Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KEBUTUHAN DASAR AMAN NYAMAN


PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA NYERI AKUT
DI RUANG AS-SALAM Ny. M
RSI BANJARNEGARA
LP MINGGU KE 1

Oleh :
Nama : Eliana Septi Maharani
NIM : 210103036

PRAKTIK KEPERAWATAN DASAR


PROGRAM STIDI KEPERAWATAN PROGRAN SARJANA
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi kebutuhan Aman Nyaman
Kebutuhan akan keselamatan atau kenyamanan adalah kebutuhan untuk
melindungi diri dari bahaya fisik. Ancaman terhadap keselamatan seseorang dapat
dikategorikan sebagai ancaman mekanis, kimiawi, dan bakteriologis. Kebutuhan akan
keamanan terkait dengan konteks fisiologis dan hubungan interpersonal. Keamanan
seringkali didefinisikan sebagai keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis,
adalah salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Lingkungan
pelayanan-pelayanan kesehatan dan komunitas yang aman merupakan hal penting
untuk kelangsungan hidup klien.
Kenyamanan adalah konsep sentral tentang kiat keperawatan. Konsep
kenyamanan memiliki subjektifitas yang sama dengan nyeri. Setiap individu memiliki
karakteristik fisiologis, sosial, spiritual, psikologis, dan kebudayaan yang
mempengaruhu cara mereka menginterpretasikan dan merasakan nyeri.

Aman dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti terbebas dari segala ancaman
gangguan, bahaya dan terhindar serta terlindungi dari perasaan takut. Aman menurut
Tarwoto dan Wartonah (2010) adalah keadaan aman dan tenteram. Sedangkan
menurut Potter dan Perry (2005), ketika seseorang memiliki perasaan bebas dari
cedera fisik maupun psikologis, maka ia memiliki rasa aman serta tentram tersebut.

Rasa aman didefinisikan oleh Maslow (Potter dan Perry, 2005) sebagai suatu
kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian dan
keteraturan dari keadaan lingkungannya yang mereka tempati. Sejalan dengan yang
dikemukakan oleh Sutanto dan Fitriana (2017) bahwa kebutuhan akan rasa aman
adalah kebutuhan untuk melindungi diri dari berbagai bahaya yang mengancam.

Menurut Maslow (Baihaqi, 2008) individu yang sudah berhasil memenuhi


kebutuhan fisiologisnya akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhan yang lebih
tinggi, yaitu rasa aman.
Definisi nyeri sendiri yaitu suatu kondisi yang lebih dari sensasi tunggal yang
disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang
tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada
setiap orang dalam hal skala dan tingkatannya.
B. Fisiologi

Rasa nyeri pada abdominal baik mendadak maupun berulang biasanya selalu
bersumber pada: vicera abdomen atau organ yang ada di abdomen organ lain di luar
abdomen, lesi pada susunan saraf spinal, gangguan metabolik, dan psikosomatik.
Rasa nyeri pada abdomen berasal dari suatu proses penyakit yang menyebar ke
seluruh peritoneum ke ujung saraf, yang lebih dapat meneruskan rasa nyerinya dan
lebih dapat melekalisasi rasa nyeri daripada saraf otonom. Telah diketahui pula
bahwa gangguan pada giserah pada mulanya akan menyebabkan rasa nyeri visera
tetapi kemudian akan diikuti oleh rasa nyeri somatik pula, setelah peritonium terlibat.
Hasilnya risomatik yang dalam akan disertai oleh tegangan otot dan rasa mual yang
merupakan gejala khas peritonitis.

Rasa nyeri abdomen dapat timbul karena adanya rangsangan nervus frenikus
atau saraf diafragma, misalnya pada pneumonia. Rasa nyeri yang berasal dari usus
halus akan timbul di daerah abdomen bagian atas epigastrium, sedangkan rasa nyeri
dari usus besar akan timbul di bagian bawah abdomen. Reseptor rasa nyeri di dalam
traktus tigas tifus terletak pada saraf yang tidak bermielin yang berasal dari sistem
saraf otonom pada mukosa usus. Jarak saraf ini disebut sebagai serabut saraf cek yang
dapat meneruskan rasa nyeri lebih menyebar dan lebih lama dari rasa nyeri yang
dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf a. Nyeri ini khas bersifat sulit dilokalisasi.
Impuls nyeri dari fisher abdomen atas (lambung, duodenum, pankreas, hati, dan
sistem empedu), mencapai medulasi finalis pada segmentoracalis 6,7,8 serta
dirasakan di daerah epigastrium.

Impuls nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas dari ligamentum treitz
sampai fleksura hepatika memasuki segmen tora kali 9 dan 10, dirasakan di sekitar
umbilikus. Dari kolon di statis, ureter dan traktus genetalia perempuan, impuls nyeri
mencapai segmen tarakan 11 dan 12 serta segmen membaris pertama. Nyeri dirasakan
pada daerah supra publik dan kadang-kadang menjalar gelabium atau skrotum. Jika
proses penyakit meluas ke teritorium maka impuls nyeri dihantarkan oleh serabut
eferen somatis gerak segmentalis 1,3 titik nyeri yang disebabkan oleh kelainan
metabolik seperti pada kerajinan timah belum jelas patofisiologi dan patogenesisnya.
Jika permasalahan keperawatannya adalah nyeri dan ketiga nyeri muncul akan
mengakibatkan pola tidur pasien terganggu.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan dasar keamanan dan


kenyamanan
1. Emosi Kondisi psikis dengan kecemasan, depresi, dan marah akan mudah
mempengaruhi keamanan dan kenyamanan
2. Status Mobilisasi Status fisik dengan keterbatasan aktivitas, paralisis,
kelemahan otot, dan kesadaran menurun memudahkan terjadinya resiko cedera
3. Gangguan Persepsi Sensori Adanya gangguan persepsi sensori akan
mempengaruhi adaptasi terhadaprangsangan yang berbahaya seperti gangguan
penciuman dan penglihatan
4. Keadaan Imunitas Daya tahan tubuh kurang memudahkan terserang penyakit
5. Tingkat Kesadaran Tingkat kesadaran yang menurun, pasien koma
menyebabkan responterhadap rangsangan, paralisis, disorientasi, dan kurang
tidur.
6. Informasi atau Komunikasi Gangguan komunikasi dapat menimbulkan
informasi tidak diterima dengan baik.
7. Gangguan Tingkat Pengetahuan Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan
dan keamanan dapat diprediksi sebelumnya.
8. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional Antibiotik dapat menimbulkan
resisten dan anafilaktik syok.
9. Status nutrisi Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan
mudah menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya dapat beresiko terhadap
penyakit tertentu.
10. Usia Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia anak-
anak dan lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri
11. Jenis Kelamin Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna
dalam merespon nyeri dan tingkat kenyamanannya.
D. Macam-macam gangguan yang terjadi pada aman dan nyaman
Hipertermia, Nyeri abdomen, mual dan muntah
E. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian Identitas
1) Identitas klien : -
2) Umur : -
3) Jenis Kelamin : -
4) Agama : -
5) Pendidikan :
6) Pekerjaan : -
7) Suku bangsa : -
8) Status perkawinan : -
9) Golongan darah :
10) No. CM : -
11) Alamat : -
12) Tanggal Masuk : -
13) Tanggal Pengkajian : -
14) Diagnose Medis : -
15) Gangguan Kebutuhan Dasar : -
2. Identitas penanggung jawab :
1) Nama : -
2) Umur : -
3) Jenis kelamin : -
4) Agama : -
5) Pendidikan : -
6) Pekerjaan : -
7) Suku bangsa : -
8) Hubungan dengan klien : -
9) Alamat : -
3. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama : -
2) Riwayat Penyakit Sekarang : -
3) Riwayat Penyakit Dahulu : -
4) Riwayat Penyakit Keluarga : -
Tinjauan Per System Head To Toe
1. Keadaan Umum :
2. Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan Darah : -
b. Nadi : -
c. Rr : -
d. Suhu : -
e. SPO2 : -
f. P : Provokative ( Pencetus ) : -
g. Q: Quality ( Sifat ) : -
h. R: Regio ( lokasi ) : -
i. S: Severity ( skala ) : -
j. T: Time ( Waktu ) :
4. Diagnose Keperawatan : Nyeri Akut (D.0077)
5. Rencana Asuhan Keperawatan : -
DAFTAR PUSTAKA

Yatimatul Khoiriyah. 2018. Skripsi. “Hbungan Antara Kebutuhan Rasa Aman Dan
Religiusitas Dengan Keputusan Memakai Jilbab Syar’i Pada Dewasa Awal Dikomunitas Hijab
Syar’i Lampung “. Universitas Islam Negeri Raden Intan:Lampung, hal. 20-22.

Ruminem. 2021. MK. Keperawatan Dasar. Konsep Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman.
Universitas Mulawarman : Samarinda, hal. 2.

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan

Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan

Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan

Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta DPP PPNI

Heardman, H. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10:
Jakarta: RGC

Anda mungkin juga menyukai