DISUSUN OLEH
Zuhermi Nardiyati
222213050
PENDAHULUAN
Kebutuhan rasa aman dan nyaman merupakan hal penting untuk dicatat dari perawatan
pasien onkologi atau paliatif dalam meredakan dan mengelola gejala sulit seperti rasa nyeri.
Kolcaba (2014, dalam Potter & Perry, 2016) mengungkapkan. kenyamanan rasa nyaman
adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan
ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan
(kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah
atau nyeri). Kebutuhan rasa aman dan nyaman meliputi kebutuhan keamanan dan
keselamatan baik fisik (perlindungan dari cedera tubuh) dan. psikologis (kegelisahan,
keamanan dan stabilitas) serta kebutuhan akan tempat tinggal dan bebas dari bahaya.
Setiap individu membutuhkan rasa aman dan nyaman. Dalam konteks keperawatan,
perawat harus memperhatikan dan memenuhi rasa aman dan nyaman. Gangguan rasa aman
dan nyaman yang dialami pasien diatasi oleh perawat melalui intervensi keperawatan.
Meningkatkan kebutuhan. rasa nyaman diartikan perawat telah memberikan kekuatan,
harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan. Kondisi ketidaknyamanan yang paling
sering dihadapi oleh klien adalah nyeri.
2. Anatomi Fisiologi
Terdapat tiga komponen fisiologis dalam nyeri yaitu resepsi, presepsi, dan relaksi.
Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuis melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri
memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya
sampai di dalam masa berwarna abu-abu di medula spinalis. Terdapat pesan nyeri dapat
berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai
otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke korteks serebral, maka otak menginterpretasi
kualitas nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersiapkan nyeri (Wahyudi & Abd. Wahid,
2016).
3. Etiologi
Kurang mengontrol emosi yang menyebabkan gangguan rasa nyaman timbul Profesi
pekerjaan juga dapat mempengaruhi gangguan rasa nyaman. contohnya ibu rumah tangga,
hal ini kemungkinan dikarenakan ibu rumah tangga memiliki waktu yang lebih sedikit untuk
beristirahat dan mengendalikan rasa nyaman. Tingkat pendidikan yang rendah
mempengaruhi gangguan rasa nyaman, memiliki tingkat pendidikan sekolah dasar
kemungkinan mempengaruhi pada tingkat pengetahuan tentang pengendalian rasa nyaman.
Faktor usia juga dapat mempengaruhi kenyamanan seseorang yang berumur 46-65 tahun,
hal ini kemungkinan dikarenakan pada usia tersebut kurangnya tingkat kepekaan terhadap
kesehatan, sehingga ketidak kenyamanan dapat terjadi
4. Klasifikasi
1. Nyeri akut, adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintegritas
ringan hingga berat yang berlangsung selama kurang dari 3 bulan. Penyebab nyeri akut
antara lain:
a. Agen pencedera fisiologis (inflamasi, iskemia, meoplasma)
b. Agen pencedera kimiawi (terbakar bahan kimia iritan)
c. Agen pencedera fisik (abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat,operasi,
trauma, latihan fisik berlebihan)
2. Nyeri kronis, adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan actual dan fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat dan konstan yang berlangsung lebih dari 3 bulan
Penyebab nyeri kronis antara lain:
a. kondisi musculoskeletal kronis
b. kerusakan system saraf
c. penekanan saraf
d. infiltrasi tumor
e. ketidakseimbangan neuromedulator dan reseptor
f. gangguan imunitas (neuropati terkait hiv, virus
5. Manifestasi klinis
Gejala dan tanda gangguan rasa nyaman (mual) dapat dibagi menjadi 2 ( dua) yaitu sebagai
berikut (PPNI. 2016):
Data subjektif.
Data subjektif.
Data objektif:
1. Saliva meningkat
2. Pucat
3. Diaphoresis
4. Takikardi
5. Pupil dilatasi
6. Patofisiologi
Ada empat proses yang terjadi pada perjalanan nyeri, yaitu transduksi, transmisi, modulasi
dan persepsi.
a. Tranduksi
b. Transmisi
Proses penyaluran impuls listrik yang dihasilkan oleh proses transduksi sepanjang jalur
nyeri, dimana molekul-molekul dicelah sinaptik mentrasmisi informasi dari satu neuron ke
neuron berikutnya.
c. Persepsi
Individu mulai menyadari adanya nyeri dan tampaknya persepsi nyeri tersebut. terjadi di
struktur korteks sehingga memungkinkan timbulnya berbagai strategi perilaku kognitif untuk
mengurangi komponen sensorik dan afektif nyeri.
Neuron dibatang otak mengirimkan sinyal-sinyal kembali ke tanduk dorsal medula spinalis
yang terkonduksi dengan nosiseptor impuls supresif.
7. Pathway
2. Penatalaksanaan Medis
a. Pemberian obat Analgetik
Obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara total. Seseorang yang mengonsumsi
analgetik tetap berada dalam keadaan sadar.
Aspirin dan Ibuprofen mengurangi nyeri dengan cara bekerja di ujung saraf perifer pada daerah
luka dan menurunkan tingkat mediator inflamasi yang dihasilkan luka.
10. Pencegahan
Berpikir hal-hal yang baik dan menyenangkan. Tenangkan pikiran dan kembangkan
hobi. Bicarakan perasaan dan keluhan dengan seseorang yang dapat dipercaya.
Meningkatkan ibadah sesuai dengan agama masing-masing.
11. Komplikasi
a. Hipovolemik
b. Hipertermi
c. Masalah Mobilisasi
d. Hipertensi
e. Edema Pulmonal
f. Kejang
Data umum pasien meliputi: nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan, pekerjaan,
status perkawinan, alamat, no.RM, diagnosa medis, tanggal pengkajian, tanggal masuk RS,
DIL..Identitas penanggung jawab meliputi: Nama, umur, pekerjaan, alamat dan hubungan
dengan klien.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Selama pengumpulan riwayat kesehatan, perawat menanyakan kepada pasien tentang tanda
dan gejala yang dialami oleh pasien. Setiap keluhan harus ditanyakan dengan detail kepada
pasien. disamping itu diperlukan juga pengkajian mengenai keluhan yang disarasakan meliputi
lama timbulnya.
Pada riwayat penyakit sekarang, perawat mengkaji apakah gejala terjadi pada waktu yang
tertentu saja, seperti sebelum atau sesudah makan, ataupun setelah mencerna makanan pedas dan
pengiritasi dan setelah mencerna obat tertentu atau setelah mengkonsumsi alhohol.
Untuk mengkaji riwayat penyakit dahulu atau riwayat penyakit. sebelumnya, perawat harus
mengkaji apakah gejala yang berhubungan dengan ansietas, stress, alergi, makan atau minum
terlalu banyak, atau makan terlalu cepat. Selain itu perawat juga harus mengkaji adakah riwayat
penyakit lambung sebelumnya atau pembedahan lambung
C. Pola hidup
1. Pola Persepsi
2. Pola nutrisi
Mengidentifikasi masukan nutrisi dalam tubuh, balance cairan. serta elektrolit. Pengkajian
meliputi: nafsu makan, pola makan, diet, kesulitan menelan, mual, muntah, kebutuhan jumlah zat
gizi.
3. Pola eliminasi
Menjelaskan tentang pola fungsi ekskresi serta kandung kenih dan kulit. Pengkajian yang
dilakukan meliputi: kebiasaan. deddekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah miksi
(oliguria, disuri), frekuensi defekasi dan miksi. Karakteristik urine dan feses, pola input cairan,
masalah bau badan.
4. Pola latihan-aktivitas
Menggambarkan tentang pola latihan, aktivitas, fungsi pernapasan. Pentingnya latihan atau gerak
dalam keadaan sehat maupun sakit, gerak tubuh dan kesehatan berhubungan dengan satu sama
lain. Kemampuan klien dalam menata dirinya sendiri apabila tingkat kemampuannya 19 0:
mandiri, 1: dengan alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung
dalam melakukan ADL. kekuatan otot dan ROM. riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama dan
kedalaman napas, bunyi napas, riwayat penyakit paru.
5. Pola kognitif perseptual
Menjelaskan tentang persepsi sendori dan kognitif. Pola ini meliputi pengkajian fungsi
penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau dan kompensasinya terhadap tubuh. Dan pola
kognitif memuat kemampuan daya ingat klien terhadap peristiwa peristiwa yang telah lama atau
baru terjadi.
Menggambarkan pola tidur serta istirahat pasien. Pengkajian yang dilakukan pada pola ini
meliputi: jam tidur siang dan malam pasien, masalah selama tidur, insomnia atau mimpi buruk,
penggunaan obat serta mengaluh letih.
Menggambarkan sikap tentan diri sendiri serta persepsi terhadap kemampuan diri sendiri dan
kemampuan konsep diri yang meliputi: gambaran diri, harga diri, peran, identitas dan ide diri
sendiri.
Menggambarkan serta mengatahui hubungan pasien serta peran pasien terhadap anggota
keluarga serta dengan masyarakat yang berada dalam lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
Menggambarkan tentang kepuasan yang dirasakan atau masalah yang dirasakan dengan
seksualitas. Selain itu dilakukan juga pengkajian yang meliputi: dampak sakit terhadap
seksualitas, riwayat haid, pemeriksaan payudara sendiri, riwayat penyakit. hubungan seks, serta
pemeriksaan genetalia.
Menggambarkan tentang pola nilai dan keyakinan yang dianut. Menerangkan sikap serta
keyakinan yang dianaut oleh klien dalam melaksanakan agama atau kepercayaan yang dianut.
11. Pengkajtan psikososial
Perubahan integritas ego yang ditemukan pada klien adalah klien menyangkal, takut mati,
perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit perawatan yang tak perlu, kuatir tentang
keluarga, pekerjaan, dan keuangan. Kondisi ini ditandai dengan sikap menolak, menyangkal,
cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah. perilaku menyerang, dan fokus pada diri sendiri.
Interaksi sosial dikaji terhadap adanya stress karena keluarga, pekerjaan, kesulitan biaya
ekonomi dan kesulitan koping dengan sresor yang ada, kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat
gangguan oksigenasi jaringan stress akibat kesakitan bernapas dan pengetahuan bahwa jantung
tidak berfungsi dengan baik.. Penurunan lebih lanjut dari curah jantung dapat terjadi ditandai
dengan adanya keluhan insomnia atau tampak kebingungan.
D. Pemeriksaan Fisik
Ekspresi wajah
Lisan
1. Menangis
2. Baterai
Tanda-tanda Vital
1. Tekanan darah
2. Nadi
3. Pernapasan
Ekstremitas
Amati gerak tubuh pasien untuk mengalokasi tempat atau rasa yang tidak nyaman.
E. Diagnosis Keperawatan
F. Intervensi Keperawatan
G. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan suatu proses keperawatan yang dilakukan setelah
perencanaan keperawatan. Implementasi keperawatan adalah langkah keempat dari
proses keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk membantu pasien yang
bertujuan mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak ataupun respon yang
dapat ditimbulkan oleh adanya masalah keperawatan serta kesehatan. Implementasi
keperawatan membutuhkan fleksibilitas dan kreativitas perawat (Debora, 2013).
H. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap kelima atau proses keperawatan terakhir yang
berupaya untuk membandingkan tindakan yang sudah dilakukan dengan kriteria hasil
yang sudah ditentukan. Evaluasi keperawatan bertujuan menentukan apakah seluruh
proses keperawatan sudah berjalan dengan baik dan tindakan berhasil dengan baik
(Debora, 2013). Evaluasi yang diharapkan dapat dicapai pada pasien gastritis dalam
pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah dapat.
DAFTAR PUSTAKA
NANDA Internasional Inc. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi
2015-2017, Edisi 10. Jakarta: EGC.
Kemenkes. (2016) Asuhan Keperawatan Rasa Aman dan Nyaman Nurarif A.H dan
Kusuma, H. (2016) Asuhan Keperawatan Praktis, Jakarta:
Ladesvita, F., Sucipto, U., Lisnawati, K., Santi, R. D., & Pratiwi, C. J. (2021)
Asuhan keperawatan Onkologi berdasarkan Teori Virginia Henderson. Yogyakarta: PT
Nas Media Pustaka.
KEBUTUHAN Kenadari.
Patrisia, 1. (2020). Asuhan keperawatan pada kebutuhan dasar manusia. Yayasan Kita
Menulis
Kesehatan.