Anda di halaman 1dari 9

UPAYA MEMUTUS RANTAI INFEKSI DI RUMAH SAKIT

Jesika Olivia Baringbing

jesikaoliviabaringbing@gmail.com

ABSTRAK

Perawat berperan penting sebagai pemutus rantai infeksi untuk menurunkan angka kejadian
infeksi yang didapat di rumah sakit (HAIs). Healthcare Associated Infections (HAIs)
merupakan infeksi yang didapat saat pasien dirawat di rumah sakit dan setelah pasien dirawat
lebih dari 48 jam menerima pelayanan kesehatan. Ribuan pasien di seluruh dunia meninggal
setiap hari karena terkena infeksi ketika mendapatkan perawatan kesehatan. Hal ini
disebabkan karena transmisi mikrobakteri patogen dari tangan petugas kesehatan selama
menerima perawatan kesehatan. Kejadian HAIs paling banyak terjadi di Negara miskin dan
negara yang sedang berkembang karena penyakit infeksi masih menjadi penyebab utama
kematian. Upaya pencegahan yang dilakukan untuk menjaga keselamatan pasien, salah
satunya dengan menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam setiap tindakan yang
dilakukan tenaga medis di rumah sakit.

Kata kunci:infeksi,pencegahan

ABSTRAC

Nurses play an important role as a chain breaker of infection to reduce the incidence of
hospital-acquired infections (HAIs). Healthcare Associated Infections (HAIs) are infections
that are acquired when the patient is hospitalized and after the patient has been treated for
more than 48 hours of receiving health care. Thousands of patients around the world die
every day from infection while receiving health care. This is due to the transmission of
pathogenic microbacteria from the hands of health workers while receiving health care. The
incidence of HAIs occurs mostly in poor countries and developing countries because
infectious diseases are still the main cause of death. Prevention efforts are made to maintain
patient safety, one of which is by applying Standard Operating Procedures (SOP) in every
action taken by medical personnel in the hospital.

Key words: infection, prevention


LATAR BELAKANG

Perawat berperan penting sebagai acquired infection) diganti dengan istilah


pemutus rantai infeksi untuk menurunkan baru yaitu “Healthcare-associated
angka kejadian infeksi yang didapat di infections” (HAIs) dengan pengertian yang
rumah sakit (HAIs). Penyakit infeksi lebih luas tidak hanya di rumah sakit tetapi
masih merupakan salah satu masalah juga di fasilitas pelayanan kesehatan
kesehatan di dunia, termasuk Indonesia. lainnya, serta tidak terbatas infeksi pada
Ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi pasien saja, tetapi juga infeksi pada
dapat berasal dari komunitas (Community petugas kesehatan yang didapat pada saat
acquired infection) atau berasal dari melakukan tindakan perawatan pasien.
lingkungan rumah sakit (Hospital acquired
Pencegahan dan pengendalian infeksi di
infection) yang sebelumnya dikenal
rumah sakit (PPIRS) sangat penting karena
dengan istilah infeksi nosokomial.
menggambarkan mutu pelayanan rumah
Prinsip penting dari keberadaan sakit juga untuk melindungi pasien,
institusi pelayanan kesehatan berkualitas petugas, pengunjung dan keluarga dari
adalah perlindungan bagi pasien, tenaga resiko tertularnya infeksi.
kesehatan, tenaga pendukung dan
Infeksi yang terjadi di rumah sakit tidak
komunitas masyarakat di sekitarnya dari
saja dapat dikendalikan tetapi juga dapat
penularan infeksi. Hal ini dapat
dicegah dengan melakukan langkah-
diwujudkan dengan penerapan Pencegahan
langkah yang sesuai dengan prosedur dan
dan Pengendalian Infeksi yang efektif dan
pedoman yang berlaku.
efisien.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan
Tindakan medis yang dilakukan oleh
oleh Departemen Kesehatan RI bersama
tenaga kesehatan yang bertujuan untuk
World Health Organization (WHO) ke
perawatan atau penyembuhan pasien,
berbagai rumah sakit di
apabila dilakukan tidak sesuai prosedur
Propinsi/Kabupaten/Kota disimpulkan
maka berpotensi untuk menularkan
bahwa Komite Pencegahan dan
penyakit infeksi, baik bagi pasien yang
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
lain atau bahkan pada petugas kesehatan
(KPPIRS)/Tim PPIRS selama ini belum
itu sendiri. Karena tidak dapat ditentukan
berfungsi optimal sebagaimana yang
secara pasti asal infeksi, maka sekarang
diharapkan. Penelitian juga menunjukkan
istilah infeksi nosokomial (Hospital
bahwa anggota Komite/Tim PPI belum
memahami dengan baik tugas, Infeksi nosokomial itu sendiri adalah
kewenangan, serta tanggung jawab yang infeksi yang didapat pasien di rumah sakit
harus dilaksanakan dalam lingkup atau fasilitas kesehatan lainnya, pada saat
pencegahan dan pengendalian infeksi di pasien masuk perawatan tidak
rumah sakit. menunjukkan gejala atau tidak dalam masa
inkubasi dan termasuk juga infeksi yang
METODE
didapat di rumah sakit tetapi baru timbul
Metode yang digunakan ialah teknik setelah pasien pulang perawatan dan
pengumpulan data atau informasi dengan termasuk infeksi yang terjadi akibat
melakukan analisis, eksplorasi, kajian kesalahan prosedur tindakan yang
bebas (literatur review) yang relevan,yang dilakukan oleh petugas.
berfokus membahas upaya memutus rantai
Program pencegahan dan pengendalian
infeksi dan pencegagahan serta
infeksi di rumah sakit penting bagi
pengendalian infeksi yang dilakukan
kesehatan pasien dan keselamatan petugas,
perawat di Rumah Sakit dalam pemberian
pengunjung dan lain-lain di lingkungan
pelayanan kesehatan kepada klien.
rumah sakitPencegahan dan pengendalian
Referensi yang digunakan adalah jurnal
infeksi nosokomial menjadi tantangan di
dan artikel ilmiah pada penerbitan 8 tahun
seluruh dunia karena infeksi nosokomial
terakhir. Dalam mencari referensinya,
dapat meningkatkan morbiditas dan
menggunakan kata kunci infeksi dan
mortalitas serta meningkatkan biaya
pencegahan.
kesehatan disebabkan terjadi penambahan
HASIL waktu pengobatan dan perawatan di rumah
sakit.Keselamatan pasien rumah sakit
Setiap institusi pemberi layanan
adalah suatu system dimana rumah sakit
kesehatan dituntut untuk siap memerangi
membuat asuhan pasien lebih aman yang
setiap permasalahan yang ada dan hendak
meliputi asesmen resiko, identifikasi dan
terjadi. Salah satu fasilitas pelayanan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan
kesehatan yang berperan strategis dalam
risiko pasien, pelaporan, dan analisis
pembangunan kesehatan adalah Rumah
insiden, meminimalkan timbulnya risiko
Sakit (Loi, 2016). Pelayanan Rumah Sakit
dan mencegah terjadinya cedera yang
rentan akan pelbagai masalah, ancaman
disebabkan oleh kesalahan akibat
dan risiko,termasuk risiko klinis seperti
melaksanakan suatu tindakan atau tidak
penyebaran infeksi nosokomial atau
mengambil sebuah tindakan yang
Healthcare-associated Infections (HAIs).
seharusnya diambil . Keselamatan pasien kesehatan, pasien, pengunjung dan
merupakan bagian mendasar dari sebuah karyawan. Pelayanan kesehatan yang
pelayanan kesehatan. diberikan ke pasien harus didukung oleh
sumber daya manusia yang berkualitas
Perawat mencegah terjadinya infeksi
untuk mencapai pelayanan yang prima dan
dengan cara memutuskan rantai penularan
optimal. Infeksi nosokomial adalah suatu
infeksi. Kegiatan ini berkaitan dengan
infeksi yang diperoleh/dialami pasien
perilaku perawat. Perilaku perawat dalam
selama dirawat di Rumah Sakit,
melakukan kegiatan pencegahan dan
puskesmas, dan layanan kesehatan lainya.
pengendalian infeksi dapat dibentuk
dengan aktivitas dalam menampilkan Infeksi Nosokomial terjadi karena
peran dan fungsi kepala ruang sebagai adanya transmisi mikroba pathogen yang
pemimpin. Kepemimpinan kepala ruang bersumber dari lingkungan rumah sakit
dapat memengaruhi perilaku bawahannya. dan perangkatnya. Akibat lainnya yang
juga cukup merugikan adalah hari rawat
Manajemen kepala ruang sangat penting
penderita yang bertambah, beban biaya
dalam menunjang program pencegahan
menjadi semakin besar, serta merupakan
dan pengendalian infeksi di rumah sakit.
bukti bahwa manajemen pelayanan medis
Salah satu fungsi manajemen adalah
rumah sakit kurang membantu.
pengorganisasian, dimana kepala ruang
hendaknya mengembangkan organisasi Tingginya angka kejadian HAIs ini
keperawatan secara objektif sehingga menandakan penurunan mutu pelayanan
memudahkan perawat dalam medis, memperpanjang lama rawat inap
melaksanakan asuhan keperawatan pasien dan bertambahnya biaya pelayanan
khususnya upaya pencegahan dan kesehatan serta menjadi penyebab utama
pengendalian infeksi. Perilaku perawat tingginya angka kesakitan dan kematian.
dapat ditunjukkan dengan peningkatan
Strategi Pencegahan dan
kinerja dan kepatuhan perawat dalam
Pengendalian Infeksi.
melakukan kegiatan pencegahan dan
pengendalian infeksi. 1.Peningkatan daya tahan pejamu.

PEMBAHASAN Daya tahan pejamu dapat


ditingkatkan dengan pemberian imunisasi
Penularan infeksi yang sering
aktif (contoh vaksinasi hepatitis B) atau
terjadi di lingkungan pelayanan medis,
pemberian imunisasi pasif
sangat beresiko terpapar ke tenaga
(immunoglobulin). Promosi kesehatan pakai atau pajanan lainnya. Penyakit yang
secara umum termasuk nutrisi yang perlu mendapat perhatian adalah hepatitis
adekuat akan meningkatkan daya tahan B, hepatits C, dan HIV.
tubuh.
Untuk dapat melakukan pencegahan dan
2.Inaktivasi agen penyebab infeksi. pengendalian infeksi khususnya infeksi
Inaktivasi agen infeksi dapat rumah sakit, perlu memiliki pengetahuan
dilakukan dengan metode fisik maupun mengenai konsep dasar penyakit infeksi.
kimiawi. Contoh metode fisik adalah
Beberapa Batasan/Definisi:
pemanasan (pasteurisasi atau sterilisasi)
dan memasak makanan seperlunya. a. Kolonisasi : merupakan suatu keadaan
Metode kimiawi termasuk klorinasi air, dimana ditemukan adanya agen infeksi,
disinfeksi peralatan dan lingkungan, serta dimana organisme tersebut hidup, tumbuh
penggunaan antibiotika. dan berkembang biak, tetapi tanpa disertai
adanya respon imun atau gejala klinik.
3) Memutus rantai penularan.
Pada kolonisasi, tubuh pejamu tidak dalam
Hal ini merupakan cara yang paling keadaan suseptibel. Pasien atau petugas
mudah untuk mencegah penularan kesehatan bisa mengalami kolonisasi
penyakit infeksi, tetapi hasilnya sangat dengan kuman patogen tanpa menderita
bergantung kepada ketaatan petugas dalam sakit, tetapi dapat menularkan kuman
melaksanakan prosedur yang telah tersebut ke orang lain. Pasien atau petugas
ditetapkan. Tindakan pencegahan ini telah kesehatan tersebut dapat bertindak sebagai
disusun dalam suatu “Isolation “Carrier”.
Precautions” (Kewaspadaan Isolasi) yang
b. Infeksi : merupakan suatu keadaan
terdiri dari dua pilar/tingkatan yaitu
dimana ditemukan adanya agen infeksi
“Standard Precaution” (Kewaspadaan
(organisme), dimana terdapat respon imun,
berdasarkan cara penularan).
tetapi tidak disertai gejala klinik.
4) Tindakan pencegahan paska pajanan
(“Post Exposure Prophylaxis”/ PEP) c. Penyakit infeksi : merupakan suatu
terhadap petugas kesehatan. Hal ini keadaan dimana ditemukan adanya agen
terutama berkaitan dengan pencegahan infeksi (organisme) yang disertai adanya
agen infeksi yang ditularkan melalui darah respon imun dan gejala klinik.
dan cairan tubuh lainnya, yang sering
d. Penyakit menular atau infeksius : adalah
terjadi karena luka tusuk jarum bekas
penyakit (infeksi) tertentu yang dapat
berpindah dari satu orang ke orang lain, berupa bakteri virus, jamur dan parasit.
baik secara langsung maupun tidak Ada 3 faktor pada agen penyebab yang
langsung. mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu :
patogenesis, virulensi dan jumlah (dosis
e. Inflamasi (radang atau perdangan
atau “lood”).
lokal) : merupakan bentuk respon tubuh
terhadap suatu agen (tidak hanya infeksi, b. Reservoir atau tempat dimana agen
dapat berupa trauma, pembedahan atau infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang
luka bakar), yang ditandai dengan adanya biak dan siap ditularkan kepada orang.
sakit/nyeri (dolor), panas (calor), Reservoir yang paling umum adalah
kemerahan (rubor), pembengkakan (tumor) manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan,
dan gangguan fungsi. tanah, air dan bahan-bahan organic
f. “Systemic Inflammatory Response lainnya. Pada orang sehat, permukaan
Syndrome” (SIRS) : sekumpulan gejala kulit, selaput lendir saluran napas atas,
klinik atau kelainan laboratorium yang usus dan vagina merupakan reservoir yang
merupakan respon tubuh (inflamasi) yang umum.
bersifat sistemik. Kriteria SIRS bila
c. Pintu keluar (portal of exit) adalah jalan
ditemukan 2 atau lebih dari keadaan
darimana agen infeksi meninggalkan
berikut : (1) hipertermi atau hipotermi atau
reservoir. Pintu keluar meliputi saluran
suhu tubuh yang tidak stabil, (2) takikardi
pernapasan, pencernaan, saluran kemih
(sesuai usia), (3) takipnoe (sesuai usia),
dan kelamin, kulit dan membrane mukosa,
serta (4) leukositosis atau leukopenia
transplasenta dan darah serta cairan tubuh
(sesuai usia) atau pada hitung jenis
lain.
leukosit jumlah sel muda (batang) lebih
dari 10%. SIRS dapat disebabkan karena d. Pintu masuk (portal of entry) adalah
infeksi atau non-infeksi seperti trauma, tempat dimana agen infeksi memasuki
pembedahan, luka bakar, pankreatitis atau pejamu (yang suseptibel). Pintu masuk
gangguan metabolik. SIRS yang bisa melalui saluran pernapasan,
disebabkan infeksi disebut “Sepsis”. pencernaan, saluran kemih dan kelamin,
selaput lendir, serta kulit yang tidak utuh
Rantai penularan:
(luka).
a. Agen infeksi (infectious agent) adalah
e. Pejamu (host) yang suseptibel adalah
mikroorganisme yang dapat menyebabkan
orang yang tidak memiliki daya tahan
infeksi. Pada manusia, agen infeksi dapat
tubuh yang cukup untuk melawan agen
infeksi serta mencegah terjadinya infeksi 8) Kesehatan karyawan
atau penyakit. Faktor yang khusus dapat
9) Etika batuk
mempengaruhi adalah umur, status gizi,
status imunisasi, penyakit kronis, luka 10)Penyuntikan yang aman
bakar yang luas, trauma atau pembedahan,
11)Praktek lumbal punksi
pengobatan dengan imunosuresan. Faktor
lain yang mungkin berpengaruh adalah b) Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi
jenis kelamin, ras atau etnis tertentu, status
1) Airbone
ekonomi, gaya hidup, pekerjaan dan
herediter. 2) Droplet
Ruang lingkup kegiatan yang
3) contact
dilaksanakan oleh komite pencegahan dan
2. Penggunaan anti biotika yang rasional
pengendalian infeksi meliputi:
3. Surveilans
1. Kewaspadaan Isolasi meliputi
kewaspadaan dan kewaspadaan 4.Pendidikan dan pelatihan infeksi
nosokomial
transmisi sebagai berikut:
5. Pencegahan infeksi nosocomial
a) Kewaspadaan Standard
PENUTUP
1) Cuci tangan
Penyakit infeksi masih merupakan salah
2) Penggunaan alat pelindung diri
satu masalah kesehatan di dunia, termasuk
3) Pengendalian lingkungan rumah Indonesia.Penularan infeksi yang sering
sakit terjadi di lingkungan pelayanan medis,
sangat beresiko terpapar ke tenaga
4) Penanganan limbah RS dan
kesehatan, pasien, pengunjung dan
benda tajam
karyawan. Pencegahan dan pengendalian
5) Penanganan linen dan laundry infeksi di rumah sakit (PPIRS) sangat penting
karena menggambarkan mutu pelayanan
6) Pemrosesan peralatan perawatan
rumah sakit juga untuk melindungi pasien,
pasien (pembersihan, desinfeksi,
petugas, pengunjung dan keluarga dari resiko
sterilisasi)
tertularnya infeksi.Prinsip penting dari
7) Penempatan keberadaan institusi pelayanan kesehatan
berkualitas adalah perlindungan bagi
pasien, tenaga kesehatan, tenaga La Ode Alifarik.2019.Hubungan
pendukung dan komunitas masyarakat di Pelaksanaan Program Pencegahan Dan
sekitarnya dari penularan infeksi. Hal ini Pengendaliam Infeksi Terhadap Perilaku
dapat diwujudkan dengan penerapan Perawat Dalam Pencegahan Dan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang Pengendalian Infeksi Nonsokomial Ruang
efektif dan efisien. Rawat Inap RSUD Kota Kedari.
[MANUJU: MALAHAYATI NURSING
JOURNAL,1 (2).
DAFTAR PUSTAKA
Mike Rismayanti, Hardisman.2019.
Anugrah Perdana Masloman ,G. D Kandou Gambaran Pelaksanaan Program
,Ch. R. Tilaar.2015. Analisis Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Di
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit Umum X Kota Y. Jurnal
Kamar Operasi RSUD Dr Sam Ratulangi Kesehatan Andalas ,8 (1).
Tondano. JIKMU, 5 (2).
Rr Rizqi Saphira Nurani, Atik Choirul
Ardian Adhiwijaya .2017. Pelaksanaan Hidajah .2017. Gambaran Kepatuhan Hand
Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Hygiene Pada Perawat Hemodialis Di
Dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya.
Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Jurnal Berkala Epidemiologi, 5 (2).
Makassar. Magister Ilmu
Simamora, R. H. (2019). Pengaruh
Keperawatan.Makassar : Universitas
Penyuluhan Identifikasi Pasien dengan
Hasanuddin.
Menggunakan Media Audiovisual
Belian Anugrah Estri, dkk. terhadap Pengetahuan Pasien Rawat Inap.
2019.Pengendalian Dan Pencegahan Jurnal Keperawatan Silampari, 3(1), 342-
Infeksi (PPI). Yoyakarta :Universitas 351
Aisyiyah.
Simamora, R. H. (2020). Learning of
Fitriana Dewi1, Hanny Handiyani, Patient Identification in Patient Safety
Kuntarti.2016. Memutus Rantai Infeksi Programs Through Clinical Preceptor
Melalui Fungsi Perorganisasian Kepala Models. Medico Legal Update, 20(3), 553-
Ruang Rawat. Jurnal Keperawatan 556.
Indonesia, Volume 19 (2).
Slamet Riyadi, Rina Kurnianti.2018.
Efektivitas Penerapan Cuci Tangan
Disinfeksi Dalam Meningkatkan
Kepatuhan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Silang Di Laboratorium Pelayanan
Kesehatan Gigi Dan Mulut. Jurnal Bahan
Kesehatan Masyarakat ,2(2).

Tetyana Madjid, Adik Wibowo.2017.


Analisis Penerapan Program Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi di Ruang Rawat
Inap RSUD Tebet Tahun 2017. Jurnal
ARSI,4 (1).

V.Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi.


repository.umy.ac.id.Diakses pada 07
November 2020.

Anda mungkin juga menyukai