Anda di halaman 1dari 17

PROBLEM EKONOMI DAN KEUANGAN KELUARGA

Makalah Ditulis Sebagai Tugas Kelompok

Dalam Mata Kuliah

Psikologi Keluarga

Oleh:

Nur Intan Lestari (1730101121)


Widya Damayanti (1730101151)
Wulan Oktarina (1730101152)

Dosen Pengampu:

Jesyia Meyrinda, M.Psi

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH PALEMBANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT karena dengan
rahmat dan taufik, serta hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah Psikologi
Keluarga. Shalawat serta salam kita haturkan kepada Nabi besar Muhammad
SAW karena beliaulah yang menuntun kita sehingga kita terhindar dari kesesatan
dan kekafiran.

Kami sangat berharap, makalah ini dapat berguna dalam rangka


menambah wawasan serta pengetahuan mengenai Problem Ekonomi dan
Keuangan Keluarga. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa, di dalam makalah
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran dari Ibu Jesyia Meyrinda, M.Psi
dan juga teman-teman maupun pembaca, yang kami harapkan demi perbaikan
makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang. kami disadari bahwa
tidak ada suatu hal yang sempurna di dunia ini. Kami berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat kepada siapa saja yang membacanya.

Palembang, 24 Desember 2020

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................... I

DAFTAR ISI.......................................................................................... II

BAB I. PENDAHULUAN..................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 2

BAB II. PEMBAHASAN...................................................................... 2

A. Problem Perekonomian dan keuangan Keluarga........................ 3


B. Perilaku Keuangan Keluarga....................................................... 3
C. Dampak Ekonomi dan Keuangan terhadap Anak....................... 6
D. Prinsip Keuangan Rumah Tangga Islam..................................... 7
E. Faktor dan Upaya mengatasi problem ekonomi dan keuangan
dalam keluarga............................................................................ 7
1. Faktor penyebab problem ekonomi dan keuangan keluarga... 8
2. Upaya mengatasi problem ekonomi dan keuangan keluarga. . 10

BAB III. PENUTUP.............................................................................. 13

A. Kesimpulan.................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 15

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Akhir-akhir ini permasalahan rumah tangga merupakan hal yang cukup


memperihatinkan, dilihat dari tingginya pengaduan dan gugatan tentang kasus-
kasus rumah tangga yang disebabkan semakin rendahnya moral dan pemahaman
keagamaan serta pengaruh sulitnya perekonomian keluarga sehingga
menimbulkan permasalahan, saling tidak menghargai antar sesama bahkan
mengabaikan hukum dan adat istiadat yang berlaku. Faktor ekonomi merupakan
salah satu penyebab terjadinya kasus-kasus rumah tangga yang bisa berakibat
buruk bagi kehidupan anak-anaknya. Kesejahteraan masyarakat belum seperti
diharapkan.

Tiap keluarga akan senantiasa menghadapi berbagai masalah, tetapi


kemampuan untuk mengatasinya tidak terlalu memadai. Karena itu harus ada
usaha-usaha untuk memperkuat kemampuan keluarga atau anggota keluarga
dalam menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam keluarga itu sendiri
maupun dari luar. Usaha itu harus dimulai oleh keluarga itu sendiri atau oleh
seorang ahli yang dapat membantu mengatasi persoalan keluarga bila masalah
keluarga itu memerlukan orang lain untuk membantu penyelesaian konflik dalam
keluarga.

Kita menyadari bahwa bahtera perkawinan tidak selamanya dapat


mengarungi samudera dengan tenang dan lancar. Setelah keluarga terbentuk,
berbagai masalah dapat timbul dalam keluarga yang pada gilirannya akan menjadi
benih yang mengancam kehidupan perkawinan dan berakibat keretakan atau
perceraian. Sebelum hal ini terjadi di keluarga atau angota keluarga hendaklah
berusaha untuk mencegahnya dengan memperbaiki hubungan dalam keluarga dan

1
kadang-kadang memerlukan campur tangan orang luar dalam usaha membantu
keluarga itu untuk mengatasi masalah tersebut.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan beberapa masalah


diantaranya adalah :

1. Bagaimana problem ekonomi dan keuangan dalam keluarga ?


2. Apa saja faktor penyebab dari problem ekonomi dan keuangan dalam
keluarga ?
3. Bagaimana upaya untuk mengatasi problem ekonomi dan keuangan dalam
keluarga ?

C. Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah yang telah disampaikan di atas maka tujuan dari
penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui problem ekonomi dan keuangan dalam keluarga.


2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab dari problem ekonomi dan
keuangan dalam keluarga.
3. Untuk mengetahui upaya untuk mengatasi problem ekonomi dan keuangan
dalam keluarga.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Problem Perekonomian dan keuangan keluarga

Keluarga miskin masih besar jumlahnya di negeri ini. Berbagai cara


diusahakan pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan. Akan tetapi tetap saja
kemiskinan tidak terkendali. Terakhir pemerintah memberikan bantuan langsung
tunai (BLT) pada tahun 2007 dan 2008. Kemiskinan jelas berdampak terhadap
keluarga. Jika kehidupan emosional suami isteri tidak dewasa, maka akan timbul
pertengkaran. Sebab, isteri banyak menuntut hal-hal di luar makan dan minum.
Padahala penghasilan suami sebagai buruh lepas, hanya dapat memberi makan
dan rumah petak tempat berlindung yang sewanya terjangkau.

Akan tetapi yang namanya manusia sering bernafsu contohnya ingin


memiliki televisi, radio dan sebagainya sebagaimana layaknya sebuah keluarga
yang normal. Karena suami tidak sanggup memenuhi tuntutan isteri dan anak-
anaknya akan kebutuhan-kebutuhan yang disebutkan tadi, maka timbul lah
pertengkaran suami isteri yang sering menjurus kearah perceraian. Suami yang
egois dan tidak dapat menahan emosinya lalu menceraikan isterinya. Akibatnya
terjadilah kehancuran sebuah keluarga sebagai dampak kekurangan ekonomi.1

B. Perilaku Keuangan di Keluarga

Gross, Crandall dan Knoll mengungkapkan bahwa keluarga merupakan


suatu manajerial unit yang mampu mengelola sumber daya keluarga yang dimiliki
untuk mencapai tujuan keluarga. proses pengelolaan keuangan merupakan suatu
aktifitas yang penting dalam kehidupan berkeluarga. Seharusnya para pengelola
keuangan keluarga mampu mengelola dana yang dimiliki dengan cara
menyisihkannya dan berinvestasi. Faktor yang mempengaruhi perilaku
pengelolaan keuangan keluarga adalah sikap terhadap uang. Pada umumnya sikap

1
Azizah Zahra, Problem di dalam keluarga, di akses dari https://azizahzahro96-wordpress-
com.cdn.ampproject.org/v/s/azizahzahro96.wordpress.com, pada tanggal 24 Desember 2020 pukul
11. 26 wib.

3
terhadap uang diartikan sebagai perilaku seorang individu terhadap uang yang
dimiliki (Zahriyan, 2016).

Mengelola keuangan dalam keluarga yang baik dan tepat bisa dimulai
dengan mengaplikasikan sikap keuangan yang baik dan tepat pula. Hal ini
menjadi penting karena sikap juga akan menentukan perilaku dalam mengambil
keputusan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa menerapkan sikap yang baik dan
tepat dalam keuangan, sulit bagi keluarga mempunyai surplus uang untuk
kebutuhan jangka panjang seperti menabung, asuransi, serta investasi lainnya
(Parahuyangan, 2013).

Financial management behavior adalah kemampuan seseorang dalam


mengatur (perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian,
pencarian, dan penyimpanan) dana keuangan sehari-hari. Munculnya perilaku
manajemen keuangan merupakan dampak dari besarnya hasrat seseorang untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya sesuai dengan tingkat pendapatan yang diperoleh
(Kholilah dan Iramani, 2013).

Perencanaan keuangan setiap orang atau keluarga berbeda satu dengan


yang lainnya. Hal itu menyebabkan target keuangan yang tidak sama setiap orang
maupun keluarga (Parahuyangan, 2013). Menurut Ida dan Cinthia (2010) bahwa
terdapat kemungkinan besar individu yang memiliki pendapatan akan
menunjukkan perilaku manajemen lebih bertanggung jawab keuangan, mengingat
dana yang tersedia memberi kesempatan untuk bertindak secara bertanggung
jawab.

Sikap terbentuk melalui pengalaman yang diperoleh sepanjang


perkembangan hidup (Wursanto, 2003:291) sikap adalah gambaran kepribadian
seseorang yang terlahir melaluii gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap
suatu keadaan atau suatu objek menurut Emil Salim (1996:19).

Seseorang yang memiliki financial management behavior cenderung


membuat anggaran menghemat uang dan mengontrol belanja (Parahuyangan,
2013).Menurut L. daft (2009:401) sebuah keputusan merupakan pilihan yang

4
dibuat dari sejumlah alternatif yang ada. Sedangkan pengambilan keputusan
merupakan proses identifikasi permasalahan dan peluang, kemudian
menyelesaikannya. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, maka
perilaku dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu, perilaku intern, dan perilaku
ekstern (Wursanto, 2003:275).

Sebuah keputusan merupakan pilihan yang dibuat dari sejumlah alternatif


yang ada. Sedangkan pengambilan keputusan merupakan proses identifikasi
permasalahan dan peluang, kemudian menyelesaikannya. Biasanya dalam
organisasi maupun perorangan para individu itu pasti akan membuat suatu
keputusan (decision), artinya mereka membuat pilihan-pilihan dari dua alternatif
atau lebih menurut L. Daft (dalam Parahuyangan, 2013).

Mengalokasikan sebagian dana penghasilan untuk melakukan proteksi diri


dan keluarga maka orang tersebut telah memikirkan resiko serta keuntungan yang
akan diperoleh yang akan terjadi mendatang (Warsono, 2010). Pada theory of
planned behavior (PTB) merupakan pengembangan dari Theory of Reasoned
Action (TRA) yang telah dikembangkan terlebih dahulu oleh Icek Ajzen dan
Martin Fishbein pada 1975. Teori ini mengasumsikan bahwa perilaku seseorang
tidak hanya dikendalkan oleh dirinya sendiri (kontrol penuh individual), tetapi
juga membutuhkan kontrol yaitu ketersediaan sumber daya dan perilaku
(perceived behavior control) yang dipersepsikan akan mempengaruhi niat dan
perilaku.

Perilaku keuangan di keluarga adalah kemampuan seseorang atau keluarga


dalam menganggarkan, menghemat uang, mengatur pengeluaran, melakukan
investasi, serta menabung untuk keperluan keluarga di masa yang akan datang
(Zahriyan, 2016). Sehingga dalam penelitian ini yang menjadi indikator dalam
perilaku keuangan keluarga yaitu menganggarkan, menghemat uang, mengatur
pengeluaran, melakukan investasi, dan menabung untuk keperluan keluarga.2
2
Husnawati, Pengaruh Sosial Ekonomi Orang Tua, Perilaku Keuangan dikeluarga, dan Kontrol
Diri terhadap Manajemen Keuangan Pribadi Mahasiswa Jurusan Ekonomi Syariah di IAIM
Kabupaten Sinjai, (Skripsi, Makasar: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Alauddin Makassar,
2017), hal. 27-30.

5
C. Dampak ekonomi dan keuangan keluarga terhadap anak

Disadari atau tidak, anak sering kali menjadi korban jika terjadi konflik di
antara pasangan. Mereka kerap menjadi sasaran frustasi, kecemasan dan rasa tidak
aman orang tua. Tidak berbeda dalam hal keuangan. Kehilangan pekerjaan, utang,
kebiasaa berbelanja yang buruk, atau perceraian membuat anak kerap
menanggung beban situasi keuangan keluarga. Perencana keuangan dan psikolog
Brad Klontz menyebut masalah keuangan di antara orang dewasa sebagai inses
keuangan atau enmeshment.

Ada beberapa hal yang membuat anak stres akibat masalah keuangan
orang tua, yaitu:

1. Menyalahkan pasangan karena kekurangan uang, akibat kebiasaan


pengeluaran yang buruk atau tidak ada pembayaran perawatan anak
setelah perceraian.
2. Membuat anak bersalah atas upaya anda untuk mendanai kebutuhannya,
baik itu pendidikan atau hiburan.
3. Membagi stres kepada anak mengenai kehilangan pekerjaan atau
kurangnya kenaikan pendapatan dan merasa lebih baik setelah
melampiaskan pada anak.
4. Menggunakan anak sebagai penyangga atas kegagalan Anda memenuhi
kewajiban keuangan, seperti pembayaran tagihan, pinjaman atau sewa.
5. Menangguhkan uang saku anak atau membatasi pengeluarannya karena
frustrasi mengenai pertengkaran finansial dengan pasangan.3
D. Prinsip Keuangan Rumah Tangga Islam
Untuk mencapai komunikasi keuangan yang baik, menurut Dr.
Setiawan Budi Utomo, tim ahli Direktorat Perbankan Syariah Bank
Indonesia mengatakan, bahwa seluruh anggota keluarga harus memiliki

3
Humanoria, Dampak Perilaku Finansial Orang Tua pada Anak, diakses dari
https://m.mediaindonesia.com/humaniora/267756/dampak-perilaku-finansial-orang-tua-pada-anak,
pada tanggal 24 Desember 2020 pukul 11.53 wib

6
satu pengertian yang sama tentang tiga prinsip dasar dari pengelolaan
keuangan rumah tangga Muslim, yaitu :
 Berupaya mencari nafkah yang halal dan tayyib
Suami, istri maupun anak-anak harus saling mengingatkan dan
mengontrol apa yang mereka dapat dalam rumah tangga
 Hemat dan Ekonomis
Salah satu langkah hebat orang tua dalam mendidik anak adalah berhemat
dan tidak konsumtif, disini harus ada proses komunikasi, komitmen
bersama dan contoh nyata dari orang tua
 Membiasakan diri menabung untuk dunia akhirat
Setiap anggota keluarga harus sepakat untuk selalu menabung dan
bersedekah dalam kondisi apapun.4

E. Faktor Dan Upaya Mengatasi Permasalahan Ekonomi dan Keuangan


Dalam Keluarga

Bicara tentang keuangan selalu saja mempunyai daya tarik tersendiri,


karena uang merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan. Apalagi
dikaitkan dengan rumah tangga. Masalah keuangan jelas berdampak terhadap
keluarga. Jika kehidupan emosional suami istri tidak dewasa, maka akan timbul
pertengkaran. Sebab, istri banyak menuntut hal-hal di luar makan dan minum.
Padahal penghasilan suami sebagai buruh lepas, hanya dapat memberi makan dan
rumah petak tempat berlindung yang sewanya terjangkau. Akan tetapi yang
namanya manusia sering bernafsu ingin memiliki kemewahan sebagaimana
sebuah keluarga yang lain. Karena suami tidak sanggup memenuhi tuntutan isteri
dan anak-anaknya akan kebutuhan-kebutuhan itu, maka timbullah pertengkaran
suami isteri yang sering menjurus kearah perceraian. Tidak jarang konflik masalah
uang menyebabkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Suami yang egois
dan tidak dapat menahan emosinya lalu menceraikan istrinya. Akibatnya
terjadilah kehancuran sebuah keluarga sebagai dampak kekurangan ekonomi.

4
Dyah Kusumawati “Pengelolaan Keuangan Dalam Keluarga Dari Sudut Pandang Islam”

7
1. Faktor-faktor penyebab dari masalah keuangan:
a) Keadaan keuangan keluarga yang lemah dan terbatas

Masalah ini biasanya sumber keuangan keluarga yang lemah dan hanya
cukup untuk kebutuhan harian saja. Apabila istri tidak dapat membantu
memikirkan jalan keluar yang baik, biasanya suami akan mengalami depresi
akibat permasalahannya apalagi kalau sang istri tidak memperdulikan dan
mengerti masalah yang dihadapi suami. Sering terjadi keributan-keributan kecil
dan akan menjadi besar jika tidak diselesaikan dengan baik.

Hal ini lagi menjadi masalah apabila istri yang selalu menuntut hidup
berkecukupan. Biasanya istri dalam pergaulan hidup mewah sehingga ia lupa
berapa pendapatan suaminya, istri tidak memikirkan suami bekerja sebagai apa,
berpenghasilan berapa, sanggupkah suaminya membelikan barang-barang yang ia
inginkan. Keegoisan ini yang sering menjadi masalah utama dalam keluarga.
Ketakutan sang istri yang menjadi keluarga miskin tetapi tidak memperdulikan
bagaimana suami yang bekerja kerja keras mencari nafkah. Masalah ini harus
dibicarakan dengan baik. Seharusnya dari awal suami istri mengetahui keadaan
ekonomi mereka dan membicarakan pengeluaran-pengeluaran yang harus
diutamakan sehingga akan tercipta keluarga sejahtera yang mereka dambakan.

b) Penghasilan istri yang lebih besar.

Perbedaan gaji antara suami istri juga bisa jadi masalah serius. Ini biasanya
terjadi kalau gaji istri yang lebih besar sampai berkali-kali lipat gaji suami.Yang
sering jadi masalah adalah jika penghasilan isteri melebihi penghasilan suami,
maka isteri merasa lebih tinggi derajatnya dari suami karena merasa berjasa
sebagai penyelamat keluarga. Bermula dari perasaan seperti inilah maka suami
kemudian menjadi merasa tidak nyaman berada di dekat isteri dan kemudian
sering terjadi pertengkaran yang akhirnya berakhir pada perceraian.

Memang tidak semua pasangan bermasalah dengan hal ini, tapi bagi
sebagian orang, ini merupakan hal yang sangat sensitif dan berpotensi
menyebabkan keretakan. Kalau tidak pintar menyikapinya, bukan tidak mungkin

8
ini jadi bom waktu. Pasanganyang mengalami hal ini, saling pengertian dan
toleransi adalah kuncinya. Suami atau istri yang penghasilannya lebih besar,
harusnya tak jadi masalah selama kebutuhan keluarga terpenuhi dengan baik.

c) Istri atau suami yang boros

Dalam rumah tangga, sikap boros juga akan membawa masalah.


Menerapkan gaya hidup boros alias menghambur-hamburkan uang sudah pasti
akan menjadi bumerang. Kalau sikap seperti ini terus dipelihara masalah
keuangan keluarga tidak akan pernah cukup. Orang boros sudah pasti akan sulit
untuk menabung. Hal ini adalah disebabkan pasangan sulit mengendalikan diri
menahan keinginan.

Pasangan suami isteri mestilah mengutamakan kebutuhan berbanding


keinginan. Namun, banyak pasangan suami istri yang tidak dapat membedakan
kebutuhan dan kinginan. Mana kebutuhan yang harus prioritaskan dan mana
keinginan yang bisa di kesampingkan terlebih dahulu.

d) Tidak Jujur dengan pasangan tentang duit

Jujur amat penting dalam perhubungan kerana hubungan perkahwinan


melibatkan dua orang. Tanpa kejujuran, salah satu pihak akan mengambil
kesempatan, manakala satu pihak lagi akan menjadi mangsa. Tidak dinafikan, ada
sesetengah masa anda akan rasa “angin” dengan pasangan kerana masalah duit.
Tapi maafkanlah mereka dan jangan mudah berputus asa. Teruskan perhubungan
yang jujur. Kongsi segala masalah dengan pasangan dan jangan sorok
perbelanjaan masing-masing, walaupun 100 rupiah. Rancanglah pengurusan wang
dengan bijak.

e) Masalah mengelola atau manage keuangan

Penyebab utama masalah keuangan keluarga adalah tidak ada kekompakan


dalam mengelola keuangan. Keegoisan individu masing-masing membuat
manajemenkeuangan menjadi berantakan. Seringkali suami maupun istri
memegang dan menghabiskan uang masing-masing, tanpa mencatat pengeluaran

9
sekalipun. Pada akhirnya, baik suami maupun istri saling menyalahkan. Ketika
penghasilan yang diperoleh tidak cukup memenuhi kebutuhan selama sebulan.
Jika kondisi ini dibiarkan terus-menerus, keuangan keluarga tidak akan pernah
cukup dan tidak dapat berinvestasi untuk masa depan.

Sebesar apapun gaji atau penghasilan suami dan istri, jika tidak dikelola
dengan baik kebutuhan sehari-hari tidak akan pernah cukup. Hal ini terjadi karena
buruknya perencanaan keuangan pasangan suami dan istri. Keluarga akan tetap
mengalami masalah finansial jika tidak membuat perencanaan keuangan yang
baik. Manfaat dari perencanaan keuangan adalah mengetahui seberapa banyak
pengeluaran sehari-hari. Sehingga dapat membagi penghasilan untuk kebutuhan
sehari-hari, tabungan, investasi maupun dana cadangan.

2. Upaya mengatasi problem keuangan:


a) Terbuka

Hal pertama yang harus dilakukan untuk mengatur keuangan adalah


bersikap terbuka. Keterbukaan antara suami dan istri adalah salah satu faktor
penting yang menentukan keutuhan rumah tangga. Baik pasangan sama-sama
mencari uang atau hanya salah satu saja yang menghasilkan uang, seharusnya
berterus terang kepada pasangan dan tidak ada yang disembunyikan masalah
tentang jumlah penghasilan yang diperoleh, utang yang dimiliki, salah memilih
investasi dan lain sebagainya. Setiap pasangan hendaklah bersikap terbuka pada
pasangannya.

Masalah keuangan sebaiknya tidak perlu dipendam sendiri. Karena selain


memberatkan pikiran, menyembunyikan suatu hal hanya akan membuat masalah
baru dalam kehidupan rumahtangga. Selalu diskusikan semua keputusan yang
menyangkut keuangan, seperti pengeluaran, pemasukan, tabungan, dan lainnya.
Jadi, setiap pasangan harus untuk terbuka dalam membicarakan soal keuangan
dengan pasangannya. Bicarakan bersama apa yang menjadi kecemasan masing-
masing sehubungan dengan uang. Dan sedia mendengarkan apa yang diutarakan
oleh pasangan dengan saksama.

10
b) Tentukan tujuan jangka panjang

Dalam hal keuangan, Anda juga harus cermat dan bijak dalam melihat
masa depan. Tentukan beberapa hal di masa depan yang membutuhkan banyak
uang. Misalkan biaya pendidikan anak, liburan, dan lainnya. Ini akan membantu
Anda menyimpan uang dan tak kewalahan ketika saatnya tiba.

c) Berhemat dan sederhana

Hemat pangkal kaya. Sikap hemat akan mendatangkan kesejahteraan bagi


siapa saja yang menerapkannya. Menjalankan sikap hidup hemat berarti
mengalokasikan dana sesuai dengan kebutuhan, dan bukan keinginan (karena
keinginan manusia tidak terbatas). Selain itu, sikap hemat identik dengan
mencegah kemauan diri untuk membelanjakan pendapatan sesuka hati. Terapkan
sikap hidup hemat baik saat ekonomi keluarga sedang kuat maupun sedang lemah.
Sungguh, manfaatnya kita sendiri yang akan merasakannya. Setiap pasangan akan
sangat terbantu dengan sikap hidup hemat ini saat ekonomi keluarga sedang tidak
baik.

Selain sikap hidup hemat, gaya hidup yang sederhana adalah cara jitu
untuk mengelola keuangan agar tetap stabil. Hidup sederhana identik dengan
terpenuhinya kebutuhan hidup dan tidak melebihi batas. Mereka yang menerapkan
gaya hidup sederhana dan tahu betul mana yang mereka butuhkan dan tidak
mereka butuhkan. Cara pandang mereka jauh kedepan dan antisipatif. Jangan
sampai karena ulah sendiri yang boros dan glamor, suatu saat nanti ekonomi
keluarga akan tumbang dan keutuhan keluarga menjadi taruhan.

d) Memiliki usaha sampingan

Mungkin dengan isteri bekerja membuka toko sembako ,maka sedikit


demi sedikit keluarga tersebut tidak kekurangan kebutuhan ekonomi karena saling
membantu antara suami dan isteri.

e) Sisihkan uang senang-senang

11
Sisakan sedikit uang untuk hiburan atau bersenang. Jangan terlalu banyak
agar tidak terlalu boros. Suami/istri bisa menggunakan uang tersebut untuk makan
malam bersama, nonton film, atau membeli sesuatu untuk keluarga. Anggap saja
uang ini adalah sebuah reward atas kerja keras suami/istri dan pasangan.

f) Bekerja sama untuk mengatur keuangan

Pastikan suami/istri saling bekerja sama untuk mengatur keuangan. Jangan


terlalu mendominasi atau malah pasif jika berkaitan dengan pengeluaran atau
pengaturan keuangan. Mungkin awalnya akan canggung, namun jika dibiasakan
suami/istri akan mendapatkan manfaat mengatur keuangan sebagai tim bersama
pasangan. Menyusun atau mengatur keuangan sangatlah penting. Setidaknya
setiap bulan atau tahun suami/istri perlu mengatur anggaran keuangan bersama
pasangan. Memiliki keuangan yang teratur, setidaknya bisa membuat keadaan
finansial lebih terjaga tetap dalam batas positif. Dan bukan hanya sebatas
membuat rencana belanja atau liburan romantis saja.

Dalam mengatur keuangan sebaiknya buat yang realistis. Mengatur


keuangan yang realistis membantu suami/istri bersikap obyektif soal pengeluaran
yang berlebihan. Tidak perlu terlalu ideal, sehingga lupa kebutuhan diri
sendiri.Cara ini tidak hanya membuat suami istri saling mengetahui anggaran
yang akan dikeluarkan. Namun, hal ini juga membuat suami istri menjadi hemat
karena sudah saling paham tentang kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi ke
depannya. Finansial ini juga membantu suami istri dalam mengatur keuangan atau
anggaran yang tepat untuk keluarga.5

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan :

5
Nur Fatimah Binti Abdul Manaf, Metode Mengatasi Permasalahan Keuangan Dalam Rumah
Tangga Di Jabatan Hal Ehwal Agama Terengganu (JHEAT) Melalui Pendekatan Bimbingan
Konseling Islami, (Skripsi, Medan : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sumatera Utara
Medan, 2018), hal. 36-43.

12
Faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab banyaknya keluarga
yang mengalami pertengkaran bahkan peceraian akibat ekonomi yang tidak stabil,
hal tersebut bisa berakibat buruk bagi kehidupan anak-anaknya. Sebelum hal ini
terjadi di keluarga atau anggota keluarga hendaklah berusaha untuk mencegahnya
dengan memperbaiki hubungan dalam keluarga. Adapun faktor-faktor penyebab
dari masalah keuangan, yaitu: Keadaan keuangan keluarga yang lemah dan
terbatas, penghasilan istri yang lebih besar, istri atau suami yang boros, tidak jujur
dengan pasangan tentang uang, dan masalah pengelolaan atau manajer uang.

DAFTAR PUSTAKA

13
Azizah Zahra, Problem di dalam keluarga, di akses dari https://azizahzahro96-
wordpress-com.cdn.ampproject.org/v/s/azizahzahro96.wordpress.com,pada
tanggal 24 Desember 2020 pukul 11. 26 wib.

Dyah Kusumawati “Pengelolaan Keuangan Dalam Keluarga Dari Sudut Pandang


Islam”
Humanoria, Dampak Perilaku Finansial Orang Tua pada Anak, diakses dari
https://m.mediaindonesia.com/humaniora/267756/dampak-perilaku-finansial-
orang-tua-pada-anak, pada tanggal 24 Desember 2020 pukul 11.53 wib

Husnawati, Pengaruh Sosial Ekonomi Orang Tua, Perilaku Keuangan dikeluarga,


dan Kontrol Diri terhadap Manajemen Keuangan Pribadi Mahasiswa Jurusan
Ekonomi Syariah di IAIM Kabupaten Sinjai, (Skripsi, Makasar: Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam UIN Alauddin Makassar, 2017).

Nur Fatimah Binti Abdul Manaf, Metode Mengatasi Permasalahan Keuangan


Dalam Rumah Tangga Di Jabatan Hal Ehwal Agama Terengganu (JHEAT)
Melalui Pendekatan Bimbingan Konseling Islami, (Skripsi, Medan : Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Sumatera Utara Medan, 2018).

14

Anda mungkin juga menyukai