Anda di halaman 1dari 9

KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN

Dosen : Joko Tri Haryanto, S.Kep., Ns., M.Kes

A. Kebutuhan Rasa Aman atau keselamatan

Keamanan adalah kondisi bebas dari cedera fisik dan psikologis (Potter &

Perry, 2006). Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar

dari ancaman bahaya atau kecelakaan. Pemenuhan kebutuhan keamanan dan

keselamatan dilakukan untuk menjaga tubuh bebas dari kecelakaan baik pada pasien,

perawat, atau petugas lainnya yang bekerja untuk pemenuhan kebutuhan tersebut.

Kebutuhan akan rasa aman adalah kebutuhan untuk melindungi diri dari

bahaya fisik. Ancaman terhadap keselamatan seseorang dapat dikategorikan sebagai

ancaman mekanis, kimiawi, dan bakteriologis. Kebutuhan akan keamanan terkait

dengan konteks fisiologis dan hubungan interpersonal. Keamanan fisiologis berkaitan

dengan sesuatu yang mengancam tubuh dan kehidupan seseorang. Ancaman itu bisa

nyata atau hanya imajinasi misal, penyakit, nyeri, cemas, dan sebagainya. Dalam

konteks hubungan interpersonal bergantung pada banyak faktor, seperti kemampuan

berkomunikasi, kemampuan mengontrol masalah, kemampuan memahami, tingkah

laku yang konsisten dengan orang lain, serta kemampuan memahami orang-orang di

sekitarnya dan lingkungannya. Ketidaktahuan akan sesuatu kadang membuat perasaan

cemas dan tidak aman. (Asmadi, 2005)

Klasifikasi Kebutuhan Keselamatan atau Keamanan

1. Keselamatan Fisik

Mempertahankan keselamatan fisik melibatkan keadaan mengurangi

atau mengelurkan ancaman pada tubuh atau kehidupan. Ancaman tersebut


mungkin penyakit, kecelakaan, bahaya, pada lingkungan. Pada saat sakit,

seorang klien mungkin rentan terhadap komplikasi seperti infiksi, oleh

karena itu bergantung pada profesional dalam sistem pelayanan kesehatan

untuk perlindungan.

Memenuhi kebutuhan keselamatan fisik kadang mengambil prioritas

lebih dahulu di atas pemenuhan kebutuhan fisiologis. Misalnya, seorang

perawat atau tenaga kesehatan lain mungkin perlu melindungi klien dari

kemungkinan jatuh dari tempat tidur sebelum memberikan perawatan untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi. (Potter&Perry, 2005).

2. Keselamatan Psikologis

Untuk selamat dan aman secara psikologi, seorang manusia harus

memahami apa yang diharapkan dari orang lain, termasuk anggota keluarga

dan profesional pemberi perawatan kesehatan. Seseorang harus

mengetahuai apa yang diharapkan dari prosedur, pengalaman yang baru,

dan hal-hal yang dijumpai dalam lingkungan. Setiap orang merasakan

beberapa ancaman keselamatan psikologis pada pengalaman yang baru dan

yang tidak dikenal. (Potter&Perry,2005).

Orang dewasa yang sehat secara umum mampu memenuhi kebutuhan

keselamatan fisik dan psikologis merekat tanpa bantuan dari profesional

pemberi perawatan kesehatan. Bagaimanapun, orang yang sakit atau cacat

lebih renta untuk terancam kesejahteraan fisik dan emosinya, sehingga

intervensi yang dilakukan perawat adalah untuk membantu melindungi

mereka dari bahaya. (Potter&Perry, 2005).


Lingkup Kebutuhan Keamanan atau keselamatan

Lingkungan klien mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang

mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan dan kelangsungan hidup

klien.

1. Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan fisiologis yang terdiri dari kebutuhan terhadap oksigen,

kelembaban yang optimum, nutrisi, dan suhu yang optimum akan

mempengaruhi kemampuan seseorang.

a. Oksigen

Bahaya umum yang ditemukan di rumah adalah sistem pemanasan yang

tidak berfungsi dengan baik dan pembakaran yang tidak mempunyai sistem

pembuangan akan menyebabkan penumpukan karbondioksida.

b.  Kelembaban

Kelembaban akan mempengaruhi kesehatan dan keamanan klien, jika

kelembaban relatif tinggi maka kelembaban kulit akan terevaporasi dengan

lambat.

.   c.  Nutrisi

Makanan yang tidak disimpan atau disiapkan dengan tepat atau benda

yang dapat menyebabkan kondisi-kondisi yang tidak bersih akan

meningkatkan resiko infeksi dan keracunan makanan.

2. Macam-macam Bahaya atau Kecelakaan

a. Di rumah

b. Di RS : Mikroorganisme

c. Cahaya
d. Kebisingan

e. Cedera

f. Kesalahan prosedur

g. Peralatan medik, dll

3. Cara  Meningkatkan Keamanan pada Pasien

a. Mengkaji tingkat kemampuan pasien untuk melindungi diri

b. Menjaga keselamatan pasien yang gelisah

c. Mengunci roda kereta dorong saat berhenti

d. Penghalang sisi tempat tidur

e. Bel yang mudah dijangkau

f. Meja yang mudah dijangkau

g. Kereta dorong ada penghalangnya

h. Kebersihan lantai

i. Prosedur tindakan.

B. Kebutuhan Rasa Nyaman

Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry, 2005) megungkapkan kenyamanan atau

rasa nyaman adalah suatu keadaan dimana telah terpenuhinya kebutuhan dasar

manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan

penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden

(keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri). Kenyamanan mesti

dipandang secara holistik yang mencakup empat aspek yaitu:

1. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.

2. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial.

3. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri

yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan).


4. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal

manusia seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah lainnya.

Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan telah memberikan kekuatan,

harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan. Secara umum dalam aplikasinya

pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan rasa nyaman bebas dari rasa

nyeri, dan hipertermia. Hal ini disebabkan karena kondisi nyeri dan hipertermia

merupakan kondisi yang mempengaruhi perasaan tidak nyaman pasien yang

ditunjukan dengan timbulnya gejala dan tanda pada pasien. Sifat nyeri merupakan

suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus

tertentu.

Meningkatkan Kenyamanan dalam strategi kesehatan

1.   Sentuhan teraupeutik atau menghilangkan rasa sakit

2.   Akupresure atau pengobatan dengan terapi alami untuk penyakit berat

3.   Relaksasi dan Teknik Imajinasi

4.   Imajinasi terbimbing

5.   Bimbingan Antisipasi

6.   Distraksi atau pengalihan dari fokus terhadap nyeri.

C. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Keamanan dan Kenyamanan

1.      Emosi

Kecemasan, depresi, dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi

keamanan dan kenyamanan

2.      Status Mobilisasi

Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun

memudahkan terjadinya resiko injury


3.      Gangguan Persepsi Sensory

Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang berbahayaseperti gangguan

penciuman dan penglihatan

4.      Keadaan Imunits

Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga mudah

terserang penyakit

5.      Tingkat Kesadaran

Pada pasien koma, respon akan menurun terhadap rangsangan, paralisis,

disorientasi, dan kurang tidur.

6.      Informasi atau Komunikasi

Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca dapat

menimbulkan kecelakaan.

7.      Gangguan Tingkat Pengetahuan

Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi

sebelumnya.

8.      Penggunaan antibiotik yang tidak rasional

Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan anafilaktik syok.

9.      Status nutrisi

Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah

menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya dapat beresiko terhadap penyakit

tertentu.

10.  Usia

Perbedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia anak-anak

dan lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri.


11.  Jenis Kelamin

Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam merespon

nyeri dan tingkat kenyamanannya.

12.  Kebudayaan

Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu mengatasi

nyeri dan tingkat kenyaman yang mereka punya.

D. Kenyamanan Lingkungan Pasien

Selain keamanan untuk pasien yang perlu dijaga, kenyamanan lingkungan juga

harus diperhatikan. Lingkungan yang nyaman karena akan menunjang cepatnya

kesembuhan pasien.

1. Menyiapkan Tempat Tidur

a. Jenis persiapan tempat tidur

1) Unoccupid bed (tempat tidur yang belum ada klien di atasnya

2) Closed bed (tempat tidur tertutup)

3) Open bed (tempat tidur terbuka)

4) Aether bed (tempat tidur pasca operasi)

5) Occupied bed (mengganti tempat tidur dengan klien diatasnya)

b. Prinsip perawatan tempat tidur antara lain :

1) Tempat tidur pasien harus selalu bersih dan rapi

2) Linen diganti sesuai kebutuhan dan sewaktu-waktu jika kotor

3) Penggunaan linen bersih harus sesuai kebutuhan dan tidak boros.

c. Persiapan tempat tidur

1) Unoccupid bed (tempat tidur yang belum ada klien di atasnya)

Pengertian menyiapkan tempat tidur pasien baru;


Tempat tidur yang disiapkan untuk klien yang baru masuk atau menjalani

rawat inap.

Pengertian mengganti alat tenun tanpa pasien diatasnya;

Mengganti alat tenun kotor pada tempat tidur klien dengan memindahkan

klien kekursi atau tempat duduk.

Tujuan mengganti alat tenun tanpa pasien diatasnya adalah:

 Membersihkan perasaan senang dan meningkatkan rasa nyaman pada

pasien atau klien

 Meningkatkan mobilisasi klien

 Memelihara kebersihan dan kerapian

Menyiapkan Tempat Tidur Pasien Post Op

Pengertian menyiapkan tempat tidur pasien post op adalah tempat tidur

yang disiapkan untuk klien pasca operasi yang dapat narkose (obat bius).

Tujuan menyiapkan tempat tidur pasien post op atau pasca bedah:

 Menghangatkan klien

 Mencegah penyulit/komplikasi post op/pasca bedah

2) Mengganti Alat Tenun dengan Pasien diatasnya (Occupied bed)

Pengertian mengganti alat tenun dengan pasien diatasnya adalah

mengganti alat tenun kotor pada tempat tidur klien tanpa memindahkan

klien.

Tujuan:

 Membersihkan perasaan senang dan meningkatkan rasa nyaman pada

pasien atau klien

 Mencegah terjadinya dekubitus

 Memelihara kebersihan dan kerapian.


2. Memandikan Pasien

Mandi adalah membersihkan tubuh dengan menggunakan air bersih

dan sabun (Tim Departemen Kesehatan RI, 1994 : 38). Memandikan

pasien adalah bagian perawatan hygienis total. Keluasan mandi pasien dan

metode yang digunakan untuk mandi berdasarkan pada kemampuan fisik

pasien dan kebutuhan tingkat hygiene yang diperlukan.

Tujuan mandi

 Membersihkan kulit, Pembersihan mengurangi keringat, beberapa bakteri,

sel kulit yang mati, yang meminimalkan iritasi kulit dan menguragi

kesempatan infeksi.

 Stimulasi sirkulasi, Sirkulasi yang baik ditingkatkan melalui penggunaan

air hangat dan usapan yang lembut pada ekstermitas.

 Peningkatan citra diri, Mandi meningkatkan relaksasi dan perasaan segar

kembali dan kenyamanan.

 Pengurangan bau badan, Sekresi keringat yang berlebihan.

3. Membersihkan bagian oral/mulut

Oral atau mulut adalah rongga pada bagian muka atau wajah (makhluk

hidup) tempat lidah dan gigi dengan menggosok gigi pasien.

Tujuan

 Menurunkan mikroorganisme dalam mulut dan gigi.

 Menurunkan penyakit kavitas dan gusi.

 Menurunkan pembentukan residu makanan pada gigi.

 Memperbaiki nafsu makan dan rasa pada makanan

 Merangsang sirkulasi pada jaringan oral, lidah dan gusi

Anda mungkin juga menyukai