Abstrak
Terdapat banyak kasus dimana pasien mengalami kerugian akibat kesalahan medis.
Kesalahan medis didefinisikan sebagai suatu kegagalan tindakan medis yang telah
direncanakan untuk diselesaikan atau perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan.
Oleh karena itu, perlu diterapkan program “patient safety” agar pasien aman mendapatkan
pelayanan kesehatan dan terhindar dari kesalahan medis. World Health Organization (WHO)
sebagai induk organisasi kesehatan dunia telah mengkampanyekan program keselamatan
pasien, salah satunya adalah menurunkan risiko infeksi nosokomial. Penurunan angka
kejadian infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan dapat dilakukan dalam
bentuk preventif dan kuratif.
Abstract
There are many cases where the patient suffer from a medical error.
A medical error is defined as a failure of medication that has been planned for completion or
misplaced planning to achieve a goal. Therefore, it is necessary to apply "patient safety" as a
program so that patients can get secure health services and avoid medical errors. The World
Health Organization (WHO) as the mother of the world health organization has campaigned
for patient safety programs, one of which is reducing the risk of nosocomial infections.
The decline in the incidence of infection associated with health services can be done in the
form of preventive and curative.
Infection Control
Infection Control dapat dikategorikan menjadi 2 macam, yaitu standard precaution
dan additional precaution.
1. Standard precaution7
Pelayanan yang diberikan kepada semua pasien di rumah sakit berdasarkan standard
precaution. Standard precaution adalah semua tindakan yang diaplikasikan kepada
setiap pasien yang datang tanpa memandang diagnosis maupun status infeksinya.
Tindakan medis tersebut terdiri dari :
Cuci tangan dan antisepsis5
WHO mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care
is safe care, yaitu merumuskan inovasi strategi penerapan hand hygiene untuk
petugas kesehatan dengan My five moments for hand hygiene adalah
melakukan cuci tangan:
1. Sebelum bersentuhan dengan pasien.
2. Sebelum melakukan prosedur bersih/steril.
3. Setelah bersentuhan dengan ciaran tubuh pasien risiko tinggi.
4. Setelah bersentuhan dengan pasien.
5. Setelah bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien.
Penggunaan alat pelindung diri pada saat melakukan tindakan atau prosedur
medis.6 Alat pelindung diri tersebut diantaranya:
o Sarung tangan (gloves).
Indikasi penggunaan gloves yaitu:
Untuk melindungi tangan dari kontaminasi bahan organik dan
mikroorganisme.
Untuk mengurangi resiko penularan ke pasien atau tenaga
kesehatan lainnya.
o Apron dan masker.
Menggunakan apron berbahan plastik saat kontak dekat
dengan pasien, bahan, atau alat medis, atau ketika terdapat
resiko terjadinya kontaminasi pakaian.
Buang apron plastik setelah melakukan suatu prosedur atau
tindakan medis.
Menggunakan gaun yang menutupi seluruh tubuh ketika
terdapat resiko terciprat darah, cairan tubuh, sekresi, dan
eksresi.
Masker wajah dan pelindung mata harus digunakan ketika
terdapat resiko terciprat darah, cairan tubuh, sekresi, dan
ekresi pada bagian wajah.
Pencegahan cedera tertusuk jarum.
Pencegahan dapat dilakukan dengan berhati-hati pada saat kontak
dengan jarum, scalpel, dan alat tajam lainnya, membersihkan alat medis yang
telah digunakan, dan membuang alat injeksi yang telah digunakan.
Hygiene lingkungan.
Menjaga kebersihan lingkungan dengan menggunakan prosedur yang
adekuat untuk membersihkan dan desinfeksi lingkungan.
Pembuangan limbah.
Pembuangan limbah harus dimanajemen dengan baik. Untuk limbah
yang terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi dan eksresi tubuh, jaringan
tubuh dan sampah laboratorium ditangani sebagai limbah klinis.
Pemindahan dan pembersihan alat medis yang terkontaminasi.
2. Additional precaution
Additional precaution adalah tindakan yang ditujukan khusus kepada pasien tertentu
yang beresiko terjadi transmisi (udara, droplet, dan kontak) dan dirawat di rumah
sakit.
Kesimpulan
Berdasarkan kasus di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk memberikan suatu pengamanan
terhadap pasien yaitu harus mengutamakan keselamatan pasien dengan mengidentifikasi,
berkomunikasi dengan pasien, mengurangi resiko infeksi dari pekerja kesehatan dan resiko
terjadi kesalahan yang lebih buruk pada pasien. Dari petugas kesehatan sendiri harus lebih
teliti dari cara penuluran dan mencegah penyakit infeksi tersebut.
Daftar Pustaka
1. Sumarianto A, Maidin MA, Sidin AI. Hubungan pengetahuan dan motivasi terhadap
kinerja tenaga medis dalam program patient safety di ruang perawatan inap RSUD
Andi Makkasau kota Parepare. Diunduh dari www.unhas.ac.id, 13 Oktober 2017.
2. Bawelle SC, Sinolungan JSV, Hamel RS. Hubungan pengetahuan dan sikap tenaga
medis dengan pelaksanaan keselamatan pasien (patient safety) di ruang rawat inap
RSUD Liun Kendage Tahuna. Diunduh dari www.ejournal.unsrat.ac.id, 13 Oktober
2017.
3. Rikomah SE. Keselamatan pasien. Dalam : farmasi klinik. Ed 1. Jakarta: deepublish;
2016. h.134-57.
4. Widajat R. Hospital strategy. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2011. h. 98-9.
5. Jamaluddin J, Sugeng S, Wahyu I, Sondang M. Kepatuhan cuci tangan 5 momen di
unit perawatan intensif. Majalah kedokteran terapi intensif, Juli 2012. h.125-9.
6. Lardo S, Prasetyo B, Purwaamidjaja DB. Infection control risk assessment. CDK
journal, 2016. h. 215-19.
7. WHO. Standard precautions in health care. Diunduh dari www.who.int, 13 Oktober
2017.