Anda di halaman 1dari 56

MAKALAH KEAMANAN DAN KESELAMATAN

KASUS POST OPERASI CAESAREA

Disusun oleh:
1. Chintia Sari (21021)
2. Fetty Laelia (21046)
3. Hardiati Dwi Wahyuni (21048)

Dosen Pembimbing : Ns. Siti Utami Dewi, M.Kes.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FATMAWATI


PRODI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN
JAKARTA
2022
2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberi rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “pemenuhan asuhan
keperawatan kebutuhan keamanan dan keselamatan “. Penyusunan makalah ini bertujuan
sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Metodologi Keperawatan . Penulis menyadari
bahwa makalah ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak
terkait, untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ns. DWS Suarse Dewi, M.Kep, Sp.Kep.MB., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Fatmawati.
2. Ns. Putri Mahardika, M.Kep, Sp.Kep.Mat., selaku Wali Kelas Angkatan XXIV Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Fatmawati.
3. Ns. Siti Utami Dewi, M.Kes., selaku Dosen dan Penanggung Jawab Mata Kuliah Etika
Keperawatan sekaligus Pembimbing Makalah.
4. Ns. Ayuda Nia Agustina, M.Kep.,Sp.Kep.An., selaku Dosen Pengajar Mata Kuliah Etika
Keperawatan.
5. Orang tua yang telah membantu dalam segi material maupun dalam segi motivasi selama
menyusun makalah ini.
6. Rekan-rekan penulis yang membantu selesainya pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu penulis menerima
saran dan kritikan yang membangun dari rekan-rekan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, Mei 2022

Penulis
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PPENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Metode penulisan
D. Sistematika penulisan

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia


B. Konsep Keamanan dan Keselamatan
1. Keamanan
2. Keselamatan
C. Konsep Post Operasi Caesarea
1. Definisi
2. Etiologic
3. Patofisiologi
4. Manifestasi Klinis
5. Komplikasi

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Deksripsi Kasus Askep


B. Dampak yang Terjadi pada Pasus
C. Pencegahan Agar Tidak Terjadi Infeksi

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan akan keselamatan atau keamanan adalah kebutuhan untuk melindungi diri
dari bahaya fisik. Ancaman terhadap keselamatan seseorang dapat dikategorikan
sebagai ancaman mekanis, kimiawi, retmal dan bakteriologis. Kebutuhan akan
keamanan terkait dengan konteks fisiologis dan hubungan interpersonal. Keamanan
fisiologis berkaitan dengan sesuatu yang mengancam tubuh dan kehidupan seseorang.
Ancaman itu bisa nyata atau hanya imajinasi (mis, penyakit, nyeri, cemas, dan
sebagainya).
Dalam konteks hubungan interpersonal bergantung pada banyak faktor, seperti
kemampuan berkomunikasi, kemampuan mengontrol masalah, kemampuan
memahami, tingkah laku yang konsisten dengan orang lain, serta kemampuan
memahami orang-orang di lingkungan sekitarnya. Ketidaktahuan akan sesuatu kadang
membuat perasaan cemas dan tidak aman . Keamanan adalah keadaan bebas dari
cedera fisik dan psikologis atau bisa juga keadaan aman dan tentram (Potter & Perry,
2006). Keselamatan pasien merupakan prinsip dasar dari pelayanan kesehatan yang
memandang bahwa keselamatan merupakan bagian penting dalam keperawatan dan
hak bagi setiap pasien dalam menerima pelayanan kesehatan. Keselamatan pasien
merupakan prinsip dasar dari pelayanan kesehatan yang memandang bahwa
keselamatan merupakan bagian penting dalam keperawatan dan hak bagi setiap pasien
dalam menerima pelayanan kesehatan.
Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya insiden keselamatan pasien diantaranya,
kurangnya pengetahuan dan ketelitian pada saat melaksanakan praktik di ruangan.
Kurangnya pengetahuan dan ketelitian dapat disebabkan sebelum menerima materi
tentang keselamatan pasien secara khusus/berdiri dalam satu mata kuliah, namun
masih terintegrasi dalam materi kuliah yang lain, misalnya: Terkait obat dan cairan
pada mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia (KDM), terkait risiko post operasi
caesarea. Dampak yang ditimbulkan jika ketika praktik kurang pengetahuannya
tentang keselamatan pasien, maka dikhawatirkan melakukan kesalahan tindakan yang
akan menimbulkan terjadinya insiden keselamatan pasien. Misalnya: Memberikan
obat pada pasien yang salah, pasien jatuh dari tempat tidur, melakukan tindakan yang

1
tidak sesuai dengan prosedur, dan lain sebagainya. Berdasarkan uraian diatas
kelompok membahas tentang asuhan keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan
keamanan dan keselamatan.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan pemennuhan
kebutuhan keamanan dan keselamatan.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan dengan kebutuhan keamanan dan
keselamatan
b. Merumuskan diagnosa keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan keamanan
dan keselamatan
c. Mmenyusun rencana keperawatan dengan kebutuhan keamanan dan
keselamatan
d. Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan dengan kebutuhan keamanan dan
keselamatan
e. Mendokumentasian asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan
keamanan dan keselamatan

C. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini menggunakan metode studi kepustakaan dengan
mempelajari berbagai literatur yang terkait dengan kasus pemicu kejadian salah suntik
obat oleh perawat baik dari buku maupun dari jurnal sebagai referensinya.

D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini terdiri dari BAB I PENDAHULUAN yang terdiri dari latar
belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORI yang terdiri dari konsep kebutuhan dasar manusia,
konsep keamanan dan keselamatan dan konsep post operasi caesarea. BAB III
TINJAUAN KASUS yang terdiri dari Kasus, Pengkajian, Riwayat keperawatan,
Pemeriksaan fisik dan Data penunjang. BAB IV PENUTUP yang terdiri dari
Kesimpulan dan Saran

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Keamanan dan Keselamatan


1. Keamanan
a. Definisi

Keamanan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Menurut


Potter & Perry (2013). Keamanan merupakan keadaan bebas dari
cedera fisik dan psikologis atau keadaan yang aman dan tenteram.
Keamanan dalam pelayanan kesehatan tercipta ketika lingkungan
pasien bebas dari ancaman cedera dan infeksi (DeLaune & Ladner,
2011). Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry, 2005) mengungkapkan
kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu
kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan
(kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu
yang melebihi masalah atau nyeri). Kenyamanan mesti dipandang
secara holistik yang mencakup empat aspek yaitu :

1) Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh


2) Sosial, berhubungan dengan hubungan intrapersonal, keluarga
dan sosial
3) Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal
dalam diri
4) Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman
eksternal manusia seperti cahaya, bunyi, temperature, warna,
dan unsur alamiah lainnya
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keamanan
1) Emosi
Kecemasan, depresi, dan marah akan mudah terjadi dan
mempengaruhi keamanan dan keselamatan
2) Status Mobilisasi

3
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran
menurun memudahkan terjadinya risiko injury
3) Gangguan persepsi sensori
Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang berbahaya
sperti gangguan penciuman dan penglihatan
4) Keadaan imunitas
Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang
sehingga mudah terserang penyakit
5) Tingkat kesadaran
Pada pasien koma, respons akan menurun terhadap rangsangan,
paralisis, disorientasi, dan kurang tidur
6) Informasi atau komunikasi
Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca
dapat menimbulkan kecelakaan
7) Gangguan tingkat pengetahuan
Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan
dapat diprediksi sebelumnya
8) Penggunaan antibiotik yang tidak rasional
Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan anafilaktik syok
9) Status nutrisi
Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan
mudah menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya dapat
berisiko terhadap penyakit tertentu.
10) Usia
Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok
usia anak-anak dan lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri.
11) Jenis kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna
dalam merespon nyeri dan tingkat kenyamanannya.
12) Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara
individu mengatasi nyeri dan tingkat kenyaman yang mereka
punyai.
4
2. Keselamatan
a. Definisi

Keselamatan pasien adalah kerangka kegiatan terorganisir yang


menciptakan budaya, proses, prosedur, perilaku, teknologi dan
lingkungan dalam perawatan kesehatan yang secara konsisten dan
berkelanjutan menurunkan risiko, mengurangi terjadinya bahaya
yang dapat dihindari, membuat kesalahan lebih kecil
kemungkinannya dan mengurangi dampak bahaya ketika itu terjadi
(World Health Organization, 2021). Keselamatan pasien
didefinisikan sebagai kebebasan dari cedera medis yang tidak
disengaja (Carbo dan Weingart, 2012). Keselamatan adalah
kebutuhan dasar manusia dan kebutuhan prioritas kedua setelah
kebutuhan fisiologis pada hierarki kebutuhan Maslow yang harus
terpenuhi (Potter & Perry, 2005).

b. Klasifikasi Keselamatan
1) Keselamatan Fisik

Mempertahankan keselamatan fisik melibatkan keadaan


mengurangi atau mengeluarkan ancaman pada tubuh atau
kehidupan. Ancaman tersebut mungkin penyakit,
kecelakaan,bahaya,atau pemajanan pada lingkungan. Pada saat
sakit, seorang klien mungkin rentan terhadap komplikasi seperti
infeksi, oleh karena itu bergantung pada profesional dalam
sistem pelayanan kesehatan untuk perlindungan.

Memenuhi kebutuhan keselamatan fisik kadang mengambil


prioritas lebih dahulu di atas pemenuhan kebutuhan fisiologis.
Misalnya,seorang perawat perlu melindungi klien dari
kemungkinan jatuh dari tempat tidur sebelum memberikan
perawatan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.

2) Keselamatan Psikologis

5
Untuk selamat dan aman secara psikologi, seorang manusia
harus memahami apa yang diharapkan dari orang lain, termasuk
anggota keluarga dan profesional pemberi perawatan kesehatan.
Seseorang harus mengetahui apa yang diharapkan dari prosedur,
pengalaman yang baru, dan hal-hal yang dijumpai dalam
lingkungan. Setiap orang merasakan beberapa ancaman
keselamatan psikologis pada pengalaman yang baru dan yang
tidak dikenal.

Orang dewasa yang sehat secara umum mampu memenuhi


kebutuhan keselamatan fisik dan psikologis merekat tanpa
bantuan dari profesional pemberi perawatan kesehatan.
Bagaimanapun, orang yang sakit atau cacat lebih renta untuk
terancam kesejahteraan fisik dan emosinya, sehingga intervensi
yang dilakukan perawat adalah untuk membantu melindungi
mereka dari bahaya.

c. Lingkup Kebutuhan Keselamatan

Lingkungan Klien mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang


mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan dan kelangsungan
hidup klien. Di sini menyangkut kebutuhan fisiologis juga. Teman-
teman pasti masih ingat kebutuhan fisiologis kita, itu lho.. yang terdiri
dari kebutuhan terhadap oksigen, kelembaban yang optimum, nutrisi,
dan suhu yang optimum akan mempengaruhi kemampuan seseorang.

d. Cara Meningkatkan Keselamatan


1) Mengkaji tingkat kemampuan pasien untuk melindungi diri
2) Menjaga keselamatan pasien yang gelisah
3) Mengunci roda kereta dorong saat berhenti
4) Penghalang sisi tempat tidur
5) Bel yang mudah dijangkau
6) Kereta dorong ada penghalangnya
7) Kebersihan lantai
8) Prosedur tindakan
6
B. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
a. Manusia Sebagai Makhluk Holistik
manusia holistik diartikan sebagai makhluk yang berdimensi biologis,
psikologis, sosial dan spiritual, atau sering disebut juga sebagai makhluk
biopsikososialspiritual. Sebagai makhluk biologis maka manusia tidak akan
pernah terlepas dari hukum alam. Ia terdiri dari sistem-sistem organ tubuh
yang terus berusaha untuk survive atau mempertahakan kehidupannya.
Sebagai makhluk psikologis maka setiap individu memiliki kebutuhan
psikologis untuk mengembangkan kepribadian, memiliki kecerdasan dan daya
pikir, memiliki kepribadian yang unik dan bertingkah laku sebagai wujud atau
manifestasi dari kejiwaannya. Sebagai makhluk sosial, manusia akan
beradaptasi, bersosialisasi, dan hidup bersama dengan orang lain. Sebagai
makhluk spiritual, manusia akan memiliki keyakinan terhadap Tuhan dan
memiliki pandangan atau dorongan hidup yang sejalan dengan keyakinannya.
Menurut Hanna Djumahana Bastaman (2011).
b. Manusia Sebagai Sistem

E. Manusia sebagai system


terdiri atas system adaptif,
system personal, system
F. interpersonal, dan system
sosi

7
G. Manusia sebagai system
terdiri atas system adaptif,
system personal, system
H. interpersonal, dan system
sosi
Manusia sebagai sistem terdiri atas sistem adaptif, personal, interpersonal dan
sosial. Sebagai sistem adaptif manusia mengalami proses perubahan individu
dalam berespon terhadap perubahan lingkungan yang dapat mempengaruhi
integritas atau keutuhan. Sebagai sistem personal manusia memiliki persepsi
dan tumbuh kembang. Sebagai sistem interpersonal manusia dapat
berinteraksi, berperan dan berkomunikasi dan sebagai stem sosial manusia
memiliki kekuatan, otoritas dan pengambilan keputusan. Demikian konsep
manusia sebagai mahluk holistik dan sebagai sistem. Selain itu kita juga perlu
memahami konsep homeostasis dan homeodinamik. Homeostasis merupakan
suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam
menghadapi berbagai kondisi yang dialaminya. Proses homeostasis ini dapat
terjadi apabila tubuh mengalami stres, yang secara alamiah tubuh akan
melakukan mekanisme pertahanan diri untuk menjaga kondisi yang seimbang.
Homeostasis terdiri dari homeostasis fisiologis dan psikologis. Homeostasis
fisiologis berfokus pada aspek fisiologis dan homeostasis psikologis berfokus
padakeseimbangan emosional dan kesejahteraan mental, seperti menangis,
tertawa, teriak, memukul, meremas, mencerca dan lain-lain.

b. Teori Abraham Maslow


Abraham Maslow adalah seorang psikolog yang mencetuskan sebuah teori
kebutuhan dasar yang masih digunakan hingga sekarang. Teori kebutuhan
Maslow ini menyatakan bahwa perilaku manusia dikendalikan oleh kedua
faktor, yakni internal dan eksternal. Ia juga menjelaskan manusia mempunyai
8
kemampuan unik untuk membuat pilihan dan melaksanakan pilihan mereka
sendiri. Menurut Maslow, pada dasarnya terdapat berbagai macam kebutuhan
dalam diri seseorang yang bisa dilihat secara berjenjang. Teori kebutuhan
yang dikembangkan oleh Maslow ini merupakan pendapat yang mengatakan
bahwa kebutuhan manusia itu dapat diklasifikasikan pada lima jenjang yaitu :

1. Kebutuhan Fisiologis (psychological Needs). Menurut Abraham Maslow


kebutuhan fisiologi yang sangat mendasar, dari antara sekian kebutuhan
adalah untuk mempertahankan hidupnya secara fisik salah satu contohnya
termasuk makanan, air, oksigen, dan suhu tubuh normal.
2. Kebutuhan Keamanan (Safety Needs). Maslow menjelaskan kebutuhan
keamanan ini sebaiknya dilihat dalam arti yang lebih luas, tidak hanya
keamanan secara fisik namun juga keamanan yang sifatnya psikologis,
seperti perlakuan yang adil. Kebutuhan akan rasa aman ini biasanya
terpuaskan pada orang-orang yang sehat dan normal.
3. Kebutuhan Cinta, Sayang, Kepemilikan (Social Needs). Dalam hal ini
terdiri dari kebutuhan akan kasih sayang dan rasa memiliki. Sebagaimana
kita ketahui, manusia adalah makhluk sosial. Sebagai mahkluk yang
bersosialisasi manusia memiliki berbagai kebutuhan yang berkaitan
dengan pengakuan akan keberadaannya. Tak hanya itu, manusia juga
membutuhkan penghargaan atas harkat dan martabatnya
4. Kebutuhan Untuk Dihargai (Self Esteem Needs). Manusia memiliki
kebutuhan untuk dihormati sehingga dapat mempunyai harga diri, karena
itu manusia perlu mendapatkan pengakuan atas keberadaan dan statusnya
oleh manusia yang lainnya. Ketika kebutuhan ini sudah dicapai maka

9
tingkat percaya diri seseorang tersebut juga akan meningkat dan memiliki
harga diri yang tinggi.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self Actualization). Maslow menggambarkan
kebutuhan ini sebagai kebutuhan manusia untuk mencapai apa yang ingin
dia lakukan. Keinginan tersebut termasuk untuk menjadi yang terbaik.
Maslow percaya bahwa dalam diri setiap manusia ada potensi yang masih
dapat dikembangkan.

C. Konsep Asuhan Keperawatan Keamanan dan Keselamatan


1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses keperawatan, pengkajian
keperawatan ini bertujuan untuk menggali atau mendapatkan data utama tentang
kesehatan pasien baik itu fisik, psikologis, maupun emosional (Debora, 2013).
1) Biodata
Pada biodata, bisa diperoleh data tentang identitas pasien meliputi nama
pasien, tempat tanggal lahir, alamat, umur pasien, jenis kelamin pasien,
pekerjaan pasien, pendidikan pasien, status kawin pasien, agama dan asuransi
kesehatan. Selain itu juga dilakukan pengkajian tentang orang terdekat
pasien.
2) Keluhan Utama
Selama pengumpulan riwayat kesehatan, perawat menanyakan kepada pasien
tentang tanda dan gejala yang dialami oleh pasien. Setiap keluhan harus
ditanyakan dengan detail kepada pasien disamping itu diperlukan juga
pengkajian mengenai keluhan yang disarasakan meliputi lama timbulnya.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Pada riwayat penyakit sekarang, perawat mengkaji apakah gejala terjadi pada
waktu yang tertentu saja, seperti sebelum atau sesudah makan, ataupun
setelah mencerna makanan pedas dan pengiritasi dan setelah mencerna obat
tertentu atau setelah mengkonsumsi alhohol.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Untuk mengkaji riwayat penyakit dahulu atau riwayat penyakit sebelumnya,
perawat harus mengkaji apakah gejala yang berhubungan dengan post
operasi caesarea , stress, dan lain-lain.
10
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga berisi tentang pengkajian apakah keluarga pasien
memiliki riwayat penyakit kronis, menular dan menahun seperti penyakit
jantung, hipertensi, diabetes, TBC, hepatitis dan penyakit kelamin yang
merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya preeclampsia dan giant
baby, seperti diabetes dan hipertensi yang sering terjadi pada beberapa
keturunan.
6) Riwayat Perkawinan
Pada riwayat perkawinan hal yang perlu dikaji adalah menikah sejak usia
berapa, lama pernikahan, berapa kali menikah, status pernikahan saat ini.
7) Riwayat Obsterti
Pada pengkajian riwayat obstetri meliputi riwayat kehamilan, persalinan dan
nifas yang lalu, berpa kali ibu hamil, penolong persalinan, dimana ibu
bersalin, cara bersalin, jumlah anak, apakah pernah abortus, dan keadaan
nifas yang lalu.
8) Riwayat Persalinan sekarang
Meliputi tanggal persalinan, jenis persalinan, lama persalinan, jenis kelamin
anak, keadaan anak.
9) Riwayat KB
Pengkajian riwayat KB dilakukan untuk mengetahui apakah klien pernah ikut
program KB, jenis kontrasepsi, apakah terdapat keluhan dan maalah dalam
penggunaan kontrasepsi tersebut, dan setelah masa nifas ini akan
menggunakan alat kontrasepsi apa.
10) Pola-pola Fungsi Kesehatan
Setiap pola fungsi kesehatan pasien terbentuk atas interaksi antara pasien dan
lingkungan kemudian menjadi suatu rangkaian perilaku membantu perawat
untuk mengumpulkan, mengorganisasikan, dan memilah-milah data.
Pengkajian pola fungsi kesehatan terdiri dari pola nutrisi dan metabolisme
biasanya terjadi peningkatan nafsu makan karena adanya kebutuhan untuk
menyusui bayinya. Pola aktifitas biasanya pada pasien post sectio caesarea
mobilisasi dilakuakn secara bertahap meliputi miring kanan dan kiri pada 6-8
jam pertama, kemudian latihan duduk dan latihan berjalan. Pada hari ketiga
optimalnya pasien sudah dapat dipulangkan. Pra eliminasi biasanya terjadi
11
konstipasi karena pasien post sectio caesarea takut untuk melakukan BAB.
Pola istirahat dan tidur biasasnya terjadi perubahan yang disebabkan oleh
kehadiran sang bayi dan rasa nyeri yang ditimbulkan akibat luka
pembedahan. Pola reproduksi biasanya terjadi disfungsi seksual yang
diakibatkan oleh proses persalinan dan masa nifas.
11) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan suatu proses memeriksa tubuh pasien dari
ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe) untuk menemukan tanda klinis
dari suatu penyakit. (Dermawan, 2012). Pada pemeriksaan kepala meliputi
bentuk kepala, kulit kepala, apakah ada lesi atau benjolan, dan kesan wajah,
biasanya terdapat chloasma gravidarum pada ibu post partum. Pada
pemeriksaan mata meliputi kelengkapan dan kesimetrisan mata,kelompok
mata, konjungtiva, cornea, ketajaman pengelihatan. Pada ibu post 33 sectio
caesarea biasanya terdapat konjungtiva yang anemis diakibatkan oleh kondisi
anemia atau dikarenakan proses persalinan yang mengalami perdarahan.
Pada pemeriksaan hidung meliputi tulang hidung dan posisi septum nasi,
pernafasan cuping hidung, kondisi lubang hidung, apakah ada secret,
sumbatan jalan nafas, apakah ada perdarahan atau tidak, apakah ada polip
dan purulent. Pada pemeriksaan telinga meliputi bentuk, ukuran, ketegangan
lubang telinga, kebersihan dan ketajaman pendengaran. Pada pemeriksaan
leher meliputi posisi trakea, kelenjar tiroid, bendungan vena jugularis. Pada
ibu post partum biasanya terjadi pemebesaran kelenjar tiroid yang
disebabkan proses meneran yang salah. Pada pemeriksaan mulut dan
orofaring meliputi keadaan bibir, keadaan gigi, lidah, palatum, orofaring,
ukuran tonsil, warna tonsil. Pada pemeriksaan thorak meliputi inspeksi
(bentuk dada, penggunaan otot bantu nafas, pola nafas), palpasi (penilaian
voval fremitus), perkusi (melakukan perkusi pada semua lapang paru mulai
dari atas klavikula kebawah pada setiap spasiem intercostalis), auskultasi
(bunyi nafas, suara nafas, suara tambahan). Pada pemeriksaan payudara pada
ibu yang mengalami bendungan ASI meliputi bentuk simetris, kedua
payudara tegang, ada nyeri tekan, kedua puting susu menonjol, areola hitam,
warna kulit tidak kemerahan, ASI belum keluar atau ASI hanya keluar
sedikit. Pada pemeriksaan jantung meliputi inspeksi dan palpasi (amati ada
12
atau tidak pulsasi, amati peningkatan kerja jantung atau pembesaran, amati
ictus kordis), perkusi (menentukan batas-batas jantung untuk mengetahui
ukuranjantung), auskultasi (bunyi jantung). 34 Pada pemeriksaan abdomen
meliputi inspeksi (lihat luka bekas operasi apakah ada tanda-tanda infksi dan
tanda perdarahan, apakah terdapat striae dan linea), auskultasi (peristaltic
usus normal 5-35 kali permenit), palpasi (kontraksi uterus baik atau tidak).
Pada pemeriksaan genetalia eksterna meliputi inspeksi (apakah ada
hematoma, oedema,tanda-tanda infeksi,periksa lokhea meliputi warna,
jumlah, dan konsistensinya). Pada pemeriksaan kandung kemih diperiksa
apakah kandung kemih ibu penuh atau tidak, jika penuh minta ibu untuk
berkemih, jika ibu tidak mampu lakukan kateterisasi. Pada pemeriksaan anus
diperiksa apakah ada hemoroid atau tidak. Pada pemeriksaan integument
meliputi warna, turgor, kerataan warna, kelembaban, temperatur kulit,
tekstur, hiperpigmentasi. Pada pemeriksaan ekstermitas meliputi ada atau
tidaknya varises, oedema, reflek patella, reflek Babinski, nyeri tekan atau
panas pada betis, pemeriksaan human sign. Pada pemeriksaan status mental
meliputi kondisi emosi, orientasi klien, proses berpikir, kemauan atau
motivasi serta persepsi klien.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah suatu penilaian klinis terhadap adanya
pengalaman dan respon individu, keluarga ataupun komunitas terhadap masalah
kesehatan, pada risiko masalah kesehatan atau pada proses kehidupan.
Diagnosis keperawatan adalah bagian vital dalam menentukan proses asuhan
keperawatan yang sesuai dalam membantu pasien mencapai kesehatan yang
optimal. Mengingat diagnosis keperawatan sangat penting maka dibutuhkan
standar diagnose keperawatan yang bisa diterapkan.
a. Nyeri akut
Yaitu  pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional,
b. Intoleransi aktifitas
Yaitu ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
c. Resiko infeksi
13
keadaan dimana seseorang individu berisiko terserang oleh agens
patogenik atau oportunistik (virus, jamur, bakteri, protozoa, atau
parasit lain).

3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan
yang akan dilkaukan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnos
keperawtan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien
(Iqbal dkk, 2011).

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawa untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Potter & Pretty, 2011).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahapan akhir proses keperawatan yang terdiri dari evaluasi
proses (formatif) dan evaluasi hasil (sumatif). Evaluasi formatif adalah
evaluasi yang dilakukan setelah perawat melakukan tindakan keperawatan
yang dilakukan terus menerus hingga mencapai tujuan. Evaluasi sumatif
adalah evaluasi yang dilakukan setiap hari setelah semua tindakan sesuai
diagnosa keperawatan dilakukan evaluasi sumatif terdiri dari SOAP (Subjek,
Objek, Analisis, Planning). Subjek berisi respon yang diungkapkan oleh
pasien dan objektif berisi respon nonverbal dari pasien responrespon tersebut
didapat setelah perawat melakuukan tindakan keperawatan. Analisis
merupakan kesimpulan dari tindakan dalam perencanaan masalah
keperawatan dilihat dari keteria hasil apakah teratasi, tertasi sebagian atau
belum teratasi. Sedangkan pleaning berisi perencanaan tindakan keperawatan
yang harus dilakukan selanjutnya. Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang
terkait dengan keberhasilan tujuan tindakan yaitu tujuan tercapai apabila
pasien menunjukkan perubahan sesuai kriteria hasil yang telah ditentukan,
tujuan tercapai sebagaian apabila jika klien menunjukkan perubahan pada
14
sebagaian kriteria hasil yang telah ditetapkan, tujuan tidak tercapai jika klien
menunjukkan sedikit perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali.
(Suprajitno dalam Wardani, 2013).

D. Konsep Post Operasi Caesarea


1. Definisi
Sectio caesarea adalah suatu proses persalinan buatan yang dilakuka melalui
pembedahan dengan cara melakukan insisi pada dinding perut dan dinding
rahim ibu, dengan syarat rahim harus dalam keadaan utuh, serta janin memiliki
bobot diatas 500 gram. Apabila bobot janin dibawah 500 gram, maka tidak
perlu dilakukan persalinan sectio caesarea (Solehati & Kokasih, 2015). Section
caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009). Sectio
Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatann pada
dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina (Mochtar, 1998 dalam
Siti, dkk 2013)
2. Etiologi
Seorang ibu yang akan melahirkan perlu dilakukan tindakan persalinan dengan
sectio caesarea tentu berdasarkan indikasi medis antar lain karena ibu ataupun
bayinya beresiko tinggi, bukan karena alasan pribadi dari ibu sendiri. Menurut
Solehati & Kokasih (2015) indikasi dilakukan sectio caesarea sebagai
berikut :
a. Distosia
Merupakan suatu keadaan persalinan yang lama karena adanya kesulitan
dalam persalinan yang disebabkan oleh beberapa faktor dalam persalinan
baik faktor ibu sendiri maupun faktor bayi dalam persalinan seperti
kelainan tenaga (his), kelelahan mengedan, kelainan jalan lahir, kelainan
letak dan bentuk janin, kelainan dalam besar atau bobot janin serta
psikologis pasien.
b. Cephalo Pelvic Disproportion (CPD)
Merupakan ketidakselarasan atau ketidakseimbangan antara kepala janin
dan pelvis ibu. Keadaan panggul yang tidak normal tidak baik untuk
15
persalinan pervagina. Oleh karena itu seorang pasien penting untuk
melakukan pengukuran panggul pada saat pemeriksaan kehamilan awal
dengan tujuan memperkirakan apakah keadaan panggulnya masih dalam
batas normal atau tidak.
c. Preeklamsi berat atau Eklamsia
Preeklamsi berat atau PEB adalah hipertensi dan proteinuria dengan atau
tanpa bengkak yang terjadi pada ibu hamil yang biasanya terjadi pada
trimester akhir. Sedangkan eklamsia adalah preeklamsi yang disertai
dengan gejala kejang umum yang terjadi pada saat hamil, waktu partus
dalam tujuh hari post.
d. Gagal proses bersalin
Gagal induksi persalinan merupakan indikasi dilakukannya sectio caesrea
untuk segera menyelamatkan ibu dan bayinya.
e. Plasenta Previa
Adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu plasenta yang terletak pada
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir. Implantasi plasenta yang normal yaitu pada
dinding depan atau dinding belakang rahim didaerah fundus uteri.
f. Solution Plasenta
Merupakan terlepasnya sebagian atau seluruh plasenta sebelum janin lahir.
Ketika plasenta terpisah akan diikuti pendarahan maternal pada ibu yang
parah, bahkan dapat mengakibatkan kematian pada janin. Plasenta yang
terlepas seluruhnya disebut solution plasenta totalis.
3. Manifestasi Klinis
Menurut Sarwono (2009) manifestasi klinis yang terdapat pada SC yaitu :
a. Plasenta previa sentralis dan lateralis
b. Panggul sempit
c. Ketuban pecah dini
d. Rupture uteri
e. Partus lama
f. Letak lintang
g. Letak bokong
h. Preeklamsia
16
i. Gemeli
j. Pemeriksaan penunjang
4. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada ibu akibat operasi SC, menurut Manuba
(2010) yaitu :
a. Pendarahan merupakan komplikasi yang paling gawat memerlukan
transfusi darah dan merupakan penyebab kematian ibu yang paling
utama. Pendarahan post partum yaitu pendarahan lebih dari 500-600 ml
dalam masa 24 jam setelah anak lahir termasuk solusio plasenta
(Rustam, 1998). Penyebab pendarahan pada tindakan operasi adalah
antonia uteri, robekan jalan lahir, robekan vagina, robekan perineum,
dapat menimbulkan terjadi pendarahan ringan sampai berat.
b. Infeksi setiap tindakan operasi vagina selalu diikuti oleh kontaminasi
bakteri, sehingga menimbulkan infeksi. Infeksi semakin meningkat
apabila didahului oleh :
1) Keadaan umum yang buruk seperti anemia saat hamil, sudah
terdapat manipulasi intrauteri, sudah terdapat infeksi
2) Perlukaan operasi yang menjadi jalan masuk bakteri
3) Terdapat retensio plasenta
4) Pelaksanaan operasi persalinan yang kurang legeartis
c. Trauma tindakan operasi persalinan, operasi merupakan tindakan
paksa pertolongan persalinan sehingga menimbulkan trauma jalan
lahir. Trauma operasi persalinan meliputi perluasan luka
episiotomi, perlukaan pada vagina, perlukaan pada serviks, terjadi
rupture uteri lengkap atau tidak lengkap terjadi inkotinensia.

17
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Deksripsi Kasus
Studi kasus ini dipilih 1 orang sebagai subyek studi kasus yaitu sesuai dengan
kriteria yang diterapkan. Subyek Ny. T, Wates, 15 januari 1994, berumur 26 tahun,
beragama islam, pendidikan terakhir SMA,Jln intan 1 gunung. Subyek masuk di
Ruang Flamboyan pada tanggal 18 Februari 2019, diagnose medis post section
caesraea. Nomor medis 163xxx. Pada tanggal 18 Februari 2019 pukul 08.00 WIB.
Pasien mengatakan abdomen kencang-kencang dan nyeri, pasien mengatakan tidak
18
nyaman dan mengeluh lemas, pasien mengatakan tidak mengetahui cara perawatan
luka. (P : nyeri karena post operasi hari pertama, Q : nyeri seperti tertusuk-tusuk, R :
nyeri dibagian luka post operasi caesarea diabdomen, S : skala nyeri 6, T : nyeri
terus-menerus). Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap makanan
ataupun obat. Hasil Pengkajian pasien mengatakan abdomen kencang-kencang dan
nyeri (P : nyeri karena post operasi hari pertama, Q : nyeri seperti tertusuk-tusuk, R :
nyeri dibagian luka post operasi caesarea diabdomen, S : skala nyeri 6, T : nyeri
terus-menerus). Hasil tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 82x/menit, respirasi
22x/menit, suhu 36,5°c. wajah pasien tampak menahan nyeri, pasien tampak lesu
dan aktivitas pasien dibantu dengan keluarga,terdapat luka pot sc tertutup perban 15
c, pada abdomen bagian bawah. Hasil pemeriksaan abdomen melalui inspeksi
terdapat luka operasi section caesarea dengan panjang 15 cm secara horizontal yang
terbalut dengan kassa steril, keluar pus namun tidak banyak, auskultsi tidak
terdengar bising usus, palpasi yaitu TFU 2 jari dibawah tali pusat, uterus 2 jari
dibawah pusat, perkuso yaitu tympani. Selain itu terdapat pemeriksaan laboratorium
dengan hasil hemoglobin 11,0 g/dl (11,7-15,5), leukosit 16,47 ribu/ul (3,6-11),
trombosit 223 ribu/ul (150-440), eritrosit 3,99 juta/ul (3,8-5,2).Perumusan diagnose
keperawatan dalam kasus ini didasarkan pada keluhan utama dari beberapa
karakteristik yang muncul pada Ny. S. Sesuai pengkajian diperoleh pada Ny. S yaitu
nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik. Intervensi keperawatan
disesuaikan dengan NIC (Nursing Intervetion Classification) yaitu Manajemen nyeri
(1400) , lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, lakukan pengkajian nyeri
komprehensif setiap hari (P,Q,R,S,T) , berikan posisi yang nyaman, ajarkan tindakan
tehnik mobilisasi dini setiap hari secara bertahap, kolaborasi pemberian analgetik
sesuai instruksi dokter. Terapi yang diberikan;Infus RL drip syntocinon 2 ampul,
Injeksi : Ceftriaxonee 2 x 1gr, injeksi Ranitidin 1 x 10 ml, injeksi ketorolac 3 x 30
ml, profenit Supp 1x.

Tanggal pengkajian : 19 Februari 2019


Tanggal masuk RS : 18 Februari 2019
Ruang/kelas : Ruang Flamboyan

19
No Registrasi : 163xxx

4. Pengkajian
Nama Pasien : Ny. T
Ttl/Umur : 26 Tahun
Jenis Kelamin : Prempuan
Agama : Islam
Suku bangsa/bahasa : Jawa / Bahasa Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat Rumah : Jln intan 1 gunung
Sumber Biaya : Mandiri
Sumber Informasi : Klien

B. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat penyakit
a. Diagnosa medis : Post Operasi Caesarea
b. Tanggal mulai sakit : 18 Februari 2019
c. Keluhan yang dirasakan :nyeri dibagian luka post operasi caesarea

1) Faktor pencetus keluhan : Jatuh


2) Terjadinya keluhan : (‒)Tiba-tiba (√)
Berangsur-angsur
3) Lama keluhan : 3 hari
4) Faktor yang dapat mengurangi : Mengkonsumsi obat nyeri dan
istirahat yang cukup
5) Faktor yang dapat memperberat : saat bangun dari tempat tidur
6) Dikirim oleh : lain-lain
7) Alat bantu yang digunakan : lain-lain

2. Riwayat kesehatan sebelum sakit


a. Penyakit yang pernah dialami : tidak pernah
b. Operasi yang pernah dialami : tidak pernah
c. Dirawat dirumah sakit : tidak pernah
20
d. Obat – obatan yang biasa di minum : tidak pernah
3. Riwayat kesehatan keluarga
a. Genogram ( keterangan 3 generasi pasien )

b. Penyakit yang pernah dialami keluarga : keluarga pasien mengatakan


tidak ada penyakit keturunan
4. Riwayat kesehatan lingkungan
a. Di rumah
1) Kebersihan : keadaan rumah selalu bersih disapu dan
dipel setiap hari
2) Polusi (air/udara) : air dirumah tidak berbau dan udara
tidak terlalu banyak polusi
3) Sumber air : sumur
4) Ventilasi udara : terdapat jendela dan ventilasi udara
5) Luas rumah : 100 m2
6) Kemungkinan bahaya : tidak ada
b. Di rumah sakit
1) Tempat tidur
a) Penghalang : terpasang dengan benar
b) Ketinggian : normal
2) Kamar mandi
a) Kebersihan : bersih dan lantai tidak licin
b) Letak : sebelah kiri dari tempat tidur pasien
3) Ventilasi udara : cukup baik jendela terbuka dan
ventilasi udara baik
21
4) Kebisingan : klien tidak merasa kebisingan
5) Kelembaban : klien mengatakan merasa nyaman
untuk kelembapn ruangan
6) Keadaan lantai : kering dan tidak licin
c. Pemahaman keluarga pasien/keluarga terhadap peraturan RS : pasien
dan keluarga dapat paham mengenai peraturan yang ada dirumah sakit
d. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang pencegahan bahaya : pasien
dan keluarga sudah diberikan edukasi mengenai pencegahan bahaya
dan pasien dan keluarga dapat paham
5. Keadaan psikososial spiritual
a. Suasana hati / mood : senang, karena baru melahirkan anak
pertama
b. Karakter : periang
c. Daya konsentrasi : baik, pasien masih menjawab
pertanyaan dengan baik
d. Kepekaan terhadap lingkungan : respon yang diberikan pasien baik
e. Persepsi terhdap konsep diri : pasien merasa nyeri dikarenakan luka
jahitan post operasi caesarea
1) Gambaran diri : pasien terihat berkulit putih dan memiliki rabut
pendek
2) Identitas diri : pasien sebagai ibu rumah tangga memiliki 1 anak
yang baru dilahirkan
3) Ideal diri : pasien mengatakan ingin terlihat membaik seperti
biasanya
4) Peran : pasien sebagai ibu rumah tangga
5) Harga diri : pasien selalu menghargai orang lain
f. Persepsi terhadap agama : pasien memiliki kepercayaan terhadap
tuhan dengan baik
g. Penerapan agama : sholat 5 waktu
h. Persepsi terhadap penyakit/keluhan dan perawatan : pasien ingin cepat
pulih dan merawat anaknya dengan baik

6. Pola Kebiasaan
22
7. POLA KEBIASAAN
HAL YANG DIKAJI
Sebelum sakit Di Rumah Sakit
1 Pola Nutrisi
. a. Frekuensi makan...x / hari 3x/hari 3x/hari
b. Nafsu makan: baik/ tidak Baik Tidak
Alasan.....(mual, muntah, sariawan, dll)
c. Porsi makan yang dihabiskan 1 porsi ¼ porsi
d. Makanan yang tidak disukai Tidak Tidak
e. Makanan yang membuat alergi Tidak Tidak
f. Makanan pantangan Makanan Tidak
mentah
g. Makanan diet Tidak Tidak
h. Penggunaan obat-obatan sebelum Tidak Tidak
makan
i. Penggunaan alat bantu (NGT, dll) Tidak Tidak
2 Pola Eliminasi
. a. Buang Air Kecil (BAK)
1) Frekuensi :............x / hari 8-10x/hari 7-8x/hari
2) Warna : ............................. Jernih Kurang jernih
(masih terdapat
gumpalan darah)
3) Cara : mandiri/dibantu Mandiri Dibantu
Di tempat tidur/ kamar mandi Kamar mandi Tempat tidur
4) Keluhan : .............. ................ Tidak Nyeri perut
5) Penggunaan alat bantu (kateter, dll) Tidak Tidak
b. Buang Air Besar (BAB)
1) Frekuensi :............x / hari 2x/hari 1x/hari
2) Waktu: pagi/siang/malam/tidak Tidak tentu Pagi
tentu
3) Warna : ............................. Kecoklatan Kecoklatan

23
N POLA KEBIASAAN
HAL YANG DIKAJI
o Sebelum sakit Di Rumah Sakit
4) Konsistensi : ............................... Lunak Lunak
5) Cara : mandiri/dibantu Mandiri Dibantu
Kamar mandi Tempat tidur
di tempat tidur/ kamar mandi
6) Keluhan : .............................. Tidak Nyeri perut
7) Penggunaan laxatif: ..................... Tidak Tidak
3 Pola Personal Hygiene
. a. Mandi
1) Frekuensi :.............x / hari 2x/ hari 1x/ hari
2) Waktu : pagi/siang/malam Pagi, sore Pagi
b. Oral Hygiene
1) Frekuensi :............x / hari 3x/ hari 2x/ hari
2) Waktu : pagi/siang/setelah makan Pagi Pagi
Siang Malam
Malam
c. Cuci Rambut
Frekuensi :............x / hari 2 hari /1x 3 hari / 1x
4 Pola Istirahat dan Tidur
. a) Lama tidur siang........jam/ hari 3 jam 2 jam
b) Lama tidur malam...........jam/ hari 8 jam 5 jam
c) Kebiasaan sebelum tidur: ................... Dipijit Dipijit
d) Penggunaan obat tidur: ........................ Tidak Tidak
5 Pola Aktivitas dan Latihan
. a) Waktu bekerja: pagi/siang/malam Pagi Tidak

24
sore
b) Olahraga: ya/tidak Ya Tidak
c) Jenis olahraga: ..................... Yoga Tidak
d) Frekuensi olahraga:..........x/mg 2x/ minggu Tidak
e) Keluhan dalam beraktivitas: Tidak ada Pergerakan tubuh
pergerakan tubuh/ mandi/ mengenakan
pakaian/sesak setelah beraktivitas, dll

C. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : nyeri dibagian abdomen luka post operasi caesarea
2. Tanda – tanda vital
a) Kesadaran : compos mentis
b) Tekanan darah : 120/80 mmhg
c) Pernafassan : 20 x/menit
d) Denyut nadi : 82x/menit
e) Temperatur : 36,8 C
3. Pemeriksaan sensori
a) Penciuman : pasien masih dapat mencium aroma bau dan harum
b) Pengecapan : pasien masih bisa merasakan rasa asin,pedas,manis dan asin
c) Penglihatan : pasien masih dapat melihat sejauh 20 meter
d) Perabaan : pasien masih dapat merasakan perabaan kasar dan halus
e) Pendengaran : pasien masih bisa mendengar dari jarak dekat maupun jauh
4. Oksigenasi ( aspirasi dan sirkulasi )
a. Anamesa
( ‒ ) Sesak nafas (‒) Nyeri dada ( √ ) Lemas /lesu
( ‒ ) Batuk – batuk ( ‒ ) Batuk darah ( ‒ ) Palpitasi
b. Inspeksi
( ‒ ) Tachypnea ( ‒ ) Bradypnea ( ‒ ) Sianosis

25
( ‒ ) Kussmaul ( ‒ ) Cheyne stokes ( ‒ ) Napas dangkal
( ‒ ) Pernafasan cuping hidung ( ‒ ) Konjungtiva pucat
( ‒ ) Distensi V Junglaris
( ‒ ) Retraksi otot sternocloidomastoideus/intercostal/diafragma/
( √ ) Ada masa /post operasi daerah thorax/abdomen/WSD/fraktur iga
( ‒ ) Skoliosis/lordosis/kifosis
( ‒ ) Ekspansi dada tidka simestris
( ‒ ) Diameter antero posterior meningkat
( ‒ ) Clubbing finger
( ‒ ) Edema
c. Palpasi
1) Tenderness : di area ……………………….
2) Tactile fremitus …………………………….
3) Massa/tumor ……………………………….
4) Nadi perifer………………………………….
5) Temperatur kulit
6) Capillary diafragma …………………………..
d. Perkusi
1) Paru ………………………………………..
2) Jantung …………………………………….
3) Ekskursi diafragma………………………….
e. Auskultasi
1) Bunyi paru
a) Vesikuler: di area
b) Abnormal: ronchi/wheezing/rales di area
2) Jantung
a) Bunyi Sl dan S2
b) Gallop

26
c) Abnormal pada area

5. Keeimbangan cairan ( intake – output )


a. Cairan yang dikonsumsi (intake cairan)
1) Minum : 1000 ml/24jam
2) Makanan : 1060 ml/24 jam
3) NGT : - ml/24 jam
4) Infus : 1000 ml/24 jam
5) Lain-lain : ml/24 jam
Total : 3060 ml/24 jam
b. Pengeluaran/ output urine
1) Urine : 1200 ml/24 jam
2) Muntah : - ml/24 jam
3) Drain : 580 ml/24 jam
4) NGT : - ml/24 jam
5) IWL : 1080 ml/24 jam
Total : 2860 ml/24 jam

c. Keseimbangan cairan : intake – output = 3.060 – 2860 = 200


6. Nutrisi dan metabolisme
a. Postur tubuh : gemuk
 BB sebelum sakit : 60kg
 BB sekarang : 72kg
 Tinggi badan : 160 cm
 IMT : 23, 43
 Berat badan normal : 54
 Peningkatan/ penurunan berat badan : 12 Kg

27
 Lingkar lengan atas bagian tengah (MAC) : 25 cm
 Lipatan otot tricep (TSF) : cm
 MAMC: MAC – (TSF x 3,14) = cm
b. Kondisi rambut
( √ ) Mengkilat/ bersih ( ‒ ) Kokoh ( ‒ ) Tidak patah-patah/ pecah
( ‒ ) Kusam ( ‒ ) Kering ( ‒ ) Kemerahan
( ‒ ) Patah/pecah ( ‒ ) Tipis ( ‒ ) Rontok
( ‒ ) Distribusi rambut………………...
c. Kulit
( √ ) Lembut/lembab ( ‒ ) Kering ( ‒ ) Pucat ( √ ) Kotor
( ‒ ) Iritasi/lesi ( ‒ ) Petechiae ( ‒ ) Ada lemak subcutan
(‒ ) Edema ( ‒ ) Pruritus ( ‒ ) Pigmentasi
Turgor kulit : ( √ ) Elastis ( ) Tidak elastis
d. Mata
( √ ) Tampak bersih
( √ ) Posisi mata: simetris/asimetris
( √ ) Kelopak mata: normal/ptosis
( √ ) Konjungtiva: pucat/anemis
( ‒ ) Konjungtiva hyperemis
( ‒ ) Sclera icteric
( √ ) Pergerakan bola mata: normal/abnormal
(√ ) Pupil: isokor/anisokor/midriasis/miosis
( ‒ ) Tanda-tanda infeksi: tidak ada
( ‒ ) Kelainan mata: strabismus/penurunan visus/kebutaan
e. Mulut, Gigi dan Gusi
( √ ) Membran mukosa bibir lembab ( √ ) Warna normal
( ‒ ) Kering/pecah ( ‒ ) Bengkak
( ‒ ) Ada lesi/stomatitis ( ‒ ) Bibir pucat

28
( ‒ ) Perdarahan gusi ( ‒ ) Peradangan gusi
( ‒ ) Lidah edema/radang ( ‒ ) Lidah hiperemis
( ‒ ) Atropi papillae ( ‒ ) Hypertropi papillae
( ‒ ) Gangguan pengecapan ( ‒ ) Caries pada gigi
( ‒ ) Nyeri gigi ( ‒ ) Kotor
f. Leher
( √ ) Tidak ada kelainan
( ‒ ) Pembesaran kelenjar tiroid
(‒ ) Pembesaran kelenjar limfe
(‒ ) Nyeri menelan
( ‒) Lain-lain
g. Gastro intestinal
Nafsu makan : ( √ ) Baik ( ‒ ) Menurun ( ‒ ) Meningkat
( ‒ ) Muntah (‒) Dispagia ( ‒ ) Sulit mengunyah
( ‒ ) Flatulence
( √ ) Abdomen tegang ( ‒ ) Pembesaran liver/lien
( ‒ ) Asites ( ‒ ) Teraba massa pada colon
( √ ) Pasca pembedahan

h. Nutrisi / Diit
Jenis Makanan
Waktu Nasi/Pengganti Lauk Air
Sayur
Makan (1 porsi : 200 (ptg/butir Buah Minum/Susu
(mangkuk)
gr) ) (1 gls = 200 cc
2 buah 1 mangkuk 1 potong
Susu 1 gelas
Pagi Bubur ( 200 gr ) perkedel Bayam Pepaya
( 200 cc )
( 45 gr ) ( 30 gr ) ( 25 gr )
Snack Pudding (100 ‒ ‒ ‒ ‒

29
Siang gr)
1 ptg
Tempe 1 mangkuk 1 buah 1 gelas Air
Siang Nasi ( 200 gr ) Tahu 1 ptg Sayur sop Pisang putih
bacem ( 50 gr ) ( 118 gr ) ( 200 cc )
( 100 gr )
Snack Bubur kacang
‒ ‒ ‒ ‒
Sore hijau ( 100 gr )

Ikan Sayur
Semangka
Malam Nasi ( 200 gr ) pesmol katuk (50 Susu (200 cc)
(25 gr)
(100 gr) gr)
Lain-
‒ ‒ ‒ ‒ ‒
lain
Total
800 gr 254 gr 130 gr 168 gr 600 gr
/24 jam
7. Eliminasi
a. Keluhan/anamnesa
1. Buang air kecil
( ‒ ) Dysuria ( ‒ ) Hesistensi ( ‒ ) Retensi
( ‒ ) Inkontinensia ( ‒ ) Poliuria ( ‒ ) Oligura
( ‒ ) Anuria ( ‒ ) Hematuria ( ‒ ) Urgency
( ‒ ) Nokturia ( ‒ ) Piuria
( ‒ ) Enuresis ( ‒) Penggunaan diuretik
( ‒ ) Nyeri/kolik pada area costo vertebra/suprapubik
Bau : tidak ada

2. Buang air besar


( ‒ ) Kembung/flatulence
( ‒ ) Konstipasi, sejak
( ‒ ) Diare, frekuensi/24 jam sejak tgl
( ‒ ) Inkontinensia
( √ )nyeri saat BAB

30
b. Inspeksi
1. Abdomen tampak : ( √ ) Tegang ( ‒ ) Kembung ( ‒ ) Asites
( √) Ada massa pada area : abdomen luka operasi caesarea
( √ ) Luka op : caesarea, pada area : abdomen
( ‒ ) Ostomi/tube pada area : tidak ada ; tipe tidak ada ; kondisi ostomi/tube:
tidak ada pemakaian alat-alat bantu

2. Supra pubik : ( ‒ ) Distensi ( ‒ ) Ostomi, kondisi : tidak ada

3. Genetelia / anus / perinium


( ‒ ) Sekret ( √ ) Darah ( ‒ ) Pus ( ‒ ) Iritasi
( ‒ ) Edema, pada area : tidak ada ( ‒ ) Massa/tumor pada: tidak ada
( ‒ ) Kateter, tipe, : tidak ada ,kondisi kateter dan Orifisium : tidak ada

c. Auskutasi abdomen
1) Peristaltik : tidak terdengar bising usus (x/menit)
2) Suara bruit/murmur : tidak ada

d. Palpasi
1) Ginjal :………………………………..
2) Hepar : ……………………………….
3) Lien : ……………………………….
4) Gaster : ……………………………….
5) Colon/usus : ……………………………….
6) Supra Pubic kandung kemih:………………..

8. Istirahat & Tidur


a. Keluhan / anamnesa
1) Masalah tidur
( ‒ ) Susah tidur ( √ ) Sering terbangun malam
( ‒ ) Bangun pagi-pagi dan sulit tidur kembali (‒ ) Mendengkur
( ‒ ) Sering tertidur tiba-tiba ( ‒ ) Berjalan dalam tidur
( ‒ ) Berbicara dalam tidur
( ‒ ) Menggemeretakkan gigi sewaktu tidur
Bila ada masalah dalam tidur
a) Kapan timbulnya : pada saat bergerak dan
bangun dari tempat tidur

31
b) Berapa lama : secara berangsur-angsur
c) Faktor pencetus : post operasi caesarea
d) Pengaruh pada klien : menahan nyeri dibagian
abdomen
e) Apa yang dilakukan untuk mengatasinya : mengkomsumsi obat
nyeri
f) Apakah membantu : cukup membantu

2) Lingkungan tidur
( ‒) Gelap ( ‒) Terang ( ‒ ) Dingin
( ‒) Berisik ( √) Tenang
b. Inspeksi
Wajah: ( ‒ ) Kehitaman pada mata ( ‒ ) Kemerahan pada konjungtiva
( ‒ ) Kelopak mata membengkak ( √ ) Kantung mata
c. Tingkah laku
( ‒ ) Mudah marah ( ‒ ) Tangan tremor ( √ ) Gelisah ( √ ) Menguap terus
( ‒ ) Tidak perhatian ( ‒ ) Bingung ( ‒ ) Bicara lambat ( ‒ ) Tidak terkoordinasi
( ‒ ) Postur menelugkup
d. Tingkat energi
( ‒ ) Lethargic ( √ ) Fatiqued
9. Aktivitas
a. Keluhan / anamnesa
Tingkat aktivitas
1) Subyektif
a) Tingkat kekuatan : 1. kuat 2. Sedang 3. mudah lelah
b) Kemampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari
1. Personal hygiene mendiri/dibantu total/sebagian
2. Eliminasi : dibantu
3. Makan/Minum : dibantu
4. Mobilitas : dibantu
5. Lain – lain :-
2) Riwayat activity
Aktivitas sehari-hari yang perlu dibantu

32
Ya Tidak
a) Makan (√ ) (‒)
b) Berpakaian (√ ) (‒)
c) Mandi (√ ) (‒)
d) Eliminasi (√ ) (‒)
e) Pindah : Tempat tidur telungkup (√ ) (‒)
Masuk & keluar kamar mandi (√) (‒)
3) Activity tolerance
Banyaknya aktivitas & tipe aktivitas yang membuat lelah : tidak ada
Masalah yang dihadapi dalam mengikuti aktivitas ringan/sedang.
Pusing ( ‒ ) Jumlah pernapasan meningkat ( ‒ )
Napas pendek ( ‒ ) Lain-lain …tidak ada…… ( ‒ )
4) Exercise
Tipe exercise yang biasa dilakukan : Yoga
Kepercayaan bahwa exercise menguntungkan untuk kesehatan : Ya
5) Faktor yang mempengaruhi mobility
Faktor lingkungan ( ‒ ) Masalah kesehatan ( √ ) Financial ( ‒ )

b. Body Aligment
1) Berdiri : pasien sebagian masih dibantu untuk berdiri
2) Duduk : pasien masih dibantu oleh keluarga
3) Berjalan : pasien masih dibantu keluarga saat berjalan
4) Pergerakkan sendi:
Swelling ( ‒) Rednes ( √ )
Deformity ( ‒ )
Crepitation ( ‒ ) Peningkatan suhu ( ‒)
Derajat pergerakan (‒ )
c. Extremitas
Kekuatan otot

4 4 4 4 4 4 4 4

4 4 4 4 4 4 4 4

( ‒ ) Terderness pada …… ( ‒ ) Edema, pada : ………


( ‒ ) Paresthesia ( ‒ ) Flaccid pada : ………………
( ‒ ) Atrofi, pada bagi ( ‒ ) Paralisis……….
( ‒ ) Kontraktur, pada bagi...............

33
( ‒ ) Bengkak/ kemerahan/ nyeri sendi, pada bagian……
( √ ) Penurunan ROM, pada bagian : Abdomen
( ‒ ) Fraktur pada : tidak ada

10. Integumen
Integritas Kulit
a. Luka : post operasi caesarea
b. Dekubitus ; .......................( ‒ ) Ada ........................... ( √ ) Tidak
Pada bagian : tidak ada
c. Derajat dekubitus : tidak ada
d. Trauma : tidak ada
e. Keluhan subjektif : klien mengatakan nyeri dibagian abdomen

11. Pwersonal Hygiene


a. Rambut
Kebersihan : Bersih
Keluhan gatal : Tidak ada
Kulit kepala : Normal

b. Gigi dan Mulut


Kelengkapan gigi : Lengkap
Masalah gigi : Tidak ada
Kebersihan : Bersih

c. Kuku tangan dan kaki


Bentuk kuku : Simetris
Sudut antar kuku : Simetris
Warna kuku : Alami
Kebersihan : bersih

d. Genitalia
Kelainan : Tidak ada
Keluhan gatal : Tidak ada

34
Kemerahan : Tidak ada
Lesi : Tidak ada
Kebersihan : Bersih

e. Kulit
Erithema : Tidak ada
Tekstur : Lembut
Turgor : Elastis
Jaundice : Tidak ada
Petechie : Tidak ada
Kebersihan : Bersih
Keluhan gatal : tidak ada
Kelembapan : Baik
12. Persepsi atau pengetahuan tentang kondisi dan perawatan pengobatan : pasien cukup
mengetahui kondisi saat ini

D. DATA PENUNJANG (Pemeriksaan diagnostic yang menunjang masalah : Lab


(darah,urine,sputum), Radiologi, Endoskopi, CT Scan, dan lain-lain:
1. Hemoglobin : 11,0 g/dl ( 11,7-15,5 )
2. Leukosit : 16,47 ribu/ul ( 3,6-11 )
3. Trombosit : 223 ribu/ul ( 150-400)
4. Eritrosit : 3,99 juta/ul ( 3,8-5,2 )

E.PENATALAKSANAAN (Therapi/ pengobatan termasuk diet)

1) Pengobatan
Keterangan ( Fungsi
Bentuk Cara
Nama Obat Dosis dan efek samping
Obat Pemberian
obat)

35
1. infus Rl 2 ampul (50 Cair injeksi 1. Untuk mencegah dan

dripsyntocinin ml) mengobati


perdarahan
postpartum
2. antibiotik yang
2. injeksi 2 x 1gram Cair Injeksi
berguna untuk
ceftriaxone
pengobatan sejumlah
infeksi bakteri.
3. injeksi Cair
1 x 10gram 3. untuk mengobati
Ranitidine Injeksi gejala atau penyakit
yang berkaitan
dengan produksi
asam lambung
berlebih.

4. injeksi Cair 4. untuk meredakan


keterolax 3 x 30ml Injeksi nyeri

5. injeksi 1x Cair Injeksi 5.digunakan untuk


profenitsupp mengobati nyeri dan
peradangan

2) Terapi Cairan :

3) Diet :

Jakarta...........................20....

Yang mengkaji
(…………………………………)

36
1. DATA FOKUS

Data Objektf Data Subjektif


1. diagnose medis post section caesraea 1. Pasien mengatakan di bagian abdomen
2. Hasil tekanan darah 120/80 mmHg, nadi terasa kencang-kencang dan nyeri
82x/menit, respirasi 20x/menit, suhu 2. pasien mengatakan tidak nyaman dan
36,5°c. mengeluh lemas
3. P : nyeri karena post operasi hari 3. Pasien mengatakan tidak mengetahui
pertama, Q : nyeri seperti tertusuk- cara perawatan luka post operasi
tusuk, R : nyeri dibagian luka post caesarea
operasi caesarea diabdomen, S : skala 4. Pasien mengatakan tidak mempunyai
nyeri 6, T : nyeri hilang dan timbul alergi terhadap makanan ataupun obat.
4. wajah pasien terlihat menahan nyeri
dibagian luka post operasi caesarea
5. pasien terlihat lesu dan aktivitas pasien
dibantu dengan keluarga
6. klien terdapat luka pot sc tertutup
perban 15 c, pada abdomen bagian
bawah.
7. inspeksi terdapat luka operasi section
caesarea dengan panjang 15 cm secara
horizontal yang terbalut dengan kassa
steril, keluar pus namun tidak banyak
8. auskultsi tidak terdengar bising usus,
palpasi yaitu TFU 2 jari dibawah tali
pusat, uterus 2 jari dibawah pusat
9. perkusi yaitu tympani
10. pemeriksaan laboratorium dengan
hasil hemoglobin 11,0 g/dl (11,7-
15,5), leukosit 16,47 ribu/ul (3,6-11),
trombosit 223 ribu/ul (150-440),
eritrosit 3,99 juta/ul (3,8-5,2).

37
2. ANALISA DATA
Data Masalah Etiologi
Data objektif : Nyeri Akut Agen Cedera Fisik
wajah pasien terlihat
menahan nyeri dibagian
luka post operasi caesarea
P : nyeri karena post
operasi hari pertama,
Q : nyeri seperti tertusuk-
tusuk,
R : nyeri dibagian luka
post operasi caesarea
diabdomen,
S : skala nyeri 6,
T : nyeri hilang dan timbul
kembali

Hasil tekanan darah


120/80 mmHg, nadi
82x/menit, respirasi
22x/menit, suhu 36,5°c.

Data subjektif :
Pasien mengatakan
dibagian abdomen terasa
kencang-kencang dan
nyeri

Data Objektif : Intolerensi aktivitas Kelemahan fisik


pasien terlihat lesu dan
aktivitas pasien dibantu
dengan keluarga pada saat
ketoilet

38
Hasil tekanan darah
120/80 mmHg, nadi
82x/menit, respirasi
20x/menit, suhu 36,5°c.

Data subjektif :
pasien mengatakan tidak
nyaman dan mengeluh
lemas
Data objektif : Resiko infeksi Prosedur invasive/trauma
klien terdapat luka pot sc jaringan
tertutup perban 15 c, pada
abdomen bagian bawah

Hasil tekanan darah


120/80 mmHg, nadi
82x/menit, respirasi
20x/menit, suhu 36,5°c.

Data subjektif :
Pasien mengatakan tidak
mengetahui cara
perawatan luka post
operasi caesarea

3. INTERVENSI

39
Tgl N Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Rencana tindakan par
o keperawatan af
Kamis 1 Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Identifikasi nyeri
, 31 tindakan keperawatan R: mengetahui
maret selama 3X24 jam, tingkatan nyeri yang
2022 diharapkan tingkat nyeri dirasakan oleh
menurun dibuktikan pasien
dengan kriteria hasil: 2. Berikan teknik
1. TTV dalam batas nonfarmakologis
normal: untuk mengurangi
TD :120/80 rasa nyeri
mmHg, nadi R: agar
82x/menit, memaksimalkan
respirasi rasa nyeri lebih
20x/menit, suhu berkurang
36,5°c. 3. Jelaskan strategi
2. pasien relaks dan meredakan nyeri
tidak meringis. R: agar rasa nyeri
3. Pasien merasa pasien berkurang
nyaman ketika 4. Kolaborasi dengan
diajarkan dokter dalam
relaksasi nafas pemberian theraphy
dalam. obat nyeri
4. Skala nyeri R: pemberian
pasien berkurang therapy obat dapat
( 0). mengurangi rasa
nyeri
Kamis 2 Intoleransi Setelah dilakukan 1. Identifikasi
, 31 aktifitas tindakan keperawatan kemampuan dalam
maret selama 3x24 jam, aktivitas tertentu
2022 diharapkan tingkat R : agar mengetahui
intoleransi kemampuan pasien
meningkatmenurun dalam beraktivitas

40
dibuktikan dengan 2. Fasilitasi aktivitas
kriteria hasil : fisik rutin
1. TTV dalam batas R : memudahkan
normal: pasien ketika
TD :120/80 beraktivitas
mmHg, nadi 3. Jelaskan metode
82x/menit, aktifitas fisik sehari-
respirasi hari
20x/menit, suhu R : pasien mampu
36,5°c. mempraktikan apa
2. Pasien bisa yang sudah
nampak relaks dijelaskan
3. Dapat 4. kolaborasi
meningkatkan memonitor program
mobilitas fisiik aktivitas jika sesuai
R : agar aktivitas
pasien dapat
kembali normal

Kamis 3 Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Monitor kondisi


, 31 tindakan keperawatan luka
maret selama 3x24 jam, R: mengetahui
2022 diharapkan tingkat seberapa besar
infeksi menurun kondisi luka yang
dibuktikan dengan dialami
kriteria hasil : 2. Berikan teknik
1. TTV dalam batas perawatan luka
normal: R : mengurangi
TD :120/80 resiko terjadinya
mmHg, nadi infeksi
82x/menit, 3. Ajarkan cara
respirasi memeriksa kondisi
20x/menit, suhu

41
36,5°c. luka operasi
2. Pasien bisa R: agar pasien dapat
nampak relaks mengerti kondisi
Perbaikan luka luka operasi yang
tepat waktu dialami
4. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian theraphy
obat nyeri
R: pemberian
therapy obat dapat
mengurangi rasa
nyeri

42
4. IMPLEMENTASI
Hari/ Masalahh Jam Tindakan paraf
tanggal Keperawatan
Rabu, 1 juni Nyeri akut 08.00 1. Identifikasi nyeri Yuni
2022 berhubungan S: pasien mengatakan lebih relaks
dengan luka post O: pasien tampak tidak menahan
op caesarea nyeri

Intoleransi 10.00 2. Identifikasi kemampuan dalam


aktivitas aktivitas tertentu
berhubungan S: Pasien sudah mulai bisa
dengan melakukan aktivitas sedikit demi
kelemahan fisik sedikit
O: Pasien terlihat sudah membaik

12.00 3. Monitor kondisi luka


Resiko infeksi S: Pasien mengatakan nyeri mulai
berhubungan berkurang
dengan prosedur O: Pasien terlihat sudah tidak
invasive/trauma merasa gelisah
jaringan

Kamis , 2 Nyeri akut 08.00 1. Berikan teknik nonfarmakologis Yuni


juni 2022 berhubungan untuk mengurangi rasa nyeri
dengan luka post S: Pasien mengatakan paham
op caesarea tentang cara mengurangi rasa nyeri
O: Pasien telihat mampu
menerapkan teknik mengurangi
rasa nyeri

43
Intoleransi 09.30 2. Fasilitasi aktivitas fisik rutin
aktivitas S: Pasien mengatakan mampu
berhubungan melakuan aktivitas
dengan O: Pasien terlihat mampu
kelemahan fisik menggunakan fasilitas yang telah
disediakan

11.30
Resiko infeksi 3. Ajarkan cara memeriksa kondisi
berhubungan luka operasi
dengan prosedur S: Pasien mengatakan kondisi
invasive/trauma semakin membaik
jaringan O: Pasien terlihat mengerti cara
memeriksa kondisi luka secara
mandiri
Jumat , 13 Nyeri akut 08.00 1. Anjurkan memonitor kondisi luka Yuni
juni 2022 berhubungan secara mandiri
dengan luka post S: Pasien mengatakan nyeri
op caesarea berkurang
O: Pasien mengerti yang telah
diajarkan oleh perawat

2. Kolaborasi memonitor program


Intoleransi 09.00
aktivitas
aktivitas S : Pasein mengatakan aktivitasnya
berhubungan sudah mulai rutin dilakukan
dengan O : pasien terlihat aktivitas yang
kelemahan fisik dilakukan lebih membaik dari
sebelumnya
13.30
Resiko infeksi
3. Kolaborsi pemberian terapi obat
berhubungan
S :Pasien mengatakan setelah
dengan prosedur
diberikan perawatan luka nyeri
invasive/trauma
berkurang
jaringan

44
O : Pasien terlihat lebih rileks

45
5. EVALUASI

No DX Hari,tanggal,waktu Evaluasi SOAP Paraf


Nyeri akut b.d Rabu, 1 juni 2022 S: pasien mengatakan Yuni
luka post operasi nyeri dibagian perutnya
cesarea sudah sangat berkurang,
sudah bias beraktivitas
dengan sangat baik
O: pasien terlihat tidak
lagi menahan nyeri
 TD : 120/80
mmhg
 HR: 80x/menit,
 RR: 20x/menit,
 Spo2 : 98%
A : nyeri akut telah
teratasi
P: tindakan dihentikan
anjurkan pasien untuk
kontrol ke rumah sakit
pada tanggal 15 juli 2022
Intoleransi Kamis , 2 juni 2022 S: pasien mengatakan Yuni
aktivitas b.d sudah bisa untuk duduk
kelemahan fisik dan turun dari tempat
tidur dan melakukan
aktivitas sudah tanpa
dibantu kelurarga
O: pasien terlihat lebih
mampu melakukan
aktifitas
 TD : 120/80
mmhg,
 HR: 80x/menit,

46
 RR: 20x/menit,
 Spo2 : 98%
A: intoleransi aktifitas
telah teratasi
P: tindakan dihentikan
anjurkan pasien untuk
tidak terlalu berat
Resiko infeksi b.d Jumat , 3 juni 2022 S: pasien mengatakan Yuni
prosedur sudah mengerti tentang
invasive/trauma cara-cara perawatan luka
jaringan jahitan
O: pasien terlihat paham
setelah diberikan penkes
 TD : 120/80
mmhg
 HR: 80x/menit,
 RR: 20x/menit,
 Spo2 : 98%
A: resiko infeksi telah
teratasi
P: tindakan dihentikan
anjurkan pasien untuk
merawat luka dengan
baik dirumah

47
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dapat diambi kesimpulan sebagai berikut :
Hasil pengkajian pada klien mengatakan lama keluhan 3 hari secara berangsur-angsur.
Hasil pengkajian klien mengatakan nyeri dibagain luka post operasi caesarea.
Sehingga menimbulkan gangguan rasa nyeri dan mobilitas fisik terganggu. Saat dikaji
klien mengatakan nyeri karena post operasi hari pertama, nyeri seperti tertusuk-tusuk,
nyeri dibagian luka post operasi caesarea diabdomen, skala nyeri 6, nyeri terus-
menerus. Pasien mengatakan abdomen kencang-kencang dan nyeri, pasien
mengatakan tidak nyaman dan mengeluh lemas, pasien mengatakan tidak mengetahui
cara perawatan luka.
1. Diagnosa keperawatan pad Ny.T menunjukkan Nyeri Akut b/d Agen
Cedera Fisik, wajah pasien tampak menahan nyeri dibagian luka post
operasi caesarea, Intolerenasi aktivitas b/dKelemahan fisik, lesu dan
aktivitas pasien dibantu dengan keluarga, Resiko infeksi b/d Prosedur
invasive/trauma jaringan, luka pot sc tertutup perban 15 c, pada abdomen
bagian bawah.
2. Intervensi keperawatan dengan masalah nyeri akut meningkat dengan
kriteria hasil TTV dalam batas normal TD :120/80 mmHg, nadi 82x/menit,
respirasi 20x/menit, suhu 36,5°c, pasien relaks dan tidak meringis, Pasien
merasa nyaman ketika diajarkan relaksasi nafas dalam, Skala nyeri pasien
berkurang. Intoleransi aktivitas meningkat dibuktikan dengan kriteria hasil
TTV dalam batas normal TD :120/80 mmHg, nadi 82x/menit, respirasi
20x/menit, suhu 36,5°c, Pasien bisa nampak relaks, Dapat meningkatkan
mobilitas fisik. Risiko infeksi diharapkan tingkat infeksi menurun
dibuktikan dengan kriteria hasil : TTV dalam batas normal : TD :120/80
mmHg, nadi 82x/menit, respirasi 20x/menit, suhu 36,5°c, Pasien nampak
relaks, Perbaikan luka tepat waktu.
3. Implementasi keperawatan pada klien yang mengalami post operasi
caesare pada Ny.T dengan nyeri akut, intoleransi aktivitas, resiko infeksi,
tindakan keperawatan dilakukan sesuai perencanaan.
4. Evaluasi keperawatan pada klien Ny.T menunjukkan nyeri akut
berhubungan dengan Agen Cedera Fisik, wajah pasien tampak menahan
nyeri dibagian luka post operasi caesarea, Intolerenasi aktivitas
b/dKelemahan fisik, lesu dan aktivitas pasien dibantu dengan keluarga,
Resiko infeksi b/d Prosedur invasive/trauma jaringan, luka pot sc tertutup
perban 15 c, pada abdomen bagian bawah.
B. Saran
1. Bagi mahasiswa
Diharapkan mahasiswa mendapat pengetahuan secara dalam, serta dapat
mengaplikasikan cara-cara perawatan luka post operasi caesarea.
khususnya dalam asuhan keperawatan.
2. Bagi institusi

48
Diharapkan institusi dapat memfasilitasi sumber bacaan atau refrensi
terbaru untuk
memudahkan mahasiswa dalam permbuatan makalah atau penelitian.

49
DAFTAR PUSTAKA

Apriansyah, A dkk. (2015). Hubungan antara tingkat kecemasan pre-operasi dengan derajat
nyeri pada pasien post sectio caesare di rumah sakit muhammadiyah palembang
tahun 2014 : STIKes Muhammadiyah Palembang.

Hapsari, P dkk. (2022). Korelasi kebutuhan dengan ikigai pada mahasiswa program studi
sastra Jepang : Universitas Pakuan.

masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik di ruang teratai rsud dr. Haryoto
lumajang : Universitas Jember.
Ningsih, D. (2020). Asuhan Keperawatan pada ny. j dengan diagnosa medis “ post sectio
caesarea dengan indikasi gemeli” di ruang nifas rsud bangil pasuruan : Akademi
Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo.

Salawati, L. (2013). Profil sectio caesarea di rumah sakit umum daerah dr. Zainoel abidin
banda aceh tahun 2011 : Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

Ulfa, M. (2019). Asuhan Keperawatan pada ny. za dan ny. zu post operasi caesare dengan
hambatan mobilitas fisik di ruang teratai RSUD dr. Haryoto Lumajang : Universitas
Jember.

50

Anda mungkin juga menyukai