dominan untuk merujuk pada sekumpulan aturan,
norma dan harapan yang memandu perilaku kita (Croix, 2005). Douglas C. North (1991)
mendefinisikan lembaga sebagai “Instituutions are the humanly devised constraints that
structure political, economic, and social interaction. They consist of both informal
constraint, and formal rules”. Bank Dunia (2002) mendefinisikan lembaga sebagai aturan,
mekanisme penegakan dan organisasi.
Pembangunan lembaga bisa terdiri dari pemerintah, pelaku usaha, dan anggota
komunitas. Hukum atau undang-undang, agensi penegakannya adalah lembaga publik
yang dibangun pemerintah. Lembaga keuangan, norma warisan tanah, hubungan antar
anggota komunitas adalah lembaga swasta yang dibangun pelaku usaha, dan anggota
komunitas .
Peran penting kelembagaan dalam ekonomi adalah sebagai sarana untuk
menurunkan ketidak pastian atau mengubahnya menjadi resiko. Turunnya ketidak-pastian
membuat biaya transaksi menjadi lebih rendah, sehingga transaksi pasar atau
perdagangan akan meningkat. Sebagaimana telah dipahami bersama bahwa perdagangan
memberikan keuntungan bagi pelakunya, karena memungkinkan mereka untuk
spesialisasi. Spesialisasi akan meningkatkan produktivitas, dan pada akhirnya akan
meningkatkan kemakmuran masyarakat dan aktivitas ekonomi. Peran lembaga terhadap
perekonomian tersebut terkait dengan kondisi pasar yang ada. Jika kondisi pasar sudah
terbuka dan terintegrasi, maka peran kelembagaan dalam mendorong perekonomian
menjadi lebih besar. Jadi perlu diperhatikan mengenai pembangunan lembaga yang dapat
mendukung berkembangnya pasar.
3
Perubahan dalam kondisi dan lingkungan masyakat yang terus terjadi,
mengakibatkan kelembagaannya yang mengatur interaksi masyarakat juga berubah.
Perubahan ini bisa terjadi secara alami ataupun melalui intervensi pemerintah. Menurut
North (2005) perubahan lembaga terjadi karena interaksi antara organisasi dan lembaga.
Individu dan organisasi bersaing untuk mengambil keuntungan dari kesempatan yang
disajikan dalam struktur kelembagaan yang ada. Jika organisasi menganggap bahwa
mereka dapat mempunyai kesempatan yang lebih baik dalam susunan aturan yang
berbeda, maka mereka akan mencurahkan sumber daya untuk merubah aturan tersebut,
jika mereka pikir pilihan tersebut mempunyai peluang untuk berhasil.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud peran kelembagaan, kerangka kelembagaan dalam islam?
2. Bagaimana pengaruh kelembagaan dalam pertumbuhan ekonomi, studi empiris
kelembagaan dan pertumbuhan ekonomi?
3. Apa yang di maksud Kelembagaan dan biaya transaksi?
4. Bagaimana Kelembagaan di era otonomi daerah?
5. Bagaimana Modal sosial?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu peran kelembagaan, kerangka kelembagaan dalam islam
2. Mengertahui bagaimana pengaruh kelembagaan dalam pertumbuhan ekonomi, studi
empiris kelembagaan dan pertumbuhan ekonomi
3. Mengetahui apa itu Kelembagaan dan biaya transaksi
4. Mengetahui bagaimana Kelembagaan di era otonomi daerah
5. Mengetahui bagaimana biaya modal sosial
4
BAB 2
PEMBAHASAN
5
Seiring perkembangan zaman, Indonesia akan menghadapi banyak tantangan
untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia, memenuhi kebutuhan masyarakat, dan tetap
melaksanakan pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, peran lembaga sangat
penting untuk menjaga struktur Indonesia. Organisasi untuk keberhasilan pembangunan
ekonomi.
Fungsi Lembaga ekonomi
Fungsi utama lembaga ekonomi ada dua, yaitu:
a. Mengatur masalah hubungan antar pelaku ekonomi dan meningkatkan
produktivitas ekonomi semaksimal mungkin.
b. Mengatur masalah distribusi serta konsumsi barang dan jasa yang dibutuhkan bagi
kelangsungan hidup manusia.
2. Kerangka Lembaga Dalam Islam
Ciri utama yang membedakan perekonomian Islam dan sistem-sistem ekonomi
modern yang lain, menurutnya, adalah bahwa di dalam suatu kerangka Islam,
kemakmuran dan kesejahteraan ekonomi merupakan sarana untuk mencapai tujuan
spritual dan moral. Oleh karena itu, ia mengusulkan modifikasi teori ekonomi Neo-
Klasik konvensional dan peralatannya untuk mewujudkan perubahan dalam orientasi
nilai, penataan kelembagaan dan tujuan yang dicapai.
a. Kelembagaan dalam islam
1) Bank Syariah.
2) Tempat Gadai Syariah.
3) Koperasi Simpan Pinjam Syariah.
4) Lembaga Asuransi Syariah.
5) Lembaga Pembiayaan Syariah
6
Lembaga yang mendukung transaksi pasar dapat juga mempengaruhi petani
miskin, kajian ini sama baiknya dengan kajian empiris lintas negara, memberikan
petunjuk penting dalam pembangunan kelembagaan dan pembangunan pasar. Mereka
mengkonfirmasi bagaimana lembaga yang mendukung pasar mempengaruhi kehidupan
masyarakat dengan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, menentukan akses orang
terhadap pasar, dan memberikan kemampuan kepada si miskin dan si kaya untuk
menggunakan asset dengan cara terbaik. Selain itu, lembaga pendukung pasar yang
lemah dapat melukai si miskin dengan cara yang tidak proporsional (World Bank, 2002).
Hubungan positif antara pembangunan ekonomi dan indikator pembangunan
kelembagaan yang sukses telah banyak didokumentasikan. Tetapi hampir semua kajian
Pembangunan kelembagaan di Indonesia masih sangat lemah, berdasarkan salah
satu indikator yang lazim digunakan untuk menggambarkan pembangunan kelembagaan
yakni IPK nilai Indonesia pada tahun 2010 hanya 2,8 dari skala nilai 0-10. Namun
demikian perkembangan pembangunan kelembagaan Indonesia relatif baik, jika
dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
C. Kelembagaan dan Biaya Transaksi
Biaya transaksi adalah alat analisis yang digunakan untuk mengukur efisiensi
kelembagaan. Semakin tinggi biaya transaksi maka semakin tidak efisien pula
kelembagaan tersebut. Terdapat hambatan dalam alat analisis ini, yaitu :
1. Secara teoritis masih belum terdapat definisi yang tepat dari biaya transaksi itu
sendiri
2. Kegiatan (transaksi) ekonomi selalu bersifat spesifik sehingga berlaku khusus
3. Definisi dan variabel sudah terukur jelas. Namun, terdapat masalah dalam cara
mengukurnya.
7
Misalnya, pada kasus monopoli bukan hanya pasar saja yang terkonsentrasi tetapi
hal ini terjadi akibat pihak monopolis yang kesulitan menentukan jumlah pembeli.
Sedangkan, eksternalitas terjadi karena biaya sosial produksi melebihi biaya privat
produksi sehingga perusahaan tidak mampu memberi kompensasi dari biaya tambahan
tersebut. Cukup sulit mendefinisikan biaya transaksi itu sendiri. Bahkan,
membedakannya dengan biaya produksi pun cukup rumit.
8
bagian organisasi perangkat daerah yang tercantum dalam Peraturan Daerah yang telah
ditetapkan oleh Walikota dan DPRD.
Efektifitas penataan kelembagaan daerah di era otonomi daerah yang telah
dilakukan oleh pemerintah daerah belum dapat dikatakan efektif berdasarkan pada
peraturan yang menjadi pedoman dalam pembentukan kelembagaan daerah. Hal ini
dikarenakan masih terdapatnya unsur perangkat daerah yang tidak terdapat pada
peraturan tersebut tetapi pada kenyataannya masih ada di pemerintah daerah.
Penataan kelembagaan daerah di era otonomi daerah yang dilakukan oleh pemerintah
hendaknya dikaji menyangkut tentang hal-hal yang berkaitan dengan pelayanan kepada
masyarakat Baik dalam hal penataan struktur maupun fungsi agar lebih efektif dan jangan
berhenti sampai disini, perlu adanya penyesuaian kembali, dilakukan secara bertahap dan
berkesinambungan agar diperoleh hasil yang maksimal sehingga efisiensi dan efektifitas
lembaga tercapai.
E. Modal Sosial
Menurut Bourdieu modal sosial adalah sumber daya yang dimiliki oleh seseorang
ataupun sekelompok orang dengan memanfaatkan jaringan atau hubungan yang
terinstitusionalisasi dan ada hubungan saling mengakui antar anggotanya. Ia juga
berpendapat bahwa jaringan sosial tidak bersifat alami (natural given), namun dibentuk
melalui strategi-strategi investasi yang berorientasi kepada pelembagaan hubungan-
hubungan kelompok yang dapat digunakan sebagai sumber untuk memetik keuntungan.
modal sosial mencakup dua hal, yakni:
1. Modal sosial mencakup aspek tertentu dari struktur sosial, dan
2. modal sosial memfasilitasi pelaku (aktor) yang bertindak dalam struktur tersebut.
modal sosial yang meliputi asosiasi atau hubungan vertikal dan horizontal. Asosiasi
vertikal dapat ditandai dengan adanya hubungan yang bersifat hirarkis dan pembgian
kekuasaan yang tidak seimbang antar anggota masyarakat, sedangkan asosisi horizontal
dimana pembagian kekuasaan lebih merata
9
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penetapan stuktur organisasi kelembagaan daerah disesuaikan pada kebutuhan dan
kemampuan daerah, dengan tujuan mewujudkan organisasi yang miskin struktur dan
kaya fungsi yang akhirnya dapat meningkatkan kualitas kinerja organisasi perangkat
daerah yang akuntabel dan memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat.
Penataan kelembagaan daerah di era otonomi daerah yang dilakukan oleh pemerintah
hendaknya dikaji menyangkut tentang hal-hal yang berkaitan dengan pelayanan kepada
masyarakat Baik dalam hal penataan struktur maupun fungsi agar lebih efektif dan jangan
berhenti sampai disini, perlu adanya penyesuaian kembali, dilakukan secara bertahap dan
berkesinambungan agar diperoleh hasil yang maksimal sehingga efisiensi dan efektifitas
lembaga tercapai.
10
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Alim Bachri, et.al. (2015).” Kajian Ekonomi Masyarakat pesisir Kabupaten Kotabaru”,
Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 1, Maret 2015, hal 95 - 103
Budi Santosa, Purbayu, (1985). Peranan Gotong Royong pada Pembangunan Desa (Studi Kasus
Desa Karanganyar). Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Tidak
Diterbitkan.
Budi Santosa, Purbayu, (2008) ”Relevansi dan Aplikasi Aliran Kelembagaan”, Jurnal Ekonomi
Pembangunan, , Vol. 9 , No.1. Juni 2008.
Yustika, Ahmad Erani. 2012. Ekonomi Kelembagaan : Paradigma, Teori, dan Kebijakan.
Jakarta. Erlangga.
11