Anda di halaman 1dari 13

UPAYA MEMUTUSKAN RANTAI INFEKSI PRECAUTION MEDICATION SAAFETY

, UPAYA MENCEGAH HAZARD FISSIK –RADIASI DAN MENCEGAH HAZARD


KIMIA

(Untuk memenuhi tugas mata kuliah keselamatan pasien dan keselamatan kesehatan kerja
dalam keperawatan )

DI SUSUN OLEH

NAMA : KRISPIANUS DAKOSTA

NIM :191111057

KELAS :B

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS CITRA BANGSA

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-nya sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “upaya memutusan rantai infeksi precaution
medication safety , upaya mencegah hazard fisik –radiasi dan mencegah hazard kimia “ ini
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas  K3 . Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang ““upaya memutusan rantai
infeksi precaution medication safety , upaya mencegah hazard fisik –radiasi dan mencegah
hazard kimia ” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

KUPANG. Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A . LATAR BELAKANG

B. RUMUSAN MASALAH

C. TUJUAN

BAB 11 PEMBAHASAN

A. UPAYA MEMUTUS RANTAI INFEKSI


B. UPAYA MENCEGA HAZARD FISIK RADIASI
C. UPAYA MENCEGA HAZARD FISIK KIMIA
BAB III PENUTUP
A KESIMPULAN
B SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1 PENDAHULUAN

A . LATAR BELAKANG

Patient safety merupakan prioritas, isu penting dan global dalam pelayanan kesehatan.
Patient safety merupakan komponen penting dan vital dalam asuhan keperawatan yang
berkualitas. Hal ini menjadi penting karena Patient safety merupakan suatu langkah untuk
memperbaiki mutu pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan. Inti dari patient
safety yaitu penghindaran, pencegahan dan perbaikan dari kejadian yang tidak
diharapkan atau mengatasi cedera-cedera dari proses pelayanan kesehatan . Sehingga,
program utama patient safety yaitu suatu usaha untuk menurunkan angka kejadian tidak
diharapkan (KTD) yang sering terjadi pada pasien selama dirawat di rumah sakit yang
sangat merugikan baik pasien maupun pihak rumah sakit. Perawat berperan penting
sebagai pemutus rantai infeksi untuk menurunkan angka kejadian infeksi yang didapat di
rumah sakit (HAIs). Perawat merupakan tenaga kesehatan yang berhubungan langsung
dengan pasien dan dapat menjadi media transmisi infeksi baik bagi perawat maupun
pasien (Bartley & Russell, 2003; Kagan, Ovadia & Kaneti, 2009).

Perawat mencegah terjadinya infeksi dengan cara memutuskan rantai penularan


infeksi (Craven & Hirnle, 2007). Kegiatan ini berkaitan dengan perilaku perawat.
Perilaku perawat dalam melakukan kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi dapat
dibentuk dengan aktivitas dalam menampilkan peran dan fungsi kepala ruang sebagai
pemimpin. Kepemim-pinan kepala ruang dapat memengaruhi perilaku bawahannya
(Robbins, 2003; Sellgren, Ekval, & Tomson, 2006

B RUMUSAN MASALAH

A. Bagaimana Cara Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi?


B. Apa saja Apa Saja Alat Pelindung Diri (APD)?
C.  Bagimaana Kepatuhan Penggunaan Alat Penggunaan Diri?
D. Cara mencegah hazad fisik rasiasi ?
E. Cara mencegah hazard fisik kimia ?
C TUJUAN

Tujuan penulisan ini adalah untuk berbagi informasi tambahan tentang perlunya
kesadaran dari semua pihak dan perlunya semua pihak yang berperan mengetahui apa
”Tindakan Perawatan Dalam Upaya Memutus Rantai Infeksi Precaution, Medication
Safety Dan Upaya Mencegah Hazard Fisik Radiasi dan Hazard Kimia” untuk
menghindari penyebaran rantai infeksi dan kecelakaan akibat kerja di lokasi pekerjaan
baik untuk kepentingan pribadi maupun terhadap orang lain demi keselamatan bersama,
adapun yang berperan adalah pasien, perawat, dokter, pihak

rumah sakit, pemerintahan dan lainnya. Dimana fokus bacaan ini adalah pada perawat
dan pasien. Karena yang lebih utama adalah Kesehatan dan Keselamatan bersama
BAB 11 PEMBAHASAN

A. Upaya memutus rantai infeksi


Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar di seluruh dunia.
Infeksi terbanyak menyerang anak di bawah lima tahun adalah infeksi saluran nafas akut
yang sebagian berasal dari komunitas (Community Acquired Pneumoniae) dan sebagian
lagi dari rumah sakit (Hospital Acquired Pneumoniae). Salah satu infeksi yang berasal
dari rumah sakit adalah infeksi nosokomial atau Health Care Associated Infections
(HCAIs). Infeksi nosokomial adalah penyakit infeksi yang pertama muncul dalam waktu
antara 48 jam dan empat hari setelah pasien masuk rumah sakit atau tempat pelayanan
kesehatan lainnya, atau dalam waktu 30 hari setelah pasien keluar dari rumah sakit.
Dalam hal ini infeksi tersebut didapat dari rumah sakit tetapi muncul setelah pulang dari
rumah sakit tersebut dan juga bisa di sebabkan oleh infeksi akibat kerja pada petugas di
fasilitas pelayanan kesehatan.
Penularan infeksi membutuhkan unsur mikroorganisme penyebab yang
dipengaruhi oleh faktor patogenitas, virulensi, dan jumlah (dosis atau load), reservoir,
pintu keluar agen, transmisi yaitu transport agen dari reservoir ke penderita, pintu masuk
agen serta pejamu rentan yang dipengaruhi oleh umur, status gizi dan imunisasi,
penyakit kronis, luka bakar, trauma atau pembedahan, obat imunosupresan dan faktor
lain seperti jenis kelamin, ras tertentu, status ekonomi, gaya hidup, pekerjaan dan
herediter.
Penyebaran kuman atau infeksi biasanya terjadi saat kuman berpindah dari tangan
perawat yang menyentuh pasien saat sedang melakukan asuhan keperawatan. Infeksi
yang paling umum terjadi adalah infeksi saluran urin dan tempat pembedahan,
pneumonia dan infeksi aliran darah serta sering disebabkan oleh kuman MDR seperti
MRSA. Terdapat beberapa faktor yang mendorong penyebaran mikroba di rumah sakit
yakni kurangnya perhatian pada tindakan pencegahan infeksi dasar, penggunaan alat
tanpa disinfeksi, keterbatasan fasilitas cuci tangan, dan ketidakpatuhan petugas kesehatan
saat bekerja.
Upaya memutus rantai infeksi:

Kementerian Kesehatan RI mengeluarkan pedoma antara lain Pedoman Manajerial


Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
serta Jejaring Laboratorium Diagnosis Penyakit Infeksi New-emerging dan Re-emerging.
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit yang disusun sebagai acuan dalam pelaksanaan
surveilans. Hasil surveilans ini penting untuk perencanaan, penerapan, evaluasi, praktek
pengendalian infeksi dalam mencapai tujuan utama dari program yaitu mengurangi risiko
terjadinya endemi dan epidemi infeksi nosokomial pada pasien.
Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) dalam Standar Pelayanan
Minimal dan Akreditasi Rumah Sakit menuntut tiap Rumah Sakit harus melaksanakan
PPI secara optimal dalam rangka untuk melindungi pasien, petugas, pengunjung dan
keluarga darin risiko tertularnya infeksi karena dirawat, bertugas juga berkunjung ke
suatu rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Dalam mencapai
keberhasilan program PPI ini tentunya memerlukan keterlibatan dari banyak bidang,
seperti klinis, keperawatan, laboratorium, kesehatan lingkungan, farmasi, gizi, sanitasi &
housekeeping. Semua bidang harus dapat bekerja sama dengan baik
Upaya memutus rantai infeksi adalah:
1. Precaution
Upaya pokok PPI mendasarkan pada upaya memutus rantai penularan infeksi
berfokus pada Kewaspadaan Standar (Standart Precautions) yang merupakan
gabungan Kewaspadaan Universal (Universal Precautions) dan BSI (Body
Substance Isolation) , serta Kewaspadaan Isolasi berdasarkan transmisi penyakit.
Memutus rantai penularan ini merupakan cara yang paling mudah untuk
mencegah penularan penyakit infeksi, tetapi hasilnya sangat bergantung kepada
ketaatan petugas dalam melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan. Tindakan
pencegahan ini telah disusun dalam suatu “Isolation Precautions” (Kewaspadaan
Isolasi) yang terdiri dari dua pilar/tingkatan yaitu “Standard Precautions”
(Kewaspadaan standar) dan “Transmission- based Precautions” (Kewaspadaan
berdasarkan cara penularan). Kewaspadaan Transmisi Melalui Kontak bertujuan
untuk menurunkan risiko timbulnya Healthcare Associated Infections (HAIs),
terutama risiko transmisi mikroba yang secara epidemiologi diakibatkan oleh
kontak langsung atau tidak langsung. Kewaspadaan
Transmisi Melalui Droplet ini terjadi ketika partikel droplet berukuran >5μm
yang dikeluarkan pada saat batuk, bersin, muntah, bicara, selama prosedur
suction, bronkhoskopi, melayang di udara dan akan jatuh dalam jarak <2 m dan
mengenai mukosa atau konjungtiva, untuk itu dibutuhkan APD atau masker yang
memadai, bila memungkinkan dengan masker 4 lapis atau yang mengandung
pembunuh kuman (germ decontaminator). Jenis transmisi percikan ini dapat
terjadi pada kasus antara lain common cold, respiratory syncitial virus
(RSV), Adenovirus, H5N1,H1N1. Kewaspadaan Transmisi Melalui Udara (Air-
Borne Precautions) secara epidemiologi dapat terjadi bila seseorang menghirup
percikan partikel nuclei yang berdiameter1-5μm (<5 μm) yang mengandung
mikroba penyebab infeksi.
Mikroba tersebut akan terbawa aliran udara >2 m dari sumber, dapat terhirup oleh
individu rentan di ruang yang sama atau yang jauh dari sumber mikroba. Penting
mengupayakan pertukaran udara >12 x/jam (12AirChanges per Hour/ACH)
2. Medication Safety
Dalam memberikan obat kepada pasien, perawat dapat menimbulkan medication
error. Medication error adalah suatu kejadian yang seharusnya dapat dicegah yang
dapat mengakibatkan penggunaan obat yang tidak tepat sehingga dapat
membahayakan pasien (NCCMERP, 2017). Perawat dapat mencegah terjadinya
medication error jika perawat lebih teliti saat melakukan pemberian obat dengan
memperhatikan setiap faktor yang dapat menyebabkan terjadinya medication
error. Jika perawat tak menerapkan medication safety, perawat dapat melukai
dirinya saaat bekerja, seperti ketika sedang melakukan injeksi
pemberian suatu obat, setelah menyuntikkan ke pasien tak sengaja jarum suntik
tertusuk atau melukai tubuh perawat. Hal itu bisa menimbulkan infeksi pada
perawat karena jarum suntik yang telah dipakai tak boleh lagi mengenai tubuh
seseorang.
B . Upaya mencegah hazard fisik-radiasi
Bahaya fisika adalah bahaya yang berkaitan dengan cahaya, suhu, kebisingan, dan
lain-lain. Bahaya kimia merupakan bahaya yang disebabkan oleh zat-zat kimia yang
terpapar kepada personil. Bahaya Fisika yang dapat terjadi di ruah sakit adalah paparan
suhu tinggi ataupun rendah, kelembaban, radiasi, listrik, dan suara (Wigmore, 2009).
Macam-macam hazard fisika dan upaya pencegahan adalah:
1. . Paparan bahan radioaktif.
Pada perawat, upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari
hazard fisik adalah memakai pakaian pelindung, pelindung mata, dan
sarung tangan. Pencegahan lainnya adalah menggunakan kaca
pengaman pada bahan-bahan radioktif agar paparan radioktifnya tidak
menyebar.
2. .Bahaya jatuh
Upaya yang dapat dilakukan adalah tidak membiarkan lantai yang
licin, Menggunakan tanda peringatan jika lantai basah, desain tangga
yang aman, penggunaan cahaya yang tepat pada tiap ruangan (tidak
terlalu terang dan tidak redup), lainnya seperti melakukan perawatan
regular pada lantai, tangga, jalur, pelatihan K3 bagi petugas kesehatan,
dan lain lain. Perbaikan pada progam pembersihan. Pada perawat
sendiri, pencegahan untuk menghindari hazard fisik adalah
menggunakan alas kaki yang sesuai agar tidak mudah terpeleset.
3. Terluka karena benda tajam,
Pengambilan darah pasien memiliki bahaya fisik menggunakan
jarum suntik yang berdampak tertusuk jarum suntik. perilaku perawat
yang kurang berhati-hati dan tidak menggunakan alat pelindung diri
berdampak mudah tertular penyakit Hepatitis, AIDS, dan HIV. Upaya
untuk menghindari perawat terluka karena benda tajam adalah dengan
mencegahmenggunakan benda tajam dan runcing seperti jarum suntik
jika tidak diperlukan dan penyimpanan benda tajam yang baik. Rumah
sakit dapat mengadakan pelatihan pekerja dan prosedur kerja yang
aman. Perawat menggunakan pelindung diri seperti sarung tangan.
Perawat hati-hati dalam melakukan tindakan yang berhubungan
dengan benda tajam dan runcing, seperti menutup dan membuka jarum
suntik dengan hati-hati.
4. Terluka karena benda kaca yang pecah, penggunaan mesin dan alat.
Dalam mencegah terjadinya kecelakaan perawat akibat terluka
karena benda kaca adalah hati-hati di dalam melakukan tindakan yang
berhubungan dengan benda kaca. Pada obat yang terlindung dengan
kaca seperti ampul dan vial, perawat harus mematahkan leher obat
dengan hati-hati dan menggunakan sarung tangan, lainnya obat yang
terlindungi dan alatyang terbuat dari kaca harus di simpan pada tempat
terlindungi agar tidak mudah terjatuh danpecah yang dapat melukai
perawat. Perawat juga harus mengetahui bagaimana menggunakan
peralatan dan teknologi secara aman untuk mencegah terjadinya
bahaya fisik yang mengancam perawat .
5. pencahayaan
Potensi bahaya fisika yang teridentifikasi yaitu pencahayaan,
dengan melakukan perawatan terhadap pasien pada siang hari. Dapat
terjadi resiko bahaya kelelahan mata, keluhan pegal dan efisiensi kerja
menurun. Dari peraturan Kepmenkes RI No
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehata lingkungan
rumah sakit, pencahayaan ruang pasien 100-200 lux dengan warna
cahaya sedang
.Upaya pengendalian bahaya fisik berupa pencahayaan yaitu
aktivitas kerja melakukan perawatan terhadap pasien pada siang hari
adalah memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai. Untuk
pengendalian resiko yaitu gunakan pencahayaan yang baik agar
penglihatan bisa melihat dengan jelas pada objek, untuk menghindari
kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat
kerja.
C. Upaya mencegah hazard kimia

Efek paparan kimia dapat berupa ruam kulit akut dan kesulitas bernafas hingga
penyakit kronis seperti kanker, gangguan reproduksi, gangguan pencernaan, dan lain-lain
(Hodgkinson and Prasher, 2006). Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:
1087/MENKES/ VIII/2010 dijelaskan bahwa Rumah Sakit harus mengidentifikasi
seluruh jenis bahan kimia yang digunakan di Rumah Sakit, mengadakan evaluasi terhada
B3, Rumah Sakit harus menyediakan tempat penyimpanan khusus B3 yang bersih, aman
dan tidak terkontaminasi, Rumah Sakit harus menyiapkan APD yang sesuai dan layak
pakai, Rumah
Sakit juga diharuskan melakukan pengendalian penggunaan B3 di Rumah Sakit, Rumah
Sakitharus melakukan seleksi rekanan dalam pengadaan B3, Rumah Sakit harus
memberikan pendidikan kepada staf terkait B3, Rumah Sakit harus memiliki sistem
pengolahan limbah B3, serta Rumah Sakit diharuskan melakukan pemantauan dan
pengawasan terkait pengelolaan B3.
Adapun macam-macam hazard kimia dan upaya dalam mencegah dan
pengendalian hazard kimia adalah:
1. . ObatDalam menyiapkan obat kepada pasien
, perawat dapat terpapar obat berbahaya. Dalam mencegah terpaparnya bahan-
bahan kimia maupun obat berbahaya, perawat dapat menggunakan pelindung diri
seperti sarung tangan dan masker.
2. . bahan kimiaPotensi bahaya kimia yang teridentifikasi yaitu disinfektan, dengan
melakukan pembersihan ruangan. Dapat terjadi resiko bahaya keracunan, cedera
mata dan infeksi. Dari Undang-undang No 1 Tahun 1970 tentang keselamatan
kerja, BAB III Pasal 3 ayat 1 memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
Serta Permenkes No 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Rumah Sakit BAB III Standar Keselamatan Dan Kesehatan Kerja,bahwa bahaya
kimia yaitu disinfektan berada di semua area dan pekerja yang paling beresiko
yaitu petugas kebersihan dan perawat
.Upaya pengendalian bahaya kimia berupa disinfektan yaitu adalah harus
memperhatikan tanda-tanda peringatan yang ada di area kerja untuk
mengantisipasi adanya bahaya pada bahan kimia yang tersedia diruangan tersebut
dan perhatikan penggunaan bahan kimia sesuai prosedur

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemutusan mata rantai penularan infeksi merupakan hal yang paling mudah untuk
mencegah penularan penyakit infeksi, tetapi harus didukung dengan kepatuhan dan
ketaatan petugas kesehatan terutama perawat di dalam melaksanakan prosedur yang telah
ditetapkan dalam Standar Prosedur Operasional. Pemutusan mata rantai penularan infeksi
tersebut dilakukan melalui Kewaspadaan Isolasi, yaitu Kewaspadaan Standar dan
Kewaspadaan Transmisi.Sedangkan dalam pencegahan hazard fisik-radiasi, dan kimia,
banyak upaya pencegahan yang dapat dilakukan perawat. Upaya yang dapat dilakukan
seperti berhati-hati dalam melakukan tindakan saat pemberian injeksi, obat, dan tindakan
lainnya yang mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Perawat juga harus
memperhatikan kondisi lingkungan seperti pencahayaan, suara, keadaan lantai, dan lain-
lainnya.
B. Saran
Melihat begitu besar peran perawat dalam pemutusan rantai infeksi dan pencegahan
hazard fisik-radiasi, dan hazard kimia, perawat harus mempunyai kepatuhan, kedisiplinan
dalam melakukan tindakan sesuai dengan SOP dan perawat harus mempunyai kesadaran
diri akan pentingnya pemutusan rantai infeksi dan pencegahan hazard fisik-radiasi, dan
hazard kimia
DAFTAR PUSTAKA

Adriana, C., Nugraha, A.,Siregar, D., dkk. (2020). Penyebab Medication Error Pada Fase
Administrasi Di Rumah Sakit X. Nursing Current, 8(1), 96-106.
Alifariki, L., O. (2019). Hubungan Pelaksanaan Program Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Terhadap Perilaku Perawat Dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Nosokomial Ruang Rawat Inap RSUD Kota Kendari. MALAHAYATI NURSING
JOURNAL, 1(2), 148-159
Estri, B., A., Putri, I., M., Rosida , L, dkk. (2019). Pengendalian dan Pencegahan Infeksi
(PPI). Yogyakarta: Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Herman, M., J., Handayani, R., S. (2016). Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Pemerintah
dalam Upaya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Indonesia. Jurnal Kefarmasian
Indonesia , 6(2), 137-146
Ibrahim, H., Damayati, D., S., Amansyah, M., dkk. (2017). Gambaran Penerapan Standar
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Haji
Makassar. Public Health Science Journal, 9(2), 160-173 .
Indragiri, S. (2018). Manajemen Risiko K3 Menggunakan Hazard Identification Risk
Assessment and Risk Control (HIRARC). Jurnal Kesehatan, 9(1), 39-52.
Pitoyo, J., Hamarno, R., Sa’adah, T., E. (2017). Kepatuhan Perawat Menerapkan Pedoman
Keselamatan Kerja dan Kejadian Cedera Pada Perawat Instrumen Di Instalasi Bedah
Sentral. Jurnal Pendidikan Kesehatan, 6(2), 65-70.
Putri, O., Z., Hussin, T., M., Kasjono., H., S. (2017). Analisis Risiko Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pada Petugas Kesehatan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
Akademik UGM. Jurnal Kesehatan, 10(1), 1979-7621.
Ramdan, I., M., Rahman, A. (2017). Analisis Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
pada Perawat. JKP, 5(3), 229-241. Rejeki, Sri. (2016). Kesehatan dan Keselamatan Kerja
jakarta: Pusdik SDM Kesehatan
.

Anda mungkin juga menyukai