Anda di halaman 1dari 14

SOLUSI ALTERNATIF MENGATASI

KEMISKINAN DI INDONESIA

Disusun Oleh:

Dahlia Febrianty Samosir (06031381823043)

Desy Putri Egina (06031181823011)

Zubaidah (06031381823046)

Dosen Pengampu:

Deskoni, S.Pd., M.Pd

Firmansyah, S.Pd., M.Si

Yuliana FH, S.Pd., M.Pd

PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2021
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, makalah yang berjudul “SOLUSI ALTERNATIF
MENGATASI KEMISKINAN DI INDONESIA” dapat kami selesaikan. Penyusunan makalah
ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang gambaran umum Pasar kredit informal di
Indonesia.

Dalam pembuatan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Deskoni,
M.Pd., Bapak Firmansyah, S.Pd., M.Si dan Ibu Yuliana FH, S.Pd., M.Pd selaku dosen
pembimbing kami yang telah berkenan mengizinkan pembuatan makalah ini. Selain itu, ucapan
terima kasih juga kami tujukan kepada kedua orang tua dan teman-teman kami yang telah
memberikan doa, dorongan, serta bantuan kepada kami sehingga makalah ini dapat kami
selesaikan.

Demikian, makalah ini kami hadirkan dengan segala kelebihan dan kekurangan. Oleh
sebab itu, kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini, sangat kami
harapkan.Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan bagi pembaca.

Palembang, 13 Oktober 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................................................6
2.1 Solusi Alternatif Mengatasi Kemiskinan di Indonesia............................................................6
2.2 Rekomendasi Penanggulangan Lonjakan Kemiskinan ditengah Pandemi.............................7
2.3 Studi Kasus..............................................................................................................................9
BAB III..........................................................................................................................................13
PENUTUP.....................................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................13
3.2 Saran........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah kemiskinan. Tidak
meratanya distribusi pendapatan memicu terjadinya ketimpangan pendapatan yang merupakan
awal dari munculnya masalah kemiskinan. Membiarkan masalah tersebut berlarut-larut akan
semakin memperkeruh keadaan, dan tidak jarang dapat menimbulkan konsekuensi negatif
terhadap kondisi sosial dan politik. Masalah kesenjangan pendapatan dan kemiskinan tidak
hanya dihadapi oleh negara sedang berkembang, namun negara maju sekalipun tidak terlepas
dari permasalahan ini. Perbedaannya terletak pada proporsi atau besar kecilnya tingkat
kesenjangan dan angka kemiskinan yang terjadi, serta tingkat kesulitan mengatasinya yang
dipengaruhi oleh luas wilayah dan jumlah penduduk suatu negara. Semakin besar angka
kemiskinan, semakin tinggi pula tingkat kesulitan mengatasinya. Negara maju menunjukkan
tingkat kesenjangan pendapatan dan angka kemiskinan yang relatif kecil dibanding negara
sedang berkembang dan untuk mengatasinya tidak terlalu sulit mengingat GDP dan GNP mereka
relatif tinggi. Walaupun demikian, masalah ini bukan hanya menjadi masalah internal suatu
negara, namun telah menjadi permasalahan bagi dunia internasional, tidak terkecuali Negara
Indonesia. Kesalahan pengambilan kebijakan dalam pemanfaatan bantuan dan atau pinjaman
tersebut, justru dapat berdampak buruk bagi struktur sosial dan perekonomian negara
bersangkutan. Demikianlah adanya arus perputaran perekonomian dari saat kesaat di dalam
sebuah perekonomian swasta. Namun, corak arus itu untuk perekonomian dimana pemerintah
ikut di dalamnya sehingga bukan perekonomian swasta lagi tidaklah akan menyimpang dari
prinsip itu, mengingat pemerintah merupakan unsur pengatur dan penyeimbang perekonomian
secara keseluruhan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana solusi alternatif untuk mengatasi kemiskinan di Indonesia?


2. Apa rekomendasi menekan laju kemiskinan di Indonesia di tengah pandemi?
1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui dan memahami solusi alternatif dalam mengatasi kemiskinan di Indonesia


2. Mengetahui rekomendasi yang tepat untuk menekan laju kemiskinan di Indonesia di
tengah pandemi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Solusi Alternatif Mengatasi Kemiskinan di Indonesia

Program pemerintah yang dijalankan saat ini dinilai sudah baik secara konsep. Namun
belum bisa dinilai secara menyeluruh karena hanya sebagian kecil saja yang terealisasi.
Sementara kemiskinan juga masih dan semakin menjamur. Memang, tidak bisa disinggung lagi
bahwa solusi kehidupan secara menyeluruh dan sempurna termasuk permasalahan kemisikinan,
hanyalah kembali pada aturan-aturan sang pembuat kehidupan yakni Allah SWT. Islam
memberikan solusi yang selalu tepat. Tidak hanya secara konsep, tetapi juga dalam prakteknya
sudah terbukti memberikan hasil yang gemilang terutama dalam mensejahterahkan rakyatnya.
Inti penyebab kemiskinan di Indonesia dari dulu hingga kini adalah penyebab struktural.
Ketidakmerataannya distribusi pendapatan yang dilakukan pemerintah secara struktural yang
menyebabkan kemiskinan ini terjadi berangsurangsur.

Program Islam untuk redistribusi kekayaan terdiri dari tiga bagian. Pertama, sebagaimana
dibahas sebelumnya, ajaran Islam mengarahkan untuk memberikan pembelajaran atau
pemberdayaan kepada para penganggur untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang bisa memberi
penghidupan bagi mereka,serta untuk memberikan upah yang adil bagi orang-orang yang sudah
bekerja. Kedua, ajaran Islam menekankan pembayaran zakat untuk redistribusi pendapatan dari
orang kaya kepada orang miskin yang karena ketidakmampuan atau cacat (secara fisik atau
mental, atau faktor eksternal yang diluar kemampuan mereka, misalnya pengangguran), tak
mampu untuk memperoleh kehidupan standar yang terhormat dengan tangan mereka sendiri.
Ketiga, pembagian harta warisan dari orang yang telah meninggal kepada beberapa orang sesuai
aturan Islam sehingga menguatkankan dan mempercepat distribusi kekayaan dalam masyarakat.

Konsep Islam tentang keadilan distribusi kekayaan, juga konsep keadilan ekonomi tidak
mengharuskan semua orang mendapat upah dalam jumlah yang sama tanpa memperdulikan
kontribusinya bagi masyarakat. Islam mentoleransi adanya perbedaan dalam pendapatan karena
setiap orang memiliki karakter, kemampuan dan pelayanan kepada masyarakat yang sama.
Namun perlu dicatat bahwa jaminan terhadap standar hidup yang manusiawi bagi semua anggota
masyarakat melalui pengaturan zakat.

Pada kenyataannya, apabila ajaran Islam mengenai halal dan haram dalam memperoleh
kekayaan diikuti, prinsip keadilan bagi pekerja dan konsumen diterapkan, pengawasan terhadap
redistribusi pendapatan dan kekayaan serta hukum Islam tentang harta waris ditegakkan, maka
tidak akan terdapat ketidakadilan dalam pendapatan dan kekayaan dalam masyarakat Muslim.

Di sini letak perbedaan sistem ekonomi syariah dan konvensional. Sistem ekonomi
syariah tidak bertujuan mengumpulkan harta sebanyakbanyaknya. Tapi, bagaimana kehidupan
lebih baik bisa dicapai bersama tanpa memandang suku ataupun RAS. Ekonomi syariah
mempunyai prinsip sinergi (ta'awun). Prinsip ini memungkinkan orang yang lebih dulu sukses itu
membantu sesamanya. Kerja sama ini memungkinkan umat Islam maju. Selain itu, ekonomi
syariah memiliki sistem bagi hasil. Sistem ini memungkinkan kerugian dan keuntungan
ditanggung pemodal dan peminjam. Besarnya tanggungan diatur dalam akad yang sudah
disetujui bersama.

Sistem bagi hasil misalnya bank sebagai pemodal tidak hanya menagih pinjaman modal.
Pihak bank juga harus membantu peminjam dalam memajukan usahanya. Sebaliknya pihak
peminjam juga harus bekerja keras memajukan usahanya supaya bisa cepat mengembalikan
pinjaman.

Oleh karena itu ekonomi syariah dinilai cocok untuk program pengentasan kemiskinan.
Hal ini karena masyarakat miskin tidak dipandang sebagai pihak yang malas. Namun, pihak yang
tidak mendapat akses untuk kehidupan yang lebih baik.

2.2 Rekomendasi Penanggulangan Lonjakan Kemiskinan ditengah Pandemi

Pertama, mengantisipasi lonjakan angka kemiskinan akibat pandemi yang diperkirakan


akan lebih besar dibandingkan dengan jumlah bantuan sosial yang disiapkan pemerintah saat ini.
Target penerima Program Keluarga Harapan (PKH) yang dianggarkan pemerintah selama
pandemi adalah 10 juta keluarga dengan alokasi anggaran Rp37,4 triliun atau Rp3,7 juta per
tahun., Kedua, mengintegrasikan penyaluran bantuan sosial sehingga menjadi lebih sederhana,
melakukan penyeragaman nilai bantuan, di samping terus melakukan pemutakhiran data
penerima bantuan sosial., Ketiga, mengurangi beban pengeluaran masyarakat khususnya
masyarakat miskin dan hampir miskin, terutama dengan menurunkan biaya-biaya yang dikontrol
pemerintah (administered prices). Di antaranya:

a. Menurunkan harga BBM yang menjadi salah satu komponen terbesar pengeluaran penduduk
miskin (lima persen untuk penduduk miskin di kota dan empat persen untuk penduduk miskin di
desa). Apalagi harga minyak mentah terus mengalami penurunan hingga di bawah USD25 per
barel.

b. Menambah jumlah rumah tangga penerima diskon pemotongan tarif listrik sehingga mencakup
minimal seluruh pelanggan 900 VA. Saat ini, selain golongan R1/450VA (24 juta pelanggan)
yang mendapatkan listrik gratis selama tiga bulan, golongan rumah tangga R1/900VA yang
mendapat pemotongan 50 persem hanya sebanyak 7,2 juta pelanggan dari total 22,1 juta.
Sebagian mereka saat ini diperkirakan telah jatuh ke dalam kategori penduduk miskin dan rentan
miskin.

c. Menurunkan harga LPG tiga kilogram yang kebanyakan dikonsumsi oleh masyarakat
menengah bawah. Penurunan tersebut akan memberikan efek yang cukup besar untuk
mengurangi biaya hidup masyarakat, khususnya yang terdampak covid-19.

d. Memberikan diskon atau menggratiskan tarif air untuk rumah tangga khususnya di daerah-
daerah yang menerapkan PSBB. Oleh karena pengelolaan air bersih berada dalam kendali
pemerintah daerah, maka sudah saatnya mereka ikut serta menanggung sebagian beban
masyarakat dengan memberikan diskon atau menggratiskan tarif air bersih di daerah mereka.,

Keempat, meningkatkan insentif bagi petani, peternak, dan nelayan melalui skema pembelian
produk oleh pemerintah dan perbaikan jalur logistik hasil pertanian, peternakan, dan perikanan.
Di tengah persebaran pandemi covid-19, para petani, peternak, dan nelayan yang terus
berproduksi kini menghadapi minimnya serapan pasar. Jika insentif di sektor ini tidak segera dan
secara khusus diberikan, maka mereka berpotensi menambah jumlah penduduk kemiskinan.,
Kelima, meningkatnya intervensi pemerintah untuk mengatasi pandemi ini akan berdampak pada
peningkatan anggaran belanja pemerintah. Meskipun terdapat ruang untuk memperlebar defisit,
pemerintah dapat mengoptimalkan realokasi anggaran yang telah disusun dan menerapkan
beberapa kebijakan alternatif, di antaranya:

a. Melakukan realokasi sebagian anggaran belanja modal dan belanja barang APBN, dan
melakukan pembagian beban (burden sharing) antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
dengan mengalihkan sebagian anggaran Transfer Ke Daerah dan Dana Desa, untuk dialokasikan
menjadi anggaran Bantuan Sosial. Selain itu, sebagaimana yang dilakukan oleh beberapa negara
berkembang lainnya, pemerintah juga perlu melakukan renegosiasi pembayaran utang luar negeri
kepada kreditur asing baik lembaga ataupun negara;

b. Melakukan realokasi anggaran penanganan covid-19 senilai Rp150 triliun (dari total
pembiayaan Rp405 triliun) yang semula diperuntukkan untuk mendukung Program Pemulihan
Ekonomi Nasional yang belum dijelaskan rinciannya, untuk kegiatan anggaran social safety-net
dan peningkatan anggaran penanggulangan covid-19.

c. Melakukan realokasi anggaran program Kartu Prakerja yang digunakan untuk membayar
program pelatihan senilai Rp5,63 triliun yang tidak relevan dengan kebutuhan masyarakat saat
ini, khususnya angkatan kerja yang menganggur akibat PHK.

2.3 Studi Kasus

Penulis Mela Arnani | Editor Sari Hardiyanto


KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis data terkait kemiskinan di Indonesia,
berdasarkan Survei Ekonomi Nasional September 2020. Menurut data tersebut, presentase
penduduk miskin pada September 2020 naik menjadi 10,19 persen, meningkat 0,41 persen pada
Maret 2020 dan meningkat 0,97 persen pada September 2019. Disebutkan, jumlah penduduk
miskin pada September 2020 sebesar 27,55 juta orang, meningkat 1,13 juta orang terhadap Maret
2020 dan meningkat 2,76 juta orang terhadap September 2019. Kelompok kemiskinan ini dibagi
menjadi dua, yaitu perkotaan dan pedesaan. Persentase penduduk miskin perkotaan pada Maret
2020 sebesar 7,38 persen, naik menjadi 7,88 persen pada September 2020. Sementara itu,
persentase penduduk miskin perdesaan pada Maret 2020 sebesar 12,82 persen, naik menjadi
13,20 persen pada September 2020. Dibandingkan Maret 2020, jumlah penduduk miskin
September 2020 perkotaan naik sebanyak 876,5 ribu orang, dari 11,16 juta orang pada Maret
2020 menjadi 12,04 juta orang pada September 2020). Sementara itu, pada periode yang sama
jumlah penduduk miskin perdesaan naik sebanyak 249,1 ribu orang, dari 15,26 juta orang pada
Maret 2020 menjadi 15,51 juta orang pada September 2020. Garis kemiskinan Garis kemiskinan
pada September 2020 tercatat sebesar Rp 458.947,-/kapita/bulan dengan komposisi garis
kemiskinan makanan sebesar Rp 339.004,- (73,87 persen) dan garis kemiskinan bukan makanan
sebesar Rp119.943,- (26,13 persen). Pada September 2020, rumah tangga miskin di Indonesia
rata-rata memiliki 4,83 orang anggota rumah tangga. Dengan demikian, besarnya garis
kemiskinan per rumah tangga miskin secara rata-rata sebesar Rp 2.216.714,-/rumah tangga
miskin/bulan. Secara umum, pada periode 2010–September 2020, tingkat kemiskinan di
Indonesia mengalami penurunan, baik dari sisi jumlah maupun persentase, kecuali pada
September 2013, Maret 2015, Maret 2020, dan September 2020. Kenaikan jumlah dan persentase
penduduk miskin pada periode September 2013 dan Maret 2015 dipicu oleh kenaikan harga
barang kebutuhan pokok sebagai akibat dari kenaikan harga bahan bakar minyak. Sementara itu,
kenaikan jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode Maret 2020 dan September 2020
disebabkan oleh adanya pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia. Baca juga: 3 Gejala Varian
Baru Covid-19 Afrika Selatan dan Brasil yang Muncul di India Pandemi Pada Agustus 2020,
tingkat pengangguran terbuka (TPT) sebesar 7,07 persen, naik 1,84 persen dibandingkan Agustus
2019 sebesar 5,23 persen. Lebih lanjut, sebanyak 29,12 juta penduduk usia kerja atau 14,28
persen terdampak Covid-19 pada Agustus 2020, dengan rincian: 2,56 juta penduduk menjadi
pengangguran 0,76 juta penduduk menjadi bukan angkatan kerja 1,77 juta penduduk sementara
tidak bekerja 24,03 juta penduduk bekerja dengan pengurangan jam kerja (shorter hours)
berpotensi Mengkhawatirkan Angka kemiskinan berdasarkan pulau Dijelaskan, persentase
penduduk miskin terbesar berada di wilayah Pulau Maluku dan Papua, sebesar 20,65 persen.
Sedangkan, persentase penduduk miskin terendah berada di Pulau Kalimantan, sebesar 6,16
persen. Dari sisi jumlah, sebagian besar penduduk miskin masih berada di Pulau Jawa, sebanyak
14,75 juta orang, sedangkan jumlah penduduk miskin terendah berada di Pulau Kalimantan yaitu
1,02 juta orang. Berikut rincian data per pulau: 1. Sumatera Presentase penduduk miskin
Presentase penduduk miskin perkotaan: 8,80 persen Presentase penduduk miskin perdesaan:
11,34 persen Total presentase penduduk miskin: 10,22 persen Jumlah penduduk miskin (ribu
orang) Jumlah penduduk miskin perkotaan: 2.306,81 Jumlah penduduk miskin perdesaan:
3.759,37 Total penduduk miskin: 6.066,18 Presentase penduduk miskin Presentase penduduk
miskin perkotaan: 8,03 persen Presentase penduduk miskin perdesaan: 13,03 persen Total
presentase penduduk miskin: 9,71 persen jumlah penduduk miskin (ribu orang) Jumlah
penduduk miskin perkotaan: 8.105,76 Jumlah penduduk miskin perdesaan: 6.646,27 Total
penduduk miskin: 14.752,03 3. Bali dan Nusa Tenggara Presentase penduduk miskin Presentase
penduduk miskin perkotaan: 8,99 persen Presentase penduduk miskinperdesaan: 18,18 persen
Total presentase penduduk miskin: 13,92 persen Jumlah penduduk miskin (ribu orang) Jumlah
penduduk miskin perkotaan: 633,96 Jumlah penduduk miskin perdesaan: 1.482,53 Total
penduduk miskin: 2.116,49 4. Kalimantan Presentase penduduk miskin Presentase penduduk
miskin perkotaa: 4,72 persen Presentase penduduk miskin perdesaan: 7,51 persen Total
presentase penduduk miskin: 6,16 persen Jumlah penduduk miskin (ribu orang) Jumlah
penduduk miskin perkotaan: 375,55 Jumlah penduduk miskin perdesaan: 640.56 Total
penduduk miskin: 1.016.11 5. Sulawesi Presentase penduduk miskin Presentase penduduk
miskin perkotaan: 5,95 persen Presentase penduduk miskin perdesaan: 13,45 persen Total
presentase penduduk miskin: 10,41 persen Jumlah penduduk miskin (ribu orang) Jumlah
penduduk miskin perkotaan: 477,07 Jumlah penduduk miskin perdesaan: 1.584,44 Total
penduduk miskin: 2.061,51 6. Maluku dan Papua Presentase penduduk miskin Presentase
penduduk miskin perkotaan: 5,49 persen Presentase penduduk miskin perdesaan: 28,51 persen
Total presentase penduduk miskin: 20,65 persen Jumlah penduduk miskin (ribu orang) Jumlah
penduduk miskin perkotaan: 139,34 Jumlah penduduk miskin perdesaan: 1.398,02 Total
penduduk miskin: 1.537,36 Sementara itu, berikut presentase penduduk miskin berdasarkan
provinsi se-Indonesia: Aceh (15,43 persen) Sumatera Utara (9,14 persen) Sumatera Barat (6,56
persen) Riau (7,04 persen) Jambi (7,97 persen) Sumatera Selatan (12,98 persen) Bengkulu (15,30
persen) Lampung (12,76 persen) Kepulauan Bangka Belitung (4,89 persen) Kepulauan Riau
(6,13 persen) DKI Jakarta (4,69 persen) Jawa Barat (8,43 persen) Jawa Tengah (11,84 persen) DI
Yogyakarta (12,80 persen) Jawa Timur (11,46 persen) Banten (6,63 persen) Bali (4,45 persen)
Nusa Tenggara Barat (14,23 persen) Nusa Tenggara Timur (21,21 persen) Kalimantan Barat
(7,24 persen) Kalimantan Tengah (5,26 persen) Kalimantan Selatan (4,83 persen) Kalimantan
Timur (6,64 persen) Kalimantan Utara (7,41 persen) Sulawesi Utara (7,78 persen) Sulawesi
Tengah (13,06 persen) Sulawesi Selatan (8,99 persen) Sulwesi Tenggara (11,69 persen)
Gorontalo (15,59 persen) Sulawesi Barat (11,50 persen) Maluku (17,99 persen) Maluku Utara
(6,97 persen) Papua Barat (21,70 persen) Papua (26,80 persen)
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pemberdayaan ekonomi rakyat menjadi suatu upaya yang mutlak harus dilakukan. Kemampuan
“tahan banting” terhadap krisis telah terbukti. Mengingat relatif sulitnya mencapai pertumbuhan
ekonomi tinggi yang diharapkan dari investasi usaha-usaha besar maka pemerintah daerah
diharapkan untuk lebih memberdayakan ekonomi rakyat yang merupakan potensi yang
tersembunyi termasuk di dalamnya UKM dan sektor informal untuk mengatasi masalah
pengangguran dan kemiskinan. Sektor ekonomi rakyat telah terbukti mampu bertahan di saat
krisis, oleh karena itu pemerintah jangan menganggap remeh akan keberadaan sektor ekonomi
rakyat, tapi justru harus diberdayakan sebagai salah satu penyangga perekonomian nasional.

3.2 Saran

Kemiskinan di Indonesia bukan hal yang sepele dan diharapkan solusi yang ada benar-
benar diupayakan dan dilakukan sehingga angka kemiskinan di Indonesia dapat ditekan dan
memperbaiki keadaan perekonomian negara kita.
DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/218164-kemiskinan-di-indonesia-dan-solusinya.pdf
diakses pada 13 Oktober 2021
http://e-journal.uajy.ac.id/3123/3/2EP15797.pdf diakses pada 13 Oktober 2021
https://www.medcom.id/ekonomi/makro/zNPGj6zK-5-rekomendasi-penanggulangan-lonjakan-
kemiskinan-akibat-covid-19 diakses pada 13 Oktober 2021
https://www.kompas.com/tren/read/2021/02/18/110300865/angka-kemiskinan-indonesia-naik-
ini-data-per-provinsi?page=all diakses pada 13 Oktober 2021

Anda mungkin juga menyukai