Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KEBUTUHAN DASAR


KEAMANAN,KESELAMATAN DAN INFEKSI NOSOKOMIAL
Dosen Pembimbing : Saelan S.Kep.,Ns.,M

Disusun Oleh
Nama : Sesa Anindya Nur Utami
NIM : S18205

PRODI SARJANA KEPERAWATAN & PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2019/2020


KONSEP GANGGUAN KEBUTUHAN DASAR
KEAMANAN,KESELAMATAN DAN INFEKSI NOSOKOMIAL

1. DEFINISI
Keamanan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Menurut Potter& Perry
(2013), keamanan merupakan keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau keadaan
yang aman dan tenteram. Keamanan dalam pelayanan kesehatan tercipta ketika lingkungan
pasien bebas dari ancaman cedera dan infeksi (DeLaune & Ladner, 2011).Keamanan ialah
prioritas utama dalam perawatan pada klien dengan menciptakan lingkungan yang aman
(White, Duncan, & Baumle, 2011; Berman & Snyder, 2012).
Asuhan keperawatan profesional perlu menegakkan prinsip keamanan guna
meningkatkan derajat kesehatan klien. Prinsip tersebut diperkuat dengan adanya etik
keperawatan yang mengemukakan bahwa setiap tindakan keperawatan harus memastikan
keamanan diri sendiri, pasien, dan orang lain [ CITATION Ber121 \l 1033 ]. Selain itu, teori
Maslow juga mengemukakan bahwa keamanan ialah salah satu faktor penting sebagai
kebutuhan dasar manusia [ CITATION Pot10 \l 1033 ].
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko (Kohn, Corrigan
& Donaldson, 2000).
Infeksi yang terjadi pada penderita-penderita yang sedang dalam proses asuhan
keperawatan ini disebut infeksi nosokomial. Nosokomial berasal dari Bahasa Yunani, dari
kata nosos yang artinya penyakit dan komeo yang artinya merawat. Nosokomion berarti
tempat untuk untuk merawat/rumah sakit(Darmadi, 2008).

Infeksi nosokomial merupakan masalah besar yang dihadapi rumah sakit. Infeksi
nosokomial/hospital acquired infection (HAI) adalah infeksi yang didapatkan dan
berkembang selama pasien di rawat di rumah sakit (World Health Organization, 2004).
Menurut Brooker (2009), infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat di rumah sakit
terjadi pada pasien yang dirawat di rumah sakit paling tidak selama 72 jam dan pasien
tersebut tidak menunjukkan gejala infeksi saat masuk rumah sakit.
2. ETIOLOGI
Beberapa hal yang menyebababkan terancamnya keamanan dan keselamatan pasien
terdiri,yaitu:
1. Usia
Individu belajar untuk melindungi dirinya dari berbagai bahaya melalui pengetahuan
dan pengkajian akurat tentang lingkungan. Perawat perlu untuk mempelajari bahaya-
bahaya yang mungkin mengancam individu sesuai usia dan tahap tumbuh kembangnya
sekaligus tindakan pencegahannya.
2. Gaya Hidup
Faktor gaya hidup yang menempatkan klien dalam resiko bahaya diantaranya
lingkungan kerja yang tidak aman, tinggal didaerah dengan tingkat kejahatan tinggi,
ketidakcukupan dana untuk membeli perlengkapan keamanan,adanya akses dengan obat-
obatan atau zat aditif berbahaya.
3. Status mobilisasi
Klien dengan kerusakan mobilitas akibat paralisis, kelemahan otot, gangguan
keseimbangan/koordinasi memiliki resiko untuk terjadinya cedera.
4. Gangguan sensori persepsi.
Sensori persepsi yang akurat terhadap stimulus lingkungan sangat penting bagi
keamanan seseorang. Klien dengan gangguan persepsi rasa, dengar, raba, cium, dan lihat,
memiliki resiko tinggi untuk cedera.
5. Tingkat kesadaran
Kesadaran adalah kemampuan untuk menerima stimulus lingkungan, reaksi tubuh, dan
berespon tepat melalui proses berfikir dan tindakan. Klien yang mengalami gangguan
kesadaran diantaranya klien yang kurang tidur, klien tidak sadar atau setengah sadar, klien
disorientasi, klien yang menerima obat-obatan tertentu seperti narkotik, sedatif, dan
hipnotik.
6. Status emosiona
Status emosi yang ekstrim dapat mengganggu kemampuan klien menerima bahaya
lingkungan. Contohnya situasi penuh stres dapat menurunkan konsentrasi dan menurunkan
kepekaan pada simulus eksternal.

Penyebab infeksi nosokomial (WHO, 2002):

a.Conventional pathogens
Menyebabkan penyakit pada orang sehat, karena tidak adanya kekebalan terhadap
kuman tersebut: Staphylococcus aureus, streptococcus, salmonella, shigella, virus
influenza, virus hepatitis.
b.Conditional pathogens
Penyebab penyakit pada orang dengan penurunan daya tahan tubuh terhadap kuman
langsung masuk dalam jaringan tubuh yang tidak steril: pseudomonas, proteus,
klebsiella, serratia, dan enterobacter.
c.Opportunistic pathogens
Menyebabkan penyakit menyeluruh pada penderita dengan daya tahan tubuh sangat
menurun: mycobacteria, nocardia, pneumocytis

3.PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY

Faktor yang mempengaruhi keamanan dan keselamatan pasien terdiri dari dua
faktor,yaitu:
a.Faktor Fisiologis
Sistem pada tubuh manusia bekerja secara terkoordinasi dengan baik,apabila salah satu
sistem tidak bekerja maka hal tersebut akan mengancam keamanan dan keselamatan
seseorang.
a.)Sistem Muskuloskeletal
Masalah muskoloskeletal yang mengganggu keamanan dapat diakibatkan oleh keadaan
seperti fraktur, osteoporosis, atropi otot, artritis, atau strains dan sprains
b.)Sistem Neurologi
Gangguan neurologis yang dapat mengancam keamanan seperti cedera kepala,
medikasi/pengobatan, alkohol dan obat-obatan, stroke, injuri tulang belakang, penyakit
degeneratif (seperti Parkinson dan Alzaimer), dan tumor kepala.
c.)Sistem Kardiorespirasi
Adapun kondisi gangguan sistem kardiovaskuler yang mengganggu keamanan adalah
hipertensi, gagal jantung, kelainan jantung bawaan, atau penyakit vaskuler bagian tepi.
Penyakit respirasi atau pernafasan yang mengganggu keamanan seperti kesulitan
bernafas, wheezing, danm kelelahan yang diakibatkan oleh tidak toleransi terhadap
aktivitas, keterbatasan mobilitas.
d.)Aktivitas dan Latihan
kondisi aktivitas dan latihan tubuh bereaksi secara cepat pada kedaruratan. Keterbatasan
dalam aktivitas dan latihan akan mengganggu seseorang dalam mengenali hal yang
mengancam dirinya dari luar.
b.Faktor Toleransi tehadap stress dan Mekanisme Koping
Mekanisme koping seseorang tehadap stress berhubungan langsung dengan
keamanan. Faktor kepribadian seseorang memainkan peranan dalam keamanan. Menarik
diri, pemalu dan ketidakpercayaan berpengaruh pada peningkatan keamanan, sehingga
seseorang perlu untuk belajar kembali atau mereka akan mengalami masalah gangguan
jiwa/mental.

Siklus Terjadinya Infeksi Nosokomial:


Mikroorganinisme dapat hidup di manapun dalam lingkungan kita. Pada manusia
dapat ditemukan pada kulit, saluran pernafasan bagian atas, usus, dan organ genital.
Disamping itu mikroorganisme juga dapat hidup pada hewan, tumbuhan, tanah, air, dan
udara. Beberapa mikroorganisme lebih patogen dari yang lain, atau lebih mungkin
menyebabkan penyakit. Ketika daya tahan manusia menurun, misalnya pada pasien dengan
HIV/AIDS (Depkes, 2007).
Semua manusia rentan terhadap infeksi bakteri dan sebagian besar jenis virus.
Jumlah (dosis) mikroorganisme yang diperlukan untuk menyebabkan infeksi pada
pejamu/host yang rentan bervariasi sesuai dengan lokasi. Risiko infeksi cukup rendah
ketika mikroorganisme kontak dengan kulit yang utuh dan setiap hari manusia menyentuh
benda di mana terdapat sejumlah mikroorganisme di permukaannya. Risiko infeksi akan
meningkat bila area kontak adalah membran mukosa atau kulit yang tidak utuh. Risiko
infeksi menjadi sangat meningkat ketika mikroorganisme berkontak dengan area tubuh
yang biasanya tidak steril, sehingga masuknya sejumlah kecil mikroorganisme saja dapat
menyebabkan sakit (Depkes, 2007).
Gambar 1. Siklus infeksi nosokomial (Depkes RI, 2007)

a.Reservoir Agen
Reservoir adalah tempat mikroorganisme patogen mampu bertahan hidup tetapi dapat
atau tidak dapat berkembang biak. Pseudomonas bertahan hidup dan berkembang biak
dalam reservoir nebuliser yang digunakan dalam perawatan pasien dengan gangguan
pernafasan. Resevoir yang paling umum adalah tubuh manusia. Berbagai mikroorganisme
hidup pada kulit dan rongga tubuh, cairan, dan keluaran. Adanya mikroorganisme tidak
selalu menyebabkan seseorang menjadi sakit. Carrier (penular) adalah manusia atau
binatang yang tidak menunjukan gejala penyakit tetapi ada mikroorganisme patogen dalam
tubuh mereka yang dapat ditularkan ke orang lain. Misalnya, seseorang dapat menjadi
carrier virus hepatitis B tanpa ada tanda dan gejala infeksi. Binatang, makanan, air, insekta,
dan benda mati dapat juga menjadi reservoir bagi mikroorganisme infeksius. Untuk
berkembang biak dengan cepat, organisme memerlukan lingkungan yang sesuai, termasuk
makanan, oksigen, air, suhu yang tepat, pH, dan cahaya (Perry & Potter, 2005).
b.Portal keluar (Port of exit)
Setelah mikrooganisme menemukan tempat untuk tumbuh dan berkembang biak, mereka
harus menemukan jalan ke luar jika mereka masuk ke pejamu lain dan menyebabkan
penyakit. Pintu keluar masuk mikroorganisme dapat berupa saluran pencernaan,
pernafasan, kulit, kelamin, dan plasenta (Perry & Potter, 2005).
c.Cara penularan (Mode of transmision)
Cara penularan bisa langsung maupun tidak langsung. Secara langsung misalnya;
darah/cairan tubuh, dan hubungan kelamin, dan secara tidak langsung melalui manusia,
binatang, benda-benda mati, dan udara (Perry & Potter, 2005).
d.Portal masuk (Port of entry)
Sebelum infeksi, mikroorganisme harus memasuki tubuh. Kulit adalah bagian rentang
terhadap infeksi dan adanya luka pada kulit merupakan tempat masuk mikroorganisme.
Mikroorganisme dapat masuk melalui rute yang sama untuk keluarnya mikroorganisme
(Perry & Potter, 2005).
e.Kepekaan dari host (host susceptibility)
Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen infeksius.
Kerentanan tergantung pada derajat ketahanan individu terhadap mikroorganisme patogen.
Semakin virulen suatu mikroorganisme semakin besar kemungkinan kerentanan seseorang.
Resistensi seseorang terhadap agen infeksius ditingkatkan dengan vaksin (Perry & Potter,
2005).
4.MANIFESTASI KLINIK
 Menurut Mubarak dan Chayatin (2008), gangguan pada sistem persarafan meliputi :
a.    Status mental dan emosi
Gangguan pada status mental dan emosi meliputi tiga area, yakni  :
1)    Tingkat kesadaran, terjadi penurunan respons terhadap rangsang, kemampuan
orientasi, dan perhatian terhadap lingkungan.
2)    Perilaku dan penampilan, terjadi penurunan tingkat kebersihan, persepsi, dan
keinginan.
3)   Bahasa, terjadi penurunan kemampuan bicara dan menulis (afasia) serta penurunan
ekspresi pikir.
b.  Fungsi intelektual, gangguan pada fungsi intelektual meliputi:
1)   Gangguan persepsi, gangguan  ini terjadi akibat kerusakan jaringan otak atau sel-sel
penyalur sensorik.
a)   Penglihatan, gangguan penglihatan dapat mengakibatkan ancaman pada rasa
aman,ketidakutuhan persepsi tentang objek atau situasi tertentu, penurunan mobilitas
dan aktivitas.
b)   Pendengaran, gangguan yang terjadi akibat perubahan fungsi dan struktur telinga
meliputi tuli konduktif dan tuli perseptif. Akibatnya terjadi penyimpangan bicara,
iritabilitas, kelelahan, perasaan terkucil, tidak aman, paranoid, dan marah.
c)     Penciuman dan perasa, gangguan ini umumnya disebabkan oleh kerusakan saraf
kranial II, V, IX akibat trauma kepala, tumor otak, infeksi virus, polip nasal, dan
obat-obatan.
d)    Peraba, gangguan ini disebabkan oleh kerusakan jaras sensorik perifer, sel otak,
dan jaras sensasi yang mengakibatkan penurunan sensasi (baal), ketidakmampuan
mendeteksi sensasi temperatur.
e)    Input sensorik, gangguan ini disebabkan oleh kerusakan hemisfer otak kanan yang
mengakibatkan kesulitan dalam mempersepsikan waktu, menentukan jarak dan
kecepatan, mengenal wajah dan objek, serta mengikuti instruksi visual.
f)  Gerakan, gangguan pada pergerakan biasanya disebabkan oleh hilangnya kekuatan,
mobilitas, dan fleksibilitas ekstremitas.

Gejala infeksi nosokomial akan bervariasi berdasarkan jenisnya. Jenis infeksi nosokomial
yang paling umum diantaranya:
a.Pneumonia
Apabila infeksi nosokomial berhubungan dengan pneumonia, tanda-tanda dan gejala
yang dapat dirasakan adalah sebagai berikut:
-Demam
-Batuk yang disertai dahak
-Wheezing (mengi, suara tersengal-sengal)
-Suara bergemeretak saat bernapas
-Berkeringat berlebih
-Napas lebih pendek dan cepat
-Rasa sakit yang menusuk di dada saat bernapas atau batuk
-Kehilangan nafsu makan
-Tubuh lemas
-Mual dan muntah
b.Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih juga dapat dikaitkan dengan terjadinya infeksi di rumah
sakit.Gejala-gejalanya meliputi:
-Ingin buang air kecil terus menerus
-Sensasi terbakar saat buang air kecil
-Sering kencing, tetapi jumlah urine sedikit
-Urine terlihat berbusa
-Urine berwarna merah, merah muda, atau coklat seperti cola
-Urine berbau
-Rasa nyeri di panggul pada perempuan
c.Infeksi luka operasi
Jika infeksi nosokomial yang diderita berhubungan dengan luka operasi, tanda-tanda
dan gejala yang akan muncul adalah:
-Muncul cairan atau nanah dari luka
-Luka berbau tidak sedap
-Demam
-Tubuh menggigil
-Luka terasa panas saat disentuh
-Kemerahan pada area sekitar luka
-Sakit dan nyeri saat disentuh

5. PENATALAKSANAAN (MEDIS DAN KEPERAWATAN)


a. Penatalaksanaan keperawatan
a.)
b. Penatalaksanaan Medis
a.)Pemberian obat sesuai anjuran dokter yang bertanggungjawab
6.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang untuk gangguan keamanan dan keselamatan :
Berupa data laboratorium yang menunjukkan adanya infeksi meliputi peningkatan angka
leukosit, penignkatan laju enap darah, dan kultur urin, darah serta secret menunjukkan
adanya mikroorganisme pathogen

Pemeriksaan penunjang untuk infeksi nosokomial sebagai berikut (Darmadi, 2008):


a.Tes darah,untuk mendeteksi tanda infeksi dari kadar sel-sel darah
b.Tes urine, untuk mengetahui ada tidaknya infeksi pada saluran kemih, termasuk
untuk melihat jenis bakteri yang menginfeksi
c.Tes dahak, untuk mengetahui jenis bakteri yang menginfeksi saluran pernapasan
d.Kultur darah, dahak, atau cairan luka operasi, untuk memastikan keberadaan dan
jenis dari bakteri, jamur, atau parasit yang menyebabkan infeksi
e.Pemindaian CT scan, MRI, USG, atau Rontgen, untuk mendeteksi ada tidaknya
kerusakan dan tanda infeksi pada organ-organ tertentu

7.KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi infeksi nosokomial, antara lain (Darmadi, 2008) :
-EndokarditisOsteomielitis
-Peritonitis
-Meningitis
-Sepsis
-Abses paru
-Gagal organ
-Gangren
-Kerusakan permanen pada ginjal

B.ASUHAN KEPERAWATAN
1.PENGKAJIAN
  Pengkajian Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Keamanan dan keselamatan
a. Pengkajian
Menurut Koizer, et al. (2011), pengkajian terhadap klien yang berisiko terhadap kecelakaan
dan cedera meliputi:menentukan indikator penting dalam riwayat keperawatan dan
pemeriksaan fisik, menggunakan instrumen pengkajian risiko yang dikembangkan secara
khusus, dan mengevaluasi lingkungan rumah klien.
1)  Riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik
Riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik dapat mengungkap data penting mengenai
praktik keamanan klien dan risiko klien terhadap cedera. Data yang perlu dikaji meliputi
usia dan tingkat perkembangan, status kesehatan umum, status mobilitas, ada tidaknya
gangguan fisiologis atau defisit persepsi, seperti pencium, penglihat, taktil, perasa, atau
gangguan sensori lainnya, gangguan proses pikir atau gangguan kognitif lain atau
gangguan kecakapan emosi, penyalahgunaan zat, semua indikasi penganiayaan atau
pengabaiaan, serta riwayat kecelakaan dan cedera. Riwayat mengenai keamanan juga
harus meliputi kesadaran klien terhadap bahaya, pengetahuan mengenai tindakan
kewaspadaan keamanan di rumah dan di tempat kerja, dan semua persepsi ancaman
terhadap keamanan.
2)  Instrumen pengkajian risiko
Instrumen pengkajian risiko juga tersedia untuk menentukan klien yang berisiko
terhadap beberapa cedera tertentu, seperti jatuh, atau untuk pengkajian umum yang
penting untuk menjaga klien tetap aman di rumah mereka dan di tatanan layanan
kesehatan. Pada umumnya, instrumen pengkajian ini dapat mengarahkan perawat untuk
mengkaji faktor yang memengaruhi keamanan yang telah didiskusikan sebelumnya.
Instrumen pengkajian tersebut merangkum data khusus yang terdapat dalam riwayat
keperawatan dan pemeriksaan fisik klien.
3) Pengkajian bahaya dalam rumah
Bahaya dalam rumah merupakan penyebab utama jatuh, kebakaran, keracunan, sufokasi,
dan kecelakaan lain, misalnya akibat penggunaan peralatan dan perlengkapan rumah
tangga serta alat masak yang tidak tepat.
Untuk memastikan lingkungan yang aman, perawat perlu memahami hal-hal yang
memberikan kontribusi keamanan rumah, komunitas, atau lingkungan pelayanan kesehatan,
dan kemudian mengkaji berbagai ancaman terhadap keamanan klien dan lingkungan.
Pengkajian yang dilakukan pada klien antara lain pengkajian terhadap riwayat dan
pemeriksaan fisik. Pengkajian terhadap lingkungan, termasuk rumah klien dan tempat
pelayanan kesehatan, mencakup inspeksi pada fasilitas tersebut (DeLaune & Ladner ,2011)
a. Data Subjective
Pengkajian difokuskan pada masalah riwayat kesehatan klien yang terkait dengan
kebutuhan keamanan seperti: pernahkah klien jatuh, mengalami patah tulang, pembatasan
aktivitas, dan sebagainya. Klien perlu ditanyakan tentang tindakan pengamanan di mobil,
perhatian terhadap tanda bahaya, tindakan pengamanan anak atau bayi di rumah, status
imunisasi, pengertian dan pemahaman klien tentang kesehatan dan keamanan. Perlu digali
juga tentang perubahan lingkungan, support sistem, tahap tumbuh kembang.Perawat perlu
mengidentifikasi adanya faktor risiko untuk keamanan klien mencakup: kondisi dewasa,
fisiologi, kognitif, pengobatan, lingkungan, dan kondisi anak-anak.
1. Dewasa seperti, riwayat terjatuh, usia yang lebih tua pada wanita, penggunaan alat
bantu (alat bantu jalan, tongkat), prosthesis anggota badan bagian bawah, umur lebih
65 tahun, dan hidup sendiri.
2. Fisiologi seperti: kehadiran penyakit akut, kondisi post operasi, kesulitan
penglihatan, kesulitan pendengaran, arthritis, orthostatik hipotensi, tidak dapat tidur,
pusing ketika memutar kepala atau menegakkan kepala, anemia, penyakit vaskuler,
neoplasma, kesulitan mobilitas fisik, kerusakan keseimbangan dan neuropati.
3.Kognitive,seperti: penurunan status mental (kebingungan, delirium, dimensia,
kerusakan orientasi orang, tempat dan waktu)
4.Pengobatan, seperti obat anti hipertensi, penghambat ACE, antidepresan trisiklik,
obat anti cemas, hipnotik atau transquilizer, diuretik, penggunan alkohol, dan
narkotika.
5.Lingkungan, seperti: adanya restrain, kondisi cuaca atau lingkungan, pencahayaan,
kelembaban, ventilasi, penataan lingkungan.
6.Anak-anak, seperti: umur dibawah 2 tahun, penggunaan pengaman, penataan ruang,
penggunaan mainan.

b.Data Objective
Data objective dapat diperoleh perawat dengan melakukan pemeriksaan fisik terkait
dengan sistem: neurologis, cardiovaskuler dan pernafasan, integritas kulit dan mobilitas.
Pengkajian juga mencakup prosedur test diagnostik.
1. Sistem Neurologis
-Status mental
-Tingkat kesadaran
-Fungsi sensori
-Sistem reflek
-Sistem koordinasi
-Test pendengaran, penglihatan dan pembauan
-Sensivitas terhadap lingkungan
2.Sistem Cardiovaskuler dan Respirasi
-Toleransi terhadap aktivitas
-Nyeri dada
-Kesulitan bernafas saat aktivitas
-Frekuensi nafas, tekanan darah dan denyut nadi
3. Integritas kulit
-Inspeksi terhadap keutuhan kulit klien
-Kaji adanya luka,scar, dan lesi
-Kaji tingkat perawatan diri kulit klien
4. Mobilitas
-Inspeksi dan palpasi terhadap otot, persendian, dan tulang klien
-Kaji range of motion klien
-Kaji kekuatan otot klienkaji tingakt ADLs klien

  Pengkajian Keperawatan Pada Pasien Dengan Infeksi Nosokomial


A.  Pengkajian keperawatan
Merupakan tindakan mengkaji atau tidaknya faktor yang memengaruhi atau
menyebabkan infeksi, seperti penurunan daya tahan tubuh, status nutrisi, usia, stress dan
lain-lain. Pengkajian selanjutnya adalah memeriksa ada atau tidaknya tanda klinik infeksi
(seperti pembengkakan, kemerahan, panas, nyeri pada daerah lokalisasi infeksi) dan tanda
sismetik (seperti demam, malaise, anoreksia, sakit kepala, muntah, atau diare).
1)  Data subjektif
a.  Kaji faktor-faktor yang berhubungan
1.  Apakah klien mengeluh:
a. Demam terus menerus atau intermiten
b. Infeksi sebelumnya pada:saluran perkemihan,pneumonia,luka operasi,kulit dan
jaringan lunak
c.  Infeksi resiko terhadap
1.      Saluran reproduksi
2.      Saluran pernapasan
3.      Darah
4.      Tulang dan sendi
5.      System kardiofakuler
6.      System saraf pusat
7.      Mata, telinga, hidung, tenggorokan, mulut
8.      Sistemik
9.      System Gi
e. Riwayat terkena penyakit infeksi
1. Kontak udara (banyak pada masa anak-anak infrksi akibat dari enyakit yang dapat
dipindahkan seperti cacar, tuberculosis)
2. Infeksi berkenan dengan vector dan vector lain yang ditularkan (malaria, pes)
3.  Kontak penyebaran (tipe paling umum terkena)
a.  Langsung (orang ke orang)
b. Tidak langsung (peralatan, pakaian, dll ke orang)
c.  Kontak droplet (pneumonia, pilek,dll)
4. Faktor-faktor resiko dihubungkan dengan infeksi (lihat faktor-faktor yang
berhubungan)

2) Data Objektif
Kaji faktor-faktor yang berhubungan
1. Adanya luka:Pembedahan,Terbakar,Tindakan invasive (traksi,IV, drein), Terluka
sendiri
2. Suhu
3. Status nutrisi

2.DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan yang muncul pada kasus gangguan keamanan keselamatan dan
infeksi nosokomial menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia(SDKI) adalah
sebagai berikut :
1.Hipertermia
a.Definisi:Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh
b.Penyebab
-Proses penyakit(mis.infeksi,kanker)
-Aktifitas berlebihan
-Respon trauma
c.Kondisi klinis terkait
-Proses infeksi
-Trauma
2.Risiko cedera
a.Definisi:Beresiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik yang menyebabkan seseorang
tidak lagi sepenuhnya sehata atau dalam kondisi baik
b.Faktor Resiko
-Terpapar agen nosokomial
-Terpapar zat kimia toksik
-Terpapar patogen
c.Kondisi klinis terkait
-Gangguan penglihatan
-Kejang
-Sinkop
-Gangguan pendengaran
3.Risiko gangguan integritas kulit/jaringan
a.Definisi:Beresiko mengalami kerusakan kulit(dermis dana tau epidermis)atau
jaringan(membrane mukosa,kornea,fasia,otot,tndon,tulang,kartilago,kapsul sendi atau
ligamen)
b.Faktor Resiko
-bahan kimia iritatif
-penurunan mobilitas
-neuropati perifer
c.Kondisi klinis terkait
-Imobilisasi
-Imunodefisiensi
3.Risiko Infeksi
a.Definisi:Beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik
b.Faktor Resiko
-efek prosedur invasif
-Peningkatan paparan organisme paparan lingkungan
c.Kondisi klinis terkait
-Tindakan invasif
-AIDS
-Kondisi penggunaan terapi steroid
4.Risiko Jatuh
a.Definisi:Beresiko mengalami kerusakan fisik dan gangguan kesehatan akibat terjatuh
b.Faktor Resiko
-usia >65 tahun(pada dewasa) atau < 2 tahun (pada anak)
-riwayat jatuh
-penggunaan alat bantu berjalan
-penurunan tingkat kesadaran
-lingkungan tidak aman
c.Kondisi klinis terkait
-Kejang
-Amputasi
-Katarak
-Osteoporosis

3.PERENCANAAN KEPERAWATAN
Perencanaan keperawatan (Tujuan dan kriteria hasil menurut SLKI,sedangkan intervensi
menurut SIKI) yang muncul pada kasus gangguan keamanan keselamatan dan infeksi
nosokomial menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia(SDKI).
Contoh rencana asuhan keperawatan:
1.Diagnosa: Resiko cedera
Tujuan& Kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam,maka
tingkat cedera membaik dengan kriteria hasil:
1.Kejadian cedera menurun
2.Luka/lecet menurun
3.Gangguan mobilitas menurun
4.Ekspresi wajah kesakitan menurun
Intervensi:
“Manajemen keselamatan lingkungan”
1.Identifikasi kbutuhan keselamatan(mis.kondisi fisik,fungsi kognitif dan riwayat perilaku)
2. Monitor perubahan status lingkungan
3. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan risiko
4. Sediakan alat bantu keamanan lingkungan
5. Ajarkan individu,keluarga dan kelompok risiko tinggi bahaya lingkungan
6. Kolaborasi dengan dokter terkait penatalaksanaan lebih lanjut

2.Diagnosa: Risiko infeksi


Tujuan& Kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam,maka
tingkat infeksi membaik dengan kriteria hasil:
1.Demam menurun
2.Nyeri menurun
3.Kadar sel darah putih menurun
4.Gangguan kognitif cukup menurun
Intervensi:
“Pencegahan Infeksi”
1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
3. Pertahankan tekhnik aseptik pada pasien beresiko tinggi
4. Ajarkan cara mencuci tangan yang benar
5. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
6.Kolaborasi pemberian imunisasi jika perlu

3.Diagnosa: Risiko Jatuh


Tujuan& Kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam,maka
tingkat jatuh membaik dengan kriteria hasil:
1.Jatuh dari tempat tidur menurun
2.Jatuh saat berdiri menurun
3.Jatuh saat berjalan cukup menurun
4.Jatuh saat dipindahkan menurun
5.Jatuh saat dikamar mandi cukup menurun
Intervensi:
“Pencegahan Jatuh”
1. Identifikasi faktor resiko jatuh
2. Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan risiko jatuh
3. Monitor kemampuan berpindah dari tmpat tidur ke kursi roda dan sebaliknya
4. Pasang handrall tempat tidur
5. Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien
6.Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin
7.Kolaborasi dengan dokter tekait penatalaksanaan lebih lanjut

4.EVALUASI
DAFTAR PUSTAKA

Pabuti, Aumas.(2011) Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien (KP) Rumah Sakit.
Proceedings of expert lecture of medical student of Block 21st of Andalas
University, Indonesia.
DeLaune, S. C., & Ladner, P. K. (2010). Fundamentals of nursing: Standards and practice.
Luisiana: Delmar.

DeLaune, S. C., Ladner P. K. (2011). Fundamental of nursing: Standards and practice. 4th
Ed. Clifton Park: Delmar Cengage

Kozier, B., Erb, G., Berman, A. J., & Snyder. (2012). Fundamentals of nursing: Concepts,
process, and practice. 9th Ed. New Jersey: Pearson Education, Inc.

NANDA International. (2014). Nursing diagnoses: Definitions & classifications 2015-


2017 (10th). Jakarta: EGC.

Potter, P.A., Perry, A.G., Stockert, P.A., & Hall, A.M. (2013). Patient safety.
Fundamentals of nursing, 8th ed. Missouri: Elsevier Mosby.

Nugraheni, dkk. 2012. Infeksi Nosokomial di RSUD Setjonegoro Kabupaten Wonosobo.


Semarang : Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 11 / No.1, April 2012.

Salawati, Liza. 2012. Pengendalian Infeksi Nosokomial di Ruang Intensive Care Unit
Rumah Sakit. Banda Aceh : Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Volume 12 Nomor 1
April 2012.

Nasution, L. 2012. Infeksi Nosokomial. Medan : Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas


Sumatera Utara Vol. 39. No.1 Tahun 2012: 36-41.

Kozier, Barbara, et al. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik
Edisi 7 Volume 2. Alih bahasa Esty Wahyuningsih et al. Jakarta: EGC, 2011.

Tarwoto dan Wartonah. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika, 2011.

A.Aziz Alimul H. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika, 2012.

Anda mungkin juga menyukai