Isu patient safety merupakan salah satu isu utama dalam pelayanan
kesehatan. Para pengambil kebijakan, pemberi pelayanan kesehatan, dan
konsumen menempatkan keaman sebagai prioritas utama pelayanan. Patient
safety perlu secara teratur dipantau, dikur, dan diperbaiki. Salah satu konsep
utama adalah dengan pengenalan risiko yang dapat dicegah. serbagai risiko
akibat tindakan medik dapat terjadi sebagai bagian dari pelayanan kepada
pasien. Identifikasi dan masalah tersebut merupakan bagian utaa dari
pelaksanan konsep patien safety menurut Mudayana 2015:145.
Data Patient Safety tentang Kejadian Nyaris Cedera (KNC) dan Kejadian
Tak Diharapkan (KTD) di Indonesia masih jarang, namun dipihak lain terjadi
peningkatan tuduhan “Malpraktek” yang belum tentu sesuai dengan
pembuktian akhir. Insiden penanggaran Patient Safety 28,3 % dilakukan oleh
Perawat.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
2.1 Konsep pasien safety Commented [WU4]: LENGKAPI TENTANG PASIEN SAFETY
MULAI DARI TUJUAN DAN ORANG YANG TERLIBAT DALAM
PASIEN SAFETY
2.1.1 Menurut penjelasan pasal 43 UU kesehatan No.36 tahun 2009 yang
dimaksud dengan keselamatan pasien (Patient Safety) adalah proses dalam
suatu rumh sakit yang memberikan pelayanan kepada pasien secara aman
termasuk didalamnya pengkajian mengenai resiko, identifikasi,
menajemen resiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti inseden, dan menerpkan
solusi untuk mengurangi serta meminimalisir timbulnya risiko. Yang
dimaksud dengan insiden keselamatan pasien adadah keselamatan medis
(Medical Errors), kejadian yang tidak diharapakan (Adverse event), dan
nyaris terjadi (Near Miss).
2.1.3 Pelayanan yang bermutu dan aman bagi pelanggan (Pasien) saling
berkaitan dan tidak dapat dipisah-pisahkan. IOM menetapkan 6 tujuan
yang ingin diapai pada abad 21, yaitu keselamatan pasien (Safety),
Efisiensi (Effiecient), efektif (Effective), tepat waktu (Timeliness),
berorientasi pada pasien (Pastient Centered), dan keadilan (Equity)
menurut Flynn (dalam Cahyono 2008:118).
Tarif adalah nilai suatu jasa pelayanan yang ditetapkan drngan ukuran
sejumlah uang berdasarkan pertimbangan bahwa dengan nilai uang
tersebut sebuah rumah sakit bersedia memberikan jasa pada pasien. Tarif
rumah sakit merupakan aspek yang sangat diperhatikan oleh rumah sakit
swasta juga oleh rumah sakit milik pemerintah.
Brokiolitis akut merupakan salah satu penyebab utama rawat inap pada
bayi. Ngka kejadian rawat inap IRA-B tiap tahun berkisar antara 3000
sampai 50.000 – 80.000 bayi. Di Amerika Serikat angka awat inap
meningkat secara dramatis (239%) dari tahun 1980 ke tahun 1996. Di
Amerika Serikat 120.000 bayi dirawat dengan bronkiolitis pertahun
menurut Wijaya 2014 : 95.
Ketika anak menjadi pasien, orang tua menyakini bahwa tenaga kesehatan
akan melakukan hal terbaik untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami.
Oleh karena itu tenaga kesehatan memiliki tanggung jawab terhadap
pengobatan dan perawatan pasien termasuk keamanan pasien selama berada
dirumah sakit atau yang dikenal dengan pattient safety. Patient safety
didefinisikan sebagai kebebasan dari trauma atau injuri yang terjadi secara
kebetulan yang dapat disebabkan oleh perawatan medis, seperti rasa sakit atau
kematian akibat kesalahan pemberian obat, salah pasien dan infeksi
nasokomial menurut Miller (dalam Zubaidah 2011:1) Istilah patient safety
bukan hanya berfokus pada strategi pencegahan kecelakaan seperti
penggunaan sabuk pengaman dan helm, akan tetapi konsep patient safety pada
keperawatan anak merupakan upaya pencegahan injuri pada anak yang
disebabkan langsung oleh pemberi pelayanan kesehatan itu sendiri menurut
Miller (dalam Zubaidah 2011:1).
Untuk mencapai asuhan keperawatan anak yang berkualitas, ada beberapa
prinsip yang harus dipegang untuk menciptakan keamanan pada bayi dan
anak. Ada 4 hal yang dapat mempengaruhi sefety pada pelayanan kesehatan
yang antara lain: leadrship, sistem pelaporan, problem solving, dan standar
perilaku yang jelas.
a. Leadership
b. Sistem pelaporan
c. Problem solving
Dirumah sakit dan klinik anak minnesota, telah dibentuk tim safety action
yang didesain untuk melibatkan pemberi pelayanan langsung kepada
pasien dalam action perubahan. Tiap tim dibentuk sesuai kebutuhan dari
setiap ruangan.
2.3.1 Pendahulua
Episode pertama serangan, yang biasanya paling berat, terjadi palng sering
pada bayi usia 2 sampai 6 bulan. Kejadian bronkiolitis dapat terjadi pada
bulan pertama kehidupan dan episode berulang akan terjadi di tahun kedua
kehidupan oleh virus yang sama.
2.3.2 Epidemiologi dan etiologi
Angen Penyebab
0-2 2-5 tahun 5-9 tahun 9-15
tahun tahun
Adenovirus ++ ++ + 0
Parainfluenza viruses ++ ++ ++ ++
Rhinoviruses + ++ sampai +++ ++ sampai +++ +++
Metapneumovirus ++ + + 0
+++ = sangat sering. +++ = sering. ++ = kadang-kadang, + = tidak umum, 0 = tidak diketahui
2.3.3 Patofisiologis
2.3.4 Diagnosa
Gejala pada anak dengan bronkiolitis antara lain mengi (yang tidak
membaik dengan tiga dosis bronkodilator kerja cepat), ekspirasi
memanjang, hiperinflasi dinding dada, hipersonor pada perkusi, retraksi
dinding dada, crackles atau ronki pada auskultasi, sulit makan, menyusu
atau minum.
Imunoefisiensi (Imunoglobulin
Adeficiency, Defisiensi β-cell, AIDS,
bronkiektasis)
2.3.6 Tataklasana
1. Oksigenasi
2. Cairan
pemberian cairan sangat penting untuk koreksi asidosis metabolik dan
respiratorik yang mungkin timbul dan mencegah dehidrasi akibat
keluarnya cairan melalui mekanisme penguapan tubuh (evaporsi)
karena pola pernapasan cepat dan kesulitan minum. Jika tidak terjadi
dehidrasi, dapat diberikan cairan rumatan, bisa melalui intervena
maupun nasogastrik. Pemberian cairan melalui lambung dapat
menyebabkan aspirasi, dapat memperberat sasak, akibat tekanan
diafragma ke paru oleh lambung yag terisi cairan. Pemberian cairan
melalui jalur nasogastrik atau intravena perlu pada anak bronkiolitis
yang tidak dapat dihidrasi oral.
4. Antivirus
5. Antibiotik
6. Fisioterapi
c. Apnea berulang.
a. Usia
g. Orangtua perokok
i. Sosioekonomi rendah
2.4 Strategi manajemen patient safety untuk mencegah dan mengatasi masalah Commented [WU6]: STRATEGI HARUS RIIL DAN
BERDASARKAN TEORI
ANGKAT TENTANG BAGAIMANA SEHARUSNYA PEMBIAYAAN
Kasus kelalaian rumah sakit yang mengakibatkan hilangnya nyawa pasien PASIEN YANG DALAM KONDISI KEGAWATAN
MASUKAN TENTANG KONSEP PELAAYANAN
kembali berulang. Kali ini terjadi pada seorang bayi bernama Tiara debora KEGAWATDARURATAN PASIEN PEDIATRIK
Simanjorang. Pihak keluarga tak bisa membayar penuh uang deposit
perawatan Pediatric Intensive Care Unit (PICU) sehingga rumah sakit
menolaknya. Nyawa Debora melayang ketika dirujuk ke RS lain.
Bayi berusia empat bulan itu didua meninggal kataran telat mndapatkan
perawatan. Mulainya pasien dibawa orangtuanya ke IGD Mitra Keluarga
Kalideres pada 3 September 2017 pukul 03.40 WIB. Kondisi tubuhnya
tampak membiru, napas tersengal, badannya panas, dan sudah tak sadarkan
diri.
Kata triase (triage) berarti memilih. Jadi triase adalah proses skining secara
cepat terhadap semua anak sakit segera setelah tiba di rumah sakit untuk
mengidentifikasi ke dalam salah satu kategori berikut:
“Kalaupun saya datang kayak orang gembel, atau kalaupun saya gembel,
harusnya kalian (pihak rumah sakit) menghargai anak saya. Nyawa dong
didahulukan, “ujar Henny saat ditemui wartawan dirumahnya di Jalan Benda,
Tangerang, Sabtu (9/9).
Hati Henny terlanjur pilu. Suasana duka masih menyelimuti saat kumparan
(kumparan.com) menyambangi rumahnya. Dengan sabar, mereka kembali
menceritakan kronologi bayi mungilnya yang ‘membeku’ perlahan, hingga
pelukan terakhir Henny untuk Debora itu masih dirasakannya.
“Semua yang dituliskan Bapak Birgaldo itu benar cerita tentang anak saya,
silahkan kutip dari sana. Saya masih shock belum bisa bicara banyak. “kata
Hnny.
Kejadian ini bermula pada Minggu dini hari pukul 02.30 WIB. Debora sesak
nafas. Nafasnya tersengal dan batuk-batuk berdahak.
Bantal Debora selalu basah. Henny mengganti bantal itu untuk ketiga kalinya.
Namun Henny merasa ada yang janggal pada kondisi kesehatan putrinya.
“tapi saya lihat dia punya bantal itu basah, “ujar Henny.
Henny tak peduli dengan daster yang ia kenakan menembus dinginnya malam
saat mengendarai motor bersama Rudi. Di perjalanan, Henny terus mendekap
Debora, memastikan putrinya tidak terkena angin.
Sesampainya dirumah sakit, Iren, dokter yang sedang berjaga saat itu,
melakukan tindakan pertolongan pertama untuk Debora. Suhu tubuh Debora
dicek, dahaknya diencerkan dengan diberikan penguapan.
Hasil diagnosis Dokter Iren menyebutkan bahwa Debora harus segera dibawa
ke Ruang Picu (Pediatric Intensive Care Unit). “Dokternya bilang, ‘Bu harus
ya, harus ke PICU’ kata dia gitu, “terang Henny.
Masalah lain pun terjadi. Sebelum Debora masuk ke ruang PICU, Henny dan
Rudi diharuskan membayar uang muka sebesar Rp 19,8 juta. Rudi bergegas
pulang, mengambil uang di ATM sebesar Rp 5juta. Dia berpikir, pihak rumah
sakit dapat mengerti keadaan keluarganya dalam keadaan darurat.
Mereka sempat memberikan kartu BPJS kepada pihak rumah sakit sebagai
jaminannya. Namun, kata Henny, pihak rumah sakit menolaknya, dengan
dalih belum bekerja sama dengan pemerintah untuk penanganan pasien BPJS.
Segala macam cara dilakukan Henny, Dia menyuruh Rudi untuk menelpon
sanak saudara agar dapat memberikan bantuan.
Henny juga tak terima, ketika RS Mitra keluarga memberikan keterangan pers
ke wartawan. Salah satu poinya, bahwa anaknya mengalami kekurangan gizi.
Henny menduga keterangan kurang gizi itu untuk menggambarkan seolah dia
tak merawat anaknya. Henny menegaskan, dia memiliki catatan medis
anaknya sebagai bukti. Jika RS Mitra Keluarga Kalideres benar-benar
terbukti menolak Debora, tentu akan bertentangan dengan Undang-undang
Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
Dalam pasal 5 ayat (1) juga diatur tentang hak pasien untuk mendapat akses
kesehatan. “setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses
atas sumber daya dibidang kesehatan.”
“Saya hari jumat kemarin sudah laporkan ke Pak Djarot melalui staf
beliau,”kata Henny.
Salah satu staf Djarot yang menerima laporan Henny, mengatakan akan
memeriksa pengaduan mereka. Bila rumah sakit melakukan kesalahan, maka
pemprov DKI akan mengambil tindakan.
“Dia bilang, ibu, ini kami akan periksa kalau memang terlihat atau terdapat
ada yang miss atau ada masalag kami akan lakukan peringatan,”ujar Henny.
Henny mengatakan dia memang warga Tangerang, tetapi kejadian ini berada
di Jakarta Barat wilayah Djarot memimpin. Dia berharap aduannya bisa
ditindaklanjuti.
“Kejadian itu dibawah wewenang pak Djarot, pengaduan saya sebagai warga
dengan pelayanan mereka,”ujarnya.
1. Keluarga Debora
2. Pihak rumah sakit
3. Pihak BPJS
3.2 Kasus kelalaian rumah sakit yang mengakibatkan hilangnya nyawa pasien
kembali berulang. Kali ini terjadi pada seorang bayi bernama Tiara debora
Simanjorang. Pihak keluarga tak bisa membayar penuh uang deposit
perawatan Pediatric Intensive Care Unit (PICU) sehingga rumah sakit
menolaknya. Nyawa Debora melayang ketika dirujuk ke RS lain.
Sistem informasi klinik yang akan mampu memberiksn umpan balik secara
cepat jika terjadi kesalahan atau adverse event. Contoh yang menarik adalah
pengalaman menarikan obat rofecoxib (keluaran merck) saat FDA
mengeluarkan berita mengenai penarikan obat tersebut, salah satu rumah sakit
di AS dengan cepat mengidentifikasi seluruh pasien yang medapat terapi obat
tersebut, kemuadian memberitahukan secara tertulis Maupun elektronik
mengenai perhentian obat tersebut dan memberikan saran untuk kembali ke
rumah sakit agar mendapakan obat pengganti. Keberadaan teknologi
membuat semua surat yang ditujukan 11 ribuan pasien terkirim pada sehari
kemudian sehingga dalam waktu 7 jam dokter yang mengguankan sistem
informasi klinik pun tidak akan menemukan daftar obat tersebut dalam daftar
peresepan, karena sudah langsng dikeluarkan dari database obat.
Riwayat kesehatan
Kaji kepatenan jalan napas, posisikan jalan napas dalam cara yang
mendorong aliran udara yang baik. Jika sekresi mengobstruksi jalan napas,
isap jalan napas untuk mengeluarkannya. Jika anak tidak sadarkan diri atau
baru saja mengalami cedera, buka jalan napas menggunakan perasat angkat
dagu dongak kepala (head tilt-chin lift).
Setelah membuka jalan napas, putar kepala anda dan letakan telinga anda di atas
mulut anak untuk menentukan pernapasan spontan. Perhatikan untuk melihat
apakah dada anak naik, dengarkan untuk pengeluaran udara, dan perhatikan jika
anda merasa udara keluar dari hidung atau mulut anak. Jika anak tidak bernapas,
mulai penyelamatan pernapasan. Jika tidak, hitung laju pernapasan. Observasi
warna anak. Perhatikan kedalaman pernapasan, kenaikan dada, keadekuatan aliran
udara di seluruh lapang paru, dan adanya bunyi tambahan. Valuasi untuk
peningkatan kerja pernapasan dan penggunaan otot aksesori. Ketika tanda gawat
napas diketahui, dengan segera beri anak oksigen 100% dan pasang oksimeter
nadi untuk memantau kadar saturasi oksigen. Untuk ana yang mendapat oksigen
100% dan tidak membaik dengan pemosisian ulang, mulai ventilasi terbantu
dengan peralatan bag-valve-mask (BVM).
Tekanan darah minimum yang dapat ditrima pada anak yang mengalami
kedaruratan adalah tekanan darah sistolik 70 + (2 kali usia dalam tahun).
Misalnya, seorang anak berusia 4 tahun seharusnya memiliki tekanan darah
sistolik minimal 78:70 + (2 x 4) = 78. Pasang pemantau jantung pada anak untuk
mengevaluasi ritme jantung.
Dengan segera, lakukan evaluasi sensorium pada anak yang lebih tua, jika anak
adalah bayi, evaluasi minatnya terhadap lingkungan dan respons terhadap orang
tua bayi. Bayi yang tidak tertarik terhadap lingkungan atau tampak tidak mampu
mengenali orang tuanya merupakan penyebab kekhawatiran. Evaluasi kepala
anak. Pada bayi atau todler yang masih muda, palpasi fontanel anterior untuk
menentukan apakah fontenel normal (lembut dan datar), tertekan, atau penuh.
Berikutnya, kaji pembukaan mata dan reaktifitas pupil.
Evaluasi untuk pergerakan ekstremitas spontan. Glasgow Coma Scale Pediatric
juga dapat digunakan untuk mengevaluasi status neorologi pada anak-anak (AAP,
2010). Lepaskan pakaian anak dan periksa kulit secara menyeluruh untuk memar,
lesi atau ruam. Perhatikan deformitas ekstremitas atau distensi abdomen yang
nyata. Tentukan derajat nyeri. Jika anak tersebut sadar dan dapat berbicara,
gunakan skala pengkajian nyeri yang sesuai usia untuk menetukan derajat nyeri
anak. Jika anak berada dalam keadaan sedasi atau tidak sadarkan diri, kaji nyeri
dengan skala standar.
1. Analisis gas darah (AGD), diambil awalnya selanjutnya secara serial untuk
mengkaji perubahan.
4. Kultur darah
5. Urinalisis
6. Panel toksikologi
9. Untuk korban truma: amilase, enzim hati, dan golongan darah serta silang
padan
Lakukan resusitasi jantung paru jika perlu. Bantu dengan defibrilasi atau
kardioversi tersinkronisasi jika perlu. Untuk defibrilasi gunakan 2 joule/kg
pada awalnya, tingkatkan hingga 4 juole/ kg jika perlu. Eneri untuk
kardioversi diberkan pada 0,5 hingga 1 juole/kg. Gunakan perekat
Broselow atau seprai darurat individual anak untuk menentukan ukuran
peralatan dan dosis obat. Obat biasanya digunakan pada situasi henti
jantung pediatrik yang didiskusikan.
BAB 4
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Demikian sedikit infomasi dari kami selaku penulis makalah ini. Tentu
masih banyak sekali kekurangan yang jauh dari sempurna, maka dari itu
kritik dan saran yang membangun masih sangat kami butuhkan demi
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini. Ucapayan
terimahkasih layaknya patas kami persembahakan bagi para pembaca.
Terakhir, ucapan maaf yang sebesar-besarnya perlu kami ucapakan jika
dalam penulisa ini kami banyak melantarkan kata – kata yang kurang
berkesan.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, J.B, S.B. 2008. Membangun Budaya Keselamatan Pasien Dlam Praktik
Kedokteran. Kanisius: Yogyakarta.