Oleh :
M.Ali Yahya
NIM. 21102087
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengertian
Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau
bisa juga keadaan aman dan tentram (Potter& Perry, 2006).
Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami
sensasi yang tidak menyenangkan dan berespons terhadap suatu rangsangan
yang berbahaya (Carpenito, Linda Jual, 2000).
Kebutuhan akan keselamatan atau keamanan adalah kebutuhan untuk
melindungi diri dari bahaya fisik. Ancaman terhadap keselamatan seseorang
dapat dikategorikan sebagai ancaman mekanis,, kimiawi, retmal dan
bakteriologis. Kebutuhan akan keaman terkait dengan konteks fisiologis dan
hubungan interpersonal. Keamanan fisiologis berkaitan dengan sesuatu yang
mengancam tubuh dan kehidupan seseorang. Ancaman itu bisa nyata atau
hanya imajinasi (mis, penyakit, nyeri, cemas, dan sebaginya). Dalam konteks
hubungan interpersonal bergantung pada banyak faktor, seperti kemampuan
berkomunikasi, kemampuan mengontrol masalah, kemampuan memahami,
tingkah laku yang konsisten dengan orang lain, serta kemampuan memahami
orang-orang di sekitarnya dan lingkungannya. Ketidaktahuan akan sesuatu
kadang membuat perasaan cemas dan tidak aman. (Asmadi, 2005).
Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami
sensasi yang tidak menyenangkan dan berespons terhadap suatu rangsangan
yang berbahaya (Carpenito, Linda Jual, 2000)
Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry, 2005) megungkapkan
kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang
meningkatkan penampilan seharihari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi),
dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri).
Kenyamanan mesti dipandang secara holistik yang mencakup empat aspek
yaitu:
2
1) Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh
2) Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan
sosial.
3) Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri
sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan).
4) Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman
eksternal manusia seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur
alamiah lainnya.
Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat telah
memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan
bantuan.Secara umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa
nyaman adalah kebutuhan rasa nyaman bebas dari rasa nyeri, dan
hipo/hipertermia.Hal ini disebabkan karena kondisi nyeri dan
hipo/hipertermia merupakan kondisi yang mempengaruhi perasaan tidak
nyaman pasien yang ditunjukan dengan timbulnya gejala dan tanda pada
pasien.
3
3. Nutrisi
Makanan yang tidak disimpan atau disiapkan dengan tepat atau benda
yang dapat menyebabkan kondisi kondisi yang tidak bersih akan
meningkatkan resiko infeksi dan keracunan makanan
4
5) Tingkat Kesadaran
Pada pasien koma, respon akan enurun terhadap rangsangan, paralisis,
disorientasi, dan kurang tidur.
6) Informasi atau Komunikasi
Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca dapat
menimbulkan kecelakaan.
7) Gangguan Tingkat Pengetahuan
Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat
diprediksi sebelumnya.
8) Penggunaan Antibiotik yang tidak Rasional
Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan anafilaktik syok
9) Status Gizi
Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah
menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya dapat beresiko terhadap
penyakit tertentu.
10) Usia
Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia
anak-anak dan lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri
5
alamat, no.RM, diagnosa medis, tanggal pengkajian, tanggal
masuk RS, DII.
2. Identitas penanggung jawab meliputi: Nama, umur, pekerjaan,
alamat dan hubungan dengan klien.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Selama pengumpulan riwayat kesehatan, perawat menanyakan
kepada pasien tentang tanda dan gejala yang dialami oleh
pasien. Setiap keluhan harus ditanyakan dengan detail kepada
pasien. disamping itu diperlukan juga pengkajian mengenai
keluhan yang disarasakan meliputi lama timbulnya.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada riwayat penyakit sekarang, perawat mengkaji apakah
gejala terjadi pada waktu yang tertentu saja, seperti sebelum
atau sesudah makan, ataupun setelah mencerna makanan
pedas dan pengiritasi dan setelah mencerna obat tertentu atau
setelah mengkonsumsi alhohol.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Untuk mengkaji riwayat penyakit dahulu atau riwayat
penyakit sebelumnya, perawat harus mengkaji apakah gejala
yang berhubungan dengan ansietas, stress, alergi, makan atau
minum terlalu banyak, atau makan terlalu cepat. Selain itu
perawat juga harus mengkaji adakah riwayat penyakit
lambung sebelumnya atau pembedahan lambung
4. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam riwayat kesehatan keluarga perawat mengkaji riwayat
keluarga yang mengkonsumsi alkohol, mengidap gastritis,
mananyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh
keluarga.
c. Pengkajian Nyeri
Pengkajian Nyeri yang akurat penting untuk upaya
penatalaksanaan nyeri yang efektif. Karena nyeri merupakan
6
pengalaman yang subjektif dan dirasakan secara berbeda pada
masing-masing individu, maka perlu dikaji semua faktor yang
mempengaruhi nyeri, seperti faktor fisiologis, psikologis,
emosional, dan sosiokultural. Pengkajian dapat dilakukan dengan
PQRST :
- P (provoking) atau pemicu, yaitu faktor yang memicu
timbulnya nyeri,
- Q (quality) atau kualitas dari nyeri, apakah tajam, tumpul, atau
tersayat
- R (region) atau daerah, yaitu daerah perjalanan nyeri,
- S (severity) adalah keparahan atau intensitas nyeri,
- T (time) atau waktu adalah lama/waktu serangan atau frekunsi
nyeri.
1. Riwayat Nyeri
a. Lokasi
Untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, minta klien
untuk menunjukan area nyerinya.
b. Intensitas nyeri
Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode mudah
dan terpercaya untuk menentukan intensitas nyeri klien.
c. Skala nyeri menurut Hayward (1975)
0 : tidak nyeri
1 – 3 : nyeri ringan
4 – 6 : nyeri sedang
7 – 9 : sangat nyeri, tapi masih bisa dikontrol
10 sangat nyeri dan tidak bisa dikontrol.
d. Kualitas nyeri
Minta pasien untuk menjelaskan nyeri yang dirasakan,
apakah seperti dipukul-pukul atau ditusuk-tusuk, dan
sebagainya
e. Pola nyeri
7
Pola nyeri meliputi waktu, durasi, dan kekambuhan atau
interval nyeri.
f. Faktor presipitasi
Terkadang aktivitas tertentu dapat memicu timbulnya
nyeri. Seperti aktivitas fisik yang berat dapat memicu
timbulnya nyeri dada. Selain itu, lingkungan, stresor fisik,
dan emosional juga dapat memicu timbulnya nyeri.
g. Gejala yang menyertai
Gejala ini meliputi mual, muntah, pusing, dan diare. Gejala
tersebut dapat disebabkan oleh awitan nyeri atau nyeri itu
sendiri.
h. Pengaruh pada aktivitas sehari-hari
Dengan mengetahui sejauh mana nyeri mempengaruhi
aktivitas klien akan membantu memahami perspektif klien
tentang nyeri. Beberapa aspek kehidupan yang dikaji
terkait nyeri adalah tidur, nafsu makan, konsentrasi,
pekerjaan, hubungan interpersonal, hubungan pernikahan,
aktivitas di rumah, aktivitas di waktu senggang, serta status
emosional.
i. Sumber koping
Setiap individu memiliki strstegi koping yang berbeda-
beda dalam menghadapi nyeri. Strategi tersebut dapat
dipengaruhi oleh pengalaman nyeri sebelumnya atau
pengaruh agama atau budaya.
j. Respons afektif
Respons afektif klien terhadap nyeri bervariasi, bergantung
pada situasi, derajat dan durasi nyeri, interpretasi tentang
nyeri, dan banyak faktor lainnya. Perlu dikaji adanya
ansietas, takut, lelah, depresi, atau perasaan gagal pada diri
klien (Herdman, 2012).
2. Observasi respons prilaku dan fisiologis
8
Banyak respon nonverbal yang bisa dijadikan indikator
nyeri. Salah satu yang paling utama adalah ekspresi wajah.
Perilaku seperti menutup mata rapat-rapat atau membukanya
lebar-lebar, menggigit bibir bawah, dan seringai wajah dapat
mengindikasikan nyeri. Selain ekspresi wajah respons nyeri
dapat berupa vokalisasi (mengerang, menangis, berteriak),
mobilisasi bagian tubuh yang mengalami nyeri, gerakan tubuh
tanpa tujuan (menendang-nendang, membolak-balikan tubuh di
kasur), dll. Sedangkan respon fisiologis untuk nyeri bervariasi,
bergantung pada sumber dan durasi nyeri. Pada awal nyeri
akut, respons fisiologis dapat meliputi peningkatan tekanan
darah, nadi dan pernafasan, diaphoresis serta dilatasi pupil
akibat terstimulasinya sistem saraf simpatis. Jika nyeri
berlangsung lama dan saraf simpatis telah beradaprasi, respon
fisiologis tersebut mungkin akan berkurang atau mungkin tidak
ada (Herdman, 2012).
d. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Keadaan klien dengan hernia biasanya mengalami
kelemahan serta tingkat kesadaran composmentis. Tanda vital
pada umumnya stabil kecuali akan mengalami ketidakstabilan
pada klien yang mengalami perforasi appendiks.
2. B1 Sistem Pernafasan (Breathing)
Bentuk hidung simetris keadaan bersih tidak ada sekret,
pergerakan dada simetris, Irama nafas regular tetapi ketika
nyeri timbul ada kemungkinan terjadi nafas yang pendek dan
cepat. Tidak ada nyeri tekan pada dada, tidak ada retraksi 21
otot bantu nafas, gerakan fokal fremitus antara kanan dan kiri
sama, pada hernia inkarcerata dan strangulata di jumpai adanya
peningkatan RR (> 24 x /mnt) pada perkusi terdapat bunyi paru
resonan, suara nafas vesikuler tidak ada suara tambahan seperti
ronkhi dan whezzing.
9
3. B2 Sistem Kardiovaskuler (Blood)
Konjungtiva normal tidak terdapat sianosis, tidak ada
peningkatan JVP, tidak ada clubbing finger, CRT < 3 detik,
tidak terdapat sianosis, peningkatan frekuensi dan irama
denyut nadi karena nyeri, terdapat bunyi jantung pekak/redup,
bunyi jantung tidak disertai suara tambahan, bunyi jantung
normal S1 S2 tunggal lup dup.
4. B3 Sistem Persyarafan (Brain)
Umumnya pada pasien hernia tidak mengalami gangguan
pada persyarafannya, namun gangguan bisa terjadi dengan
adanya nyeri pada post operasi sehingga perlu dikaji nilai
GCS.
5. B4 Sistem Perkemihan (Bladder)
Pada Post Operasi kaji apakah terdapat benjolan pada
abdomen bagian bawah / kandung kemih. Pada hernia
inkarcerata dan strangulata di jumpai penurunan produksi
urine. Ada tidaknya nyeri tekan pada kandung kemih. Kaji
PQRST.
- P= Provoking : Merupakan hal - hal yang menjadi faktor
presipitasi timbulnya nyeri, biasanya berupa trauma pada
bagian tubuh yang menjalani prosedur pembedahan dan
biasanya nyeri akan bertambah apabila berdiri, mengejan,
batuk kronik dll.
- Q= Quality of pain : Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan
atau 22 digambarkan klien. Apakah seperti terbakar,
ditekan, ditusuk-tusuk, diremas.
- R= Region: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menjalar atau menyebar dan dimana rasa sakit terjadi.
- S= Scale of pain: Biasanya klien hernia akan menilai sakit
yang dialaminya dengan skala 5 - 7 dari skala pengukuran 1
- 10.
10
- T=Time: Merupakan lamanya nyeri berlangsung, kapan
muncul dan dalam kondisi seperti apa nyeri bertambah
buruk (Muttaqin, 2018).
11
Meringis 2 5 kualitas,
Gelisah 2 5 intensitas nyeri
Kesulitan Tidur 2 5 2. Identifikasi skala
nyeri
3. Identifikasi
respons nyeri non
Ket: verbal
1. Berikan Teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri (mis:
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
music,
biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi,
Teknik imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin,
terapi bermain)
12
2. Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri (mis: suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
Edukasi
1. Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
2. Gangguan Citra Tubuh (L.09067) Promosi Citra
Citra Tubuh Tubuh
Tujuan:
(D.0083) (1. 09305)
Setelah dilakukan intervensi
selama 3x24 jam, maka Citra
13
Tubuh Membaik, dengan Tindakan:
kriteria hasil:
Observasi
Kriteria Hasil SA ST
1. Identifikasi
Melihat bagian
2 5 harapan citra
tubuh
tubuh berdasarkan
Verbalisasi
tahap
kecacatan bagian 2 5
tubuh perkembangan
2. Monitor frekuensi
pernyataan kritik
Ket:
terhaddap diri
1 : Memburuk sendiri
2 : Cukup memburuk 3. Monitor apakah
3 : Sedang pasien bisa melihat
4 : Cukup membaik bagian tubuh yang
5 : Membaik berubah
Terapeutik
1. Diskusikan
perubahan tubuh
dan fungsinya
2. Diskusikan
perbedaan
penampilan fisik
terhadap harga diri
3. Diskusikan
persepsi pasien
dan keluarga
tentang perubahan
citra tubuh
Edukasi
1. Jelaskan kepada
keluarga tentang
14
perawatan
perubahan citra
tubuh
2. Anjurkan
mengungkapkan
gambaran diri
terhadap citra
tubuh
3. Latih fungsi tubuh
yang dimiliki
4. Latih peningkatan
penampilan diri
3. Risiko Infeksi Tingkat Infeksi (L.14137) Pencegahan Infeksi
Bengkak 1 5 pengunjung
2. Berikan perawatan
kulit pada area
Ket:
edema
1 : Meningkat 3. Cuci tangan
2 : Cukup meningkat sebelum dan
3 : Sedang sesudah kontak
4 : Cukup menurun dengan pasien dan
5 : Menurun lingkungan pasien
15
4. Pertahankan
teknik aseptic pada
pasien berisiko
tinggi.
Edukasi
1. Kolaborasi
pemberian
imunisasi, jika
perlu
16
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
2.1 Pengkajian
a. Ientitas Klien
1. Nama : Ny. Fatimah
2. MRS : 04 Februari 2024
3. Usia : 64Tahun
4. Diagnosa : Ca mamae
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Nyeri pada bagian payudara
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Ca mamae
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Hipertensi
4. Riwayat kesehatan keluarga
-
c. Pengkajian Fokus
1. Sirkulasi
- Tekanan Darah : 110/70 mmHg
- Nadi : 82 x/menit
- Suhu : 36,2oC
- RR : 20x/menit
2. Pengkajian Nyeri
- P : Post Operasi MRM
- Q : seperti tertekan
- R : Musculus pectoralis mayor kiri
- S : skala 3
- T : menetap
3. Pola Eliminasi
Tidak terpasang kateter urine
17
2.2 Analisa Data
Masalah
No. Data Etiologi
Keperawatan
R : Musculus pectoralis
mayor kiri
Penekanan
S : skala 3 serabut saraf
T : menetap
Data Objektif :
Sensititasi ujung
saraf nyeri
- Klien tampak
meringis menahan
nyeri
- Klien tampak lemah Nyeri
Tekanan darah:
110/70 mmHg Nadi:
88x/menit
Nyeri akut
Respiratory Rate : 20
x/menit Suhu : 36,2°
C
18
kehilangan bagian Psikososial
tubuh
Data Objektif :
- Klien tampak lemah Perasaan malu
setelah kehilangan
bagian tubuh nya
Gangguan citra
tubuh
19
2.4 Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
8. : Menurun nyeri
10. Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri
Terapeutik
3. Berikan Teknik
nonfarmakologis
20
untuk mengurangi
nyeri (mis:
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
music,
biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi,
Teknik imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin,
terapi bermain)
4. Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri (mis: suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
Edukasi
5. Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
6. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
7. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
8. Anjurkan
menggunakan
21
analgetik secara
tepat
Kolaborasi
2. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
2. Gangguan Citra Tubuh (L.09067) Promosi Citra
Citra Tubuh Tubuh
Tujuan:
(D.0083) (2. 09305)
Setelah dilakukan intervensi
selama 3x24 jam, maka Citra
Tubuh Membaik, dengan
Tindakan:
kriteria hasil:
Observasi
Kriteria Hasil SA ST
Melihat bagian 4. Identifikasi
2 5
tubuh harapan citra
Verbalisasi tubuh berdasarkan
kecacatan bagian 2 5 tahap
tubuh perkembangan
5. Monitor frekuensi
4. Diskusikan
perubahan tubuh
22
dan fungsinya
5. Diskusikan
perbedaan
penampilan fisik
terhadap harga diri
6. Diskusikan
persepsi pasien
dan keluarga
tentang perubahan
citra tubuh
Edukasi
5. Jelaskan kepada
keluarga tentang
perawatan
perubahan citra
tubuh
6. Anjurkan
mengungkapkan
gambaran diri
terhadap citra
tubuh
7. Latih fungsi tubuh
yang dimiliki
8. Latih peningkatan
penampilan diri
3. Risiko Infeksi Tingkat Infeksi (L.14137) Pencegahan Infeksi
23
Kriteria Hasil SA ST dan sistemik.
Demam 1 5 Terapeutik
Kemerahan 1 5
5. Batasi jumlah
Nyeri 1 5
pengunjung
Bengkak 1 5
6. Berikan perawatan
kulit pada area
Ket: edema
7. Cuci tangan
6 : Meningkat
sebelum dan
7 : Cukup meningkat
sesudah kontak
8 : Sedang
dengan pasien dan
9 : Cukup menurun
lingkungan pasien
10 : Menurun
8. Pertahankan
teknik aseptic pada
pasien berisiko
tinggi.
Edukasi
2. Kolaborasi
pemberian
imunisasi, jika
perlu
24
4.1 Catatan Pengembangan
4. Mendukung istirahat/tidur
yang adekuat untuk
A : Masalah nyeri akut
membantu penurunan nyeri
belum teratasi
5. Belkolaborasi dalam
pemberin analgesik
P : Lanjutan Intervensi :
1. Lakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif
2. Pantau TTV
3. Ajarkan teknik
relaksasi - distraksi
25
Pasien dilakukan Pengobatan, perawatan,
Operasi MRM kemajuan dan prognosis
O : Pasien kehilangan
penyakit.
bagian tubuh
3. Dorong klien
mamae
mengungkapkna
perasaannya.
4. Fasilitasi kontak dengan A : Gangguang citra tubuh
individu lain dalam teratasi sebagian
kelompok kecil.
P : Lanjutan Intervensi :
1. Identifikasi
harapan citra
tubuh berdasarkan
tahap
perkembangan
2. Diskusikan
persepsi pasien
dan keluarga
tentang perubahan
citra tubuh
dan terpasangnya
26
alat medis. A : Resiko infeksi teratasi
sebagian
P : Lanjutan Intervensi :
27
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12,
Volume 1. Jakarta: EGC.
Tim Pokja SDKI PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Dewan Pengurus Pusat PPNI: Jakarta Selatan.
Tim Pokja SLKI PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Dewan Pengurus Pusat PPNI: Jakarta Selatan.
Tim Pokja SIKI PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Dewan Pengurus Pusat PPNI: Jakarta Selatan.
28