Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PEMBANGUNAN

Dosen Pengampu : Abdul Nasir, M.Sy

Disusun oleh:

1. Putri Oktaviani Aqilah (2108204142)


2. Nailatul Baihani (2108204126)
3. Imam Iqbal musadad (2108204091)

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

IAIN SYEKH NURJATI CIREBON

TAHUN AJARAN 2022-2023

Jl. Perjuangan ByPass Sunyaragi Cirebon Kesambi Kota Cirebon Jawa Barat 45131

Email :info@syekhnurjati.ac.id
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadiratnya Yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan
Innayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah tentang Kelembagaan
Dalam Ekonomi Pembangunan

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pembutan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan segala kekurangan dalam
makalah ini kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Kelembagaan Ekonomi Dalam
Pembangunan Dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.

Cirebon, 22 Maret 2023

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... 1

DAFTAR ISI...................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 3

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 3


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
C. Tujuan .................................................................................................................... 4

BAB 2 PEMBAHASAN .................................................................................................... 5

A. Peran kelembagaan dan kerangka lembaga dalam islam .................................... 5


B. Pengaruh kelembagaan dalam studi empiris kelembagaan dan pertumbuhan
ekonomi .................................................................................................................. 6
C. Kelembgaan dan Biaya Transaksi ........................................................................... 7
D. Kelembagaan Di Era Otonomi Daerah ................................................................... 8
E. Modal Sosial ........................................................................................................... 9

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 10

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 11

2
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lembaga adalah kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Di
dalam Kamus Bahasa Indonesia Lembaga biasanya digunakan untuk merujuk pada
organisasi tertentu yang ada di masyarakat. Namun di dalam Ekonomika Kelembagaan
Baru penggunaan kata lembaga lebih dominan untuk merujuk pada sekumpulan aturan,
norma dan harapan yang memandu perilaku kita (Croix, 2005). Douglas C. North (1991)
mendefinisikan lembaga sebagai “Instituutions are the humanly devised constraints that
structure political, economic, and social interaction. They consist of both informal
constraint, and formal rules”. Bank Dunia (2002) mendefinisikan lembaga sebagai aturan,
mekanisme penegakan dan organisasi.
Pembangunan lembaga bisa terdiri dari pemerintah, pelaku usaha, dan anggota
komunitas. Hukum atau undang-undang, agensi penegakannya adalah lembaga publik
yang dibangun pemerintah. Lembaga keuangan, norma warisan tanah, hubungan antar
anggota komunitas adalah lembaga swasta yang dibangun pelaku usaha, dan anggota
komunitas .
Peran penting kelembagaan dalam ekonomi adalah sebagai sarana untuk
menurunkan ketidak pastian atau mengubahnya menjadi resiko. Turunnya ketidak-pastian
membuat biaya transaksi menjadi lebih rendah, sehingga transaksi pasar atau
perdagangan akan meningkat. Sebagaimana telah dipahami bersama bahwa perdagangan
memberikan keuntungan bagi pelakunya, karena memungkinkan mereka untuk
spesialisasi. Spesialisasi akan meningkatkan produktivitas, dan pada akhirnya akan
meningkatkan kemakmuran masyarakat dan aktivitas ekonomi. Peran lembaga terhadap
perekonomian tersebut terkait dengan kondisi pasar yang ada. Jika kondisi pasar sudah
terbuka dan terintegrasi, maka peran kelembagaan dalam mendorong perekonomian
menjadi lebih besar. Jadi perlu diperhatikan mengenai pembangunan lembaga yang dapat
mendukung berkembangnya pasar.

3
Perubahan dalam kondisi dan lingkungan masyakat yang terus terjadi,
mengakibatkan kelembagaannya yang mengatur interaksi masyarakat juga berubah.
Perubahan ini bisa terjadi secara alami ataupun melalui intervensi pemerintah. Menurut
North (2005) perubahan lembaga terjadi karena interaksi antara organisasi dan lembaga.
Individu dan organisasi bersaing untuk mengambil keuntungan dari kesempatan yang
disajikan dalam struktur kelembagaan yang ada. Jika organisasi menganggap bahwa
mereka dapat mempunyai kesempatan yang lebih baik dalam susunan aturan yang
berbeda, maka mereka akan mencurahkan sumber daya untuk merubah aturan tersebut,
jika mereka pikir pilihan tersebut mempunyai peluang untuk berhasil.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud peran kelembagaan, kerangka kelembagaan dalam islam?
2. Bagaimana pengaruh kelembagaan dalam pertumbuhan ekonomi, studi empiris
kelembagaan dan pertumbuhan ekonomi?
3. Apa yang di maksud Kelembagaan dan biaya transaksi?
4. Bagaimana Kelembagaan di era otonomi daerah?
5. Bagaimana Modal sosial?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu peran kelembagaan, kerangka kelembagaan dalam islam
2. Mengertahui bagaimana pengaruh kelembagaan dalam pertumbuhan ekonomi, studi
empiris kelembagaan dan pertumbuhan ekonomi
3. Mengetahui apa itu Kelembagaan dan biaya transaksi
4. Mengetahui bagaimana Kelembagaan di era otonomi daerah
5. Mengetahui bagaimana biaya modal sosial

4
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Peran Kelembagaan Dan Kerangka Lembaga Dalam Islam


1. Peran Kelembagaan
Kelembagaan ekonomi sangat diperlukan dalam kegiatan pembangunan ekonomi
Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.Kelembagaan adalah hubungan
manusia yang dibentuk oleh kelompok-kelompok dalam masyarakat yang mengatur diri
dengan tujuan yang sama dan dengan standar dan peraturan. Etika dalam kaitannya
dengan keberhasilan awal pembangunan institusi. Kegiatan ekonomi tentunya terdiri dari
berbagai kegiatan, seperti produksi, konsumsi, dan distribusi. Agar kegiatan tersebut
berjalan dengan lancar, maka dibentuk aturan atau lembaga yang mengatur kegiatan
tersebut. Institusi disebut institusi ekonomi.
Dalam pembangunan, peran lembaga sangat penting dalam kaitannya dengan
keberhasilan pembangunan tersebut, lembaga harus mampu membaca dan
menghubungkan seluruh kegiatan ekonomi di dunia, sehingga lembaga dapat
memprediksi perkembangan ekonomi yang akan terjadi. dalam berubah dari waktu ke
waktu. Terjadi masalah. Di tahun 2021 semua sudah dimudahkan dengan teknologi
canggih yang memudahkan aktivitas manusia, namun di tahun 2019 ini banyak sekali
kendala terutama masalah Covid-19 yang terus meningkat dan berdampak sangat besar
terhadap perekonomian, seberapa banyak aktivitas yang ada adalah. terbatas, tetapi
kebutuhan rakyat harus dipenuhi dan difasilitasi di zaman modern ini, agar Indonesia
tidak tertinggal dari negara lain, pembangunan harus terus dilakukan dengan
meningkatkan semua sektor, dan itu mempengaruhi kesejahteraan rakyat.
Keberadaan kelembagaan mempengaruhi budaya tradisional karena mengalami
perubahan perkembangan industri dan peningkatan kegiatan ekonomi yang sangat masif,
perubahan cara produksi menyebabkan kerusakan lingkungan, kerusakan lingkungan
terjadi ketika eksploitasi lingkungan sangat berlebihan. untuk mencapai tujuan ekonomi,
dimana kelembagaan penting untuk mengatur hubungan antar pelaku ekonomi dan
meningkatkan produktivitas ekonomi sebesar-besarnya.

5
Seiring perkembangan zaman, Indonesia akan menghadapi banyak tantangan
untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia, memenuhi kebutuhan masyarakat, dan tetap
melaksanakan pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, peran lembaga sangat
penting untuk menjaga struktur Indonesia. Organisasi untuk keberhasilan pembangunan
ekonomi.
 Fungsi Lembaga ekonomi
Fungsi utama lembaga ekonomi ada dua, yaitu:
a. Mengatur masalah hubungan antar pelaku ekonomi dan meningkatkan
produktivitas ekonomi semaksimal mungkin.
b. Mengatur masalah distribusi serta konsumsi barang dan jasa yang dibutuhkan bagi
kelangsungan hidup manusia.
2. Kerangka Lembaga Dalam Islam
Ciri utama yang membedakan perekonomian Islam dan sistem-sistem ekonomi
modern yang lain, menurutnya, adalah bahwa di dalam suatu kerangka Islam,
kemakmuran dan kesejahteraan ekonomi merupakan sarana untuk mencapai tujuan
spritual dan moral. Oleh karena itu, ia mengusulkan modifikasi teori ekonomi Neo-
Klasik konvensional dan peralatannya untuk mewujudkan perubahan dalam orientasi
nilai, penataan kelembagaan dan tujuan yang dicapai.
a. Kelembagaan dalam islam
1) Bank Syariah.
2) Tempat Gadai Syariah.
3) Koperasi Simpan Pinjam Syariah.
4) Lembaga Asuransi Syariah.
5) Lembaga Pembiayaan Syariah

B. Pengaruh Kelembagaan Dalam Studi Empiris Kelembagaan Dan Pertumbuhan


Ekonomi
Banyak kajian-kajian yang dilakukan oleh ahli-ahli ekonomi dewasa ini untuk
menenkankan pentingnya peran factor penguatan kelembagaan dan kearifan local dalam
meningkatkan pembangunan ekonomi. Penelitian Yustika (2005) yang meneliti
bagaimana penerapan ekonomi Kelembagaan di Indonesia.

6
Lembaga yang mendukung transaksi pasar dapat juga mempengaruhi petani
miskin, kajian ini sama baiknya dengan kajian empiris lintas negara, memberikan
petunjuk penting dalam pembangunan kelembagaan dan pembangunan pasar. Mereka
mengkonfirmasi bagaimana lembaga yang mendukung pasar mempengaruhi kehidupan
masyarakat dengan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, menentukan akses orang
terhadap pasar, dan memberikan kemampuan kepada si miskin dan si kaya untuk
menggunakan asset dengan cara terbaik. Selain itu, lembaga pendukung pasar yang
lemah dapat melukai si miskin dengan cara yang tidak proporsional (World Bank, 2002).
Hubungan positif antara pembangunan ekonomi dan indikator pembangunan
kelembagaan yang sukses telah banyak didokumentasikan. Tetapi hampir semua kajian
Pembangunan kelembagaan di Indonesia masih sangat lemah, berdasarkan salah
satu indikator yang lazim digunakan untuk menggambarkan pembangunan kelembagaan
yakni IPK nilai Indonesia pada tahun 2010 hanya 2,8 dari skala nilai 0-10. Namun
demikian perkembangan pembangunan kelembagaan Indonesia relatif baik, jika
dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
C. Kelembagaan dan Biaya Transaksi
Biaya transaksi adalah alat analisis yang digunakan untuk mengukur efisiensi
kelembagaan. Semakin tinggi biaya transaksi maka semakin tidak efisien pula
kelembagaan tersebut. Terdapat hambatan dalam alat analisis ini, yaitu :
1. Secara teoritis masih belum terdapat definisi yang tepat dari biaya transaksi itu
sendiri
2. Kegiatan (transaksi) ekonomi selalu bersifat spesifik sehingga berlaku khusus
3. Definisi dan variabel sudah terukur jelas. Namun, terdapat masalah dalam cara
mengukurnya.

Ekonomi kelembagaan adalah pemekaran dari teori biaya transaksi. Pandangan


neoklasik menganggap pasar berjalan sempurna tanpa biaya karena pembeli memiliki
informasi yang sempurna dan penjual saling berkompetisi menghasilkan harga yang
rendah. Realitanya, tidak terjadi demikian. Menurut Coase, Inefisiensi pemikiran
neoklasik ini sendiri terjadi bukan hanya struktur pasar yang tidak sempurna tetapi
hadirnya biaya transaksi secara implisit.

7
Misalnya, pada kasus monopoli bukan hanya pasar saja yang terkonsentrasi tetapi
hal ini terjadi akibat pihak monopolis yang kesulitan menentukan jumlah pembeli.
Sedangkan, eksternalitas terjadi karena biaya sosial produksi melebihi biaya privat
produksi sehingga perusahaan tidak mampu memberi kompensasi dari biaya tambahan
tersebut. Cukup sulit mendefinisikan biaya transaksi itu sendiri. Bahkan,
membedakannya dengan biaya produksi pun cukup rumit.

Biaya produksi adalah segala yang menyangkut input proses produksi.


Sedangkan, transaksi terjadi ketika barang dan jasa ditransfer melalui teknologi terpisah.
Seperti apa yang dinyatakan oleh Common, unit terakhir suatu aktivitas harus
mengandung tiga prinsip, yaitu konflik, saling menguntungkan, dan ketertiban. Unit
tersebut adalah transaksi.

D. Kelembagaan Di Era Otonomi Daerah


Penerapan otonomi daerah yang digulirkan sejak tahun 1999 telah membawa
harapan bagi banyak pihak, baik masyarakat maupun birokrasi di daerah untuk
menjadikan daerahnya menjadi daerah otonom yang mengacu pada Undang-Undang
nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dengan adanya perubahan status
tersebut, membawa dampak terhadap berbagai hal yang menyangkut penyelenggaraan
pemerintahan daerah diantaranya adalah dampak terhadap Penataan Kelembagaan di
daerah yang harus disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan daerah. Oleh
karenanya dikeluarkannya Peraturan Pemerintah nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah sebagai pedoman dalam penataan kelembagaan daerah. Dengan
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah tersebut diharapkan daerah dapat meningkatkan
efektifitas penataan kelembagaan daerah di era otonomi daerah.
Dalam penataan besaran kelembagaan daerah mengacu pada Peraturan Pemerintah nomor
41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Penetapan stuktur organisasi
kelembagaan daerah Kota Batu disesuaikan pada kebutuhan dan kemampuan daerah,
dengan tujuan mewujudkan organisasi yang miskin struktur dan kaya fungsi yang
akhirnya dapat meningkatkan kualitas kinerja organisasi perangkat daerah yang akuntabel
dan memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. Selain itu juga
mencakup penataan fungsi dengan menempatkan tugas pokok dan fungsi pada tiap-tiap

8
bagian organisasi perangkat daerah yang tercantum dalam Peraturan Daerah yang telah
ditetapkan oleh Walikota dan DPRD.
Efektifitas penataan kelembagaan daerah di era otonomi daerah yang telah
dilakukan oleh pemerintah daerah belum dapat dikatakan efektif berdasarkan pada
peraturan yang menjadi pedoman dalam pembentukan kelembagaan daerah. Hal ini
dikarenakan masih terdapatnya unsur perangkat daerah yang tidak terdapat pada
peraturan tersebut tetapi pada kenyataannya masih ada di pemerintah daerah.
Penataan kelembagaan daerah di era otonomi daerah yang dilakukan oleh pemerintah
hendaknya dikaji menyangkut tentang hal-hal yang berkaitan dengan pelayanan kepada
masyarakat Baik dalam hal penataan struktur maupun fungsi agar lebih efektif dan jangan
berhenti sampai disini, perlu adanya penyesuaian kembali, dilakukan secara bertahap dan
berkesinambungan agar diperoleh hasil yang maksimal sehingga efisiensi dan efektifitas
lembaga tercapai.
E. Modal Sosial
Menurut Bourdieu modal sosial adalah sumber daya yang dimiliki oleh seseorang
ataupun sekelompok orang dengan memanfaatkan jaringan atau hubungan yang
terinstitusionalisasi dan ada hubungan saling mengakui antar anggotanya. Ia juga
berpendapat bahwa jaringan sosial tidak bersifat alami (natural given), namun dibentuk
melalui strategi-strategi investasi yang berorientasi kepada pelembagaan hubungan-
hubungan kelompok yang dapat digunakan sebagai sumber untuk memetik keuntungan.
modal sosial mencakup dua hal, yakni:
1. Modal sosial mencakup aspek tertentu dari struktur sosial, dan
2. modal sosial memfasilitasi pelaku (aktor) yang bertindak dalam struktur tersebut.
modal sosial yang meliputi asosiasi atau hubungan vertikal dan horizontal. Asosiasi
vertikal dapat ditandai dengan adanya hubungan yang bersifat hirarkis dan pembgian
kekuasaan yang tidak seimbang antar anggota masyarakat, sedangkan asosisi horizontal
dimana pembagian kekuasaan lebih merata

9
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penetapan stuktur organisasi kelembagaan daerah disesuaikan pada kebutuhan dan
kemampuan daerah, dengan tujuan mewujudkan organisasi yang miskin struktur dan
kaya fungsi yang akhirnya dapat meningkatkan kualitas kinerja organisasi perangkat
daerah yang akuntabel dan memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat.

Penataan kelembagaan daerah di era otonomi daerah yang dilakukan oleh pemerintah
hendaknya dikaji menyangkut tentang hal-hal yang berkaitan dengan pelayanan kepada
masyarakat Baik dalam hal penataan struktur maupun fungsi agar lebih efektif dan jangan
berhenti sampai disini, perlu adanya penyesuaian kembali, dilakukan secara bertahap dan
berkesinambungan agar diperoleh hasil yang maksimal sehingga efisiensi dan efektifitas
lembaga tercapai.

10
DAFTAR PUSTAKA

Azansyah.(2013) Peran Kelembagaan Dalam Perekonomian, Kondisi Pembangunan


Kelembagaan Di Indonesia, Dan Membangun Lembaga Yang Efektif. Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Islam Vol. VII, No. 2,

Ahmad Alim Bachri, et.al. (2015).” Kajian Ekonomi Masyarakat pesisir Kabupaten Kotabaru”,
Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 1, Maret 2015, hal 95 - 103

Budi Santosa, Purbayu, (1985). Peranan Gotong Royong pada Pembangunan Desa (Studi Kasus
Desa Karanganyar). Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Tidak
Diterbitkan.

Budi Santosa, Purbayu, (2008) ”Relevansi dan Aplikasi Aliran Kelembagaan”, Jurnal Ekonomi
Pembangunan, , Vol. 9 , No.1. Juni 2008.

Yustika, Ahmad Erani. 2012. Ekonomi Kelembagaan : Paradigma, Teori, dan Kebijakan.
Jakarta. Erlangga.

Yustika, Ahmad Erani. 2012. Ekonomi Kelembagaan. Jakarta: Erlangga

11

Anda mungkin juga menyukai