Anda di halaman 1dari 14

ANTROPOLOGI KESEHATAN: PRESEPSI SEHAT SAKIT, ETIOLOGI

PENYAKIT, MASYARAKAT RUMAH SAKIT DAN BUDAYA

DOSEN PEMBIMBING:
Ns. Rinco Siregar S.kep MNS

KELAS 2.2

KELOMPOK 6
SHINTY TENIA DEWI 180204060
ERNASYA URMILA A 180204056
NURUL AINI 180204094
HASNUL HADI 180204087

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN AJARAN
2019
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyusun makalah “Antropologi kesehatan: presepsi sehat sakit,
etiologi penyakit, masyarakat rumah sakit dan budaya” Dengan baik.Selesainya penyusunan
ini berkat bantuan, bimbingan, pengarahan, petunjuk, dorongan, dan bantuan moril maupun
material dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini kelompok mengucapkan terimaksih kepada :

1. Bapak Parlindungan Purba,SH,MM, selaku ketua Yayasan Sari Mutiara Indonesia Medan.
2. Ibu Dr.Ivan Elisabeth Purba,M.KES, selaku rector Universitas Sari Mutiara Indonesia
3. Ibu Taruli SInaga SP.M.kM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Medan
4. Ibu Ns.Rinco Siregar,S.Kep,MNS selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan
Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Medan
5. Ibu Lasmarina sinurat M.Kep, selaku Dosen Pengajar yang telah memberikan
bimbingan, arahan dan saran kepada kelompok dalam menyelesaikan makala ini.
Tim penulis menyadari bahwa penyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari isi
maupun susunannya, untuk tim penulis akan membuka diri terhadap kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak dami kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat
dari pembaca dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khusunya dibidang
keperawatan. Akhir kata tim penulis mengucapkan terimaksih.

Medan, November 2019

Penulis

Kelompok 6
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kebudayaan sangat erat kaitannya dengan masyarakat. Menurut Isniati (2013) kebudayaan
mengandung keseluruhan pengertian nilai social, norma social, ilmu pengetahuan serta
keseluruhan struktur-struktur social, religius, dan lain-lain. Menurut Badan Kesehatan Dunia
(WHO) dalam , sehat merupakan suatu keadaan sempurna baik jasmani, rohani, maupun
kesejahteraan social seseorang. Sedangkan menurut Isniati (2013) sehat adalah dinamis, statusnya
berubah-ubah yang mempengaruhi seseorang daldam tingkat fisiologis, psikologis, dan dimensi
kultur social. Pandangan tentang kesehatan biasanya berisi salah satu atau lebih dari perspektif
biologis dan klinis, psikologis, sosiologis dan adaptif

Dalam dunia kesehatan metode pengobatan terus berkembang. Namun, khususnya di


Indonesia dalam masalah kesehatan masih diikuti oleh kebudayaan masyarakat local. Yang disisi
lain berbenturan atau berbanding terbalik dengan hasil-hasil penelitian di dunia kesehatan.
Misalnya, ibu hamil yang tidak boleh mengkonsumsi ikan. Padahal gizi yang terkandung dalam
ikan sangat bermanfaat bagi ibu hamil dan janin yang terkandung didalamnya.

Peran tenaga kesehatan khususnya perawat, kita harus memberikan suatu penyuluhan
kesehatan atau pengetahuan tentang mengkonsumsi ikan bagi ibu hamil sangat dibutuhkan.
Namun, untuk mewujudkan penyuluhan tersebut tidak lepas kerjasama tim tenaga kesehatan itu
sendiri dan jangan membeda-bedan pasien dari sudut pandang keagamaan, budaya, suku dan
penyakit yang diderita oleh pasien tersebut.

1.2 TUJUAN PENULISAN

1. Memahami presepsi sehat sakit berdasarkan budaya


2. Memahami etiologi penyakit
3. Memahami masyarakat rumah sakit dan kebudayaan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Persepsi Sehat-Sakit

2.1.1 Perilaku Sehat

Kesehatan adalah suatu konsep yang telah sering digunakan namun sukar untuk dijelaskan
artinya. Faktor yang berbeda menyebabkan sukarnya mendefenisikan kesehatan, kesakitan dan
penyakit. Meskipun demikian, kebanyakan sumber ilmiah setuju bahwa defenisi kesehatan apapun
harus mengandung paling tidak komponen biomedis, personal dan sosiokultural (Sari, 2008).
Pandangan orang tentang kriteria tubuh sehat atau sakit sifatnya tidaklah selalu objektif. Bahkan
lebih banyak unsur subjektivitasnya dalam menentukan kondisi tubuh seseorang. Persepsi
masyarakat tentang sehat-sakit ini sangatlah dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu, di
samping unsur sosial budaya. Sebaliknya petugas kesehatan berusaha sedapat mungkin
menerapkan kriteria medis yang objektif berdasarkan simptom yang nampak guna mendiagnosa
kondisi fisik seorang individu. Perbedaan persepsi antara masyarakat dan petugas kesehatan inilah
yang sering menimbulkan masalah dalam melaksanakan program kesehatan. Namun pengertian
sehat yang sering digunakan adalah definisi sehat menurut WHO yakni sehat adalah Keadaan
sejahtera fisik, mental, dan spiritual tidak hanya bebas sakit, cacat dan kelemahan tetapi juga harus
berproduktifitas (Sarwono, 2005).

Menurut Elwes dan Sinmett (1994) gagasan orang tentang “sehat” dan “sakit” sangatlah
bervariasi. Gagasan ini dibentuk oleh pengalaman, pengetahuan, nilai dan harapan-harapan, di
samping juga pandangan mereka tentang apa yang akan mereka lakukan dalam kehidupan sehari-
hari dan kebugaran yang mereka perlukan untuk menjalankan peran mereka (Sari, 2008). Cara
hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat dikaitkan dengan munculnya
berbagai macam penyakit, selain itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat menimbulkan penyakit.
Masyarakat dan pengobat tradisional menganut dua konsep penyebab sakit, yaitu personalistik dan
naturalistik. Personalistik adalah suatu sistem dimana penyakit disebabkan oleh intervensi dari
suatu agen yang aktif, yang dapat berupa makhluk supranatural (makhluk gaib atau dewa),
makhluk yang bukan manusia (seperti hantu, roh leluhur, atau roh jahat) maupun manusia (tukang
sihir atau tukang tenung) (Anderson, 2009).
Berlawanan dengan personalistik, naturalistik menjelaskan tentang penyakit dalam istilah-
istilah sistemik yang bukan pribadi, di sini agen yang aktif tidak menjalankan peranannya. Dalam
sistem ini keadaan sehat sesuai dengan model keseimbangan : apabila unsur-unsur dasar dalam
tubuh ”humor”, yin dan yang, serta dosha dalam Ayurveda berada dalam keadaan seimbang
menurut usia dan kondisi individu, maka tercapailah kondisi sehat. Apabila keseimbangan ini
terganggu dari luar maupun dalam oleh kekuatan-kekuatan alam seperti panas, dingin, atau
kadang-kadang emosi yang kuat, maka terjadilah penyakit (Anderson, 2009).

Menurut Jordan dan Sudarti yang dikutip Sarwono (2005), mengatakan bahwa persepsi
masyarakat tentang sehat-sakit dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu, di samping unsur
sosial budaya. Pada penelitian penggunaan pelayanan keseha

tan di propinsi Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Barat pada tahun 1990, hasil diskusi
kelompok di Kalimantan Timur menunjukkan bahwa anak dinyatakan sakit jika menangis terus,
badan berkeringat, tidak mau makan, tidak mau tidur, rewel, kurus kering. Bagi orang dewasa,
seseorang dinyatakan sakit kalau sudah tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, tidak enak badan,
panas-dingin, pusing, lemas, kurang darah, batuk-batuk, mual, diare. Sedangkan hasil diskusi
kelompok di Nusa Tenggara Barat menunjukkan bahwa anak sakit dilihat dari keadaan fisik tubuh
dan tingkah lakunya yaitu jika menunjukkan gejala misalnya panas, batuk pilek, mencret, muntah-
muntah, gatal, luka, gigi bengkak, badan kuning, kaki dan perut bengkak (Syafrina, 2007).

Selanjutnya masyarakat menggolongkan penyebab sakit ke dalam 3 bagian yaitu :

1. Karena pengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap tubuh manusia


2. Makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin.
3. Supranatural (roh, guna-guna, setan dan lain-lain.).
Untuk mengobati sakit yang termasuk dalam golongan pertama dan ke dua, dapat
digunakan obat-obatan, ramuan-ramuan, pijat, kerok, pantangan makan, dan bantuan
tenaga kesehatan. Untuk penyebab sakit yang ke tiga harus dimintakan bantuan dukun,
kyai dan lain-lain. Dengan demikian upaya penanggulangannya tergantung kepada
kepercayaan mereka terhadap penyebab sakit. Dengan demikian upaya
penanggulangannya tergantung kepada kepercayaan mereka terhadap penyebab sakit
(Syafrina, 2007)
2.1.2 Perilaku Sakit

Secara ilmiah penyakit (desease) diartikan sebagai gangguan fungsi fisiologis dari suatu
organisme sebagai akibat dari infeksi atau tekanan dari lingkungan. Jadi penyakit itu bersifat
objektif. Sebaliknya, sakit (illness) adalah penilaian individu terhadap pengalaman menderita
suatu penyakit. Menurut Von Mering, studi yang benar mengenai makhluk manusia yang sakit
berpendapat bahwa setiap individu hidup dengan gejala-gejala maupun konsekuensi penyakit,
dalam aspek-aspek fisik, mental, medikal dan sosialnya.

Dalam usahanya untuk meringankan penyakitnya, si sakit terlibat dalam serangkaian


proses pemecahan masalah yang bersifat internal maupun eksternal baik spesifik maupun non
spesifik (Anderson, 2009). Tingkah laku sakit, yakni istilah yang paling umum, didefinisikan
sebagai “cara-cara dimana gejala-gejala ditanggapi, dievaluasi, dan diperankan oleh seorang
individu yang mengalami sakit, kurang nyaman, atau tanda-tanda lain dari fungsi tubuh yang
kurang baik” (Anderson, 2009).

Tingkah laku sakit dapat terjadi tanpa adanya peranan sakit. Misalnya seorang dewasa yang
bangun dari tidurnya dengan leher sakit menjalankan peranan sakit, ia harus memutuskan, apakah
ia akan minum aspirin dan mengharapkan kesembuhan, atau memanggil dokter. Namun hal ini
bukanlah tingkah laku sakit, hanya apabila penyakit itu telah didefenisikan secara cukup serius
sehingga menyebabkan seseorang tidak dapat melakukan sebagian atau seluruh peranan
normalnya, yang berarti mengurangi dan memberikan tuntutan tambahan atas tingkah laku peranan
orang-orang di sekelilingnya, maka barulah dikatakan bahwa seseorang itu melakukan peranan
sakit. Sebagaimana dikatakan Jaco, ketika tingkah laku yang berhubungan dengan penyakit
disusun dalam suatu peranan sosial, maka peranan sakit menjadi suatu cara yang berarti untuk
bereaksi dan untuk mengatasi eksistensi dan bahaya-bahaya potensial penyakit oleh suatu
masyarakat (Anderson, 2009).

Perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang
sedang sakit agar memperoleh kesembuhan. Dalam hal ini bila seseorang sakit maka ia akan
mengalami beberapa tahapan yang dimulai dari timbulnya gejala-gejala yang menunjukkan suatu
kondisi sakit hingga si sakit mencari pengobatan. Sedangkan perilaku sehat adalah segala tindakan
yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya termasuk pencegahan
penyakit, perawatan kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui olahraga dan makanan bergizi.
Perilaku sehat ini dipertunjukkan oleh individuindividu yang merasa dirinya sehat meskipun secara
medis belum tentu mereka betul-betul sehat (Sarwono, 2005).

Menurut Mechanic yang dijabarkan oleh Sarwono (2005), menjelaskan bahwa terjadi proses
dalam diri individu sebelum dia menentukan untuk mencari upaya pengobatan. Banyak faktor yang
menyebabkan orang bereaksi terhadap penyakit, antara lain :

a. Dikenalinya atau dirasakannnya gejala-gejala atau tanda-tanda ang menyimpang dari


keadaan biasa
b. Banyaknya gejala yang dianggap serius dan diperkirakan menimbulkan bahaya.
c. Dampak gejala itu terhadap hubungan dengan keluarga, hubungan kerja, dan dalam
kegiatan sosial lainnya.
d. Frekuensi dari gejala dan tanda-tanda yang tampak dan persistensinya.
e. Nilai ambang dari mereka yang terkena gejala itu atau kemungkinan individu untuk
diserang penyakit itu.
f. Informasi, pengetahuan, dan asumsi budaya tentang penyakit itu. 10
g. Perbedaan interperetasi terhadap gejala yang dikenalnya.
h. Adanya kebutuhan untuk bertindak/berperilaku untuk mengatasi gejala sakit tersebut.
i. Tersedianya sarana kesehatan, kemudahan mencapai Sarana tersebut, tersedianya biaya dan
kemampuan untuk mengatasi stigma dan jarak sosial (rasa malu, takut, dan sebagainya).

2.2 Etiologi Penyakit

2.2.1 Pengertian

Penyakit Penyakit adalah suatu kondisi di mana terdapat keadaan tubuh yang abnormal,
yang menyebabkan hilangnya kondisi normal yang sehat. Setiap nama penyakit yang terpisah
ditandai secara spesifik oleh seperangkat gambaran yang jelas (sebab, tanda dan gejala, perubahan
morfologi dan fungsi). Berbagai penyakit mempunyai gambaran umum yang sama sehingga
mereka dikelompokkan bersama-sama pada system (Notoatmodjo, 2007).

2.2.2 Klasifikasi penyakit.


Penyakit merupakan manifestasi klinis melalui tanda-tanda dan gejala yang berhubungan
dengan abnormalitas yang mendasarinya. Karakteristik Penyakit

2.2.3. Etiologi

Etiologi suatu penyakit adalah penyebab penyakit itu sendiri yang merupakan inisiator
serangkaian peristiwa yang menyebabkan sakitnya penderita. Atau, etiologi adalah suatu
gambaran mengenai penyebab penyakit yang meliputi identifikasi factor-faktor yang
menimbulkan penyakit tertentu. Agen penyebab penyakit secara umum adalah :

a. Kelainan genetic
b. Agen infeksi; bakteri, virus, parasit, jamur
c. Bahan kimia
d. Radiasi
e. Trauma mekanik

Beberapa penyakit dapat disebabkan oleh campuran beberapa factor, misalnya factor genetic dan
agen infeksi. Penyakit seperti ini dikenal sebagai penyakit yang mempunyai sebab multifactor.
Kadang penyebab penyakit tidak diketahui, tapi penyakit tersebut diketahui lebih sering berjangkit
pada manusia yang mempunyai bentuk tubuh tertentu, pekerjaan, kebiasaan atau tempat tinggal,
yang kesemuanya dikenal dengan factor resiko. Factor-faktor ini mungkin memberikan arahan
pada penyebab yang tidak teridentifikasi.

Contoh etiologi, TBC disebabkan oleh basil tuberculosis dengan factor penyebab lain adalah usia,
status gizi, pekerjaan.

2.3 Masyarakat rumah sakit dan kebudayaan

2.3.1 Peran Tenaga Kesehatan Di Rumah Sakit

Menurut Purnomo (2013) kehidupan suatu bangsa sangat bergantung pada kemampuan
hidup bersama berdamping dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Kemampuan hidup bersama
dengan bangsa-bangsa lain, suatu bangsa harus sehat, cerdas, beradab, berbudaya, dan memiliki
keunggulan.

1. Sistem pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat


a. Membangun masyarakat bangsa yang sehat (individu,keluarga,komunitas).
b. Terdiri atas beberapa jenis pelayanan profesional dalam bidang kesehatan yang bersifat
terintegrasi sepenuhnya.
c. Merupakan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat menyeluruh dan paripurna:
memberdayakan masyarakat.
2. Sifat berbagai sistem pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat
a. Sesuai batas dan lingkup wewenang dan tanggung jawab profesi.
b. Saling mengisi, melengkapi, menyepurnakan pelayanan kesehatan kepada masyakat.
c. Saling menghormati batas dan lingkup wewenang dan tanggung jawab masing-masing
profesi
3. Saling melengkapi antar sistem pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat
a. Sistem pemberian pelayanan asuhan kesehatan masyarakat
b. Sistem pemberian pelayanan asuhan kefarmasian
c. Sistem pemberian pelayanan asuhan keperawatan
d. Sistem pemberian pelayanan asuhan kedokteran
4. Peran dan fungsi perawat
a. Komunikator
1) Komunikasi terintegrasi dalam semua pesan keperawatan.
2) Perawat berkomunikasi dengan klien,pendukung klien,tenaga kesehatan lain dan
keluarga
3) Perawat mengidentifikasi masalah klien dan mengkomunikasikan secara verbal
atau tertulis kepada tim kesehatan lain
4) Perawat harus kompeten untuk mengkomunikasikan secara jelas dan tepat agar
kebutuhan kesehatan klien dapat terpenuhi

b. pendidik

1) membantu klien belajar tentang kesehatan dan cara memulihkan atau memelihara
kesehatan mereka.
2) mengkaji kebutuhan pembelajaram dan kesiapan klien untuk belajar, menetapkan
tujuan belajar yang spesifik, menerapkan strategi penyuluhan dan mengukurnya.
c. Pembela
1) Bertindak melindungi klien
2) Memberikan informasi yang diperlukan klien atau memfasilitasi agar tenaga
kesehatan lain memberikan informasi yang diperlukan klien
3) Menjelaskan kepada klien tentang hak mereka dan membantu mereka untuk
berbiacara.
d. Konselor
1) proses membantu klien untuk mengetahui dan mengatasi masalah psikologi atau
sosial, meningkatkan hubungan interpersonal, dan meningkatkan pertumbuhan
personal.
2) memberikan dukungan emosianal, intelektual dan psikologik
3) membantu klien untuk mengembangkan sikap, perasaan dan perilaku dengan
melihat alternatif perilaku dengan melihat alternatif perilaku lain yang lebih sehat
dan meningkatkan kemampuan pengendalian diri.
e. Pembawa Perubahan
Memodifikasi perilaku, lingkungan dan sistem dan membantu klien memperoleh kembali
kesehatanya
2.3.2 Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Kesehatan Masyarakat
1. Pengertian kebudayaan (Mubaraq W.I. 2009) Secara sederhana kebudayaan dapat di
artikan sebagai hasil dari cipta, karsa, dan rasa. Sebenarnya budaya atau kebudayaan
berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhaya, yang merupakan bentuk jamak dari budhi
(budi/akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
2. Unsur kebudayaan Menurut Fudiyartanto (2012) Mengenai pengertian budaya itu sendiri
memang terdapat bermacam-macam argumen meskipun barangkali esensinya
sama. Salah satunya adalah yang dikemukakan oleh Briere. Ia mendefinisikan
budaya sebagai
a set of material, intellectual and moral values and conditions which make it possible and even
easy for the human community to expand and develop harmoniously (via Bakker, 1984:18-19).
Definisi Briere ini barangkali bersifat sangat luas karena melibatkan segala aspek materi,
pengetahuan, dan nilai-nilai moral yang dimiliki masyarakat; serta agak filosofis karena sejatinya
kebudayaan diciptakan demi kebaikan umat manusia agar dapat hidup dan berkembang secara
relatif mudah dan harmonis. Sementara itu, Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan sebagai
berikut: Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (1990:180).
Berdasarkan definisi ini dapat dikatakan bahwa hampir seluruh tindakan manusia adalah
“kebudayaan” karena rata-rata didapat dari hasil belajar.
Peneliti memilih tujuh unsur yang disebut sebagai isi pokok dari tiap kebudayaan di dunia yang
juga dikenal dengan istilah cultural universals yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1990:98
dan 203-204), yaitu:
a. Bahasa
b. Sistem pengetahuan
c. Organisasi social
d. Sistem peralatan hidup dan teknologi
e. Sistem mata pencaharian hidup
f. Sistem religi,
g. Kesenian.

3. Manfaat bagi petugas kesehatan mempelajari kebudayaan


a. Didalam semua religi atau agama ada kepercayaan tertentu yang berkaitan dengan
kesehatan, gizi. Misal orang yang beragama islam tidak makan babi sehingga dalam
rangka untuk memperbaiki status gizi, seorang kesehatan dapat menganjurkan makanan
lain yang bergizi yang tidak bertentangan dengan agamanya.
b. Dengan mempelajari organisasi masyarakat maka petugas kesehatan akan mengetahui
organisasi apa saja yang ada di masyarakat, kelompok mana yang berkuasa, kelompok
mana yang menjadi panutan, dan tokoh mana yang di segani. Sehingga dapat dijadikan
strategi pendekatan yang lebih tepat dengan upaya mengubah prilaku kesehatan
masyarakat.
c. Petugas kesehatan perlu mengetahui pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dengan
mengetahui pengetahuan masyarakat maka petugas kesehatan akan mengetahui mana
yang perlu ditingkatkan, di ubah, dan pengetahuan mana yang perlu di lestarikan dalam
memperbaiki status kesehatan.
d. Petugas kesehatan juga perlu mempelajari bahasa local agar lebih mudah berkomunikasi,
menambah rasa kedekatan, rasa kepemilikan bersama, dan rasa persaudaraan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sehat berarti bukan hanya bebas dari penyakit, tetapi meliputi seluruh kehidupan manusia,
termasuk aspek sosial, psikologis, spiritual, faktor-faktor lingkungan, ekonomi, pendidikan dan
rekreasi. S edangkan sakit adalah suatu keadaan dimana seseorang berada dalam keadaan tidak
seimbang akibat adanya pengaruh yang datang dari luar atau dari dalam dirinya. Status kesehatan
merupakan suatu keadaan kesehatan seseorang dalam batas rentang sehat-sakit yang bersifat
dinamis dan dipengaruhi: Perkembangan, Nutrisi, Sosial dan Kultural, Pengalaman masa lalu,
Harapan seseorang tentang dirinya, Keturunan, Lingkungan, Pelayanan Pemenuhan nutrisi sesuai
dengan tumbuh kembang harus dipenuhi secara tepat untuk menjaga kondisi tubuh tetap baik
sehingga kesehatan dari setiap individu dapat tercapai dengan baik.
3.2 SARAN
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan maka dari
itu kami membutuhkan berbagai masukan masukan ataupun saran yang bersifat konstruktif untuk
memeperbaiki pembuatan makalah selanjtnya
DAFTAR PUSTAKA
Purnomo, Renggo. 2013. Peranan Tenaga Medis Perawat Dalam Meningkatkan Kesehatan
Masyarakat Di Rsud Aji Batara Agung Dewa Sakti Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai
Kartanegara. eJournal Administrasi Negara. Volume 1, Nomor 2, 2013: 1-11.
http://ejournal.an.fisip-unmul.ac pdf. Terakhir diakses 14 Maret 2019.
Anderson, S. dan Wilson, L.M., 2009, Fisiologi Proses-Proses Penyakit, diterjemahkan oleh Peter
Anugerah, Edisi keempat, 1146, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai