Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KEBUTUHAN DASAR AMAN DAN NYAMAN


PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA NYERI AKUT
DI RUANG AT-TAQWA PADA PASIEN NY. R
RSI BANJARNEGARA
LP MINGGU KE-1

Oleh :
Chintya Rahmawati
210103024

PRAKTIK KEPERAWATAN DASAR


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM
SARJANA
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Kebutuhan Dasar


1. Definisi Kebutuhan Rasa Aman
Aman dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti terbebas dari
segala ancaman gangguan, bahaya dan terhindar serta terlindungi dari
perasaan takut. Aman menurut Tarwoto dan Wartonah (2010) adalah
keadaan aman dan tenteram. Sedangkan menurut Potter dan Perry
(2005), ketika seseorang memiliki perasaan bebas dari cedera fisik
maupun psikologis, maka ia memiliki rasa aman serta tentram tersebut.
Rasa aman didefinisikan oleh Maslow (Potter dan Perry, 2005)
sebagai suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh
ketentraman, kepastian dan keteraturan dari keadaan lingkungannya
yang mereka tempati. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sutanto
dan Fitriana (2017) bahwa kebutuhan akan rasa aman adalah
kebutuhan untuk melindungi diri dari berbagai bahaya yang
mengancam.
Menurut Maslow (Baihaqi, 2008) individu yang sudah berhasil
memenuhi kebutuhan fisiologisnya akan termotivasi untuk memenuhi
kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu rasa aman. Kebutuhan rasa aman
dimanifestasikan dalam bentuk keinginan untuk memiliki sebuah
rumah dilingkungan aman, keamanan di lingkungan kerja dan
sebagainya. Sarwono (2002) kemudian menambahkan membuat aturan
perundang-undangan ataupun mengembangkan kepercayaan juga
termasuk kedalam bentuk manifestasi kebutuhan rasa aman.

2. Definisi Kebutuhan Rasa Nyaman


Kebutuhan rasa nyaman adalah suatu keadaan yang membuat
seseorang merasa nyaman, terlindung dari ancaman psikologis, bebas
dari rasa sakit terutama nyeri (Purwanto dalam Karendehi, 2015).
Nyeri adalah suatu sensori subyektif dan pengalaman emosional yang
tidak menyenangkan terkait kerusakan jaringan yang aktual maupun
potensial, atau yang di gambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut
(Meliala & Suryamiharja, 2007).

3. Definisi Nyeri
The International Association for the Study of Pain (IASP)
mendefinisikan nyeri sebagai berikut nyeri merupakan pengalaman
sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya
kerusakan atau ancaman kerusakan jaringan. Berdasarkan definisi
tersebut nyeri merupakan suatu gabungan dari komponen objektif
(aspek fisiologi sensorik nyeri) dan komponen subjektif (aspek
emosional dan psikologis). Sedangkan nyeri akut disebabkan oleh
stimulasi noxious akibat trauma, proses suatu penyakit atau akibat
fungsi otot atau viseral yang terganggu. Nyeri tipe ini berkaitan
dengan stress neuroendokrin yang sebanding dengan intensitasnya.
Nyeri akut akan disertai hiperaktifitas saraf otonom dan umumnya
mereda dan hilang sesuai dengan laju proses penyembuhan.

B. Fisiologi Terjadinya Nyeri Akut Pada DHF


Nyamuk Aedes spp yang sudah terinfeksi virus dengue, akan tetap
infektif sepanjang hidupnya dan terus menularkan kepada individu
yang rentan pada saat menggigit dan menghisap darah. Setelah masuk
ke dalam tubuh manusia, virus dengue akan menuju organ sasaran
yaitu sel kuffer hepar, endotel pembuluh darah, nodus limpaticus,
sumsum tulang serta paru-paru.
Beberapa penelitian menunjukkan, sel monosit dan makrofag
mempunyai peran pada infeksi ini, dimulai dengan menempel dan
masuknya genom virus ke dalam sel dengan bantuan organel sel dan
membentuk komponen perantara dan komponen struktur virus.
Setelah komponen struktur dirakit, virus dilepaskan dari dalam sel.
Infeksi ini menimbulkan reaksi immunitas protektif terhadap serotipe
virus tersebut tetapi tidak ada cross protective terhadap serotipe virus
lainnya. (Candra, 2010).
Pada hal ini, nyeri akut dapat disebabkan oleh beberapa hal. Pada
pasien DHF, nyeri akut disebabkan oleh karena adanya agen
pencendera fisiologis (infeksi virus dengue (viremia)) di dalam tubuh
yang disebarkan oleh nyamuk aedes aegypti.

C. Factor Kebutuhan Dasar Aman Dan Nyaman


Potter & Perry, 2006 menyebutkan bahwa faktor yang
mempengaruhi keamanan dan keselamatan meliputi:
1. Emosi Kondisi psikis dengan kecemasan, depresi, dan
marah akan mudah mempengaruhi keamanan dan
kenyamanan
2. Status Mobilisasi Status fisik dengan keterbatasan aktivitas,
paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun
memudahkan terjadinya resiko cedera.
3. Gangguan Persepsi Sensori Adanya gangguan persepsi
sensori akan mempengaruhi adaptasi terhadaprangsangan
yang berbahaya seperti gangguan penciuman dan
penglihatan.
4. Keadaan Imunitas Daya tahan tubuh kurang memudahkan
terserang penyakit.
5. Tingkat Kesadaran Tingkat kesadaran yang menurun,
pasien koma menyebabkan responterhadap rangsangan,
paralisis, disorientasi, dan kurang tidur.
6. Informasi atau Komunikasi Gangguan komunikasi dapat
menimbulkan informasi tidak diterima dengan baik.
7. Gangguan Tingkat Pengetahuan Kesadaran akan terjadi
gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi
sebelumnya.
8. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional Antibiotik dapat
menimbulkan resisten dan anafilaktik syok.
9. Status nutrisi Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan
kelemahan dan mudah menimbulkan penyakit, demikian
sebaliknya dapat beresiko terhadap penyakit tertentu.
10. Usia Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara
kelompok usia anak- anak dan lansia mempengaruhi reaksi
terhadap nyeri.
11. Jenis Kelamin Secara umum pria dan wanita tidak berbeda
secara bermakna dalam merespon nyeri dan tingkat
kenyamanannya.
12. Kebudayaan Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan
mempengaruhi cara individu mengatasi.
D. Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada pemenuhan
dasar aman dan nyaman (nyeri) yaitu :
1. Nyeri neuropatik : nyeri yang didahului atau disesbabkan oleh
lesi atau disfungsi primer pada system saraf.
2. Nyeri neurogenic: nyeri yang didahului atau disebabkan oleh
lesi atau disfungsi atau gangguan sementara primer pada
system saraf pusat atau tepi.
3. Neuralgia : nyeri pada daerah distribusi saraf
4. Neuritis : inflamasi pada saraf
5. Neuropati : gangguan fungsi atau perubahan patofisiologis pada
saraf.
a. Pada 1 saraf : mononeuropati
b. Beberapa saraf : mononeuropati/multipleks
c. Bila bersifat diffuse dan bilateral polineuropati
6. Aldinia : nyeri yang disebabkan oleh stimulus yang secara
normal tidak menimbulkan nyeri.
7. Hyperalgesia ; respons berlebihan terhadap stimulus yang
secara normal menimbulkan nyeri
8. Hyperestesia : meningkatkan sesnsitifitas terhadap stimulasi
9. Hyperpatia : sindroma dengan nyeri bercirikan reaksi nyeri
abdnormal terhadap stimulus, khususnya terhadap stimulus
berulang, seperti pada peninggian nilai ambang
10. Disestesia : sensasi abdnormal yang tidak menyenangkan baik
bersifat spontan atau dengan pencetus
11. Paraestesia : sensasi abdnormal, baik bersifat spontan maupun
dengan pencetus.

E. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Identitas
1) Identitas klien : -
2) Umur : -
3) Jenis Kelamin : -
4) Agama : -
5) Pendidikan :
6) Pekerjaan : -
7) Suku bangsa : -
8) Status perkawinan : -
9) Golongan darah :
10) No. CM : -
11) Alamat : -
12) Tanggal Masuk : -
13) Tanggal Pengkajian : -
14) Diagnose Medis : -
15) Gangguan Kebutuhan Dasar : -
2. Identitas penanggung jawab :
1) Nama : -
2) Umur : -
3) Jenis kelamin : -
4) Agama : -
5) Pendidikan : -
6) Pekerjaan : -
7) Suku bangsa : -
8) Hubungan dengan klien : -
9) Alamat : -
3. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama : -
2) Riwayat Penyakit Sekarang : -
3) Riwayat Penyakit Dahulu : -
4) Riwayat Penyakit Keluarga : -
Tinjauan Per System Head To Toe
1. Keadaan Umum :
2. Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan Darah : -
b. Nadi : -
c. Rr : -
d. Suhu : -
e. SPO2 : -
f. P : Provokative ( Pencetus ) : -
g. Q: Quality ( Sifat ) : -
h. R: Regio ( lokasi ) : -
i. S: Severity ( skala ) : -
j. T: Time ( Waktu ) :
4. Diagnose Keperawatan : Hipertemia D. 0130
5. Rencana Asuhan Keperawatan : -
DAFTAR PUSTAKA

Yatimatul Khoiriyah. 2018. Skripsi. “Hbungan Antara Kebutuhan


Rasa Aman Dan Religiusitas Dengan Keputusan Memakai Jilbab Syar’i
Pada Dewasa Awal Dikomunitas Hijab Syar’i Lampung “. Universitas
Islam Negeri Raden Intan:Lampung, hal. 20-22.
Prasetyani, Raditya Dewi. Juni 2015.”Jurnal Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung “. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Demam Berdarah Dengue. Vol. 4 (7), hal 61-65.
Sucipto, Mursid, dkk. Oktober 2015. “Jurnal Kesehatan Lingkungan
Indonesia “. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) Dan Jenis Serotipe Virus Dengue Di
Kabupaten Semarang. Vol. 14 (2), hal 51-56.
Dyoko Gumilang Sudibyo et al. 2017. “Jurnal Farmasi Komunitas “.
Pengetahuan Ibu Dan Cara Penanganan Demam Pada Anak. Universitas
Airlangga: Surabaya. Vol. 7 (2), hal 70.
Ruminem. 2021. MK. Keperawatan Dasar. Konsep Kebutuhan Rasa
Aman dan Nyaman. Universitas Mulawarman : Samarinda, hal. 2.
Susi Aulina.Nyeri.Universitas Hasanudin.

Anda mungkin juga menyukai