Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PELEMBAGAAN DALAM TAHAPAN MANAJEMEN


PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pengembangan


Masyarakat

Dosen Pengampu: Sri Noor Mustaqimatul Hidayah, S.Sos., M.E.

Oleh

Novian Krisna Jati (2240410032)


Anis Adhelia (2240410045)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

2023
Kata pengantar
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. Atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman khususnya bagi kami pribadi serta pada pembaca
umumnya. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar..........................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................1
C. TUJUAN PENELITIAN...............................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
1. Pelembagaan Dalam Tahapan Manajemen PMI..............................................3
2. Tahapan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat.................................................8
BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP..............................................................................................................13
KESIMPULAN......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pelembagaan dalam tahapan manajemen pengembangan masyarakat Islam


merupakam topik yang menarik dan relevan dalam konteks pengembangan
masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip Islam Dala era globalisasi dan perubahan
yang cepat penting bagi mat Muslim untuk memiliki pendekatan yang sistematis
dan terstruktur dalam memakan masyarakatnya Pelembagaa mmgacu pada proses
pembentukan dan pengorgmisasi lembaga-lembaga atau struktur struktur yang
berperim dalam mengoordmatikan dan melaksanakan program-program
pengmaban masyarakat

Dalam konteks pengembangan masyarakat Islam, pelembagaan ini benjum untuk


mewujudkan vin alam yang komprehensif, mencakuqi pek vonal, ekonomi, dan
spiritual Tahapan manajemen pengembangan masyarakat Islam meliponi
perencanaan, pelaksanaan, penuntaan, dan evaluari kegiatan Pendekatan
manajemen yang struktur dan terorganisir memungkinkan pelaksanam program-
program pengembangan dengan lebih efektif dan efisien

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu pelembagaan dalam manajemen PMI?


2. Apa saja tahapan dalam pengembangan masyarakat?

1
C. TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui apa itu pelembagaan dalam manajemen PMI


2. Mengetahui Apa saja tahapan dalam pengembangan masyarakat
.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pelembagaan Dalam Tahapan Manajemen PMI

1.) Pelembagaan

Menurut Soetomo, bahwa melaksanakan program yang berorientasi


pemberdayaan sehingga berdampak pada proses yang berkelanjutan
tersebut bukan hal yang mudah. Banyakditemukan bahwa suatu program
atas bantuan/asistensi dari pemerintah maupun non pemerintah memang
dapat mendorong tumbuhnya aktivitas lokal, tetapi aktivitas lokal berhenti
setelah program dari luar tersebut dihentikan.
Berikut ini, menurut Soetomo, bentuk intervensi dalam program
pemberdayaan masyarakat yang berdampak kemandirian atau
keberlanjutan tersebut;

3
Lebih lanjut, menurutnya, bahwa kunci pertama dari keberhasilan program
pemberdayaan masyarakat adalah apabila dapat mendorong lahirnya aktivitas
lokal atau kegiaan-kegiatan di masyarakat. Lebih penting dari itu, apabila dampak
keberlanjutan dari program itu dapat terlihat dan ada, dimana aktivitas lokal atau
kegiatan yang dilaksanakan dalam program tersebut mendorong muncul aktivitas
lokal atau kegiatan-kegiatan lainnya sebagai mata rantai dari kegiatan
sebelumnya. Dalam bahasa lainnya, aktivitas lokal atau kegiatan yang
dilaksanakan dalam program itu memberikan multiplier effect yang mampu
menciptakan siklus kemanfaatan program yang tidak hanya berhenti ketika
program yang berasal dari luar sudah habis masa waktunya. Dalam konteks ini,
bagi program pengembangan masyarakat, bahwa bantuan/pendampingan dari luar
(baca; LSM, pemerintah maupun badan usaha) harus diposisikan hanya stimulan
belaka dan tidak selamanya. Kenapa program yang dilakukan oleh pihak luar itu
hanya stimulan saja? Hal ini dimaksudkan agar masyarakat yang diintervensi
melalui sebuah progam tersebut, tidak mengalami ketergantungan, tentu saja hal
tersebut dapat berdampak buruk bagi mereka, dan bertentangan dengan tujuan
sebenarnya diselenggarakannya program pemberdayaan masyarakat; yakni
masyarakat dapat berdaya dan menolong diri sendiri dalam menghadapi hambatan
dan kendala yang dihadapinya. Model program pengembangan masyarakat yang
memiliki arah kemandirian/keberlanjutan salah satu telah digagas oleh LP3ES
ketika mengintrodusir program transaksi hulu-hilir di wilayah DAS Cidanau,
Serang, Banten. Dimana secara Bantuan materi dan pelayanan Aktivitas lokal
Pengembangan sumber daya manusia, material dan organisasi Hasil material dan
pelayanan baru Garis intervensi Garis siklus kemandiriaan/keberlanjuta Sumber:
Honadle & Vant Sant (1985:76), Soetomo (2006;423) Kombinasi sumber daya
eksternal dan internal Gambar 1. Intervensi yang berdampak kemandirian Lebih
lanjut, menurutnya, bahwa kunci pertama dari keberhasilan program
pemberdayaan masyarakat adalah apabila dapat mendorong lahirnya aktivitas
lokal atau kegiatankegiatan di masyarakat. Lebih penting dari itu, apabila dampak
keberlanjutan dari program itu dapat terlihat dan ada, dimana aktivitas lokal atau
kegiatan yang dilaksanakan dalam program tersebut mendorong muncul aktivitas

4
lokal atau kegiatankegiatan lainnya sebagai mata rantai dari kegiatan sebelumnya.
Dalam bahasa lainnya, aktivitas lokal atau kegiatan yang dilaksanakan dalam
program itu memberikan multiplier effect yang mampu menciptakan siklus
kemanfaatan program yang tidak hanya berhenti ketika program yang berasal dari
luar sudah habis masa waktunya. Dalam konteks ini, bagi program pengembangan
masyarakat, bahwa bantuan/pendampingan dari luar (baca; LSM, pemerintah
maupun badan usaha) harus diposisikan hanya stimulan belaka dan tidak
selamanya. Kenapa program yang dilakukan oleh pihak luar itu hanya stimulan
saja? Hal ini dimaksudkan agar masyarakat yang diintervensi melalui sebuah
progam tersebut, tidak mengalami ketergantungan, tentu saja hal tersebut dapat
berdampak buruk bagi mereka, dan bertentangan dengan tujuan sebenarnya
diselenggarakannya program pemberdayaan masyarakat; yakni masyarakat dapat
berdaya dan menolong diri sendiri dalam menghadapi hambatan dan kendala yang
dihadapinya. Model program pengembangan masyarakat yang memiliki arah
kemandirian/keberlanjutan salah satu telah digagas oleh LP3ES ketika
mengintrodusir program transaksi hulu-hilir di wilayah DAS Cidanau, Serang,
Banten. Dimana secara eksplisit ada satu tahapan secara khusus untuk
membangun dimensi keberlanjutan dari program atau aktivitas lokal yang ada
disana. Berikut ini siklus tahapan dalam pengembangan masyarakat yang
menganut aspek berkelanjutan program tersebut 27 eksplisit ada satu tahapan
secara khusus untuk membangun dimensi keberlanjutan dari program atau
aktivitas lokal yang ada disana. Berikut ini siklus tahapan dalam pengembangan
masyarakat yang menganut aspek berkelanjutan program tersebut

5
gambar tersebut dapat berjalan berkesinambungan dan memberikan manfaat
kepada masyarakat secara jangka panjang, serta menjamin bahwa program itu
tetap berjalan walaupun bantuan/asistensi dari pemerintah, LSM maupun badan
usaha sudah selesai. Sedangkan tahapan pemberdayaan masyarakat yang
mengabaikan aspek keberlanjutan. Dimana taapan ini sering diabaikan oleh
sejumlah perencana dalam program pemberdayaan masyarakat tersebut. Padahal
agar program tersebut dapat berjalan berkesinambungan dan memberikan manfaat
kepada masyarakat secara jangka panjang, serta menjamin bahwa program itu
tetap berjalan walaupun bantuan/asistensi dari pemerintah, LSM maupun badan
usaha sudah selesai. Sedangkan tahapan pemberdayaan masyarakat yang
mengabaikan aspek keberlanjutan tersebut, biasanya urutannya sebagai berikut;
pertama, perencanaan program, pelaksanaan program dan monitoring serta
evaluasi program. Ternyata model ini tidak memberikan kontribusi positif bagi
pengembangan program secara lebih berkesinambungan.

2.) Strategi Pelembagaan Program

Berikut ini beberapa strategi dalam rangka mendukung pelembagaan bagi


program pemberdayaan masyarakat, yaitu; pertama, penguatan kelembagaan
lokal. Dalam sebuah program tersebut harus dibangun kelembagaan lokal yang

6
kuat sebagai mata rantai yang akan melanjutkan kegiatan pemberdayaan yang
sudah dilakukan melalui stimulan dari pihak luar tersebut. Karena kelembagaan
lokal yang kuat akan memelihara kesinambungan dan manfaat program tersebut.
Penguatan kelembagaan lokal dapat dilaksanakan melalui penguatan sumber daya
manusia (SDM) sebagai pengelola program tersebut, pembangunan sarana fisik
kelembagaan dan pendanaan yang permanen. Penguatan dan pengembangan
sumber daya manusia, misalnya, melalui pelatihan manajemen dan
kepemimpinan, administrasi keuangan, pemasaran dan lobby serta ketrampilan—
ketrampilan lainnya. Kedua, membina kader masyarakat. Kader masyarakat
biasanya dibentuk bersamaan dengan perencanaan dan pelaksanaan program.
Mereka inilah ujung tombak yang akan meneruskan program tersebut setelah
masa penghapusan “jejak” dari pihak luar yang membantunya. Pembinaan kader
masyarakat yang profesional dan cakap adalah bentuk tanggung jawab dari
pemberi program untuk mewujudkan kemanfaatan yang berjangka panjang
tersebut. Pada tahap pelembagaan, aspek pembinaan kader masyarakat merupakan
hal yang penting dilakukan sebagai upaya membangun dampak yang berjangka
lama dari program tersebut. Ketiga, Sumber pendanaan; sumber pendanaan bagi
program tersebut yang tidak hanya bergantung pada pemberian dari pihak luar
yang sifat sementara dan tidak permanen.Tetapi mekanisme pendanaan ini harus
dibuat secara permanen, oleh karena itu model-model pendanaan alternatif harus
dibuat selama program tersebut dilaksanakan. Misalnya, dalam kasus Program
Transaksi Hulu-Hilir di Wilayah di DAS Cidanau, disepakati pemberian dana
kompensasi dari pihak hilir (PT. Krakatau Tirta Industri) sebagai pemanfaat dari
air yang mengalir di daerah aliran sungai (DAS) Cidanau kepada masyarakat di
hulu agar memelihara kelestarian lingkungan di daerah hulu sehingga air itu dapat
tersedia dan mengalir. Model-model seperti inilah yang dapat diharapkan
membangun pendanaan program setelah “pemberian dana” dari luar dihentikan
karena sifatnya yang sementara dan stimulan belaka.1

1
Muhtadi, Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam, Ciputat: UIN Syarif Hidayatullah;
2013, 34

7
Masing-masing kelembagaan masyarakat yang ada mempunyai fungsi berbeda-
beda sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Lembaga-lembaga kemasyarakatan di
pedesaan setidak-tidaknya dikelompokkan menjadi empat jenis:

1. Lembaga kekerabatan (kindship institution), yang berfungsi untuk memenuhi


keperluan hidup kekerabatan. Jenis lembaga ini antara lain meliputi: lembaga
adat, lembaga perkawinan, kelompok kerukunan keluarga dan sebagainya.

2. Kelembagaan masyarakat yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan


perekonomian seperti produksi, permodalan dan pemasaran. Jenis lembaga ini
antara lain: kelompok tani, kelompok nelayan, KUD, lumbung padi dan lain-lain.

3. Lembaga politik (political institution) yang berfungsi untuk memenuhi


kebutuhan distribusi kekuasaan dan wewenang dalam mengatur urusan- urusan
masyarakat. Jenis lembaga ini antara lain: pemerintahan desa dan BPD (Badan
Perwakilan Desa)

4. Lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya seperti lembaga pendidikan


(sekolah), lembaga pelayanan kesehatan (Puskesmas), lembaga keamanan desa
(Siskamling), lembaga rohaniah atau keagamaan, lembaga kepemudaan dan
sebagainya.2

2. Tahapan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Ronald Lippit , terdapat 7 tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat :

1. Penyadaran

2. menunjukkan adanya masalah

3. membantu pemecahan masalah

2
Zubaedi, Pengembangan Masyarakat, Jakarta: Kencana, 2013, 125

8
4. menunjukkan pentingnya perubahan

5. melakukan penujian dan demonstrasi

6. memproduksi dan publikasi informasi

7. melaksanakan pemberdayaan/ penguatan

kapasitas.

Tentang hal tersebut, Tim Delivery (2004) menawarkan tahapan-tahapan kegiatan


pemberdayaan masyarakat yaitu :

Tahap 1. Seleksi Lokasi/wilayah

 dilakukan sesuai dengan kriteria yang disepakati oleh lembaga, pihak-


pihak terkait dan masyarakat

Tahap 2. Sosialisasi Pemberdayaan Masyarakat

 Sosialisasi PM membantu untuk meningkatkan pengertian masyarakat dan


pihak terkait tentang program

Tahap 3. Proses pemberdayaan Masyarakat

 meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam


meningkatkan taraf hidupnya (tujuan umum). Dilakukan dengan :
a.Mengidentifikasi dan mengkaji permasalahan, potensinya serta peluang.
Meliputi : (1) persiapan desa dan masyarakat (menentukan teknis
pertemuan), (2) persiapan dalam tim (kesepakatan teknik PRA, alat dan
bahan, pembagian peran dan tanggungjawab), (3) pelaksanaan kajian
keadaan: kegiatan PRA dan (4) pembahasan hasil dan penyusunan rencana
tindak lanjut.
b. Menyusun rencana kegiatan kelompok, berdasarkan hasil kajian
Tahapan penyusunan dan pelaksanaan rencana kelompok:

9
 Memprioritaskan dan menganalisa masalah-masalah hasil PRA
lebih rinci
 Identifikasi alternatif pemecahan masalah terbaik
 Identifikasi sumberdaya yang tersedia untuk pemecahan masalah
 Pengembangan rencana kegiatan serta pengorganisasian
pelaksanaannya3

Kalau merujuk kepada apa yang dicontohkan Rasulullah ketika membangun


masyarakat, setidaknya harus ditempuh tiga tahap atau proses pengembangan
masyarakat, yakni takwin, tanzim, dan taudi. Takwin adalah tahap pembentukan
pembentukan masyarakat Islam. Kegiatan pokok tahap ini adalah dakwah Islam
bil lisan sebagai ikhtiar sosialisasi akidah, ukhuwah, dan ta'awun.

Tahap berikutnya adalah tanzim, yakni tahap pembinaan dan penataan


masyarakat. Pada fase ini internalisasi dan eksternalisasi Islam muncul dalam
bentuk institusional Islam secara komprehensif dalam realitas sosial. tahap ketiga,
yaitu taudi".

Yang dimaksud dengan taudi' adalah tahap keterlepasan dan kemandirian. Pada
tahap ini, umat telah siap menjadi masyarakat mandiri, terutama tsecara
manajerial. Bila ketiga tahap ini selesai dilalui, bolehlah berharap akan munculnya
suatu masyarakat Islam yang memiliki kualitas yang siap dipertandingkan dengan
kelompok-kelompok masyarakat lain dalam arena pasar bebas nanti. Pada fase
masyarakat mandiri atau banyak disebut orang dengan istilah masyarakat madani
problem agama seharusnya tidak lagi berkutat pada 'pemujaan Tuhan.4

CONTOH PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PENGUATAN


KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI MELALUI PELAKSANAAN
PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN
3
Martina, Lingkup dan Tahapan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat, Aceh, 2016
4
Nanih Machendrawaty, Pengembangan Masyarakat Islam, Bandung: Remaja Rosdakary,
2001, 34

10
(PUAP) DI DESA SRITEJOKENCONO, KECAMATAN KOTAGAJAH,
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

PUAP yaitu bantuan program dari departemen Pertanian yang termasuk dalam
program PNPM-Mandiri yang berguna untuk memberdayakan masyarakat
tani,dengan adanya program ini diharapkan petani tidak kebingungan dalam
pemenuhan modal pertanian untuk mengelola usaha tani yang mereka miliki baik
dari masa sebelum tanam, masa tanam, masa panen hingga masa setelah panen.

Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani dalam Melaksanakan PUAP

a. Pelatihan bagi pengurus Gapoktan dan pendamping

Pelatihan dilakukan oleh Dinas Pertanian sebagai bentuk penguatan kelembagaan

kelompok tani. Pelatihan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pengurus


Gapoktan dan penyuluh pendamping dalam menjalankan tugasnya.

b. Penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat

Bantuan langsung masyarakat adalah bantuan dana kepada petani/kelompok tani


untuk mengembangkan usaha agribisnis di pedesaan yang di salurkan melalui
gapoktan dalam bentuk modal usaha.

c. Sosialisasi Kegiatan PUAP

Sosialisasi kegiatan PUAP adalah pemberian informasi dan pemahaman tentang


apa itu PUAP dan manfaat dari PUAP kepada anggota dan pengurus Gapoktan.
Sosialisasi biasanya dilakukan oleh pendamping dan pengurus Gapoktan yang
pernah mengikuti pelatihan sebelumnya.

d. Mengadakan Pertemuan atau Rapat Anggota Secara berkala

Gapoktan adalah lembaga ekonomi desa yang dipercaya untuk mengelola dana
PUAP dari pemerintah. Sehingga secara struktur organisasi maupun program-

11
program kegiatan yang akan dilaksanakan harus direncanakan dan dilaksanakan
dengan sebaik mungkin.

e. Evaluasi dan Pelaporan

Evaluasi berfungsi untuk meninjau pelaksanaan program PUAP mulai dari awal
penggunaan dana, manfaat, sarana penerima dana dan pengembalian. Sedangkan
laporan bertujuan untuk memberikan informasi terhadap kegiatan yang
berlangsung selama program berjalan.5

5
Dewi Ayu Hidayati, Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Penguatan kelompok tani Melalui
Pelaksanaan Program PUAP, Lampung: Jurnal Sosiologi, Vol.20

12
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Tiga tahap atau proses pengembangan masyarakat, yakni takwin, tanzim, dan
taudi. Takwin adalah tahap pembentukan pembentukan masyarakat Islam.
Kegiatan pokok tahap ini adalah dakwah Islam bil lisan sebagai ikhtiar sosialisasi
akidah, ukhuwah, dan ta'awun.

Tahap berikutnya adalah tanzim, yakni tahap pembinaan dan penataan


masyarakat. Pada fase ini internalisasi dan eksternalisasi Islam muncul dalam
bentuk institusional Islam secara komprehensif dalam realitas sosial.

Tahap ketiga, yaitu taudi".yang dimaksud dengan taudi' adalah tahap keterlepasan
dan kemandirian. Pada tahap ini, umat telah siap menjadi masyarakat mandiri,
terutama tsecara manajerial. Bila ketiga tahap ini selesai dilalui, bolehlah berharap
akan munculnya suatu masyarakat Islam yang memiliki kualitas yang siap
dipertandingkan dengan kelompok-kelompok masyarakat lain dalam arena pasar
bebas nanti. Pada fase masyarakat mandiri atau banyak disebut orang dengan
istilah masyarakat madani problem agama seharusnya tidak lagi berkutat pada
'pemujaan Tuhan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Muhtadi, Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam, Ciputat: UIN Syarif


Hidayatullah; 2013

Zubaedi, Pengembangan Masyarakat, Jakarta: Kencana, 2013

Martina, Lingkup dan Tahapan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat, Aceh, 2016


Nanih Machendrawaty, Pengembangan Masyarakat Islam, Bandung: Remaja Rosdakary,
2001
Dewi Ayu Hidayati, Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Penguatan kelompok tani
Melalui Pelaksanaan Program PUAP, Lampung: Jurnal Sosiologi

14

Anda mungkin juga menyukai