Disusun Oleh
NIM : S18205
Kelas :S18D
A.Latar Belakang
Asuhan keperawatan profesional perlu menegakkan prinsip keamanan guna meningkatkan
derajat kesehatan klien. Prinsip tersebut diperkuat dengan adanya etik keperawatan yang
mengemukakan bahwa setiap tindakan keperawatan harus memastikan keamanan diri sendiri,
pasien, dan orang lain [ CITATION Ber121 \l 1033 ]. Selain itu, teori Maslow juga mengemukakan
bahwa keamanan ialah salah satu faktor penting sebagai kebutuhan dasar manusia [ CITATION
Pot10 \l 1033 ].
Rumah sakit selain untuk mencari kesembuhan juga merupakan surmber dari berbagai
penyakit, yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang berstatus karier. Kuman
penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti udara, air, lantai,
makanan dan benda-benda peralatan medis maupuu non medis (Nugraheni, dkk, 2012). Hal ini
akan mempermudah terjadinya infeksi silang karena kuman-kuman, virus, dan sebagainya akan
masuk ke dalam tubuh penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan dengan mudah
(Darmadi, 2008).
Penderita yang sedang dalam proses perawatan di rumah sakit, baik dengan penyakit dasar
tunggal maupun penderita dengan penyakit dasar lebih dari satu, secara umum keadaan
umumnya tentu tidak/kurang baik, sehingga daya tahan tubuhnya menurun. Infeksi adalah
masuk dan berkembangnya mikroorganisme dalam tubuh yang menyebabkan sakit yang disertai
dengan gejala klinis baik lokal maupun sistemik (Potter & Perry, 2005). Oleh karena itu, di
dalam makalah ini membahas tentang infeksi yang ada di rumah sakit atau biasa disebut dengan
infeksi nosokomial.
B.Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah
Praktik Keperawatan Dasar (PKD)
b.Tujuan Khusus
1.Untuk mengetahui definisi dari keamanan,keselamatan dan infeksi nosokomial
2.Untuk mengetahui etiologi dari keamanan,keselamatan dan infeksi nosocomial
3. Untuk mengetahui patofisiologi dan pathway dari keamanan,keselamatan dan infeksi
nosokomial
4. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari keamanan,keselamatan dan infeksi nosocomial
5.Untuk mengetahui komplikasi dari keamanan,keselamatan dan infeksi nosocomial
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari keamanan,keselamatan dan infeksi
nosokomial
6.Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan dari keamanan,keselamatan
dan infeksi nosokomial
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan sesuai teori dari keamanan,keselamatan dan
infeksi nosokomial
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan sesuai kasus dari keamanan,keselamatan dan
infeksi nosokomial
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Keamanan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Menurut Potter& Perry (2013),
keamanan merupakan keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau keadaan yang aman dan
tenteram. Keamanan dalam pelayanan kesehatan tercipta ketika lingkungan pasien bebas dari
ancaman cedera dan infeksi (DeLaune & Ladner, 2011).Keamanan ialah prioritas utama dalam
perawatan pada klien dengan menciptakan lingkungan yang aman (White, Duncan, & Baumle,
2011; Berman & Snyder, 2012).
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem
tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan
implementasi solusi untuk meminimalkan resiko(Kohn, Corrigan & Donaldson, 2010).
Infeksi yang terjadi pada penderita-penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan
ini disebut infeksi nosokomial. Nosokomial berasal dari Bahasa Yunani, dari kata nosos yang
artinya penyakit dan komeo yang artinya merawat. Nosokomion berarti tempat untuk untuk
merawat/rumah sakit(Darmadi, 2010).
Infeksi nosokomial merupakan masalah besar yang dihadapi rumah sakit. Infeksi
nosokomial/hospital acquired infection (HAI) adalah infeksi yang didapatkan dan berkembang
selama pasien di rawat di rumah sakit (World Health Organization, 2014). Menurut Brooker
(2010), infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat di rumah sakit terjadi pada pasien yang
dirawat di rumah sakit palingtidak selama 72 jam dan pasien tersebut tidak menunjukkan gejala
infeksi saat masuk rumah sakit.
B.ETIOLOGI
Menurut Aziz (2012) ada beberapa hal yang menyebababkan terancamnya keamanan dan
keselamatan pasien,yaitu:
1. Usia
Individu belajar untuk melindungi dirinya dari berbagai bahaya melalui pengetahuan dan
pengkajian akurat tentang lingkungan. Perawat perlu untuk mempelajari bahaya-bahaya yang
mungkin mengancam individu sesuai usia dan tahap tumbuh kembangnya sekaligus tindakan
pencegahannya.
2. Gaya Hidup
Faktor gaya hidup yang menempatkan klien dalam resiko bahaya diantaranya lingkungan
kerja yang tidak aman, tinggal didaerah dengan tingkat kejahatan tinggi, ketidakcukupan dana
untuk membeli perlengkapan keamanan,adanya akses dengan obat-obatan atau zat aditif
berbahaya.
3. Status mobilisasi
Klien dengan kerusakan mobilitas akibat paralisis, kelemahan otot, gangguan
keseimbangan/koordinasi memiliki resiko untuk terjadinya cedera.
4. Gangguan sensori persepsi.
Sensori persepsi yang akurat terhadap stimulus lingkungan sangat penting bagi keamanan
seseorang. Klien dengan gangguan persepsi rasa, dengar, raba, cium, dan lihat, memiliki resiko
tinggi untuk cedera.
5. Tingkat kesadaran
Kesadaran adalah kemampuan untuk menerima stimulus lingkungan, reaksi tubuh, dan
berespon tepat melalui proses berfikir dan tindakan. Klien yang mengalami gangguan kesadaran
diantaranya klien yang kurang tidur, klien tidak sadar atau setengah sadar, klien disorientasi,
klien yang menerima obat-obatan tertentu seperti narkotik, sedatif, dan hipnotik.
6. Status emosional
Status emosi yang ekstrim dapat mengganggu kemampuan klien menerima bahaya
lingkungan. Contohnya situasi penuh stres dapat menurunkan konsentrasi dan menurunkan
kepekaan pada simulus eksternal.
a.Conventionalpathogens
Menyebabkan penyakit pada orang sehat, karena tidak adanya kekebalan terhadap kuman
tersebut: Staphylococcus aureus, streptococcus, salmonella, shigella, virus influenza,
virushepatitis.
b.Conditional pathogens
Penyebab penyakit pada orang dengan penurunan daya tahan tubuh terhadap kuman
langsung masuk dalam jaringan tubuh yang tidak steril: pseudomonas, proteus, klebsiella,
serratia, dan enterobacter.
c.Opportunisticpathogens
Menyebabkan penyakit menyeluruh pada penderita dengan daya tahan tubuh sangat
menurun: mycobacteria, nocardia, pneumocytis
a.)Sistem Muskuloskeletal
Masalah muskoloskeletal yang mengganggu keamanan dapat diakibatkan oleh keadaan seperti
fraktur, osteoporosis, atropi otot, artritis, atau strains dan sprains
b.)Sistem Neurologi
Gangguan neurologis yang dapat mengancam keamanan seperti cedera kepala,
medikasi/pengobatan, alkohol dan obat-obatan, stroke, injuri tulang belakang, penyakit
degeneratif (seperti Parkinson dan Alzaimer), dan tumor kepala.
c.)Sistem Kardiorespirasi
kondisi aktivitas dan latihan tubuh bereaksi secara cepat pada kedaruratan. Keterbatasan
dalam aktivitas dan latihan akan mengganggu seseorang dalam mengenali hal yang mengancam
dirinya dari luar.
a.Reservoir Agen
Reservoir adalah tempat mikroorganisme patogen mampu bertahan hidup tetapi dapat atau
tidak dapat berkembang biak. Pseudomonas bertahan hidup dan berkembang biak dalam
reservoir nebuliser yangdigunakan dalam perawatan pasien dengan gangguan pernafasan.
Resevoir yang paling umum adalah tubuh manusia. Berbagai mikroorganisme hidup pada kulit
dan rongga tubuh, cairan, dan keluaran. Adanya mikroorganisme tidak selalu menyebabkan
seseorang menjadi sakit. Carrier (penular) adalah manusia atau binatang yang tidak menunjukan
gejala penyakit tetapi ada mikroorganisme patogen dalam tubuh mereka yang dapat ditularkan ke
orang lain. Misalnya, seseorang dapat menjadi carrier virus hepatitis B tanpa ada tanda dan gejala
infeksi. Binatang, makanan, air, insekta, dan benda mati dapat juga menjadi reservoir bagi
mikroorganisme infeksius. Untuk berkembang biak dengan cepat, organisme memerlukan
lingkungan yang sesuai, termasuk makanan, oksigen, air, suhu yang tepat, pH, dan cahaya (Perry
& Potter, 2011).
b.Portal keluar (Port of exit)
Setelah mikrooganisme menemukan tempat untuk tumbuh dan berkembang biak, mereka harus
menemukan jalan ke luar jika mereka masuk ke pejamu lain dan menyebabkan penyakit. Pintu
keluar masuk mikroorganisme dapat berupa saluran pencernaan, pernafasan, kulit, kelamin, dan
plasenta (Perry & Potter, 2011).
c.Cara penularan (Mode of transmision)
Cara penularan bisa langsung maupun tidak langsung. Secara langsung misalnya; darah/cairan
tubuh, dan hubungan kelamin, dan secara tidak langsung melalui manusia, binatang, benda-benda
mati, dan udara (Perry & Potter, 2011).
d.Portal masuk (Port of entry)
Sebelum infeksi, mikroorganisme harus memasuki tubuh. Kulit adalah bagian rentang
terhadap infeksi dan adanya luka pada kulit merupakan tempat masuk mikroorganisme.
Mikroorganisme dapat masuk melalui rute yang sama untuk keluarnya mikroorganisme (Perry &
Potter, 2011).
e.Kepekaan dari host (host susceptibility)
Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen infeksius. Kerentanan
tergantung pada derajat ketahanan individu terhadap mikroorganisme patogen. Semakin virulen
suatu mikroorganisme semakin besar kemungkinan kerentanan seseorang. Resistensi seseorang
terhadap agen infeksius ditingkatkan dengan vaksin (Perry & Potter, 2011).
Pathway Gangguan kebutuhan Keamanan,Keselamatan dan Infeksi Nosokomial
Inflamasi
Intertleukin-1
Interleukin-6
Menggigil
HIPERTERMIA
Luka
Omentum
Infiltrat jaringan
RISIKO INFEKSI
RISIKO INFEKSI
Trauma
Tulang
Penurunan kesadaran
Gangguan keseimbangan
RISIKO CEDERA
RISIKO CEDERA
Perubahan biologis/fisik
Penurunan Aktivitas
RISIKO JATUH
RISIKO JATUH
D.MANIFESTASI KLINIK
Menurut Mubarak dan Chayatin (2018), gangguan pada sistem persarafan meliputi :
2) Perilaku dan penampilan, terjadi penurunan tingkat kebersihan, persepsi, dan keinginan.
3) Bahasa, terjadi penurunan kemampuan bicara dan menulis (afasia) serta penurunan
ekspresi pikir.
1) Gangguan persepsi, gangguan ini terjadi akibat kerusakan jaringan otak atau sel-sel
penyalur sensorik.
a) Penglihatan, gangguan penglihatan dapat mengakibatkan ancaman pada rasa
aman,ketidakutuhan persepsi tentang objek atau situasi tertentu, penurunan mobilitas dan
aktivitas.
b) Pendengaran, gangguan yang terjadi akibat perubahan fungsi dan struktur telinga meliputi
tuli konduktif dan tuli perseptif. Akibatnya terjadi penyimpangan bicara, iritabilitas,
kelelahan, perasaan terkucil, tidak aman, paranoid, dan marah.
c) Penciuman dan perasa, gangguan ini umumnya disebabkan oleh kerusakan saraf kranial II,
V, IX akibat trauma kepala, tumor otak, infeksi virus, polip nasal, dan obat-obatan.
d) Peraba, gangguan ini disebabkan oleh kerusakan jaras sensorik perifer, sel otak, dan jaras
sensasi yang mengakibatkan penurunan sensasi (baal), ketidakmampuan mendeteksi
sensasi temperatur.
e) Input sensorik, gangguan ini disebabkan oleh kerusakan hemisfer otak kanan yang
mengakibatkan kesulitan dalam mempersepsikan waktu, menentukan jarak dan kecepatan,
mengenal wajah dan objek, serta mengikuti instruksi visual.
Gejala infeksi nosokomial akan bervariasi berdasarkan jenisnya. Jenis infeksi nosokomial yang
paling umum diantaranya:
a.Pneumonia
Apabila infeksi nosokomial berhubungan dengan pneumonia, tanda-tanda dan gejala yang
dapat dirasakan adalah sebagai berikut:
-Demam
-Batuk yang disertai dahak
-Wheezing (mengi, suara tersengal-sengal)
-Suara bergemeretak saat bernapas
-Berkeringat berlebih
-Napas lebih pendek dan cepat
-Rasa sakit yang menusuk di dada saat bernapas atau batuk
-Kehilangan nafsu makan
-Tubuh lemas
-Mual dan muntah
b. Penatalaksanaan Medis
a.) Pemberian analgesik
b.) Pemberian imunisasi
F.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Darmadi(2018) pemeriksaan penunjang untuk gangguan keamanan dan keselamatan
berupa data laboratorium yang menunjukkan adanya infeksi meliputi peningkatan angka leukosit,
penignkatan laju endap darah, dan kultur urin, darah serta secret menunjukkan adanya
mikroorganisme patogen
Pemeriksaan penunjang untuk infeksi nosokomial sebagai berikut (Darmadi, 2018):
a.Tes darah,untuk mendeteksi tanda infeksi dari kadar sel-sel darah
b.Tes urine, untuk mengetahui ada tidaknya infeksi pada saluran kemih, termasuk untuk
melihat jenis bakteri yang menginfeksi
c.Tes dahak, untuk mengetahui jenis bakteri yang menginfeksi saluran pernapasan
d.Kultur darah, dahak, atau cairan luka operasi, untuk memastikan keberadaan dan jenis dari
bakteri, jamur, atau parasit yang menyebabkan infeksi
e.Pemindaian CT scan, MRI, USG, atau Rontgen, untuk mendeteksi ada tidaknya kerusakan
dan tanda infeksi pada organ-organ tertentu
G.KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi infeksi nosokomial, antara lain (Darmadi, 2018):
-EndokarditisOsteomielitis
-Peritonitis
-Meningitis
-Sepsis
-Abses paru
-Gagal organ
-Gangren
-Kerusakan permanen pada ginjal
a. Pengkajian
Menurut Koizer, et al. (2011), pengkajian terhadap klien yang berisiko terhadap kecelakaan dan
cedera meliputi:menentukan indikator penting dalam riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik,
menggunakan instrumen pengkajian risiko yang dikembangkan secara khusus, dan mengevaluasi
lingkungan rumah klien.
Riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik dapat mengungkap data penting mengenai praktik
keamanan klien dan risiko klien terhadap cedera. Data yang perlu dikaji meliputi usia dan tingkat
perkembangan, status kesehatan umum, status mobilitas, ada tidaknya gangguan fisiologis atau
defisit persepsi, seperti pencium, penglihat, taktil, perasa, atau gangguan sensori lainnya,
gangguan proses pikir atau gangguan kognitif lain atau gangguan kecakapan emosi,
penyalahgunaan zat, semua indikasi penganiayaan atau pengabaiaan, serta riwayat kecelakaan
dan cedera. Riwayat mengenai keamanan juga harus meliputi kesadaran klien terhadap bahaya,
pengetahuan mengenai tindakan kewaspadaan keamanan di rumah dan di tempat kerja, dan
semua persepsi ancaman terhadap keamanan.
Instrumen pengkajian risiko juga tersedia untuk menentukan klien yang berisiko terhadap
beberapa cedera tertentu, seperti jatuh, atau untuk pengkajian umum yang penting untuk menjaga
klien tetap aman di rumah mereka dan di tatanan layanan kesehatan. Pada umumnya, instrumen
pengkajian ini dapat mengarahkan perawat untuk mengkaji faktor yang memengaruhi keamanan
yang telah didiskusikan sebelumnya. Instrumen pengkajian tersebut merangkum data khusus
yang terdapat dalam riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik klien.
Bahaya dalam rumah merupakan penyebab utama jatuh, kebakaran, keracunan, sufokasi, dan
kecelakaan lain, misalnya akibat penggunaan peralatan dan perlengkapan rumah tangga serta
alat masak yang tidak tepat.
Untuk memastikan lingkungan yang aman, perawat perlu memahami hal-hal yang memberikan
kontribusi keamanan rumah, komunitas, atau lingkungan pelayanan kesehatan, dan kemudian
mengkaji berbagai ancaman terhadap keamanan klien dan lingkungan. Pengkajian yang dilakukan
pada klien antara lain pengkajian terhadap riwayat dan pemeriksaan fisik. Pengkajian terhadap
lingkungan, termasuk rumah klien dan tempat pelayanan kesehatan, mencakup inspeksi pada fasilitas
tersebut (DeLaune & Ladner ,2011)
a. Data Subjective
Pengkajian difokuskan pada masalah riwayat kesehatan klien yang terkait dengan kebutuhan
keamanan seperti: pernahkah klien jatuh, mengalami patah tulang, pembatasan aktivitas, dan
sebagainya. Klien perlu ditanyakan tentang tindakan pengamanan di mobil, perhatian terhadap
tanda bahaya, tindakan pengamanan anak atau bayi di rumah, status imunisasi, pengertian dan
pemahaman klien tentang kesehatan dan keamanan. Perlu digali juga tentang perubahan
lingkungan, support sistem, tahap tumbuh kembang.Perawat perlu mengidentifikasi adanya
faktor risiko untuk keamanan klien mencakup: kondisi dewasa, fisiologi, kognitif, pengobatan,
lingkungan, dan kondisi anak-anak.
1. Dewasa seperti, riwayat terjatuh, usia yang lebih tua pada wanita, penggunaan alat bantu
(alat bantu jalan, tongkat), prosthesis anggota badan bagian bawah, umur lebih 65 tahun,
dan hidup sendiri.
2. Fisiologi seperti: kehadiran penyakit akut, kondisi post operasi, kesulitan penglihatan,
kesulitan pendengaran, arthritis, orthostatik hipotensi, tidak dapat tidur, pusing ketika
memutar kepala atau menegakkan kepala, anemia, penyakit vaskuler, neoplasma, kesulitan
mobilitas fisik, kerusakan keseimbangan dan neuropati.
4.Pengobatan, seperti obat anti hipertensi, penghambat ACE, antidepresan trisiklik, obat anti
cemas, hipnotik atau transquilizer, diuretik, penggunan alkohol, dan narkotika.
b.Data Objective
Data objective dapat diperoleh perawat dengan melakukan pemeriksaan fisik terkait dengan
sistem: neurologis, cardiovaskuler dan pernafasan, integritas kulit dan mobilitas. Pengkajian
juga mencakup prosedur test diagnostik.
1. Sistem Neurologis
-Status mental
-Tingkat kesadaran
-Fungsi sensori
-Sistem reflek
-Sistem koordinasi
-Nyeri dada
3. Integritas kulit
4. Mobilitas
A. Pengkajian keperawatan
Merupakan tindakan mengkaji atau tidaknya faktor yang memengaruhi atau menyebabkan infeksi,
seperti penurunan daya tahan tubuh, status nutrisi, usia, stress dan lain-lain. Pengkajian selanjutnya
adalah memeriksa ada atau tidaknya tanda klinik infeksi (seperti pembengkakan, kemerahan, panas,
nyeri pada daerah lokalisasi infeksi) dan tanda sismetik (seperti demam, malaise, anoreksia, sakit
kepala, muntah, atau diare).
1) Data subjektif
a. Kaji faktor-faktor yang berhubungan
1. Apakah klien mengeluh:
a. Demam terus menerus atau intermiten
b. Infeksi sebelumnya pada:saluran perkemihan,pneumonia,luka operasi,kulit dan jaringan
lunak
b. Infeksi resiko terhadap
1. Saluran reproduksi
2. Saluran pernapasan
3. Darah
4. Tulang dan sendi
5. System kardiofaskuler
6. System saraf pusat
7. Mata, telinga, hidung, tenggorokan, mulut
8. Sistemik
9. System Gi
c. Riwayat terkena penyakit infeksi
1. Kontak udara (banyak pada masa anak-anak infrksi akibat dari enyakit yang dapat
dipindahkan seperti cacar, tuberculosis)
2. Infeksi berkenan dengan vector dan vector lain yang ditularkan (malaria, pes)
3. Kontak penyebaran (tipe paling umum terkena)
a. Langsung (orang ke orang)
b. Tidak langsung (peralatan, pakaian, dll ke orang)
c. Kontak droplet (pneumonia, pilek,dll)
2) Data Objektif
Kaji faktor-faktor yang berhubungan
1. Adanya luka:Pembedahan,Terbakar,Tindakan invasive (traksi,IV, drein), Terluka sendiri
2. Suhu
3. Status nutrisi
2.DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan yang muncul pada kasus gangguan keamanan keselamatan dan infeksi
nosokomial menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia(SDKI) adalah sebagai berikut :
1.Hipertermia (D.0130)
a.Definisi:Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh
b.Berhubungan dengan
-Proses penyakit (mis.infeksi,kanker)
-Terpapar lingkungan panas
-Respon trauma
c.Dibuktikan dengan (Gejala)
-Suhu tubuh diatas nilai normal
-Kulit merah
-Kulit terasa hangat
d.Kondisi klinis terkait
-Proses Infeksi
-Dehidrasi
-Trauma
3.PERENCANAAN KEPERAWATAN
Menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) ,diagnosis keperawatan umum
untuk klien dengan masalah keamanan,keselamatan dan infeksi nosokomial adalah :
1.) Diagnosa:Hipertermi (D.0130)
Tujuan& Kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,maka
termoregulasi membaik dengan kriteria hasil:
1.Menggigil menurun
2.Pucat menurun
3.Suhu tubuh membaik
4.Tekanan darah membaik
Intervensi:
“Manajemen hipetermia(L.15506)”
1.Identifikasi penyebab hipetermia
2. Monitor suhu tubuh
3. Longgarkan atau lepaskan pakaian
4. Berikan cairan oral
5. Anjurkan tirah baring
6. Kolaborasi pemberian cairan dan eletrolit intravena,jika perlu
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
PADA An.R DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
KEAMANAN,KESELAMATAN DAN INFEKSI NOSOKOMIAL
DI RUANG PICU RS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
A.PENGKAJIAN
I. BIODATA
1. Identitas Klien
Umur : 7 Bulan
Agama : Islam
Nama : Ny.M
Umur : 24 Tahun
Pendidikan : SMP
1. Keluhan Utama
Sesak Nafas
b. Natal
1. Tempat melahirkan:di rumah
2. Lama dan jenis persalinan:spontan
3. Penolong persalinan:bidan
4. Cara memudahkan persalinan:tidak ada
5. Obat perangsang:tidak ada
6. Komplikasi waktu lahir:tidak ada
c. Post natal
1. Kondisi bayi – BBL: 2,8 kg, PBL: 50 cm
2. Bayi kemerahan setelah lahir,tidak ada sianosis
3. Penyakit yang pernah dialami:demam
4. Kecelakaan yang pernah dialami:tidak ada
5. Tidak pernah dioperasi dan dirawat dirumah sakit sebelumnya
6. Alergi makanan obat-obatan tidak ada
7. Komsumsi obat-obatan bebas jika sakit:tidak pernah
8. Perkembangan anak disebandingkan dengan anak yang lainnya sama
4.Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu pasien mengatakan anggota keluarga ada yang batuk-batuk yang disertai
darah,yaitu nenek yang tinggal serumah dengan klien,Ibu pasien mengatakan tidak
mempunyai riwayat keluarga yang mempunyai penyakit menurun seperti
DM,Hipertensi,dsb.Ibu pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat keluarga yang
memiliki penyakit menular seperti HIV/AIDS,Hepatitis,dsb,Ibu pasien juga
mengatakan anaknya tidak memiliki riwayat alergi obat dan makanan.
5.Genogram
Keterangan:
: laki-laki : menikah
: klien
Ibu pasien mengatakan bahwa sehat itu penting,Ibu pasien menjaga kesehatan
keluarganya dengan tidak makan sembarangan.Saat ada anggota keluarga yang sakit ibu
pasien selalu membawa ke pusat pelayanan kesehatan terdekat seperti klinik,puskesmas
atau rumah sakit
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √
Ket:
1) Kualitas dan Kuantitas tidur :Masih terlihat mengantuk dan tidak nyenyak
A : -BB :8 Kg
-TB :75 Cm
-LK :30 Cm
-LILA :10 Cm
2800 gram
-HT :41 %
b.Pola Nutrisi
Sebelum Sakit
Selama Sakit
1) Frekuensi :1-2x/hari
2) Jenis :Bubur,ASI
3) Porsi :1/2-1 porsi
4) Keluhan :Nafsu makan menurun,muntah
5.Pola eliminasi
a.BAB
Sebelum Sakit
Selama Sakit
b.BAK
Sebelum Sakit
Selama Sakit
1) Frekuensi BAB :3-4x/hari
2) Konsistensi :Cair
3) Pancaran :Kuat
4) Warna :Kuning pucat
5) Jumlah :+/- 800 cc
6) Keluhan/kesulitan BAK :Tidak ada
c.IWL 750 cc
a.Gambaran diri
Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya terlihat tidak nyaman karena sesak
nafas
b.Ideal diri
Ibu pasien mengatakan bahwa ia ingin menjadi ibu yang baik untuk
anaknya,tapi dengan kondisi anak saya saat ini saya merasa tidak bisa menjadi
ibu yang baik
c.Harga diri
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit anaknya sangat aktif bermain dan
riang.namun setelah sakit klien tampak rewel dan tidak aktif bermain
d.Identitas diri
Ibu pasien mengatakan bahwa anak saya masih kecil,semua hal yang
menimpa anaknya adalah kehendak yang sudah digariskan Tuhan.saat anak
saya sakit seperti ini saya ingin jadi ibu yang lebih baik untuk dia
e.Peran
Ibu pasien mengatakan sudah 3 hari semenjak anak saya sakit dia tidak bisa
main dengan teman sebayanya,anak tampak gelisah dan tidak rileks
8.Pola koping
9.Pola seksual-reproduksi
Klien masih bayi,sehingga pola seksual dan reproduksi belum berjalan
sebagaimana mestinya ,penis tampak bersih, tidak ada lesi,tidak ada kelainan
bentuk pada organ reproduksi
Ibu pasien mengatakan bahwa hubungan pasien dengan suami dan anaknya
harmonis
a.Agama
b.Ibadah
a.Kesadaran :Composmentis
b.Tanda-Tanda Vital
3) Pernafasan
4) Suhu :39,0 C
a.Kepala
b.Muka
1)Mata
Kebersihan :bersih
Fungsi penglihatan :2 mm/2 mm
Palpebra :tidak ada pembesaran paprebal
Konjungtiva :tidak anemis
Sclera :tidak ikterik
Pupil :isokor
Diameter ka/ki :+/+,refleks baik
Reflek Terhadap Cahaya :+
Penggunaan alat bantu penglihatan :tidak menggunakan kacamata
Kelopak mata : Tidak edema
Bulu mata : Menyebar
Alis : Menyebar
Mata : Reaksi terhadap rangsangan cahaya ada
Gerakan mata : gerakan mata baik, dilihat saat dites dengan
pensil, gerakan mata keatas, kebawah, kesamping kiri kanan baik.
Pemeriksaan fisik mata: tidak ada edema, tidak ada hematom, lesi, luka,
masaa pada daerah mata
2) Hidung
3)Mulut
4)Gigi
Jumlah :4 gigi
Kebersihan :bersih
Masalah : tidak ada masalah
5)Telinga
Fungsi pendengaran :baik (jika ada suara klien menoleh dan mencari
sumber suara)
Bentuk :simetris kanan dan kiri
Kebersihan :bersih
Serumen :tidak ada
Nyeri telinga :tidak ada
Kanal Auditorius : kurang bersih
Palpasi daun telinga : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
Pemeriksaan rine : Tidak terkaji
c.Leher
Bentuk :simetris
Pembesaran Thyroid :tidak ada pembesaran thyroid
Kelenjar getah bening :tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Nyeri waktu menelan :tidak ada
JVP :5 -2 cm H20
Tumor :Tidak ada
d.Dada(Thorax)
Paru-paru
Inspeksi :Pernafasan cepat,frekuensi nafas 32x/menit ,dada
simetris,penggunaan otot bantu nafas.
Palpasi :Taktil fremitus teraba kanan dan kiri sama
Perkusi :sonor dari klavikula ICS 5 paru dextra,sonor dari
klavikula ICS 3 paru sinistra
Auskultasi :ronchi (+) wheezing (-), ekspirasi memanjang
perbandingan ukuran posterior dan anterior : 1 : 2
pergerakan dada :tidak simetris.
Jantung
Inspeksi :Ictus cordis tidak tampak pada ICS 5
Palpasi :Ictus cordis teraba 2 Cm dari midclavikula sinistra
Perkusi :konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi :BJ 1 terdengar di ICS 5 Sinistra dan ICS 3 Sinistra
parasternum,BJ 2 terdengar di ICS 2 baik sinistra maupun dextra,BJ
pekak ICS 2 parasternum dextra ICS 3,Suara 1-2 reguler,lemah.
Kongjungtiva tidak anemia,bibir cyianosis,arteri karotis kuat,tekanan
vena jugularis tidak meninggi.
Suara jantung : S1’ Lup’ ,S2’ Dup’.
bising aorta & Mur-mur :Tidak ada
Ukuran jantung :normal
Capillary Refilling time :3 detik.
e.Abdomen
h.Ekstremitas
a.Atas
b.Bawah
i.Integumen :
V.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.Pemeriksaan Laboraturium
Hematologi
DARAH RUTIN
ANALISA GAS
DARAH (AGD)
-pH 7,37-7,45 7,345 Normal
-SaO2 95 % 95%
KIMIA KLINIK
SERO IMUNOLOGI
Sputum kultur
VI.TERAPI MEDIS
30 cc/24
jam
0,9% 3cc +
-Inhalasi NaCl + Bronkodilator Mengobati penyakit
ventolin 1
ventolin pada saluran
amp. per 6
pernafasan
jam
30mg k/p
Obat penurun panas
- Paracetamol
Analgesik dan dan pereda nyeri
antipiretik
45 mg
Membantu jantung
-Dobutamin dalam inf dalam 25 ACE Inhibitor memompa darah ke
D5 menit,D5
seluruh tubuh
10 kec 1
cc/jam
1x20 mg
k/p Membantu
-Zink memperkuat sistem
Mineral
kekebalan tubuh
Hari/ Jenis Terapi Dosis Golongan & Fungsi
Tanggal Kandungan
Senin, -Inj cefotaxime 150 mg /8 Antibiotik Mengobati infeksi
jam/ iv sefalospori bakteri
29 Okt’12
0,9% 3cc +
Bronkodilator Mengobati penyakit
-Inhalasi NaCl + ventolin 1
pada saluran
ventolin amp. per 6
pernafasan
jam
30mg k/p
Obat penurun panas
- Paracetamol Analgesik dan dan pereda nyeri
antipiretik
45 mg
Membantu jantung
-Dobutamin dalam inf dalam 25 ACE Inhibitor memompa darah ke
D5 menit,D5 seluruh tubuh
kec 1
cc/jam
1x20 mg
k/p Membantu
memperkuat sistem
-Zink
Mineral kekebalan tubuh
0,9% 3cc +
-Inhalasi NaCl + Bronkodilator Mengobati penyakit
ventolin 1
ventolin pada saluran
amp. per 6
pernafasan
jam
30mg k/p
Obat penurun panas
- Paracetamol
Analgesik dan dan pereda nyeri
antipiretik
45 mg
Membantu jantung
-Dobutamin dalam inf dalam 25 ACE Inhibitor memompa darah ke
D5 menit,D5
seluruh tubuh
kec 1
cc/jam
1x20 mg
k/p Membantu
-Zink memperkuat sistem
Mineral
kekebalan tubuh
B.ANALISA DATA
Jam
1. Minggu DS: Bersihan jalan Sekresi yang Bersihan jalan
napas tidak tertahan napas tidak
28 Okt ‘12 -Ibu pasien
10.30 WIB mengatakan anaknya efektif dibuktikan efektif
sesak nafas sejak 3 (D.0001) dengan tidak berhubungan
hari yang lalu mampu dengan Sekresi
batuk,sputum yang tertahan
berlebih,ronkhi dibuktikan
-Ibu pasien kering,dan dengan tidak
mengatakan anaknya dispnea mampu
batuk berdahak sudah batuk,sputum
2 minggu ini berlebih,ronkhi
kering,dan
– Ibu pasien
dispnea
mengatakan bahwa
anaknya batuk
berlendir dan
beringus.
DO:
-Pasien terdiagnosa
Pneumonia
-Pasien tampak
Gelisah
– Pergerakan dada
tidak simetris.
-Hasil pemeriksaan
TTV
TD:100/80 mmhg
N :100x/menit;
RR:32x/menit,
- Tampak aktivitas
pasien tergantung
total
-Adanya penumpukan
sputum di jalan nafas
DS:
-Ibu pasien
mengatakan bahwa
sudah 3 hari ini
anaknya demam
DO:
-Leukosit : 15100/mm
C.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan Sekresi yang tertahan dibuktikan
dengan tidak mampu batuk,sputum berlebih,ronkhi kering,dan dispnea
2. Hipertermia berhubungan dengan Proses penyakit (Infeksi) Dibuktikan dengan suhu tubuh
diatas nilai normal,kulit merah,kulit terasa hangat.
D.RENCANA KEPERAWATAN/INTERVENSI
3.Dispnea menurun
4.Lakukan penghisapan lender
4.Frekuensi napas kurang dari 15 detik
cukup membaik
a.Obat bronkodilator
Manajemen
28 Okt
Hipertermia Hipertermia(L.15506):
2. 2012 Setelah dilakukan
berhubungan 1.Monitor suhu tubuh
tindakan keperawatan
(10.45WIB) dengan Proses
selama 3x24 jam
penyakit (Infeksi)
diharapkan masalah
Dibuktikan 2.Berikan cairan oral
termoregulasi membaik
dengan suhu
tubuh diatas nilai dengan kriteria hasil:
normal,kulit
Termoregulasi(L.14134 3.Longgarkan/lepaskan
merah,kulit terasa
) pakaian
hangat.
1.Suhu tubuh membaik
3.Pucat menurun
c.Mineral
E.TINDAKAN KEPERAWATAN/IMPLEMENTASI
/Jam (SIKI)
Minggu 1. 1. Memonitor pola napas S:
-Hasil pemeriksaan
N:100x/menit
RR:32x/menit
SPO2:95%
O:
O:
semi fowler
S:
O:
-Pasien kooperatif
terapi:
6.Memonitor Suhu
S:
(12.30WIB) 2 O:
-S:39,0 C
S:
(12.40WIB) O:
8.Melonggarkan/melepaskan
-Pasien terlihat kooperatif
pakaian pasien
-Pasien tampak lebih nyaman
S:
(12.50WIB) 2
9.Memberikan obat sesuai program
O:
terapi:
-Pasien tampak kooperatif
a.Pemberian obat Analgesik dan
Antipiretik:Paracetamol 30mg/iv -Pasien tampak lebih nyaman
b.Pemberian mineral:Zink
1x20mg/iv
S:
-Pasien kooperatif
S:
29 Okt’12
O:
(14.00WIB)
-Nampak batuk berlendir dan
beringus berkurang
-Hasil pemeriksaan
N:90x/menit
RR:28x/menit
SPO2:97%
S:
S:
4.Melakukan fisioterapi dada
-Ibu pasien mengatakan kesediaanya
O:
(14.20WIB) 1
-Pasien tampak kooperatif
S:
c.Pemberian obat ACE Inhibitor:
-Ibu pasien mengatakan
Dobutamin dalam inf D5 45 mg
kesediaannya
dalam 25 menit,D5 kec 1 cc/jam
O:
(16.15WIB) 1 6.Memonitor Suhu
-Obat masuk via intravena
S:
7.Memberikan cairan oral
-Ibu pasien mengatakan kesediaanya
O:
-S:38,0 C
8.Menganjurkan pasien tirah baring
S:
O:
terapi:
(18.00WIB) 2
S:
-Pasien kooperatif
S:
O:
-Hasil pemeriksaan
S:
S:
O:
(09.00WIB) 1
(10.00WIB) 2 -S:37,2 C
S:
O:
(11.00WIB) 2 S:
O:
(13.00WIB) 2
F.EVALUASI
(14.00 WIB) O:
N:100x/menit
RR:32x/menit
SPO2:95%
P:Lanjutkan intervensi
a.Obat bronkodilator
2. (14.00 WIB) S:
O:
-S:39,0 C
c.Mineral
S:
1. Senin
-Ibu Pasien mengatakan bahwa sesak nafas anaknya sudah berkurang
29 Okt’12
O:
(20.00 WIB)
-Nampak batuk berlendir dan beringus berkurang
-Hasil pemeriksaan
N:90x/menit
RR:28x/menit
SPO2:97%
P:Lanjutkan intervensi
1.Monitor pola napas (frekuensi,kedalaman)
a.Obat bronkodilator
2. (20.00 WIB) S:
O:
-S:38,0 C
P:Lanjutkan intervensi
c.Mineral
S:
1. Selasa O:
-Hasil pemeriksaan
N:80x/menit
RR:24x/menit
SPO2:98%
P:Hentikan intervensi
S:
2. (14.00 WIB) O:
-S:37,2 C
A:Masalah termoregulasi teratasi
P:Hentikan Intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah membahas konsep teori dan penerapan asuhan keperawatan “Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Keamanan,Keselamatan dan Infeksi Nosokomial” pada kasus nyata,pada bab ini saya
akan menguraikan kesenjangan-kesenjangan yang ditemukan antara konsep teori dengan
penerapan praktek nyata.Untuk memudahkan dalam memahami kesenjangan yang ada dalam
teori dan kasus,saya membahas sesuai dengan urutan proses keperawatan yaitu dimiali dari
pengkajian,diagnose keperawatan,perencanaan keperawatan,implementasi,dan evaluasi.Untuk
lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:
Pengkajian
Data yang dapat dikemukakan dari teori menurut Mubarak dan Chayatin (2018),yaitu:
Demam,Batuk yang disertai dahak,Wheezing (mengi, suara tersengal-sengal),Suarabergemeretak
saat bernapas,Berkeringat berlebih,Napas lebih pendek dan cepat,Rasa sakit yang menusuk di
dada saat bernapas,Kehilangan nafsu makan,Tubuh lemas,Mual dan muntah.
Sedangakan hasil pengkajian yang dilakukan pada An.”R” didapatkan data yaitu: Pasien
dirawat di ruang perawatan intensif anak (PICU) dengan diagnosa medis Pneumonia.Ibu pasien
mengatakan anaknya mengalami sesak nafas sejak 3 hari yang lalu,batuk berlendir sejak 2
minggu yang lalu,beringus,dan disertai demam tinggi.Pasien tampak Gelisah,pasien tampak
lemah, terdapat suara napas tambahan ronkhi,TTV; TD:100/80 mmHg; S:39,0 C; N:100x/menit;
RR:32x/menit,SPO2 95%,terpasang infus D5 ditangan bagian dextra 16 tetes/menit.
Secara garis besar tampak adanya persamaan antara teori dengan manifestasi klinis yang
saya temukan pada tinjauan kasus.Walaupun demikian,ditemukan kesenjangan antara teori
dengan kasus yaitu:pada teori menurut Mubarak dan Chayatin (2018) Dia menemukan adanya
Rasa sakit yang menusuk di dada saat bernapas,Mual dan muntah.Sedangkan pada An.”R” tidak
ditemukan data-data tersebut ini terjadi karena kondisi pasien masih dalam keadaan belum
parah.Ini juga disebabkan karena adanya system pertahanan tubuh setiap individu berbeda-beda
sehingga respon terhadap penyakit pun berbeda-beda.
Diagnosa Keperawatan
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia(SDKI) ,diagnosa keperawatan yang sering
muncul pada pasien dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Keamanan,Keselamatan dan
Infeksi Nosokomial ada 4 diagnosa keperawatan,sedangkan yang ditemukan hanya dua diagnose
keperawatan.Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada teori sebagai berikut :
1.Hipertermia (D.0130) Berhubungan dengan Proses penyakit (mis.infeksi,kanker)
2.Risiko Infeksi (D.0142) Dibuktikan dengan (Faktor Resiko) Peningkatan paparan organisme
patogen lingkungan
3.Risiko cedera (D.0136) Dibuktikan dengan (Faktor Resiko) Terpapar agen nosokomial
4.Risiko Jatuh( D.0143) Dibuktikan dengan (Faktor Resiko) usia >65 tahun(pada dewasa) atau <
2 tahun (pada anak)
Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam kasus,yaitu:
1.Bersihan jalan napas tidak efektif (D.0001) berhubungan dengan Sekresi yang tertahan
dibuktikan dengan tidak mampu batuk,sputum berlebih,ronkhi kering,dispnea,dan sianosis.
Pathway
Bakteri
Paru-paru Hipotalamus
Diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam kasus tetapi tidak ditemukan dalam teori yaitu:
Bersihan jalan napas tidak efektif (D.0001) berhubungan dengan Sekresi yang tertahan
dibuktikan dengan tidak mampu batuk,sputum berlebih,ronkhi kering,dispnea,dan sianosis.Hal
ini muncul karena adanya peningkatan produksi secret.
1.Risiko Infeksi (D.0142) Dibuktikan dengan (Faktor Resiko) Peningkatan paparan organisme
patogen lingkungan
2.Risiko cedera (D.0136) Dibuktikan dengan (Faktor Resiko) Terpapar agen nosokomial
3.Risiko Jatuh( D.0143) Dibuktikan dengan (Faktor Resiko) usia >65 tahun(pada dewasa) atau <
2 tahun (pada anak)
Diagnosa diatas tidak diangkat sebagai masalah pada An.”R” karena tidak adanya data yang
mendukung diagnosa tersebut.
Rencana Keperawatan
Perencanaan keperawatan yang direncanakan sesuai diagnose keperawatan pada kasus yaitu:
1.Bersihan jalan napas tidak efektif (D.0001) berhubungan dengan Sekresi yang tertahan
dibuktikan dengan tidak mampu batuk,sputum berlebih,ronkhi kering,dispnea,dan sianosis.
Intervensi keperawatan:
a.Obat bronkodilator
Intervensi keperawatan:
Manajemen Hipertermia(L.15506):
1.Monitor suhu tubuh
3.Longgarkan/lepaskan pakaian
c.Mineral
Implementasi
Evaluasi
Evaluasi keperawatan antara teori dan kasus mengacu pada kriteria tinjauan,evaluasi masalah
keperawatan dilakukan melalui proses dengan melihat perkembangan respon pasien selama tiga
hari.Evaluasi dilakukan setelah ada tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien.Dalam
tahap evaluasi ini kedua diagnosa yang ditemukan pada An.”R” sudah teratasi semua.
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis, hal itu merupakan bagian
dari kebutuhan dasar seseorang atau bisa juga disebut keadaan aman dan tentram seseorang
(Potter & Perry, 2010).
Untuk menjaga keamanan dan keselamatan juga harus memperhatikan pengaturan ruangan,
alat, bahan, dan ruangan salah satu contohnya instalasi farmasi yang harus dikelola oleh satu
pintu agar Rumah Sakit hanya memiliki satu kebijakan termasuk pembuatan formulir pengadaan
hingga pendistribusiannya untuk mengutamakan kepentingan klien.
Sebagai perawat,keamananan yang terjamin dapat mengurangi insiden terjadinya penyakit
atau cedera,memperpendek waktu rawat inap pasien,serta dapat meningkatkan atau
mempertahankan fungsi normal tubuh, dan tentunya untuk mensejahterakan pasien.
Oleh karena itu, keamanan pasien merupakan hal yang paling mendasar yang harus dilakukan
oleh perawat. Kemampuan dalam bertanggung jawab seorang perawat untuk mengenali setiap
resiko bahaya yang dapat mengancam pasien harus diperhatikan. Karena ketika dirumah sakit,
perawat harus mampu mengukur seberapa amankah kualitas keamanan tempat pasien dirawat.
Pencegahan infeksi adalah mencegah dan mendeteksi infeksi pada pasien yang beresiko
infeksi. Pencegahan infeksi nosokomial dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan
untuk mencegah terjadinya resiko penularan infeksi mikroorganisme dari lingkungan rumah
sakit. Cara mencegahnya yaitu mencuci tangan, penggunaan alat pelindung diri, praktik
keselamatan kerja, perawatan pasien, dan penggunaan antiseptic serta dekontaminasi.
B.Saran
Dalam melakukan praktek keperawatan, keamanan dan keselamatan pasien merupakan suatu
hal penting untuk dipertahankan. Perawat harus tetap berhati-hati terkait dengan lingkungan yang
aman bagi klien, karena perawatan yang aman merupakan kebutuhan dasar bagi pasien. Perawat
bertanggung jawab dalam menyediakan lingkungan yang aman, perawatan yang berkualitas,
tindakan keselamatan, pengendalian infeksi, dan kebersihan peralatan bagi pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Pabuti, Aumas.(2011) Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien (KP) Rumah Sakit.
Proceedings of expert lecture of medical student of Block 21st of Andalas University,
Indonesia.
DeLaune, S. C., & Ladner, P. K. (2010). Fundamentals of nursing: Standards and practice.
Luisiana: Delmar.
DeLaune, S. C., Ladner P. K. (2011). Fundamental of nursing: Standards and practice. 4th Ed.
Clifton Park: Delmar Cengage
Kozier, B., Erb, G., Berman, A. J., & Snyder. (2012). Fundamentals of nursing: Concepts,
process, and practice. 9th Ed. New Jersey: Pearson Education, Inc.
NANDA International. (2014). Nursing diagnoses: Definitions & classifications 2015-2017
(10th). Jakarta: EGC.
Potter, P.A., Perry, A.G., Stockert, P.A., & Hall, A.M. (2013). Patient safety. Fundamentals of
nursing, 8th ed. Missouri: Elsevier Mosby.
Nugraheni, dkk. 2012. Infeksi Nosokomial di RSUD Setjonegoro Kabupaten Wonosobo.
Semarang : Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Media
Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 11 / No.1, April 2012.
Salawati, Liza. 2012. Pengendalian Infeksi Nosokomial di Ruang Intensive Care Unit Rumah
Sakit. Banda Aceh : Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Volume 12 Nomor 1 April 2012.
Nasution, L. 2012. Infeksi Nosokomial. Medan : Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara Vol. 39. No.1 Tahun 2012: 36-41.
Kozier, Barbara, et al. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik Edisi 7
Volume 2. Alih bahasa Esty Wahyuningsih et al. Jakarta: EGC, 2011.
Tarwoto dan Wartonah. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika, 2011.
A.Aziz Alimul H. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika, 2012.
Prihantari Anselma Aprilia.2016.LP Pemenuhan Kebutuhan Keamanan dan
Keselamatan.Tanggal akses:20-04-2020
https://www.scribd.com/doc/315578454/LP-Pemenuhan-Kebutuhan-Keamanan-dan-
Keselamatan
Nandh defly inty.2013Laporan Pendahuluan Keamanan Dan Keselamatan.Tanggal akses:20-04-
2020
https://www.scribd.com/doc/118652570/Laporan-Pendahuluan-Keamanan-Dan-Keselamatan
Anata fepy sisiliai.2016.Makalah infeksi nosocomial.akses:20-04-2020
https://www.academia.edu/31878303/MAKALAH_INFEKSI_NOSOKOMIAL
Andriyanto,dkk. 2015. Infeksi Nosokomial.Lampung: Jurnal Fakultas Kesehatan Universitas
Bandar Lampung Vol. 39. No.1 Tahun 2015: 1-9.
http://digilib.unila.ac.id/5656/15/15.%20Bab%20II.pdf