Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PEMBERDAYAAN SOSIAL

Diajukan guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perekonomian Indonesia
Dosen Pengampu :
Fivien Muslihatinningsih, SE., M.Si

Disusun oleh :

Tasya Noer Ayu Devita Putri 210810301098

Shafarina Zulfaida 210810301115

Rizky Febiyanti 210810301129

Ilham Akmaludin 210810301137

Zhafira Yuwan Nurwanda 210810301145

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JEMBER

2022
Kata Pengantar

Puji syukur, atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kita semua, saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini berjudul “Pemberdayaan Sosial”

Di dalam makalah ini, dijelaskan mengenai apa itu Pemberdayaan Sosial Dan Teorinya,
Apa Saja Faktor Penyebabnya, Konsep Pemberdayaan Sosial Promosi Kesehatan
Pemberdayaan Sosial Hingga Berbagai Peran Masyarakat Dalam Pemberdayaan Sosial.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yakni untuk memenuhi salah satu tugas dari
mata kuliah Perekonomian Indonesia. Selanjutnya saya ucapkan terimakasih kepada Ibu Fivien
Muslihatinningsih, SE., M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Perekonomian Indonesia
yang telah memberi banyak ilmu, bantuan, dan petunjuk sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini. Terima kasih juga kepada teman-teman yang telah membantu kami untuk
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Dalam makalah ini kami menyadari jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran yang
membangun sehingga kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi kedepannya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jember, 24 November 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 3

BAB I ..................................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN ................................................................................................................. 4

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 4

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 4

1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 5

1.4 Manfaat........................................................................................................................ 5

BAB II.................................................................................................................................... 6

PEMBAHASAN ................................................................................................................... 6

2.1 Pengertian Pemberdayaan Sosial ................................................................................ 6

2.2 Teori-Teori Pemberdayaan Sosial ............................................................................... 6

2.3 Konsep Pemberdayaan Sosial ................................................................................... 12

2.4 Tujuan Pemberdayaan Sosial .................................................................................... 13

2.5 Faktor Pendukung dan Penghambat Pemberdayaan Sosial....................................... 15

2.6 Promosi Kesehatan & Pemberdayaan Sosial ............................................................ 17

2.7 Langkah-Langkah Pemberdayaan Sosial\ ................................................................. 20

2.8 Peran Masyarakat dalam Pemberdayaan Sosial ........................................................ 21

BAB III ................................................................................................................................ 22

PENUTUP ........................................................................................................................... 22

3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 23

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah konsep yang menekankan pada


pembangunan ekonomi pada mulanya yang dikembangkan berdasarkan nilai- nilai
masyarakat. Konsep ini mencerminkan paradigma baru yang menekankan pada peran serta
masyarakat kesinambungan serta fokus pembangunan pada manusia. Konsep pemberdayaan
masyarakat ini dinilai sebagai salah satu alternatif pembangunan yang merubah paradigma
pendekatan nasional menjadi pendekatan yang lebih partisipatif. Pemberdayaan masyarakat
diartikan juga sebagai upaya untuk memberdayakan masyarakat yang karena
ketidakmampuannya baik karena faktor internal maupun eksternal. Pemberdayaan
diharapkan mampu mengubah tatanan hidup masyarakat kearah yang lebih baik,
sebagaimana cita-cita bangsa untuk mewujudkan masyarakat yang adil, demokratis,
sejahtera dan maju.
Pemberdayaan masyarakat memiliki keterkaitan erat dengan sustainable
development (pembangunan berkelanjutan) dimana pembangunan yang berjalan tidak hanya
bertumpu pada satu aspek, melainkan juga memperhatikan aspek lainnya dalam kehidupan.
Lingkungan strategis yang dimiliki oleh masyarakat lokal antara lain mencakup lingkungan
produksi, ekonomi, sosial dan ekologi. Melalui upaya pemberdayaan, warga masyarakat
didorong agar memiliki kemampuan untuk memanfaatkan sumberdaya yang dimilikinya
secara optimal serta terlibat secara penuh dalam mekanisme produksi, ekonomi, sosial dan
ekologi-nya. Secara ringkas keterkaitan antara pemberdayaan masyarakat dengan
sustainable development (pembangunan berkelanjutan).

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, dapat ditetapkan rumusan masalah dari makalah ini adalah
1. Apakah definisi dari pemberdayaan sosial?
2. Bagaimana teori-teori tentang pemberdayaan sosial?
3. Bagaimana konsep dari pemberdayaan sosial?
4. Apakah tujuan-tujuan dari pemberdayaan sosial?
5. Apakah faktor-faktor pendorong timbulnya pemberdayaan sosial?

4
6. Apakah faktor-faktor penghambat timbulnya pemberdayaan sosial?
7. Seperti apakah promosi kesehatan dan pemberdayaan sosial di Indonesia?
8. Bagaimana langkah-langkah dalam pemberdayaan sosial?
9. Bagaimana peran masyarakat dalam pemberdayaan sosial?

1.3 Tujuan

Dari rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka tujuan pembuatan makalah ini
agar penulis dan pembaca mengetahui :
1. Mengetahui Pengertian dari Ekspor dan Impor dan Tujuan serta Manfaat dilakukannya
Ekspor dan Impor.
2. Mengetahui kondisi Ekspor dan Impor Indonesia pada saat ini.
3. Mengetahui Pengaruh Ekspor dan Impor terhadap Perekonomian Indonesia.
4. Mengetahui Kebijakan Pemerintah mengenai Ekspor dan Impor.
5. Mengetahui Promosi atau Branding yang dilakukan untuk Ekspor ke Pasar Dunia.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat yang didapatkan dari penulisan makalah ini yaitu:


1. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan mengenai pengertian Ekspor dan Impor dan
Tujuan serta Manfaat dilakukannya Ekspor dan Impor.
2. Mahasiswa dapat Mengetahui kondisi Ekspor dan Impor Indonesia pada saat ini.
3. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan mengenai Pengaruh Ekspor dan Impor
terhadap Perekonomian Indonesia.
4. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan mengenai Kebijakan Pemerintah mengenai
Ekspor dan Impor.
5. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan mengenai Promosi atau Branding yang
dilakukan untuk Ekspor ke Pasar Dunia.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pemberdayaan Sosial

Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2019, Pemberdayaan Sosial adalah upaya


yang diarahkan untuk menjadikan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang
mengalami masalah sosial agar berdaya sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.
Pemberdayaan sosial (emPOWERment) merupakan strategi peningkatan "daya" atau
kekuatan (power) individu, lembaga dan komunitas. Kebijakan pemberdayaan sosial di
tingkat kementerian perlu lebih berorientasi pada strategi pencapaian tujuan (goals-oriented
strategy).

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memberdayakan masyarakat yang


karena ketidakmampuannya baik karena faktor internal maupun eksternal. Pemberdayaan
diharapkan mampu mengubah tatanan hidup masyarakat kearah yang lebih baik,
sebagaimana citacita bangsa untuk mewujudkan masyarakat yang adil, demokratis,
sejahtera dan maju. Pemberdayaan masyarakat kini telah menjadi agenda penting
pemerintah, terutama sebagai kelanjutan dari kegagalan konsep pembangunan masa lalu.
Tidak hanya pemerintah, tapi dunia usaha juga memiliki program pemberdayaan
masyarakat sebagai bentuk tanggung jawab sosial mereka terhadap masyarakat, (Corporat
Social Responsibility/CSR). Namun hal ini seringkali bertentangan dengan kenyataan
dilapangan. Program pemberdayaan kurang meng karena sering dilakukan secara charity,
ditambah lagi ena sasaran, program pemberdayaan malah menguras dan “memperdayai”
rakyat. Sehingga praktek korupsi semakin merajalela, yang kaya semakin berkuasa, yang
miskin semakin tidak berdaya.

2.2 Teori-Teori Pemberdayaan Sosial

Teori dalam praktek pemberdayaan masyarakat menggambarkan distribusi kekuasaan


dan sumberdaya dalam masyarakat, bagaimana fungsi fungsi organisasi dan bagaimana
sistem dalam masyarakat mempertahankan diri. Teori di dalam pemberdayaan masyarakat
mengandung hubungan sebab dan pengaruh yang harus dapat di uji secara empiris.

6
Hubungan sebab dan akibat/outcome yang terjadi karena kejadian/aksi tertentu akan
dapat memunculkan jenis intervensi yang dapat digunakan oleh pekerja sosial/LSM dalam
memproduksi outcome. Dalam kerja sosial (social work), kita dapat menggunakan teori
untuk menentukan jenis aksi/kegiatan atau intervensi yang dapat digunakan untuk
memproduksi outcome/hasil. Pada umumnya beberapa teori digabung untuk memproduksi
model outcome.
1. Teori Ketergantungan Kekuasaan (power-dependency)
Power merupakan kunci konsep untuk memahami proses pemberdayaan. Pemikiran
modern tentang kekuasaan dimulai dalam tulisan-tulisan dari Nicollo Machiavelli ( The
Prince , awal abad ke-16) dan Thomas Hobbes ( Leviathan abad, pertengahan-17).
Tujuan dari kekuasaan adalah untuk mencegah kelompok dari berpartisipasi dalam
proses pengambilan keputusan dan juga untuk memperoleh persetujuan pasif kelompok
ini untuk situasi ini. Power merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari interaksi
sosial. Kekuasaan adalah fitur yang tidak terpisahkan dari kehidupan sosial. Hal ini
selalu menjadi bagian dari hubungan, dan tanda-tanda yang dapat dilihat bahkan pada
tingkat interaksi mikro (Sadan, 1997).
Lebih lanjut (Abbot, 1996:16-17) menyatakan bahwa pengembangan masyarakat perlu
memperhatikan kesetaraan (equality), konflik dan hubungan pengaruh kekuasaan (power
relations) atau jika tidak maka tingkat keberhasilannya rendah. Setelah kegagalan teori
modernisasi muncul teori ketergantungan, dimana teori ketergantungan pada prinsipnya
menggambarkan adanya suatu hubungan antar negara yang timpang, utamanya antara
negara maju (pusat) dan negara pinggiran (tidak maju). Menurut Abbot (1996: 20) dari
teori ketergantungan muncul pemahaman akan keseimbangan dan kesetaraan, yang pada
akhirnya membentuk sebuah pemberdayaan (empowerment) dalam partisipasi
masyarakat dikenal sebagai teori keadilan.
Sebagai contoh : Teori “ketergantungan-kekuasaan” (power-dependency) mengatakan
kepada kita bahwa pemberi dana (donor) memperoleh kekuasaan dengan memberikan
uang dan barang kepada masyarakat yang tidak dapat membalasnya. Hal ini memberikan
ide bahwa lembaga/organisasi (non profit organization) /LSM sebaiknya tidak menerima
dana dari hanya satu donor jika ingin merdeka/bebas.
Pada konteks pemberdayaan maka teori ketergantungan dikaitkan dengan kekuasaan
yang biasanya dalam bentuk kepemilikan uang/modal. Untuk mencapai suatu kondisi
berdaya/ kuat/mandiri, maka sekelompok masyarakat harus mempunyai keuangan/
modal yang kuat. Selain uang/modal, maka ilmu pengetahuan/ knowledge dan aspek
7
people/sekumpulan orang/ massa yang besar juga harus dimiliki agar kelompok tersebut
mempunyai power. Kelompok yang memiliki power maka kelompok itu akan berdaya.
2. Teori Sistem (The Social System)
Talcott Parsons (1991) melahirkan teori fungsional tentang perubahan. Seperti para
pendahulunya, Parsons juga menganalogikan perubahan sosial pada masyarakat seperti
halnya pertumbuhan pada mahkluk hidup. Komponen utama pemikiran Parsons adalah
adanya proses diferensiasi. Parsons berasumsi bahwa setiap masyarakat tersusun dari
sekumpulan subsistem yang berbeda berdasarkan strukturnya maupun berdasarkan
makna fungsionalnya bagi masyarakat yang lebih luas. Ketika masyarakat berubah,
umumnya masyarakat tersebut akan tumbuh dengan kemampuan yang lebih baik untuk
menanggulangi permasalahan hidupnya. Dapat dikatakan Parsons termasuk dalam
golongan yang memandang optimis sebuah proses perubahan.
Parsons (1991) menyampaikan empat fungsi yang harus dimiliki oleh sebuah sistem
agar mampu bertahan, yaitu :
a) Adaptasi, sebuah sistem hatus mampu menanggulangu situasi eksternal yang gawat.
Sistem harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
b) Pencapaian, sebuah sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya.
c) Integrasi, sebuah sistem harus mengatur hubungan antar bagian yang menjadi
komponennya. Sistem juga harus dapat mengelola hubungan antara ketiga fungsi
penting lainnya.
d) Pemeliharaan pola, sebuah sistem harus melengkapi, memelihara dan memperbaiki
motivasi individual maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang
motivasi.
Apabila dimasukkan dalam aspek pemberdayaan masyarakat, maka teori system social
ini mengarah pada salah satu kekuatan yang harus dimiliki kelompok agar kelompok itu
berdaya yaitu memiliki sekumpulan orang/massa. Apabila kelompok itu memiliki massa
yang besar dan mampu bertahan serta berkembang menjadi lebih besar maka kelompok
itu dapat dikatakan berdaya.
3. Teori Ekologi (Kelangsungan Organisasi)
Organisasi merupakan sesuatu yang telah melekat dalam kehidupan kita, karena kita
adalah makhluk sosial. Kita hidup di dunia tidaklah sendirian, melainkan sebagai
manifestasi makhluk sosial, kita hidup berkelompok, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Struktur organisasi merupakan kerangka antar hubungan satuan-satuan
organisasi yang didalamnya terdapat pejabat, tugas serta wewenang yang masing-masing
8
mempunyai peranan tertentu. Struktur organisasi akan tampak lebih tegas apabila
dituangkan dalam bentuk bagan organisasi.
Seseorang masuk dalam sebuah organisasi tentu dengan berbagai alasan karena
kelompok akan membantu beberapa kebutuhan atau tujuannya seperti perlindungan,
cinta dan kasih sayang, pergaulan, kekuasaan, dan pemenuhan sandang pangan.
Berbagai tujuan tersebut memperlihatkan bahwa kehidupan saling pengaruh antar
orang jauh lebih bermanfaat daripada kehidupan seorang diri. Seseorang pada
umumnya mempunyai kebutuhan yang bersifat banyak yang menginginkan dipenuhinya
lebih dari satu macam kebutuhan, sehingga keberadaan kelompok merupakan suatu
keharusan.
Menurut Lubis dan Husaini (1987) bahwa teori organisasi adalah sekumpulan
ilmu pengetahuan yang membicaraan mekanisme kerjasama dua orang atau lebih
secara sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Teori organisasi
merupakan sebuah teori untuk mempelajari kerjasama pada setiap individu. Hakekat
kelompok dalam individu untuk mencapai tujuan beserta cara-cara yang ditempuh
dengan menggunakan teori yang dapat menerangkan tingkah laku, terutama motivasi,
individu dalam proses kerjasama. Pada teori ekologi, membahas tentang organisasi
sebagai wadah untuk sekumpulan masyarakat dengan tujuan yang sama agar tertatur,
jelas, dan kuat. Orientasi organisasi mengacu pada sekumpulan orang/massa yang harus
dimiliki kelompok untuk dapat memiliki power/daya. Kelompok yang memiliki
organisasi dengan kuat dan berkelanjutan maka kelompok ini dikatakan berdaya.
4. Teori Konflik
Konflik akan selalu muncul dan akan selalu dapat ditemukan dalam semua level
kehidupan masyarakat. Dalam interaksi, semua pihak bersinggungan dan sering
malahirkan konflik. Belajar dari konflik yang kemudian disadari menghasilkan kerugian
para pihak akan memunculkan inisiatif meminimalisir kerugian itu. Caranya adalah
mengupayakan damai untuk kembali hidup bersama. Dalam konteks demikian, konflik
didefinisikan bukan dari aspek para pelaku konflik, tetapi merupakan sesuatu yang
givendalam interaksi sosial. Malahan konflik menjadi motor pergaulan yang selalu
melahirkan dinamika dalam masyarakat. Dikenal beberapa pendekatan teoritis untuk
menjelaskan konflik. Sebagai kenyataan sosial. Diantaranya pendekatan ketimpangan
dalam dunia ekonomi yang menjelaskan bahwa munculnya konflik dikarenakan
ketidakseimbangan antara permintaan dan ketersediaan yang menciptakan kelangkaan.
Sementara disisi lain, individu bersifat individualis, mementingkan diri sendiri untuk
9
mendapatkan surplus yang ada. Adanya kesamaan antara individu membuka peluang
terjadinya perebutan pada satu komoditi dan sebaliknya juga membuka kerjasama di
antara para pelaku (Chalid, 2005).
Pada proses pemberdayaan yang dilakukan di suatu lingkungan social (masyarakat)
akan sangat sering menemui konflik. Konflik yang terjadi berkaitan erat dengan
ketidakpercayaan dan adanya perubahan kepada mereka. Perubahan terhadap kebiasaan,
adat istiadat dn berbagai norma social yang sudah tertanam sejak lama di dalam
masyarakat. Hal ini sesuai pendapat Stewart, 2005 dalam Chalid (2005) Terdapat tiga
model penjelasan yang dapat dipakai untuk menganalisis kehadiran konflik dalam
kehidupan masyarakat, pertama penjelasan budaya, kedua, penjelasan ekonomi, ketiga
penjelasan politik. Perspektif budaya menjelaskan bahwa konflik dalam masyarakat
diakibatkan oleh adanya perbedaan budaya dan suku. Dalam sejarah, konflik cenderung
seringkali terjadi karena persoalan perbedaan budaya yang melahirkan penilaian
stereotip. Masing-masing kelompok budaya melihat sebagai anggota atau bagian dari
budaya yang sama dan melakukan pertarungan untuk mendapatkan otonomi budaya.
Terdapat perdebatan tentang pendekatan primordial terhadap realitas konflik. Sebagian
antropolog ada yang menerima dan sebagian menolak. Argumentasi kalangan yang
menolak beralasan bahwa terdapat masalah serius bila hanya menekankan penjelasan
konflik dari aspek budaya semata. Pendekatan budayatidak memasukkan faktor-faktor
penting dari aspek sosial dan ekonomi.
Pandangan teori konflik mengacu pada dua aspek, yang pertama tentang ekonomi/uang
yaitu berkaitan dengan modal sebagai sarana untuk kelompok dapat dikatakan berdaya
dan mandiri. Aspek kedua menyangkut tentang organisasi, apbila kelompok dapat
memanajemen konflik dengan baik, maka keutuhan dan kekuatan organisasi/ kelompok
orang akan terus kuat dan lestari sehingga mereka akan memiliki daya dari sisi finansial
dan sisi keanggotaan massa.
5. Teori Mobilisasi Sumberdaya
Jasper, (2010) menyatakan gerakan sosial terdiri dari individu-individu dan interaksi
di antara anggota suatu masyarakat. Pendekatan pilihan rasional (rational choice)
menyadari akan hal ini, tetapi versi mereka memperhitungkan individu sebagai yang
abstrak untuk menjadi realistis. Pragmatisme, feminisme, dan yang terkait dengan
berbagai tradisi yang mendorong lahirnya studi tentang aksi-aksi individu (individual
action) dan aksiaksi kolektif (collective action) sejak tahun 1960-an, yakni penelitian
tentang perlawanan (social resistence), gerakan sosial (social movement) dan tindakan
10
kolektif (collective behavior) berkembang di bawah inspirasi dari teori-teori besar
tersebut. Dua dari mereka di antaranya dipengaruhi oleh pandangan Marxisme, terutama
sosiologi makro versi Amerika yang menekankan teori mobilisasi sumber daya (resource
mobilization theory) dan interaksi dengan negara. Rusmanto, (2013) menyimpulkan
bahwa untuk mengetahui keinginan seseorang akan sangat terkait dengan tujuan di akhir
orang tersebut. Seseorang dari pertanyaan tersebut mengarah kepada sebuah tujuan.
Dalam hal ini, maka tujuan adalah pusat pendekatan yang strategis sebagai taktik,
meskipun dalam pemahaman umum, telah keliru memahami bahwa strategi merupakan
instrumen tujuan yang bersifat sementara mencerminkan budaya dan emosi.
Pada konteks pemberdayaan masyarakat maka teori mobilisasi menjadi salah satu dasar
yang kuat, karena untuk menjadi seorang atau kelompok masyarakat yang berdaya/
memiliki power selain uang, knowledge maka people juga mempunyai peranan yang
penting. Kumpulan orang akan memberikan kekuatan, kekuatan itu akan memberikan
power pada orang atau masyarakat itu.
6. Teori Constructivist
Glasersfeld (1987) menyatakan konstruktivisme sebagai “teori pengetahuan dengan
akar dalam “filosofi, psikologi dan cybernetics”. Von Glasersfeld mendefinisikan
konstruktivisme radikal selalu membentuk konsepsi pengetahuan. Ia melihat
pengetahuan sebagai sesuatu hal yang dengan aktip menerima yang apapun melalui
pikiran sehat atau melalui komunikasi. Hal itu secara aktip teruama dengan
membangun pengetahuan. Kognisi adalah adaptif dan membiarkan sesuatu untuk
mengorganisir pengalaman dunia itu, bukan untuk menemukan suatu tujuan
kenyataan.Konstruktivisme pada dasarnya adalah suatu pandangan yang didasarkan
pada aktivitas siswa dengan untuk menciptakan, menginterpretasikan, dan
mereorganisasikan pengetahuan dengan jalan individual (Windschitl, dalam
Abbeduto, 2004).
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif,
yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan teori
behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik
antara stimulus dan respon, sedangkan teori kontruktivisme lebih memahami belajar
sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi
makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya. Teori konstruktivisme juga
mempunyai pemahaman tentang belajar yang lebih menekankan pada proses daripada

11
hasil. Hasil belajar sebagai tujuan dinilai penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan
strategi dalam belajar juga dinilai penting.
Pada proses pemberdayaan masyarakat pendekatan teori belajar secara konstructivisme
perlu di tanamkan dan diupayakan agar masyarakat mampu menkonstruksi pemahaman
untuk berubah. Pemberdayaan masyarakat hendaknya tetap mempertahankan nilai-nilai
yang sudah melekat di masyarakat selam nilai tersebut baik dan benar. Nilai-nilai
kebersamaan, keikhlasan, gotong-royong, kejujuran, kerja keras harus di bangun dan di
konstruksikan sendiri oleh masyarakat untuk menciptakan perubahan agar lebih berdaya.
Keterkaitan dengan konsep pemberdayaan maka aspek ilmu (knowledge) yang ada di
dalam masyarakat perlu dibangun dengan kuat dan di kontruksikan di dalam masyarakat
itu sendiri.

2.3 Konsep Pemberdayaan Sosial

Konsep “pemberdayaan” berasal dari kata dasar “daya” yang mengandung arti
“kekuatan”, dan merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu “empowerment”. Dalam
hal ini konsep pemberdayaan mengandung arti memberikan daya atau kekuatan kepada
kelompok yang lemah yaitu kelompok yang belum mempunyai daya dan kekuatan untuk
hidup secara mandiri, terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan pokok dalam hidupnya
sehari-hari (Hamid, 2018).

Secara umum, pemberdayaan sosial ditujukan kepada individu, kelompok


masyarakat, atau lembaga yang rentan dan lemah, sehingga setelah diberdayakan mereka
memiliki kekuatan atau kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan
dasar ini mencakup sandang, pangan, dan papan. Selain mampu memenuhi kebutuhan
dasar, juga diharapkan akan dapat menjangkau sumber-sumber produktif yang dapat
meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang/jasa yang dibutuhkan dengan
kualitas yang bagus (Suharto, 2010 dalam Habib, 2021).

Pemberdayaan sosial sebagai sebuah proses perubahan memiliki konsep yang


bermakna. Dengan kata lain, kemungkinan terjadinya proses pemberdayaan sangat
tergantung pada dua hal:

1. Bahwa kekuasaan dapat berubah. Jika kekuasaan tidak dapat berubah, pemberdayaan
tidak mungkin terjadi dengan cara apapun.

12
2. Bahwa kekuasaan dapat diperluas. Konsep ini menekankan pada pengertian yang tidak
statis, melainkan dinamis.

Menurut Slamet, hakikat pemberdayaan sosial adalah bagaimana membuat


individu atau masyarakat mampu membangun dirinya dan memperbaiki kehidupannya
sendiri. Istilah mampu di sini mengandung makna: berdaya, paham, termotivasi, memiliki
kesempatan, melihat dan memanfaatkan peluang, berenergi, mampu bekerja sama, tahu
sebagai alternatif, mampu mengambil keputusan, berani mengambil risiko, mampu
mencari dan menangkap informasi serta mampu bertindak sesuai inisiatif. Sedangkan
indikator pemberdayaan sosial menurut Suharto paling tidak memiliki empat hal yaitu
kegiatan yang terencana dan kolektif, memperbaiki kehidupan individu dan masyarakat,
prioritas bagi kelompok yang lemah atau kurang beruntung, serta dilakukan melalui
program peningkatan kapasitas. Dalam pelaksanaannya, pemberdayaan sosial memiliki
makna dorongan atau motivasi, bimbingan, atau pendampingan dalam meningkatkan
individu atau masyarakat untuk mampu mandiri.

Secara konseptual, pemberdayaan sosial dapat diartikan sebagai suatu tindakan sosial
dari penduduk sebuah komunitas yang mengorganisasikan diri dalam sebuah perencanaan
dan tindakan kolektif, untuk memecahkan masalah sosial atau memenuhi kebutuhan sosial
sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang dimiliki (Sumodiningrat, 2009 dalam
Habib, 2021). Dalam pendapat lain, pemberdayaan sosial didefinisikan sebagai sebuah
konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini
mencerminkan paradigma pembangunan, yakni bersifat people centered (berpusat pada
manusia), participatory (partisipatif), empowering (memberdayakan), dan sustainable
(berkelanjutan) (Alfitri, 2011 dalam Habib 2021).

2.4 Tujuan Pemberdayaan Sosial

Kegiatan ekspor dan impor diberlakukan oleh perusahaan atau negara. Ekspor dapat
membantu meningkatkan pendapatan, sedangkan impor membantu mendapatkan barang
atau jasa yang tidak tersedia di dalam negeri. Apabila nilai ekspor lebih tinggi dari pada
impor atau ekspor nettonya positif berarti kegiatan tersebut memberikan kontribusi terhadap
pendapatan nasional yang berdampak pada naiknya pertumbuhan ekonomi. Indikator ini
yang paling sensitif yang dapat menimbulkan berbagai sentimen dalam masyarakat
termasuk pada nilai tukar, investasi dan bahkan harga saham umumnya mengarah pada kurs.

13
Menurut Mardikanto dan Poerwoko (2012:111-112) dalam (Hamid, 2018), tujuan
pemberdayaan sosial meliputi berbagai upaya perbaikan, yaitu sebagai berikut:

1. Perbaikan Pendidikan (Better Education)


Pemberdayaan harus dirancang sebagai suatu bentuk pendidikan yang lebih
baik. Perbaikan pendidikan yang dilakukan melalui pemberdayaan tidak hanya terbatas
pada perbaikan materi, perbaikan metode, perbaikan menyangkut waktu dan tempat,
serta hubungan fasilitator dan penerima manfaat, tetapi seharusnya yang tak kalah
pentingnya adalah bagaimana perbaikan pendidikan non formal dalam proses
pemberdayaan mampu menumbuhkan semangat dan keinginan untuk terus belajar
tanpa batas waktu dan umur.
2. Perbaikan Aksesibilitas (Better Accessibility)
Seiring tumbuh dan berkembangnya semangat belajar sepanjang hayat,
diharapkan dapat memperbaiki aksesibilitas, utamanya aksesibilitas terhadap sumber
informasi atau inovasi, sumber pembiayaan atau keuangan, penyedia produk, peralatan
dan lembaga pemasaran.
3. Perbaikan Tindakan (Better Action)
Melalui bekal perbaikan pendidikan dan aksesibilitas dengan beragam sumber
daya (SDM, SDA dan sumber daya lainnya/buatan) yang lebih baik, diharapkan akan
melahirkan tindakan-tindakan yang semakin membaik pula.
4. Perbaikan Kelembagaan (Better Institution)
Dengan perbaikan kegiatan atau tindakan yang dilakukan, diharapkan dapat
memperbaiki kelembagaan masyarakat, terutama pengembangan jejaring kemitraan-
usaha, sehingga dapat menciptakan posisi tawar (bargaining position) yang kuat pada
masyarakat.
5. Perbaikan Usaha (Better Business)
Perbaikan pendidikan (semangat belajar), perbaikan aksesibilitas, kegiatan, dan
perbaikan kelembagaan, diharapkan akan dapat memperbaiki usaha atau bisnis yang
dijalankan.
6. Perbaikan Pendapatan (Better Income)
Perbaikan bisnis yang dijalankan, diharapkan akan dapat memperbaiki
pendapatan yang diperolehnya, termasuk pendapatan keluarga dan masyarakatnya.
7. Perbaikan Lingkungan (Better Environment)

14
Perbaikan pendapatan dapat memperbaiki lingkungan (fisik dan sosial), karena
kerusakan lingkungan seringkali disebabkan karena faktor kemiskinan atau terbatasnya
pendapatan.
8. Perbaikan Kehidupan (Better Living)
Tingkat pendapatan yang memadai dan lingkungan yang sehat, diharapkan
dapat memperbaiki situasi kehidupan setiap keluarga serta masyarakat.
9. Perbaikan Masyarakat (Better Community)
Situasi kehidupan yang lebih baik, dan didukung dengan lingkungan (fisik dan
sosial) yang lebih baik, diharapkan dapat mewujudkan kehidupan masyarakat yang juga
lebih baik.

2.5 Faktor Pendukung dan Penghambat Pemberdayaan Sosial

1. Faktor Pendukung Pemberdayaan Sosial


a) Motivasi
Menurut Hamzah B. Uno (2007), motivasi dapat diartikan sebagai dorongan internal
dan eksternal dalam diri seorang yang diindikasikan dengan adanya hasrat dan minat,
dorongan dan kebutuhan, harapan dan cita-cita, pengharapan dan penghormatan.
Motivasi merupakan sesuatu apa yang membuat seseorang bertindak.
b) Kebijaksanaan Pemerintah
Kebijaksanaan–kebijaksanaan pemerintah, baik yang dikeluarkan melalui perundang-
undangan, peraturan- peraturan pemerintah, surat-surat keputusan menteri dan pejabat
pemerintah, dan sebagainya adalah merupakan arahan yang harus diperhitungkan oleh
organisasi dalam pengembangan sumber daya manusia. (Soekidjo Notoatmodjo,
2003:9-12).
2. Faktor Penghambat Pemberdayaan Sosial
a) Anggaran
Menurut Munandar (2011) adalah suatu rencana yang disusun dengan sistematis yang
meliputi semua aktivitas perusahaan yang dinyatakan dalam unit atau kesatuan
moneter yang berlaku untuk jangka waktu tertentu.
b) Sarana dan Prasarana
Menurut Soepartono (2006:^) yang dimaksud dengan sarana adalah sesuatu yang
dapat digunakan dan dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatan. Dengan adanya
sarana dan prasarana kegiatan masyarakat dalam pemberdayaan tersebut tidak terlepas
dari rendahnya sumber daya manusia itu, hal ini karena masyarakat di desa sangatlah

15
sederhana dan belum memahami hal-hal yang berkaitan dengan keinginan
masyarakat.
c) Kurangnya hubungan dengan masyarakat luar
Masyarakat yang kurang melakukan hubungan dengan masyarakat luar dapat
menyebabkan kurangnya mendapat informasi tentang perkembangan dunia. Hal ini
mengakibatkan masyarakat tersebut terasing dan tetap terkurung dalam pola-pola
pikiran yang sempit dan lama. Selain itu mereka cenderung tetap mempertahankan
tradisi yang tidak mendorong kearah kemajuan.
d) Perkembangan ilmu pengetahuan dan Teknologi yang terlambat
Jika suatu masyarakat kurang melakukan hubungan dengan masyarakat luar,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masyarakat tersebut menjadi
lambat. Hal ini disebabkan mereka kurang atau belum menerima informasi tentang
kemajuan masyarakat lain. Disamping itu penjajahan juga dapat menyebabkan
terlambatnya perkembangan IPTEK pada suatu masyarakat.
e) Sikap masyarakat yang tradisional
Masyarakat yang masih mempertahankan tradisi dan menganggap tradisi tak dapat
diubah secara mutlak, dapat mengakibatkan terhambatnya perubahan sosial dalam
masyarakat tersebut. Hal ini disebabkan masyarakat tak bersedia menerima inovasi
dari luar. Padahal, inovasi tersebut merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong
terjadinya perubahan yang diharapkan dalam suatu masyarakat.
f) Prasangka terhadap Hal-hal yang baru atau asing
Rasa curiga terhadap hal-hal baru yang datang dari luar dapat menghambat terjadinya
perubahan sosial dalam masyarakat. Sikap ini bisa dijumpai dalam masyarakat yang
pernah dijajah oleh bangsa-bangsa barat. Mereka tak bisa melupakan pengalaman-
pengalaman pahit selama masa penjajahan. Akibatnya, semua unsur-unsur baru yang
berasal dari bangsa barat selalu dicurigai dan sulit mereka terima.
g) Adat atau kebiasaan
Adat dan kebiasaan juga dapat menghambat terjadinya perubahan dalam masyarakat.
Unsur-unsur baru dianggap oleh sebagian masyarakat dapat merusak adat atau
kebiasaan yang telah mereka anut sejak lama. Mereka khawatir adat atau kebiasaan
yang dianut menjadi punah jika mereka menerima unsur-unsur baru bahkan dapat
merusak tatanan atau kelembagaan sosial yang mereka bangun dalam masyarakatnya.
h) Ketergantungan (dependence)

16
Ketergantungan suatu komunitas terhadap orang lain (misalnya terhadap pendamping
sosial) menyebabkan proses “kemandirian” masyarakat membutuhkan waktu yang
cenderung lebih lama.

2.6 Promosi Kesehatan & Pemberdayaan Sosial

1. Promosi Kesehatan
Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat
menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok
dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan
melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui
pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support) dan pemberdayaan
masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali
dan mengetahui masalahnya sendiri, dalam tatanan rumah tangga, agar dapat
menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Strategi dasar utama promosi kesehatan adalah:
a) Pemberdayaan
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menumbuhkan dan meningkatkan
pengetahuan, kemauan dan kemampuan individu, keluarga dan masyarakat untuk
mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, menciptakan lingkungan sehat serta
berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya kesehatan.
b) Bina Suasana
Bina suasana adalah upaya menciptakan suasana atau lingkungan sosial yang
mendorong individu, keluarga dan masyarakat untuk mencegah penyakit dan
meningkatkan kesehatannya serta menciptakan lingkungan sehat dan berperan aktif
dalam upaya penyelenggaraan kesehatan.
c) Advokasi
Advokasi merupakan upaya atau proses yang terencana untuk mendapatkan komitmen
dan dukungan dari pihak-pihak terkait (tokoh masyarakat informal dan formal) agar

17
masyarakat di lingkungan puskesmas berdaya untuk mencegah serta meningkatkan
kesehatannya serta menciptakan lingkungan sehat.
d) Kemitraan
Kemitraan dikembangkan antara petugas kesehatan Puskesmas dengan sasarannya
(para pasien atau pihak lain) dalam pelaksanaan pemberdayaan, bina suasana dan
advokasi. Kegiatan Promosi Kesehatan di Puskesmas Memiliki Kegiatan Didalam dan
Diluar Gedung.
Didalam Gedung:
• Penyebarluasan Informasi melalui Media TV, Leaflet, Poster
• Konseling
• Pembuatan infografis
• Editing Foto, Video, dll
• Pencatatan dan Pelaporan
Diluar Gedung:
• Penyuluhan
• Pembinaan Poskestren
• Pembinaan Posyandu
• Germas
• Pembinaan Saka Bakti Husada (SBH)
Peluncuran Aplikasi KEPO PROMKES, pada tanggal 27 Oktober 2022 oleh
Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat menyelenggarakan kegiatan Uji Coba Aplikasi Sarana Promosi Kesehatan.
Pelaksanaannya, uji coba aplikasi tersebut diselenggarakan secara daring pada pukul
09.00 sampai dengan pukul 12.00 WIB. Dalam kegiatan tersebut hadir para
penanggungjawab program promosi kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi,
Kabupaten/Kota bersama 25 orang petugas Puskesmas di wilayah kerjanya untuk
bersama-sama melakukan ujicoba dan memberikan saran terkait pengembangan aplikasi
KEPO PROMKES.
Aplikasi KEPO PROMKES diperuntukkan untuk tenaga promosi kesehatan, dan
memiliki tujuan untuk mendorong berbagai informasi dan inovasi yang dimiliki oleh
promkes yang ada di daerah, sehingga kedepannya, diharapkan dapat lebih meningkatkan
kualitas promosi kesehatan. Diselenggarakannya kegiatan tersebut diharapkan dapat

18
melengkapi fitur-fitur yang tersedia pada aplikasi KEPO PROMKES, sehingga dapat
digunakan dan bermanfaat bagi para pemangku kebijakan dan masyarakat secara umum.
2. Pemberdayaan Sosial
Pemberdayaan Sosial adalah upaya yang diarahkan untuk menjadikan individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat yang mengalami masalah sosial agar berdaya
sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.
Pemberdayaan sosial (empowerment) merupakan ahli strategi peningkatan "daya"
atau kekuatan (power) individu, lightbag dan komunitas. Kebijakan pemberdayaan sosial
pada tingkat penyelesaian perlu lebih diorientasikan pada strategi permintaan tujuan
(goals-oriented strategy). Ke depannya, program yang diarahkan oleh Jenderal
Pemberdayaan Sosial ini akan fokus pada 4 program, yaitu: program kewirausahaan
sosial (ProKus), pemberdayaan pilar-pilar sosial, Pemberdayaan KAT berbasis
stakeholders (PKAT-Best), dan Restorasi Sosial. Konsep peta jalan (Roadmap)
pemberdayaan sosial harus lebih simpel, terarah, dan terukur. “Roadmap pemberdayaan
sosial harus dikembangkan dengan konsep yang simpel, terarah dan terukur. Serta
berorientasi pada strategi penawaran tujuan,” jelas Edi Suharto.
Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa pemberdayaan pilar-pilar sosial yang
menyangkut Puskesos-SLRT, Karang Taruna, Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan
(TKSK), dan Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) dapat dilakukan dengan mengadakan
bimtek. Setelah itu, mereka harus bisa memberdayakan masyarakat sekitarnya, dengan
bekal ilmu yang sudah pilar-pilar dapatkan. Pilar-pilar sosial ini adalah sebagai instrumen
perubahan. Dalam program Restorasi Sosial, merujuk pada penguatan nilai-nilai
kebangsaan, kesetiakawanan sosial, dan kepahlawanan.
\Puskesos-SLRT di Kewirausahaan Sosial merupakan sebagian contoh konkrit dari
pengembangan kebijakan tersebut. Puskesos-SLRT dalam memberikan layanan kepada
masyarakat sangat simpel. Alurnya jelas dan tidak ribet, serta memberikan solusi dari
keluhan masyarakat.
Program kewirausahaan sosial. Program mendekati akhir tahun 2020 di menyasar
KPM PKH Graduasi. Dalam pelaksanaannya, program kewirausahaan sosial
menggunakan model Triple Power, yaitu:
a) Modal Pembibitan - diberi BSiMU - pendampingan sosial dan bimtek bisnis disebut
Wirausaha Pemula (WP)
b) Model Mentoring - diberi BSiMU, pendampingan sosial dan pendampingan bisnis
oleh usahawan - Wirausaha Berkembang (WB)
19
c) Modal Inkubasi, diberi BSiMU - pendampingan sosial dan inkubasi Bisnis oleh
Perusahaan - Wirausaha Maju (WM).

2.7 Langkah-Langkah Pemberdayaan Sosial\

Menurut Soekanto (1987:63), pemberdayaan masyarakat memiliki 7 tahapan atau


langkah-langkah yang dilakukan. Berikut adapun langkah-langkah tersebut :

1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini terdapat 2 tahapan yang harus dikerjakan, yaitu :pertama, penyimpanan
tugas, yaitu tenaga pemberdayaan masyarakat yang bisa dilakukan oleh community
worker dan yang kedua, penyiapan lapangan yang pada dasarnya diusahakan dilakukan
secara non-direktif.
2. Tahap Pengkajian (Assessment)
Pada tahap ini proses pengkajian dapat dilakukan secara individual melalui kelompok-
kelompok dalam masyarakat. Dalam hal ini petugas harus berusaha mengidentifikasi
masalah kebutuhan yang dirasakan (feel needs) dan juga sumber daya yang dimiliki
klien.
3. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan
Pada tahap ini petugas sebagai agen perubahan (exchange agent) secara partisipatif
mencoba melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan
bagaimana cara mengatasinya. Dalam konteks ini masyarakat diharapkan dapat
memikirkan beberapa alternatif program dan kegiatan yang dapat dilakukan.
4. Tahap Pemfomalisasi Rencana Aksi
Pada tahapan ini agen perubahan membantu masing-masing kelompok untuk
merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang mereka akan lakukan
untuk mengatasi permasalahan yang ada. Disamping itu, petugas juga membantu untuk
memformulasikan gagasan mereka ke dalam bentuk tertulis, terutama apabila terdapat
kaitannya dengan pembuatan proposal kepada penyandang dana.
5. Tahap Pelaksanaan (Implementasi) Program atau Kegiatan
Dalam upaya pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat, peran masyarakat
sebagai kader diharapkan dapat menjaga keberlangsungan program yang telah
dikembangkan. Kerjasama antar petugas dan masyarakat merupakan hal yang penting
dalam tahapan ini karena terkadang sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik tidak
sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan.

20
6. Tahap Evaluasi
Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas program pemberdayaan
masyarakat yang sedang berjalan sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga. Hal
ini dikarenakan keterlibatan warga dalam jangka waktu pendek diharapkan membentuk
suatu sistem komunitas untuk pengawasan secara internal dan untuk jangka panjang
dapat membangun komunikasi masyarakat yang lebih mendirikan dengan manfaat
sumber daya yang ada.
7. Tahap Terminasi
Tahap ini merupakan tahapan pemutusan hubungan secara formal dengan komunitas
sasaran. Sebuah proyek diharapkan harus segera berhenti dalam tahapan ini.

2.8 Peran Masyarakat dalam Pemberdayaan Sosial

Dalam perencanaan pengembangan dan pemberdayaan sosial, peran masyarakat untuk


inventarisasi data terkait sangat dibutuhkan sekali. Program pengembangan kegiatan
pemberdayaan sosial dapat dilakukan melalui pelatihan dan sedikit banyak memberikan
dorongan dan motivasi yang positif kepada masyarakat. Adapun peran masyarakat dalam
kegiatan pemberdayaan sosial adalah sebagai berikut :
1. Sebagai pelaku, yaitu masyarakat sendiri yang akan memainkan peran utama dalam
pelaksanaan program-program pemberdayaan masyarakat, serta pemerintah Desa
Lebih merupakan pelengkap dan penunjang termasuk menentukan aturan dasar
kegiatannya. Kegiatan pemberdayaan masyarakat dianggap sebagai suatu proses belajar
usaha melalui proses evaluasi terhadap segala hal yang telah dicapai dalam pelaksanaan
usaha, serta mempelajari berbagai kendala yang dihadapi.
2. Sebagai partisipan, yaitu partisipasi sosial yang mengandung makna agar masyarakat
lebih berperan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat, mengusahakan penyusunan
kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui mekanisme dari bawah ke atas
dengan memperlakukan manusia sebagai subjek pemberdayaan, pemberdayaan
masyarakat merupakan kemampuan dan kebebasan untuk membuat pilihan-pilihan,
baik yang menyangkut penentuan nasib diri sendiri maupun perubahan diri sendiri atas
dasar kekuatan sendiri sebagai faktor penentu.
3. Sebagai peserta, yaitu keterlibatan masyarakat dan aktif dalam kegiatan yang telah
direncanakan dan dilaksanakan bersama-sama dengan masyarakat. Dalam hal ini suatu
desa mengharapkan program tersebut dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan
keinginan dalam setiap pelaksanaannya.

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pemberdayaan masyarakat merupakan proses pembangunan dimana masyarakat


berinisiatif memulai proses aksi sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisinya sendiri.
Komunitas yang baik adalah alat yang memungkinkan setiap anggota untuk terus
berkembang dalam pengetahuan dan keterampilan. Identifikasi masalah dapat diartikan
sebagai tahap awal dari manajemen masalah, dimana objek tertentu dalam situasi tertentu
dapat diidentifikasi sebagai masalah. Tujuan dari identifikasi masalah adalah agar kita
mendapatkan beberapa masalah yang berhubungan dengan penelitian
Pemberdayaan masyarakat merupakan tema kunci dalam program dan penyelarasan
pembangunan nasional saat ini. Upaya peningkatan pelayanan angkutan jalan bertujuan
untuk melibatkan masyarakat secara aktif melalui pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat adalah komitmen untuk memberdayakan akar rumput sehingga
mereka memiliki pilihan nyata tentang masa depan mereka.

22
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Sleman. (2022). Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat dan Promosi


Kesehatan. Url: https://dinkes.slemankab.go.id/pemberdayaan-kesehatan-masyarakat-dan-
promosi-kesehatan. Diakses tgl 27 November 2022.

Habib, M. A. F. (2021). Kajian teoritis pemberdayaan masyarakat dan ekonomi kreatif. Journal
of Islamic Tourism, Halal Food, Islamic Traveling, and Creative Economy, 1(2), 106-134.

Kementerian Kesehatan. (2022). Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan


Masyarakat Gelar Kegiatan Uji Coba Aplikasi Sarana Promosi Kesehatan. Url:
https://promkes.kemkes.go.id/direktorat-promosi-kesehatan-dan-pemberdayaan-
masyarakat--gelar-kegiatan-uji-coba-aplik. Diakses tgl 27 November 2022.

Kementerian Sosial. (2020). Program Pemberdayaan Sosial: “Make It Simple”.Url:


https://kemensos.go.id/program-pemberdayaan-sosial-make-it-simple. Diakses 27
November 2022.

Kumparan.com. 2021. Pemberdayaan Masyarakat: Pengertian, Prinsip, dan Tujuannya.


https://kumparan.com/berita-hari-ini/pemberdayaan-masyarakat-pengertian-prinsip-dan-
tujuannya-1vH6b5Wy9TA/full [Diakses pada 25 November 2022]

Margayaningsih, D. I. (2016). Pemberdayaan Masyarakat Desa Sebagai Upaya


Penanggulangan Kemiskinan. Publiciana, 9(1), 158-190.

Puskesmas Punggur. (2022). Promosi Kesehatan (Promkes). Url:


https://puskesmas.kuburayakab.go.id/punggur/read/2/promosi-kesehatan-promkes. Diakses
tgl 27 November 2022.

Riyadi, Muchlisin (2017). Tujuan, Prinsip dan Tahapan Pemberdayaan Sosial . Link:
https://www.kajianpustaka.com/2017/11/tujuan-prinsip-dan-tahapan-pemberdayaan-
masyarakat.html. Diakses pada 26 November 2022.

Sumodiningrat, G. (2007). Pemberdayaan sosial: kajian ringkas tentang pembangunan


manusia Indonesia. Penerbit Buku Kompas.

23

Anda mungkin juga menyukai