Anda di halaman 1dari 8

Patient Safety untuk Kasus Infeksi

Alfredo Lailossa 102016238


Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan. Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Alamat Korespondensi : lailossaalfredo@yahoo.co.id

Abstrak
Terdapat banyak kasus dimana pasien mengalami kerugian akibat kesalahan medis.
Kesalahan medis didefinisikan sebagai suatu kegagalan tindakan medis yang telah
direncanakan untuk diselesaikan atau perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan.
Oleh karena itu, perlu diterapkan program “patient safety” agar pasien aman mendapatkan
pelayanan kesehatan dan terhindar dari kesalahan medis. World Health Organization (WHO)
sebagai induk organisasi kesehatan dunia telah mengkampanyekan program keselamatan
pasien, salah satunya adalah menurunkan risiko infeksi nosokomial. Penurunan angka
kejadian infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan dapat dilakukan dalam
bentuk preventif dan kuratif.

Kata Kunci : Keselamatan kerja, infection control, standard precaution

Abstract
There are many cases where the patient suffer from a medical error.
A medical error is defined as a failure of medication that has been planned for completion or
misplaced planning to achieve a goal. Therefore, it is necessary to apply "patient safety" as a
program so that patients can get secure health services and avoid medical errors. The World
Health Organization (WHO) as the mother of the world health organization has campaigned
for patient safety programs, one of which is reducing the risk of nosocomial infections.
The decline in the incidence of infection associated with health services can be done in the
form of preventive and curative.

Keywords : Patient safety, infection control, standard precaution


Pendahuluan
Terdapat banyak kasus dimana pasien mengalami kerugian akibat kesalahan medis.
Kesalahan medis didefinisikan sebagai suatu kegagalan tindakan medis yang telah
direncanakan untuk diselesaikan atau perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan.
Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap insiden
patient safety adalah kinerja individu tenaga kesehatan.1 Data di Indonesia tentang KTD
apalagi Kejadian Nyaris Cedera (Near Miss) masih langka, namum dilain pihak terjadi
peningkatan tuduhan mal praktek.2 Oleh karena itu, perlu diterapkan program “patient safety”
agar pasien aman mendapatkan pelayanan kesehatan dan terhindar dari kesalahan medis.
Patient safety atau keselamatan pasien telah menjadi salah satu program penting
dalam pelayanan rumah sakit di seluruh dunia. Tidak hanya rumah sakit di negara maju yang
menerapkan keselamatan pasien untuk menjamin mutu pelayanan, tetapi juga rumah sakit di
negara berkembang, seperti Indonesia. Penerapan patient safety bersifat menyeluruh dan
harus diterapkan diseluruh bagian rumah sakit.3 World Health Organization (WHO) sebagai
induk organisasi kesehatan dunia telah mengkampanyekan program keselamatan pasien,
salah satunya adalah menurunkan risiko infeksi nosokomial. Penurunan angka kejadian
infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan dapat dilakukan dalam bentuk
preventif dan kuratif.
Kajian pustaka ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswa:
1. Mengetahui definisi patient safety dan percabangan ilmu patient safety menurut
WHO.
2. Menjelaskan prosedur safety yang harus dilakukan pada pasien dirumah sakit pada
kasus infeksi.
3. Mengetahui prinsip infection control.
Dalam proses penyusunan kajian pustaka ini, penulis mengalami kesulitan karena waktu dan
sumber yang tersedia terbatas

Pengertian Patient Safety


Patient safety adalah sistem (tatanan) pelayanan dalam rumah sakit yang memberikan
asuhan pasien menjadi lebih aman untuk mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Yang termasuk dalam patient safety, diantaranya:3,4
1. Pelaporan dan analisis insiden, termasuk menegakkan budaya “quality and safety”.
2. Identifikasi dan mengukur resiko (klinis dan non-klinis).
3. Pengelolaan resiko terhadap pasien (manajemen resiko).
4. Kemampuan untuk berkomunikasi.
5. Komitmen belajar dan menindaklanjuti setiap laporan insiden.
6. Menerapkan solusi untuk mencegah, mengurangi, serta meminimalkan resiko.

Tujuan Patient Safety


Tujuan Sistem Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah:
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
2.  Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) di rumah sakit.
4.  Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
penanggulangan KTD.
Sedangkan, tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah:4
1. Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secara benar).
2. Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yang efektif).
3. Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan keamanan dari
pengobatan resiko tinggi).
4. Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery(mengeliminasi
kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan pasien, kesalahan prosedur operasi).
5. Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi risiko infeksi yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan).
6. Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien terluka karena
jatuh).
Manfaat Patient Safety terhadap Infeksi 3
Bila program patient safety dilakukan dengan baik, maka manfaat yang didapatkan
diantaranya:
1. Mengurangi kejadian masuk rumah sakit kembali.
2. Meminimalisasi kejadian infeksi di rumah sakit.
3. Menurunkan lama perawatan.
4. Mengurangi transmisi penyakit (terhadap pasien dan staf medis).
5. Menurunkan AMR (Anti Microbial Ressistance)
6. Menghindari Multi Drug Ressistance organism.
7. Menghindari Methicilin Resistant Stapphylococcus Aureus (MMRSA).

Penyebab Insiden Patient Safety3


Kejadian yang tidak diharapkan yang sering terjadi pada pasien selama dirawat dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:
 Lingkungan kerja
Lingkungan juga dapat mempengaruhi terjadinya cedera pada pasien selama dirawat.
 Kondisi pasien
Peran farmasis diperlukan untuk menjamin keselamatan pasien dalam hal memantau
kondisi kesehatan pasien, agar tidak terjadi kemungkinan bahaya dari tindakan yang
telah diberikan kepada pasien.
 Komunikasi yang kurang baik
Komunikasi yang kurang baik dapat menyebabkan insiden keselamatan pasien, baik
komunikasi antara sesama tenaga kesehatan atau komunikasi antara tenaga kesehatan
dengan pasien.
 Kebijakan dan prosedur yang tidak adekuat
Kebijakan atau prosedur yang tidak adekuat atau lemah dapat menyebabkan insiden
keselamatan kerja.

Langkah Pelaksanaan Patient Safety


Sembilan solusi keselamatan Pasien di RS (WHO Collaborating Centre for Patient 
Safety, 2 May 2007), yaitu:
1) Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike medication
names).
2) Pastikan identifikasi pasien.
3) Komunikasi secara benar saat serah terima pasien.
4) Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar.
5) Kendalikan cairan elektrolit pekat.
6) Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan.
7) Hindari salah kateter dan salah sambung selang.
8) Gunakan alat injeksi sekali pakai.
9) Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial.
Patient Safety untuk Kasus Infeksi
Penyakit infeksi disebabkan oleh patogen seperti bakteri, virus, dan jamur, dan dapat
menyebar baik secara langsung maupun tidak langsung dari satu individu ke individu lainnya.
Penyebab infeksi juga bisa berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang diberikan. Misalnya,
dari alat medis yang digunakan (stetoskop, komputer, dan sebagainya), kontaminasi
lingkungan, airborne transmission, staf rumah sakit yang menjadi karier, dan lain-lain.
Pencegahan terhadap infeksi tersebut bisa diterapkan melalui program patient safety,
yang terdiri dari tindakan preventif dan kuratif. Kegiatan preventif yang dapat dilakukan
berupa edukasi sterilisasi dan usaha mencegah resiko infeksi pada tindakan-tindakan invasif.
Sedangkan tindakan kuratif yang dapat dilakukan adalah terapi antibiotik yang cepat dan
tepat sesuai diagnosis kerja, semua usaha mengontrol atau mengobati infeksi dilakukan
dengan tepat dan cepat, pemilihan makanan diet sesuai penyakitnya dengan memperhatikan
nilai gizi dan kalori yang cukup, serta memastikan bahwa obat oral, injeksi, IVFD, makanan
oral, makanan per NGT masuk sesuai waktu dan dosisnya.

Infection Control
Infection Control dapat dikategorikan menjadi 2 macam, yaitu standard precaution
dan additional precaution.
1. Standard precaution7
Pelayanan yang diberikan kepada semua pasien di rumah sakit berdasarkan standard
precaution. Standard precaution adalah semua tindakan yang diaplikasikan kepada
setiap pasien yang datang tanpa memandang diagnosis maupun status infeksinya.
Tindakan medis tersebut terdiri dari :
 Cuci tangan dan antisepsis5
WHO mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care
is safe care, yaitu merumuskan inovasi strategi penerapan hand hygiene untuk
petugas kesehatan dengan My five moments for hand hygiene adalah
melakukan cuci tangan:
1. Sebelum bersentuhan dengan pasien.
2. Sebelum melakukan prosedur bersih/steril.
3. Setelah bersentuhan dengan ciaran tubuh pasien risiko tinggi.
4. Setelah bersentuhan dengan pasien.
5. Setelah bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien.
 Penggunaan alat pelindung diri pada saat melakukan tindakan atau prosedur
medis.6 Alat pelindung diri tersebut diantaranya:
o Sarung tangan (gloves).
Indikasi penggunaan gloves yaitu:
 Untuk melindungi tangan dari kontaminasi bahan organik dan
mikroorganisme.
 Untuk mengurangi resiko penularan ke pasien atau tenaga
kesehatan lainnya.
o Apron dan masker.
 Menggunakan apron berbahan plastik saat kontak dekat
dengan pasien, bahan, atau alat medis, atau ketika terdapat
resiko terjadinya kontaminasi pakaian.
 Buang apron plastik setelah melakukan suatu prosedur atau
tindakan medis.
 Menggunakan gaun yang menutupi seluruh tubuh ketika
terdapat resiko terciprat darah, cairan tubuh, sekresi, dan
eksresi.
 Masker wajah dan pelindung mata harus digunakan ketika
terdapat resiko terciprat darah, cairan tubuh, sekresi, dan
ekresi pada bagian wajah.
 Pencegahan cedera tertusuk jarum.
Pencegahan dapat dilakukan dengan berhati-hati pada saat kontak
dengan jarum, scalpel, dan alat tajam lainnya, membersihkan alat medis yang
telah digunakan, dan membuang alat injeksi yang telah digunakan.
 Hygiene lingkungan.
Menjaga kebersihan lingkungan dengan menggunakan prosedur yang
adekuat untuk membersihkan dan desinfeksi lingkungan.
 Pembuangan limbah.
Pembuangan limbah harus dimanajemen dengan baik. Untuk limbah
yang terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi dan eksresi tubuh, jaringan
tubuh dan sampah laboratorium ditangani sebagai limbah klinis.
 Pemindahan dan pembersihan alat medis yang terkontaminasi.

2. Additional precaution
Additional precaution adalah tindakan yang ditujukan khusus kepada pasien tertentu
yang beresiko terjadi transmisi (udara, droplet, dan kontak) dan dirawat di rumah
sakit.

Kesimpulan
Berdasarkan kasus di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk memberikan suatu pengamanan
terhadap pasien yaitu harus mengutamakan keselamatan pasien dengan mengidentifikasi,
berkomunikasi dengan pasien, mengurangi resiko infeksi dari pekerja kesehatan dan resiko
terjadi kesalahan yang lebih buruk pada pasien. Dari petugas kesehatan sendiri harus lebih
teliti dari cara penuluran dan mencegah penyakit infeksi tersebut.
Daftar Pustaka
1. Sumarianto A, Maidin MA, Sidin AI. Hubungan pengetahuan dan motivasi terhadap
kinerja tenaga medis dalam program patient safety di ruang perawatan inap RSUD
Andi Makkasau kota Parepare. Diunduh dari www.unhas.ac.id, 13 Oktober 2017.
2. Bawelle SC, Sinolungan JSV, Hamel RS. Hubungan pengetahuan dan sikap tenaga
medis dengan pelaksanaan keselamatan pasien (patient safety) di ruang rawat inap
RSUD Liun Kendage Tahuna. Diunduh dari www.ejournal.unsrat.ac.id, 13 Oktober
2017.
3. Rikomah SE. Keselamatan pasien. Dalam : farmasi klinik. Ed 1. Jakarta: deepublish;
2016. h.134-57.
4. Widajat R. Hospital strategy. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2011. h. 98-9.
5. Jamaluddin J, Sugeng S, Wahyu I, Sondang M. Kepatuhan cuci tangan 5 momen di
unit perawatan intensif. Majalah kedokteran terapi intensif, Juli 2012. h.125-9.
6. Lardo S, Prasetyo B, Purwaamidjaja DB. Infection control risk assessment. CDK
journal, 2016. h. 215-19.
7. WHO. Standard precautions in health care. Diunduh dari www.who.int, 13 Oktober
2017.

Anda mungkin juga menyukai