PENGENDALIAN BAHAYA DI
LINGKUNGAN KERJA
Ns. Nurul Hidayah, M.Kep
Upaya Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Fasilitas Kesehatan
A. KONSEP DASAR PENCEGAHAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)
Pengendalian infeksi nosokomial adalah kegiatan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan serta pembinaan dalam upaya menurunkan angka
kejadian infeksi di rumah sakit.
Proses terjadinya infeksi bergantung kepada interaksi antara suseptibilitas pejamu,
agen infeksi (pathogenesis, virulensi dan dosis) serta cara penularan.
Identifikasi faktor risiko pada pejamu dan pengendalian terhadap infeksi tertentu
dapat mengurangi insiden terjadinya infeksi nosokomial/HAIs, baik pada pasien
ataupun pada petugas kesehatan
B. STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
Peningkatan daya tahan pejamu.
Daya tahan pejamu dapat ditingkatkan dengan pemberian imunisasi aktif (contoh vaksinasi hepatitis
B) atau pemberian imunisasi pasif (immunoglobulin). Promosi kesehatan secara umum termasuk
nutrisi yang adekuat akan meningkatkan daya tahan tubuh.
Inaktivasi agen penyebab infeksi.
Inaktivasi agen infeksi dapat dilakukan dengan metode fisik maupun kimiawi. Contoh metode fisik
adalah pemanasan (pasteurisasi atau sterilisasi) dan memasak makanan seperlunya. Metode kimiawi
termasuk klorinasi air, disinfeksi peralatan dan lingkungan, serta penggunaan antibiotika
Memutus rantai penularan.
Hal ini merupakan cara yang paling mudah untuk mencegah penularan penyakit infeksi, tetapi hasilnya
sangat bergantung kepada ketaatan petugas dalam melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan.
Tindakan pencegahan ini telah disusun dalam suatu “Isolation Precautions” (Kewaspadaan Isolasi)
yang terdiri dari dua pilar/tingkatan yaitu “Standard Precaution” (Kewaspadaan berdasarkan cara
penularan).
Tindakan pencegahan paska pajanan (“Post Exposure Prophylaxis”/ PEP) terhadap
petugas kesehatan.
Hal ini terutama berkaitan dengan pencegahan agen infeksi yang ditularkan melalui darah
dan cairan tubuh lainnya, yang sering terjadi karena luka tusuk jarum bekas pakai atau
pajanan lainnya. Penyakit yang perlu mendapat perhatian adalah hepatitis B, hepatits C,
dan HIV.
C. RUANG LINGKUP PPI
Ruang lingkup kegiatan yang dilaksanakan oleh komite pencegahan dan pengendalian infeksi
meliputi:
Kewaspadaan Isolasi, meliputi kewaspadaan standar dan kewaspadaan transmisi sebagai
berikut:
a) Kewaspadaan Standard
Cuci tangan, Penggunaan alat pelindung diri, Pengendalian lingkungan rumah sakit,
Penanganan limbah RS dan benda tajam, Penanganan linen dan laundry, Pemrosesan
peralatan perawatan pasien (pembersihan, desinfeksi, sterilisasi), Penempatan, Kesehatan
karyawan, Etika batuk, Penyuntikan yang aman, Praktek lumbal punksi
b) Kewaspadaan Transmisi
Airbone, Droplet, contact
Penggunaan anti biotika yang rasional
Surveilans
Pendidikan dan pelatihan infeksi nosokomial
Pencegahan infeksi nosokomial
HEALTH-CARE ASSOCIATED INFECTIONS (HAIs)
HAIs ini dikenal sebagai Infeksi Nosokomial atau disebut juga sebagai infeksi di
rumah sakit yang merupakan komplikasi paling sering terjadi di pelayanan
kesehatan.
Menurut Department of Health and Human Services (2013), HAIs adalah infeksi
yang pasien dapatkan ketika menerima pengobatan untuk kondisi medis ataupun
bedah.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (2010), HAIs merupakan salah
satu dari sepuluh penyebab utama kematian di Amerika Serikat dan juga merupakan
salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas antara pasien yang
mendapatkan perawatan di rumah sakit di seluruh dunia.
HAIs disebabkan oleh berbagai agen infeksius, termasuk bakteri, jamur, dan virus.
Namun, mereka sebagian besar dapat dicegah
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMILIKI PELUANG UNTUK
TERJADINYA INFEKSI NOSOKOMIAL (HAIs)
Merupakan bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia, baik yang berbentuk padat, cair,
maupun gas. Contohnya merkuri, alkohol dan turunannya, timbal, dll (intinya semua bahan
kimia yang ada di tabel periodik.
Potensi risiko gangguan yang dapat muncul pada kesehatan dan keselamatan pekerja
bervariasi sesuai dengan jenis bahan kimia yang terpajan pada diri pekerja, seperti merkuri
dapat berisiko rusaknya syaraf bahkan hingga ke otak sehingga lama-kelamaan tubuh
menjadi selalu bergetar tanpa henti (seperti fenomena kasus itai-itai di Jepang).
Bahaya dan risiko dari semua bahan kimia ini dapat dilihat penjelasannya di MSDS
(material safety data sheet) yang selalu tercantum disemua kemasan bahan kimia tsb.
Risiko dari penggunaan bahan kimia ini tidak hanya pada kesehatan saja tetapi juga
kecelakaan seperti ledakan, kebakaran, dll
Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh: Pernapasan (inhalation), Kulit (skin absorption),
Tertelan (ingestion). Racun dapat menyebabkan efek yang bersifat akut,kronis atau kedua-
duanya.
a. Korosi : Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada
permukaan tempat dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem pencernaan
adalah bagain tubuh yang paling umum terkena. Contoh : konsentrat asam dan
basa , fosfor.
b. Iritasi : iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat kontak. Iritasi
kulit bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis. Iritasi pada alat-alat
pernapasan yang hebat dapat menyebabkan sesak napas, peradangan dan oedema
(bengkak). Contoh : Kulit : asam, basa,pelarut, minyak. Dan pernapasan :
aldehydes, alkaline dusts, amonia, nitrogen dioxide, phosgene, chlorine ,bromine,
ozone.
c. Kanker : Karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas telah terbukti pada
manusia. Kemungkinan karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas
sudah terbukti menyebabkan kanker pada hewan . Contoh: Terbukti karsinogen pada
manusia : benzene ( leukaemia); vinylchloride ( liver angiosarcoma); 2-naphthylamine,
benzidine (kanker kandung kemih ); asbestos (kanker paru-paru , mesothelioma);
Kemungkinan karsinogen pada manusia : formaldehyde, carbon tetrachloride, dichromates,
beryllium.
d. Racun Sistemik : Racun sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan luka pada organ
atau sistem tubuh.
Contoh :
- Otak : pelarut, lead,mercury, manganese
- Sistem syaraf peripheral : n-hexane,lead,arsenic,carbon disulphide
- Sistem pembentukan darah : benzene,ethylene glycol ethers
- Ginjal : cadmium,lead,mercury,chlorinated hydrocarbons
- Paru-paru : silica,asbestos, debu batubara (pneumoconiosis).
TERIMA KASIH