Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

“KEBUTUHAN RASA AMAN, NYAMAN, DAN NYERI”

Disusun Oleh:

MUKTI SEJATI ( 22.2.066 )

STKA 1B

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN ANESTESIOLOGI

POLITEKNIK INSAN HUSADA SURAKARTA


KATA PENGANTAR

Kebutuhan dasar manusia adalah hal yang sangat penting dan harus dipenuhi
agar manusia dapat hidup secara layak dan berkualitas. Dalam makalah ini, saya akan
membahas lebih dalam mengenai kebutuhan dasar manusia, mulai dari kebutuhan
fisiologis, keamanan, cinta dan rasa memiliki, penghargaan, hingga aktualisasi diri.

Makalah ini juga akan membahas mengenai pentingnya memenuhi kebutuhan


dasar manusia, serta upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, dan
individu untuk memastikan bahwa kebutuhan dasar manusia terpenuhi dengan baik.

Saya berharap makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam
mengenai kebutuhan dasar manusia dan menginspirasi pembaca untuk lebih peduli
dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia bagi diri sendiri maupun bagi orang lain
di sekitarnya.

Surakarta,
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Latar belakang kebutuhan rasa aman, nyaman, dan nyeri berkaitan
dengan pentingnya kesejahteraan fisik dan psikologis manusia. Ketiga
kebutuhan tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi, sehingga
kekurangan atau kelebihan dalam satu kebutuhan dapat berdampak pada
kebutuhan yang lain.
Rasa aman dan nyaman adalah kebutuhan dasar manusia yang penting
untuk memastikan kesejahteraan fisik dan psikologis. Kondisi lingkungan
yang tidak aman atau tidak nyaman dapat berdampak pada kesehatan fisik
dan psikologis manusia, seperti stres, gangguan tidur, dan bahkan dapat
meningkatkan risiko terkena penyakit.
Sementara itu, rasa nyeri merupakan sinyal yang dikirimkan oleh
tubuh sebagai respons terhadap stimulus yang merusak atau berbahaya.
Meskipun rasa nyeri dapat membantu manusia untuk menghindari bahaya
atau merespons luka atau penyakit, tetapi jika terlalu sering atau
berkepanjangan dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan bahkan
depresi.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami dan memenuhi
kebutuhan rasa aman, nyaman, dan nyeri secara adekuat agar dapat
menjaga kesehatan fisik dan psikologis kita serta meningkatkan kualitas
hidup kita secara keseluruhan.
2. RUMUSAN MASALAH
2.1 Apa yang dimaksud dengan kebutuhan dasar manusia
2.2 Apa yang dimaksud dengan kebutuhan rasa aman dan nyaman
2.3 Apa yang dimaksud dengan nyeri
3. TUJUAN PENULISAN
3.1 Untuk mengetahui konsep kebutuhan dasar manusia
3.2 Untuk mengetahui bagaimana kebutuhan rasa aman dan nyaman
3.3 Untuk mengetahui nyeri dan pengkajiannya
BAB II

PEMBAHASAN

1. Aman

Rasa aman didefinisikan oleh Maslow dalam Potter & Perry (2006) sebagai
sesuatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman,
kepastian dan keteraturan dari keadaan lingkungannya yang mereka tempati.
Keamanan adalah kondisi bebas dari cedera fisik dan psikologis ( P o t t e r & Perry,
2006).

Kebutuhan akan rasa aman muncul setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi.


Manusia memiliki kebutuhan rasa aman secara fisik dari ancaman kriminalitas,
perang, terorisme, bahaya dan bencana alam. Selain itu ada juga kebutuhan rasa aman
secara psikologis, seperti tidak direndahkan, diejek, bebas dari rasa tertekan dan lain
sebagainya.Aman adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis.
Pemenuhankebutuhan keamanan dilakukan untuk menjaga tubuh bebas dari
kecelakaan baik pasien, perawat atau petugas lainnya yang bekerja untuk pemenuhan
kebutuhan tersebut (Asmadi, 2008).

Cara Meningkatkan keamanan:

1. Mengkaji tingkat kemampuan pasien untuk melindungi diri

2. Menjaga keselamatan pasien yang gelisah

3. Mengunci roda kereta dorong saat berhenti

4. Penghalang sisi tempat tidur 5. Bel yg mudah dijangkau

6. Meja yang mudah dijangkau

7. Kereta dorong ada penghalangnya

8. Kebersihan lantai
9. Prosedur tindakan.

Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada rasa aman dan nyaman

a. Jatuh

Jatuh merupakan 90% jenis kecelakaan dilaporkan dari seluruh kecelakaan


yang terjadi di rumah sakit. Resiko jatuh lebih besar dialami pasien lansia

b. Oksigen

Kebutuhan fisiologis yang terdiri dari kebutuhan terhadap oksigen akan


mempengaruhi keamanan pasien

c. Pencahayaan

Rumah sakit merupakan sarana pelayanan publik yang penting. Tata


pencahayaan dalam ruang kenyamanan pasien rawat inap rawat inap dapat
mempengaruhi.

2. Nyaman

Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry, 2005) megungkapkan kenyamanan/rasa


nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu
kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan
sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan
tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri). Meningkatkan kebutuhan rasa
nyaman diartikan perawat telah memberikan kekuatan, harapan, hiburan,
dukungan, dorongan, dan bantuan. Secara umum dalam aplikasinya pemenuhan
kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan rasa nyaman bebas dari rasa nyeri, dan
hipo/hipertermia. Hal ini disebabkan karena kondisi nyeri dan hipo/hipertermia
merupakan kondisi yang mempengaruhi perasaan tidak nyaman pasien yang
ditunjukan dengan timbulnya gejala dan tanda pada pasien.
Berbagai teori keperawatan menyatakan kenyamanan sebagai kebutuhan dasar
klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Konsep
kenyamanan mempunyai subjektifitas yang sama dengan nyeri. Setiap individu
memiliki karakteristik fisiologis, sosial, spiritual, psikologis, dan kebudayaan
yang mempengaruhi cara mereka menginterpretasikan dan merasakan nyeri.
Setiap individu memiliki karakteristik fisiologis, sosial, spiritual, psikologis, dan
kebudayaan yang mempengaruhi cara mereka menginterpretasikan dan merasakan
nyeri.

Kenyamanan dipandang secara holistik yang mencakup empat aspek yaitu:

a. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.

B. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial.

C. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri


yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan).

d. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal


manusia seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah lainnya.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keamanan dan Kenyamanan :

1. Emosi

2. Kecemasan, depresi, dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi


keamanan dan kenyamanan

3. Status Mobilisasi

4. Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun


memudahkan terjadinya resiko injury

5. Gangguan Persepsi Sensory


6. Mempengaruhi adaptasi terhadaprangsangan yang berbahayaseperti gangguan
penciuman dan penglihatan

7. Keadaan Imunits

8. Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga mudah
terserang penyakit

9. Tingkat Kesadaran

10. Pada pasien koma, respon akan enurun terhadap rangsangan, paralisis,
disorientasi, dan kurang tidur.

11. Informasi atau Komunikasi

12. Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca dapat
menimbulkan kecelakaan.

13. Gangguan Tingkat Pengetahuan

14. Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi
sebelumnya.

15. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional Antibiotik dapat menimbulkan


resisten dan anafilaktik syok

16. Status nutrisi Smart, Creative

17. Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah


menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya dapat beresiko terhadap penyakit
tertentu.

18. Usia

19. Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia anak-anak


dan lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri
20. Jenis Kelamin

21. Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam merespon
nyeri dan tingkat kenyamanannya.

22. Kebudayaan

23. Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu mengatasi


nyeri dan tingkat kenyaman yang mereka punyai.

3. Nyeri

Nyeri merupakan suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang


tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial atau yang dirasakan dalam kejadian2 dimana terjadi kerusakan (IASP,
1979). Nyeri adalah sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan sangat
individual yang tidak dapat dibagi dengan orang lain. Nyeri dapat memenuhi
seluruh pikiran seseorang, mengubah kehidupan orang tersebut. Akan tetapi, nyeri
adalah konsep yang sulit dikomunikasikan oleh klien (Berman, 2009).

Nyeri adalah suatu mekanisme pertahanan bagi tubuh yang timbul bila mana
jaringan sedang dirusak yang menyebabkan individu tersebut bereaksi dengan
cara memindahkan stimulus nyeri (Guyton & Hall, 2008 dalam Saifullah, 2015).
Nyeri menurut Rospond (2008) merupakan sensasi yang penting bagi tubuh.
Sensasi penglihatan, pendengaran, bau, rasa, sentuhan, dan nyeri merupakan hasil
stimulasi reseptor sensorik, provokasi saraf-saraf sensorik nyeri menghasilkan
reaksi ketidaknyamanan, distress, atau menderita. Menurut Handayani (2015)
nyeri adalah kejadian yang tidak menyenangkan, mengubah gaya hidup dan
kesejahteraan individu.

Menurut Andarmoyo (2013) nyeri adalah ketidaknyamanan yang dapat


disebabkan oleh efek dari penyakit-penyakit tertentu atau akibat cedera.
Sedangkan menurut Kozier & Erb dalam Nurrahman (2009) mengatakan bahwa
nyeri adalah sensasi yang tidak menyenangkan dan sangat individual yang tidak
dapat dibagi dengan orang lain.

Etiologi

Nyeri dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu trauma, mekanik, thermos,
elektrik, neoplasma (jinak dan ganas), peradangan (inflamasi), gangguan sirkulasi
darah dan kelainan pembuluh darah serta yang terakhir adalah trauma psikologis
(Handayani, 2015)

Stimulus nyeri

1. Mekanik : diterima oleh reseptor nyeri mekano-sensitif, misalnya distensi


ductus, tumor

2.Thermal (panas/dingin) : diterima oleh reseptor thermosensitif, misalnya


terbakar (akibat panas/dingin yg ekstrem)

3.Kimiawi : diterima oleh reseptor nyeri chemosensitif, misalnya perforasi organ


viseral

4.Listrik, misalnya lapisan kulit terbakar

Klasifikasi nyeri berdasarkan beberapa hal adalah sebagai berikut : 1. Nyeri


berdasarkan tempatnya

Menurut Irman (2007) dalam Handayani (2015) dibagi menjadi :

a. Pheriperal pain

Merupakan nyeri yang terasa pada permukaan tubuh. Nyeri ini termasuk nyeri
pada kulit dan permukaan kulit. Stimulus yang efektif untuk menimbulkan nyeri
dikulit dapat berupa rangsangan mekanis, suhu, kimiawi, atau listrik. Apabila
hanya kulit yang terlibat, nyeri sering dirasakan sebagai menyengat, tajam,
meringis, atau seperti terbakar.
b. Deep pain

Merupakan nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam (nyeri
somatik) atau pada organ tubuh visceral. Nyeri somatis mengacu pada nyeri yang
berasal dari otot, tendon, ligament, tulang, sendi dan arteri. Struktur-struktur ini
memiliki lebih sedikit reseptor nyeri sehingga lokalisasi sering tidal jelas.

c. Reffered pain

Merupakan nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ/ struktur


dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh di daerah yang berbeda bukan
dari daerah asalnya misalnya, nyeri pada lengan kiri atau rahang berkaitan dengan
iskemia jantung atau serangan jantung.

d. Central pain

Merupakan nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau disfungsi
primer pada sistem saraf pusat seperti spinal cord, batang otak, thalamus, dan
lain-lain. 2. Nyeri berdasarkan sifatnya Meliala (2007) dalam Handayani (2015)
menyebutkan bahwa nyeri ini digolongkan menjadi tiga, yaitu :

a. Incidental pain

Merupakan nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang. Nyeri ini


biasanya sering terjadi pada pasien yang mengalami kanker tulang.

b. Steady pain

Merupakan nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam jangka
waktu yang lama. Pada distensi renal kapsul dan iskemik ginjal akut merupakan
salah satu jenis.

c. Proximal pain
Merupakan nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali. Nyeri
tersebut biasanya menetap selama kurang lebih 10-15 menit, lalu menghilang
kemudian timbul lagi.

3. Nyeri berdasarkan ringan beratnya

Nyeri ini dibagi ke dalam tiga bagian (Wartonah, 2005 dalam Handayani 2015)
sebagai berikut

a. Nyeri ringan

Merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas ringan. Nyeri ringan biasanya
pasien secara obyektif dapat berkomunikasi

dengan baik.

b. Nyeri sedang

Merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas yang sedang. Nyeri sedang secara
obyektif pasien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri dan
mendiskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.

c. Nyeri berat

Merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas berat. Nyeri

berat secara obyektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih
respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendiskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang.

4. Nyeri berdasarkan waktu serangan

a. Nyeri akut

Merupakan nyeri yang mereda setelah dilakukan intervensi dan penyembuhan.


Awitan nyeri akut biasanya mendadak dan berkaitan dengan masalah spesifik
yang memicu individu untuk segera bertindak menghilangkan nyeri. Nyeri
berlangsung singkat (kurang dari 6 bulan) dan menghilang apabila faktor internal
dan eksternal yang merangsang reseptor nyeri dihilangkan. Durasi nyeri akut
berkaitan dengan faktor penyebabnya dan umumnya dapat diperkirakan (Asmadi,
2008).

b. Nyeri kronis

Merupakan nyeri yang berlangsung terus menerus selama 6 bulan atau lebih.
Nyeri ini berlangsung diluar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering
tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera spesifik. Nyeri kronis ini
berbeda dengan nyeri akut dan menunjukkan masalah baru, nyeri ini sering
mempengaruhi semua aspek kehidupan penderitanya dan menimbulkan distress,
kegalauan emosi dan mengganggu fungsi fisik dan sosial (Potter & Perry, 2005
dalam Handayani, 2015).

Mekanisme nyeri

Otak menerima informasi mengenai objek eksternal dan struktur tubuh


melalui saraf sensoris. Saraf sensoris untuk setiap indra perasa bersifat spesifik,
artinya saraf sensoris dingin hanya dapat diransang oleh sensasi dingin. Menurut
teori ini, timbulnya sensasi nyeri berhubungan dengan pengaktifan ujung-ujjung
serabut saraf bebas oleh perubahan mekanik, ransangan kimia atau temperature
yang berlebihan, persepsi nyeri yang dibawa serabut saraf nyeri diproyeksikan
oleh spinotalamik ke spesifik pusat nyeri di thalamus ( ahmadi 2008 )

Pengukuran Nyeri

Numeric Rating Scale (NRS)

Skala ini sudah biasa dipergunakan dan tellah divalidasi. Berat dan ringannya
rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan mengobyektifkan pendapat
subyektif nyeri. Skala numeric dari 0 (nol) hingga 10 (sepuluh) (Potter & Perry,
2005 dalam Handayani, 2015).

Skala 0 : Tanpa nyeri

Skala 1-3 : Nyeri ringan

Skala 4-6 : Nyeri sedang

Skala 7-9 : Nyeri berat

Skala 10 : Nyeri sangat berat

Pengkajian nyeri :

P : provokes, palliative (penyebab)

Apa yang menyebabkan rasa sakit/nyeri; apakah ada hal yang menyebabkan
kondisi memburuk/membaik; apa yang dilakukan jika sakit/nyeri timbul; apakah
nyeri ini sampai mengganggu tidur.

Q : quality (kualitas)

Bisakah anda menjelaskan rasa sakit/nyeri; apakah rasanya tajam, sakit, seperti
diremas, menekan, membakar, nyeri berat, kolik, kaku atau seperti ditusuk
(biarkan pasien menjelaskan kondisi ini dengan kata-katanya).

R : Radiates (penyebaran)
Apakah rasa sakitnya menyebar atau berfokus pada satu titik.

S : severety (keparahan)

Seperti apa sakitnya; nilai nyeri dalam skala 1-10 dengan 0 berarti tidak sakit dan
10 yang paling sakit. Cara lain adalah menggunakan skala FACES untuk pasien
anak-anak lebih dari 3 tahun atau pasien dengan kesulitan bicara

T : time (waktu)

Kapan sakit mulai muncul; apakah munculnya perlahan atau tiba-tiba; apakah
nyeri muncul secara terus-menerus atau kadang-kadang; apakah pasien pernah
mengalami nyeri seperti ini sebelumnya. apabila "iya" apakah nyeri yang muncul
merupakan nyeri yang sama atau berbeda.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Kebutuhan rasa aman, nyaman, dan nyeri merupakan hal yang penting dalam
memastikan kesejahteraan fisik dan psikologis manusia. Rasa aman dan nyaman
sangat penting untuk menjaga kesehatan fisik dan psikologis, sedangkan rasa
nyeri dapat memberikan sinyal yang berguna namun jika terlalu sering atau
berkepanjangan dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan bahkan depresi.

Dalam memenuhi kebutuhan rasa aman dan nyaman, penting untuk


menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman, baik di rumah, tempat kerja,
maupun di lingkungan sosial. Upaya untuk menciptakan lingkungan yang aman
dan nyaman dapat dilakukan melalui perencanaan, perbaikan dan pengaturan
ulang lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan manusia. Sementara itu, dalam
mengatasi rasa nyeri, dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti mengonsumsi
obat pereda nyeri, melakukan terapi fisik atau psikologis, dan perubahan pola
hidup seperti olahraga dan diet sehat.

Dalam keseluruhan, memahami dan memenuhi kebutuhan rasa aman, nyaman,


dan nyeri secara adekuat dapat membantu menjaga kesehatan fisik dan psikologis
manusia serta meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Oleh karena itu,
penting bagi kita untuk memprioritaskan kebutuhan ini dalam kehidupan sehari-
hari.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2284/3/BAB%20II.pdf

https://repository.unmul.ac.id/bitstream/handle/123456789/36880/Bahan%20Ajar
%20%20Konsep%20%20Kebutuhan%20Rasa%20Aman%20dan%20Nyaman
%20%202021.pdf?sequence=1

https://bahan-ajar.esaunggul.ac.id/nsa743/wp-content/uploads/sites/1310/2019/12/
PPT-UEU-Manajemen-Nyeri-Pertemuan-11.pptx

http://eprints.ums.ac.id/14763/2/3.BAB_I.pdf

https://eprints.umm.ac.id/43290/3/jiptummpp-gdl-fahmirizal-50534-3-skripsi-2.pdf

https://www.studocu.com/id/document/politeknik-kesehatan-kemenkes-medan/
kesehatan-lingkungsng/laporan-pendahuluan-rasa-aman-dan-nyaman-docx/21800966

Anda mungkin juga menyukai