Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA R

PADA PASIEN Ny. D DENGAN KASUS HIPERTENSI

Dosen Pengampu :
Siswati, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Nama Kelompok 2 :
1. Adisya Putri O (191401002) 8. Karina Putri Dewi P (191401035)
2. Ani Purwantiningsih (191401007) 9. Nanda Dhimas A (191401039)
3. Armaya Widia (191401009) 10. Nandhita Mega A (191401040)
4. Fitria Desy A (191401010) 11. Novi Ismaila (191401043)
5. Edo Roy Perdana (191401016) 12. Shelya Firdayani (191401053)
6. Gardha Praba P (191401023) 13. Thalia Oktaviana (191401059)
7. Ika Wahyu O (191401030) 14. Vina Setiya N (191401063)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2021/2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan
Karunia-Nya, kami sebagai tim penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya
dan tepat pada waktunya.
Makalah ini berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Kasus Hipertensi”, kami susun
untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen pengampu. Selain itu juga, makalah ini diharapkan
mampu menjadi sumber pembelajaran kita semua untuk mengerti metode penelitian dalam
keperawatan.
Makalah ini dibuat dengan meninjau beberapa sumber dan menghimpunnya menjadi kesatuan
yang sistematis. Terimakasih kami ucapkan kepada semua pihak yang terkait dalam pembuatan
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca sekalian. Kami menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kata kesempuranaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya.

Jombang,13 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah..................................................................................... 1
1.3 Tujuan...................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Keluarga....................................................................................... 2
B. Hipertensi.................................................................................................. 2
BAB III Asuhan Keperawatan Keluarga .................................................................. 6
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 9
4.2 Saran ........................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Program Indonesia Sehat merupakan rencana strategis Kementrian Kesehatan tahun
2015-2019 yang dilakukan melalui pendekatan keluarga, disingkat PIS-PK. Pada
program PIS-PK, pendekatan keluarga menjadi salah satu cara puskesmas meningkatkan
jangkauan dan sasaran dengan meningkatkan akses yankes di wilayahnya (mendatangi
keluarga). Tujuan pendekatan keluarga salah satunya adalah untuk meningkatkan akses
keluarga pada pelayanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu. PIS-PK
dilaksanakan dengan ciri sasaran utama adalah keluarga, mengutamakan upaya promotif-
preventif, disertai penguatan upaya kesehatan berbasis masyarakat, kunjungan rumah
dilakukan secara aktif dan melalui pendekatan siklus kehidupan. Pelayanan kesehatan
yang dilaksanakan terkait penanganan penyakit menular dan tidak menular yang salah
satunya adalah penyakit hipertensi (Sarkomo, 2016).
Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di indonesia. Hipertensi
merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer kesehatan.
Hal itu masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8% sesuai
dengan data Riskesdes 2013. Disamping itu pengontrolan hipertensi belum adekuat
meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanana darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan
tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat
menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner)
dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan
yang memadai.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasien Dengan Kasus Hipertensi ?
1.3. Tujuan
Untuk mengetahui cara menerapkan asuhan keperawatan keluarga dengan kasus
hipertensi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012). Sedangkan menurut Friedman
keluarga adalah unit dari masyarakat dan merupakan lembaga yang mempengaruhi
kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya
dengan keluarga sangat menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga atau unit
layanan perlu di perhitungkan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu sebuah ikatan
(perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun adopsi), tinggal dalam satu
atap yang selalu berinteraksi serta saling ketergantungan.
2. Fungsi Keluarga
Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan
kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi
afektif adalah (Friedman, M.M et al., 2010) :
1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling
menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.
2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui
keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan
iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu
untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap
ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam hal ini keluarga dapat
Membina hubungan sosial pada anak, Membentuk norma-norma tingkah laku
sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai budaya
keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk
memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga
adalah meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota
keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan keperawatan, yaitu
untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat anggota keluarga yang sakit.
Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup
menyelesaikan masalah kesehatan.
3. Tahap-Tahap Perkembangan
Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga
Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkembangan keluarga dibagi
menjadi 8 :
a. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan
keluarga dalam tahap ini antara lain yaitu membina hubungan intim yang
memuaskan, menetapkan tujuan bersama, membina hubungan dengan keluarga
lain, mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB, persiapan menjadi orangtua
dan memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan menjadi
orangtua).
b. Keluarga dengan anak pertama < 30bln (child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan menimbulkan krisis
keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain yaitu adaptasi
perubahan anggota keluarga, mempertahankan hubungan yang memuaskan
dengan pasangan, membagi peran dan tanggung jawab, bimbingan orangtua
tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, serta konseling KB post partum 6
minggu.
c. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan kebutuhan pada anak
pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kontak sosial)
dan merencanakan kelahiran berikutnya.
d. Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)
Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan keluarga seperti
membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, mendorong anak
untuk mencapai pengembangan daya intelektual, dan menyediakan aktifitas
anak.
e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah pengembangan terhadap
remaja, memelihara komunikasi terbuka, mempersiapkan perubahan sistem
peran dan peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh
kembang anggota keluarga.
f. Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan
menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada
dalam keluarganya.
g. Keluarga usia pertengahan (middle age family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai lebih banyak
waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial, dan waktu santai,
memulihkan hubungan antara generasi muda-tua, serta persiapan masa tua.
h. Keluarga lanjut usia
Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti penyesuaian tahap
masa pensiun dengan cara merubah cara hidup, menerima kematian pasangan,
dan mempersiapkan kematian, serta melakukan life review masa lalu.
4. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
c. Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit
d. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan
e. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan
setempat
B. Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan
peningkatan tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (WHO,2013). Penyakit hipertensi
atau tekanan darah tinggi adalah salah satu jenis penyakit yang mematikan di dunia
dan faktor resiko paling utama terjadinya hipertensi yaitu faktor usia sehingga tak
heran panyakit hipertensi sering dijumpai pada usia senja / usia lanjut (Fauzi,2014).
2. Klasifikasi Hipertensi
Menurut American Heart Association, dan Joint National Commite VIII (AHA &
JNC VIII,2014), Klasifikasi hipertensi sebagai berikut :
Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Klasifikasi
(mmHg) (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Stage 1 140-159 90-99
Hipertensi Stage 2 160 atau > 160 100 atau > 100

Berikut kategori tekanan darah menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia


(2016) :
Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Kategori
(mmHg) (mmHg)
Normal 120-129 80-89
Normal Tinggi 130-139 89
Hipertensi Derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi Derajat 2 ≥ 160 ≥ 100
Hipertensi Derajat 3 >180 >100
3. Etiologi Hipertensi
Menurut Smeltzer (2013), berdasarkan penyebab terjadinya, hipertensi terbagi atas
dua bagian, yaitu :
a. Hipertensi Primer (Esensial)
Jenis hipertensi primer sering terjadi pada populasi dewasa antara 90% - 95%.
Hipertensi primer, tidak memiliki penyebab klinis yang dapat diidentifikasi, dan
juga kemungkinan kondisi ini bersifat multifaktor (Smeltzer, 2013; Lewis,
Dirksen, Heitkemper, & Bucher, 2014). Hipertensi primer tidak bisa
disembuhkan, akan tetapi bisa dikontrol dengan terapi yang tepat. Dalam hal ini,
faktor genetik mungkin berperan penting untuk pengembangan hipertensi primer
dan bentuk tekanan darah tinggi yang cenderung berkembang secara bertahap
selama bertahun-tahun (Bell, Twiggs, & Olin, 2015)
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder memiliki ciri dengan peningkatan tekanan darah dan disertai
penyebab yang spesifik, seperti penyempitan arteri renalis, kehamilan, medikasi
tertentu, dan penyebab lainnya. Hipertensi sekunder juga bisa bersifat menjadi
akut, yang menandakan bahwa adanya perubahan pada curah jantung
(Ignatavicius, Workman, & Rebar, 2017).
4. Faktor Resiko Hipertensi
Hipertensi memiliki beberapa faktor risiko, diantaranya yaitu :
a. Tidak dapat diubah
1) Keturunan
Faktor ini tidak bisa diubah. Jika di dalam keluarga pada orangtua atau
saudara memiliki tekanan darah tinggi maka dugaan hipertensi menjadi
lebih besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah tekanan darah tinggi
lebih tinggi pada kembar identik dibandingkan kembar tidak identik. Selain
itu pada sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada bukti gen yang
diturunkan untuk masalah tekanan darah tinggi.
2) Usia
Faktor ini tidak bisa diubah. Semakin bertambahnya usia semakin besar pula
resiko untuk menderita tekanan darah tinggi. Hal ini juga berhubungan
dengan regulasi hormon yang berbeda.
b. Dapat Diubah
1) Konsumsi garam, terlalu banyak garam (sodium) dapat menyebabkan
tubuh menahan cairan yang meningkatkan tekanan darah.
2) Kolesterol, Kandungan lemak yang berlebihan dalam darah menyebabkan
timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah, sehingga pembuluh
darah menyempit, pada akhirnya akan mengakibatkan tekanan darah
menjadi tinggi
3) Kafein, Kandungan kafein terbukti meningkatkan tekanan darah. Setiap
cangkir kopi mengandung 75-200 mg kafein, yang berpotensi meningkatkan
tekanan darah 5-10 mmHg.
4) Alkohol, dapat merusak jantung dan juga pembuluh darah. Ini akan
menyebabkan tekanan darah meningkat.
5) Obesitas, Orang dengan berat badan diatas 30% berat badan ideal, memiliki
peluang lebih besar terkena hipertensi.
6) Kurang olahraga, dapat menyebabkan tekanan darah meningkat. Olahraga
teratur dapat menurunkan tekanan darah tinggi namun tidak dianjurkan
olahraga berat.
7) Stress dan kondisi emosi yang tidak stabil seperti cemas, yang cenderung
meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu. Jika stress telah
berlalu maka tekanan darah akan kembali normal.
8) Kebiasaan merokok, Nikotin dalam rokok dapat merangsang pelepasan
katekolamin, katekolamin yang meningkat dapat mengakibatkan iritabilitas
miokardial, peningkatan denyut jantung, serta menyebabkan vasokonstriksi
yang kemudian meningkatkan tekanan darah.
9) Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen) melalui mekanisme
renin-aldosteron-mediate volume expansion, Penghentian penggunan
kontrasepsi hormonal, dapat mengembalikan tekanan darah menjadi normal
kembali.
Walaupun hipertensi umum terjadi pada orang dewasa, tapi anak anak juga
berisiko terjadinya hipertensi. Untuk beberapa anak, hipertensi disebabkan oleh
masalah pada jantung dan hati. Namun, bagi sebagian anak-anak bahwa kebiasaan
gaya hidup yang buruk, seperti diet yang tidak sehat dan kurangnya olahraga,
berkonstribusi pada terjadinya hipertensi (Fauzi, 2014).
5. Patofisiologi Hipertensi
Tekanan darah arteri sistemik merupakan hasil perkalian total resistensi/
tahanan perifer dengan curah jantung (cardiac output). Hasil Cardiac Output
didapatkan melalui perkalian antara stroke volume (volume darah yang dipompa dari
ventrikel jantung) dengan hearth rate (denyut jantung). Sistem otonom dan sirkulasi
hormonal berfungsi untuk mempertahankan pengaturan tahanan perifer. Hipertensi
merupakan suatu abnormalitas dari kedua faktor tersebut yang ditandai dengan
adanya peningkatan curah jantung dan resistensi perifer yang juga meningkat
(Kowalak, 2011; Ardiansyah, 2012).
Berbagai teori yang menjelaskan tentang terjadinya hipertensi, teoriteori tersebut
antara lain (Kowalak, 2011):
1. Perubahan yang terjadi pada bantalan dinding pembuluh darah arteri yang
mengakibatkan retensi perifer meningkat.
2. Terjadi peningkatan tonus pada sistem saraf simpatik yang abnormal dan berasal
dalam pusat vasomotor, dapat mengakibatkan peningkatan retensi perifer.
3. Bertambahnya volume darah yang disebabkan oleh disfungsi renal atau
hormonal.
4. Peningkatan penebalan dinding arteriol akibat faktor genetik yang disebabkan
oleh retensi vaskuler perifer.
5. Pelepasan renin yang abnormal sehingga membentuk angiotensin II yang
menimbulkan konstriksi arteriol dan meningkatkan volume darah.
Tekanan darah yang meningkat secara terus-menerus pada pasien hipertensi
dapat menyebabkan beban kerja jantung akan meningkat. Hal ini terjadi karena
peningkatan resistensi terhadap ejeksi ventrikel kiri. Agar kekuatan kontraksi
jantung meningkat, ventrikel kiri mengalami hipertrofi sehingga kebutuhan oksigen
dan beban kerja jantung juga meningkat. Dilatasi dan kegagalan jantung bisa terjadi,
jika hipertrofi tidak dapat mempertahankan curah jantung yang memadai.
6. Manifestasi Klinis
Hipertensi sulit dideteksi oleh seseorang sebab hipertensi tidak memiliki
tanda/ gejala khusus. Gejala-gejala yang mudah untuk diamati seperti terjadi pada
gejala ringan yaitu pusing atau sakit kepala, cemas, wajah tampak kemerahan dll.
Selain itu, hipertensi memiliki tanda klinis yang dapat terjadi, diantaranya adalah
(Smeltzer, 2013) :
1. Pemeriksaan fisik dapat mendeteksi bahwa tidak ada abnormalitas lain selain
tekanan darah tinggi.
2. Perubahan yang terjadi pada retina disertai hemoragi, eksudat, penyempitan
arteriol, dan bintik katun-wol (cotton-wool spots) (infarksio kecil), dan
papiledema bisa terlihat pada penderita hipertensi berat.
3. Gejala biasanya mengindikasikan kerusakan vaskular yang saling berhubungan
dengan sistem organ yang dialiri pembuluh darah yang terganggu.
4. Dampak yang sering terjadi yaitu penyakit arteri koroner dengan angina atau
infark miokardium.
7. Komplikasi Hipertensi
Komplikasi hipertensi berdasarkan target organ, antara lain sebagai berikut (Irwan,
2016):
 Serebrovaskuler : stroke, transient ischemic attacks, demensia vaskuler
 Mata : retinopati hipertensif.
 Kardiovaskuler : penyakit jantung hipertensif, disfungsi atau hipertrofi ventrikel
kiri, penyakit jantung koroner, disfungsi baik sistolik maupun diastolik dan
berakhir pada gagal jantung (heart failure).
 Ginjal : nefropati hipertensif, albuminuria, penyakit ginjal kronis.
 Arteri perifer : klaudikasio intermiten.
8. Pencegahan Hipertensi
Menurut Riyadi (2011), pencegahan hipertensi terbagi atas dua bagian, yaitu :
a. Pencegahan Primer
Mengatur diet agar berat badan tetap idel juga untuk menjaga agar tidak terjadi
hiperkolesterolemia, diabetes mellitus, dan sebagainya, Dilarang merokok atau
menghentikan merokok, Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan
konsumsi rendah garam
b. Pencegahan Sekunder
Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun
tindakan-tindakan seperti pencegahan primer, Harus dijaga supaya tekanan
darahnya tetap dapat terkontrol secara normal atau stabil mungkin, Faktor-
faktor risiko penyakit jantung iskemik yang lain harus dikontro dan
membatasi aktivitas.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Kasus :
Perawat melakukan kunjungan rumah pada perempuan 56 tahun. Hasil pengkajian didapatkan
klien mengeluh pundak terasa berat, TD 160/100 mmHg, frekuensi Nadi 96x/menit. Klien
tidak pernah berkunjung ke pelayanan kesehatan, jika merasa pusing klien melakukan
pengobatan alternative dengan minum air yang sudah dibacakan do’a. klien dan keluarga
sangat yakin segala penyakit akan sembuh dengan meminta kesembuhan pada Tuhan.

A. Data Umum
1) Kepala Keluarga
a. Nama : Tn. R
b. Umur : 61 tahun
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Pendidikan : SMA
e. Agama : Islam
f. Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
g. Alamat : Jombang
2) Pasien
a. Nama : Ny. D
b. Umur : 56 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Pendidikan : SMA
e. Agama : Islam
f. Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
g. Alamat : Jombang
h. Diagnosa Medis : Hipertensi

B. Keluhan Umum
Pasien mengeluh pundak terasa berat
C. Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada
D. Riwayat penyakit sekarang
Seorang perawat melakukan kunjungan ke rumah seorang perempuan berusia 56 tahun
yang mengeluhkan pundaknya berat, klien mengatakan tidak pernah berkunjung ke
tempat berobat jika ia pusing hanya meminum air yang telah dibacakan doa saja.
E. Komposisi Keluarga
No Nama L/P Umur Hub. dg Pendi Pekerjaan Imunisasi Ket
1 Tn. R L 61 th Suami Sma PNS Lengkap
2 Ny. D P 56 th Istri Sma IRT Lengkap
3 Tn. G L 33 th Anak S1 Pegawai Bank Lengkap
4 Ny. N L 32 th Menantu S1 Guru Lengkap
5 An. J P 8 th Cucu Sd Murid Lengkap

F. Genogram

Ket :
: Laki-laki
: Perempuan
: Anggota keluarga sakit (Ny.D)
: Garis keturunan
: Tinggal serumah
G. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Ny. D adalah keluarga (Extended Family) dimana terdiri dari ayah, ibu,
anak, menantu dan cucu.
H. Suku dan Bangsa
Keluarga klien berasal dari suku Jawa atau Indonesia kebudayaan yang dianut tidak
bertentangan dengan masalah kesehatan, bahasa sehari-hari yang digunakan yaitu bahasa
Jawa.
I. Agama
Agama Ny. D adalah agama Islam serta anak, menantu dan cucu beragama yang sama.
Setiap hari melakukan ibadah yang sesuai dengan kewajibannya
J. Status Sosial Ekonomi Keluarga
1) Sumber pendapatan keluarga diperoleh dari KK,anak dan menantu KK sejumlah
± Rp 7.500.000/bulan. Kebutuhan yang diperlukan keluarga :
 Makan Rp 1.200.000
 Bayar Listrik/PDAM Rp 500.000
 Pendidikan Rp 400.000
 Lain-lain Rp 1.500.000
Rp 3.600.000,-
2) Barang-barang yang dimiliki
2 buah TV, 2 Kipas angin, 1 mobil, dan 2 sepeda motor. Pada ruang tamu terdapat 1
set kursi dan lemari, pada ruang tengah terdapat 1 lemari dan 1 kulkas.
K. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Rekreasi keluarga untuk mengisi kekosongan waktu dengan menonton televisi bersama di
rumah, rekreasi di luar rumah kadang-kadang tidak pernah dilakukan.
L. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan saat ini
Tahap perkembangan keluarga Ny. D merupakan tahap VIII keluarga usia lanjut.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tahap perkembangan keluarga Ny. D merupakan tahap VIII keluarga usia lanjut.
3) Riwayat keluarga inti
a. Tn. R
Tn. R sebagai kepala keluarga jarang sakit, tidak mempunyai masalah dengan
istirahat,makan maupun kebutuhan dasar yang lain. Tidak mempunyai riwayat
penyakit hipertensi
b. Ny. D jarang sekali sakit tapi tidak mempunyai masalah kesehatan yang serius,
tidak ada masalah istirahat, tetapi mengeluh pundah terasa berat, TD 160/100
mmHg, frekuensi nadi 96x/menit, dan tidak pernah berkunjung ke palayanan
kesehatan, jika merasa pusing klien melakukan pengobatan alternative dengan
minum air yang sudah dibacakan do’a. Klien dan keluarga klien sangat yakin
segala penyakit akan sembuh dengan meminta kesembuhan pada Tuhan.
c. Tn. G jarang sakit serta tidak mempunyai masalah kesehatan dan imunisasi
sudah lengkap.
d. Ny. N jarang sakit dan tidak mempunyai masalah kesehatan imunisasi sudah
lengkap, maupun kebutuhan dasar yang lainnya.
e. Tn. J jarang sakit tidak mempunyai masalah kesehatan imunisasi sudah lengkap.
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Sebelumnya keluarga Ny. D tidak ada yang menderita hipertensi.
M. Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Memiliki sirkulasi udara yang baik, memiliki sistem sanitasi yang baik, dan memiliki
sistem penerangan ruang yang baik.
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Hubungan antar tetangga saling membantu, bila ada tetangga yang kesusahan saling
membantu.
3. Mobilitas geografis keluarga
Sebagai penduduk Kota Jombang, tidak pernah transmigrasi maupun migrasi.
4. Perkumpulan keluarga interaksi dengan masyarakat
Ny. D adalah sebagai ibu rumah tangga
5. Sistem pendukung keluarga
Jumlah anggota yaitu 5 orang, ke puskesmas datang sendiri.
N. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Anggota keluarga menggunakan bahasa jawa dalam berkomunikasi sehari-harinya dan
mendapatkan informasi kesehatan dari petugas kesehatan.
2. Struktur kekuatan keluarga
Ny. D menderita penyakit hipertensi, anggota keluarga lainnya dalam keadaan sehat.
3. Struktur peran (formal & Informal)
Formal : Tn.R sebagai kepala keluarga, Ny.D sebagai istri, Tn.G sebagai anak, Ny.N
sebagai menantu dan An.J sebagai cucu
Infromal : Tn.R dibantu anaknya mencari nafkah.
4. Nilai dan norma keluarga
Keluarga percaya bahwa hidup sudah ada yang mengatur, tetapi pada saat sakit salah
satu anggota keluarga yaitu Ny.D tidak pernah berkunjung ke pelayanan kesehatan,
jika merasa pusing melakukan pengobatan alternative dengan minum air yang sudah
dibacakan do’a. Klien dan keluarga sangat yakin segala penyakit akan sembuh dengan
meminta kesembuhan pada Tuhan.
O. Fungsi Keluarga
1. Keluarga afektif
Hubungan antar keluarga baik. Tetapi pada saat Ny.D sakit, Ny.D tidak pernah
berkunjung ke pelayanan kesehatan, jika merasa pusing melakukan pengobatan
alternative dengan minum air yang sudah dibacakan do’a.
2. Fungsi Sosial
Setiap hari keluarga selalu berkumpul di rumah, hubungan dalam keluarga baik dan
selalu menaati norma yang baik.
3. Fungsi Perawatan Keluarga
Penyediaan makanan selalu dimasak terdiri komposisi, nasi, lauk pauk, dan sayur
dengan frekuensi 3 kali sehari dan bila ada anggota keluarga yang sakit keluarga
merawat dan mengantarkan ke rumah sakit atau petugas kesehatan. Dalam merawat
Tn. R masih memberikan makanan yang sama dengan anggota keluarga yang lain.
4. Fungsi Reproduksi
Tn.R sudah tidak melakukan hubungan seksual karena merasa sudah tua tidak
mampu lagi dan juga sudah tidak mempunyai istri.
5. Fungsi Ekonomi
Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan yang cukup, pakaian untuk
anak,menantu dan cucu serta biaya untuk berobat.
P. Stress dan Koping Keluarga
1. Stresor jangka pendek dan panjang :
Stresor jangka pendek : Ny.D mengeluh pundak terasa berat
Stresor jangka panjang : Ny.D khawatir karena tekanan darahnya tinggi
2. Kemampuan keluarga dalam merespon terhadap situasi dan stresor Keluarga selalu
memeriksakan anggota keluarga yang sakit ke puskesmas dengan petugas kesehatan.
3. Strategi koping yang digunakan
Anggota keluarga selalu bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah yang ada.
4. Strategi adaptasi disfungsional
Ny.D bila sedang mengeluh pundak terasa berat maka dibuat tidur atau istirahat.
O. Pemeriksaan Fisik
1. Tekanan Darah : 160/110 mmHg
2. Nadi : 96 x/mnt
3. Suhu : 36ºC
4. Respirasi : 20x/menit
5. Berat badan : 55 kg
6. Tinggi badan : 160 cm
Hasil pemeriksaan laboratorium (cholesterol) : 200 mg/dl
Kepala : Simetris, berambut bersih berwarna putih, muka tidak pucat
Mata : Konjungtivitis merah muda, sklera putih terdapat gambaran
tipis pembuluh darah.
Hidung : Lubang hidung normal simetris, pernafasan vesikuler.
Mulut : Bibir tidak kering, tidak ada stomatitis
Telinga : Pendengaran masih normal tidak ada keluar cairan dari telinga
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan vena jugularis
Dada : Simetris, tidak ada tarikan intercostae vokal feminus dada kanan dan
kiri sama, terdengar suara sonor pada semua lapanag paru, suara
jantung pekak, suara nafas vesikuler
Perut : Simetris, tidak tampak adanya benjolan, terdengar suara tympani,
tidak ada nyeri tekan.
Extremitas : Tidak ada oedema, masih dapat gerak aktif.
Eliminasi : BAB biasanya 1 kali sehari, BAK 4-5 kali sehari
P. Harapan Keluarga
1) Harapan yang paling diinginkan keluarga
Keluarga berharap agar Ny.D mau untuk berkunjung ke pelayanan kesehatan dan
melakukan pengobatan secara medis.
Pola Gordon
1. Pola persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan
Jika merasa pusing klien melakukan pengobatan alternatif dengan minum air yang
sudah dibacakan do’a. klien dan keluarga sangat yakin segala penyakit akan
sembuh dengan meminta kesembuhan pada Tuhan.
2. Pola nutrisi
3. Pola aktifitas
Pasien mengatakan Pundak terasa berat,
4. Pola eliminasi
5. Pola istirahat
6. Pola persepsi kognitif
7. Pola hubungan peran
8. Pola konsep diri
9. Pola stress-koping
10. Pola sexualitas
11. Pola kepercayaan dan nilai
Pasien sangat yakin segala penyakit akan sembuh dengan meminta kesembuhan
pada tuhan.
1. Analisa Data
No Data Subyektif Masalah Penyebab
1. DS : Nyeri pundak terasa berat
- Ny.D mengeluh pundak terasa
berat

DO :
- TD : 160/110 mmHg
- N : 96 x/mnt
2. DS : Manajemen Ketidakefektifan pola
- Ny.D tidak pernah berkunjung kesehatan tidak perawatan kesehatan
ke pelayanan kesehatan efektif keluarga
- Melakukan pengobatan
alternative
DO : -

2. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan pundak terasa berat
2. Manajemen kesehatan tidak efektif berhubungan dengan ketidakefektifan pola
perawatan kesehatan keluarga
3. Intervensi Keperawatan
No Intervensi SIKI Rasional
1. Manajemen Nyeri Observasi : - Nyeri dapat
Definisi : - Identifikasi lokasi, berkurang dan
Mengidentifikasi dan karakteristik, durasi, pundak tidak
mengelola frekuensi, kualitas, intensitas terasa berat
pengalaman sensorik nyeri
atau emosional yang - Identifikasi skala nyeri
berkaitan dengan - Identifikasi respon nyeri non
kerusakan jaringan verbal
atau fungsional - Identifikasi faktor yang
dengan onset memperberat dan
mendadak atau lambat memperingan nyeri
dan berintensitas - Identifikasi pengetahuan dan
ringan hingga berat keyakinan tentang nyeri
dan konstan Terapeutik :
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Fasilitas istirahat dan tidur
Edukasi :
- Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
2. Dukungan Observasi : - Diharapkan bisa
pengambilan - Identifikasi persepsi mengambil
keputusan mengenai masalah dan keputusan
Definisi : informasi yang memicu dengan tepat
Memberikan konflik
informasi dan Terapeutik :
dukungan saat - Fasilitasi mengklarifikasi
pembuatan keputusan nilai dan harapan yang
kesehatan membantu membuat pilihan
- Diskusikan kelebihan dan
kekurangan dalam dari setiap
solusi
- Fasilitasi melihat situasi
secara realistik
Edukasi :
- Informasikan alternatif solusi
secara jelas

4. Implementasi Keperawatan
5. Catatan Perkembangan
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diagnosa ke system
keluarga dan subsistemnya serta merupakan hasil pengkajian keperawatan.
Diagnosa keperawatan keluarga termasuk masalah kesehatan aktual dan
potensial dengan perwat keluarga yang memiliki kemampuan dan mendapatkan
lisensi untuk menanganinnya berdasarkan pendidikan dan pengalaman
( Friedman, 2010).

Kemungkinan diagnosa keperawata yang muncul pada keluarga dengan masalah


hipertensi adalah ( NANDA, NIC-NOC)
a. Nyeri akut berhubungan dengan pundak terasa berat
BAB IV
PENUTUP
2.
3.
3.1. Kesimpulan
Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan peningkatan
tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg (WHO,2013). Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah
peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanana darah diastolik
lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran selang waktu 5 menit dalam keadaan
cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu
lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung
(penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara
dini dan mendapat pengobatan yang memadai.

3.2. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk
perbaikan ke depannya.
DAFTAR PUSTAKA
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-hipertensi-si-
pembunuh-senyap.pdf
http://repository.unimus.ac.id/2975/3/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai