Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN KEAMANAN DAN

KESELAMATAN
LAPORAN PENDAHULUAN
KEAMANAN DAN KESELAMATAN

Di susun oleh :

YUKTI RIZQAN BAROKI (1b)


10 01021 084

PRODI D.3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
JEMBER
2011

LAPORAN PENDAHULUAN
KEAMANAN DAN KESELAMATAN

I. DEFINISI
Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari ancaman bahaya / kecelakaan.
Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak dapat diduga dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian,
sedangkan keamanan adalah keadaan aman dan tentram.

Tugas seorang perawat :

1. Tugas utamanya adalah meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya sakit


2. Mengurangi resiko terjadinya kecelakaan yang mungkin terjadinya di RS.
3. Lingkungan adalah semua faktor baik fisik maupun psikososial yang mempengaruhi hidup dan keadaan klien

II. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESELAMATAN & KEAMANAN.


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melindungi diri dari bahaya
kecelakaan yaitu usia, gaya hidup, status mobilisasi, gangguan sensori persepsi, tingkat kesadaran, status emosional,
kemampuan komunikasi, pengetahuan pencegahan kecelakaan, dan faktor lingkungan. Perawat perlu mengkaji
faktor-faktor tersebut saat merencanakan perawatan atau mengajarkan klien cara untuk melindungi diri sendiri.

1. Usia.
Individu belajar untuk melindungi dirinya dari berbagai bahaya melalui pengetahuan dan pengkajian akurat
tentang lingkungan. Perawat perlu untuk mempelajari bahaya-bahaya yang mungkin mengancam individu sesuai
usia dan tahap tumbuh kembangnya sekaligus tindakan pencegahannya.
2. Gaya Hidup.
Faktor gaya hidup yang menempatkan klien dalam resiko bahaya diantaranya lingkungan kerja yang tidak
aman, tinggal didaerah dengan tingkat kejahatan tinggi, ketidakcukupan dana untuk membeli perlengkapan
keamanan,adanya akses dengan obat-obatan atau zat aditif berbahaya.
3. Status mobilisasi.
Klien dengan kerusakan mobilitas akibat paralisis, kelemahan otot, gangguan keseimbangan/koordinasi
memiliki resiko untuk terjadinya cedera.
4. Gangguan sensori persepsi.
Sensori persepsi yang akurat terhadap stimulus lingkungan sangat penting bagi keamanan seseorang. Klien
dengan gangguan persepsi rasa, dengar, raba, cium, dan lihat, memiliki resiko tinggi untuk cedera.
5. Tingkat kesadaran.
Kesadaran adalah kemampuan untuk menerima stimulus lingkungan, reaksi tubuh, dan berespon tepat
melalui proses berfikir dan tindakan. Klien yang mengalami gangguan kesadaran diantaranya klien yang kurang
tidur, klien tidak sadar atau setengah sadar, klien disorientasi, klien yang menerima obat-obatan tertentu seperti
narkotik, sedatif, dan hipnotik.
6. Status emosional.
Status emosi yang ekstrim dapat mengganggu kemampuan klien menerima bahaya lingkungan. Contohnya
situasi penuh stres dapat menurunkan konsentrasi dan menurunkan kepekaan pada simulus eksternal.
Klien dengan depresi cenderung lambat berfikir dan bereaksi terhadap stimulus lingkungan.
7. Kemampuan komunikasi.
Klien dengan penurunan kemampuan untuk menerima dan mengemukakan informasi juga beresiko untuk
cedera. Klien afasia, klien dengan keterbatasan bahasa, dan klien yang buta huruf, atau tidak bisa mengartikan
simbol-simbol tanda bahaya.
8. Pengetahuan pencegahan kecelakaan
Informasi adalah hal yang sangat penting dalam penjagaan keamanan. Klien yang berada dalam lingkungan
asing sangat membutuhkan informasi keamanan yang khusus. Setiap individu perlu mengetahui cara-cara yang
dapat mencegah terjadinya cedera.
9. Faktor lingkungan
Lingkungan dengan perlindungan yang minimal dapat beresiko menjadi penyebab cedera baik di rumah,
tempat kerja, dan jalanan.
III. MACAM-MACAM BAHAYA / KECELAKAAN
Beberapa bahaya yang sering mengancam klien baik yang berada di tempat pelayanan kesehatan, rumah,
maupun komunitas diantaranya:
1. Api /kebakaran
Api adalah bahaya umum baik di rumah maupun rumah sakit. Penyebab kebakaran yang paling sering adalah
rokok dan hubungan pendek arus listrik. Kebakaran dapat terjadi jika terdapat tiga elemen sebagai berikut: panas
yang cukup, bahanbahan yang mudah terbakar, dan oksigen yang cukup.
2. Luka bakar (Scalds and burns).
Scald adalah luka bakar yang diakibatkan oleh cairan atau uap panas, seperti uap air panas. Burn adalah luka
bakar diakibatkan terpapar oleh panas tinggi, bahan kimia, listrik, atau agen radioaktif. Klien dirumah sakit yang
berisiko terhadap luka bakar adalah klien yang mengalami penurunan sensasi suhu dipermukaan kulit.
3. Jatuh.
Terjatuh bisa terjadi pada siapa saja terutama bayi dan lansia. Jatuh dapat terjadi akibat lantai licin dan berair,
alat-alat yang berantakkan, lingkungan dengan pencahayaan yang kurang.
4. Keracunan.
Racun adalah semua zat yang dapat mencederai atau membunuh melalui aktivitas kimianya jika dihisap,
disuntikkan, digunakan, atau diserap dalam jumlah yang cukup sedikit. Penyebab utama keracunan pada anak-anak
adalah penyimpanan bahan berbahaya atau beracun yang sembarangan, pada remaja adalah gigitan serangga dan
ular atau upaya bunuh diri. Pada lansia biasanya akibat salah makan obat (karena penurunan pengelihatan) atau
akibat overdosis obat (karena penurunan daya ingat).
5. Sengatan listrik
Sengatan listrik dan hubungan arus pendek adalah bahaya yang harus diwaspadai oleh perawat. Perlengkapan
listrik yang tidak baik dapat menyebabkan sengatan listrik bahkan kebakaran, contoh: percikan listrik didekat gas
anestesi atau oksigen konsentrasi tinggi. Salah satu pencegahannya adalah dengan menggunakan alat listrik yang
grounded yaitu bersifat mentransmisi aliran listrik dari suatu objek langsung kepermukaan tanah.
6. Suara bising.
Suara bising adalah bahaya yang dapat menyebabkan hilangnya fungsi pendengaran, tergantung dari: tingkat
kebisingan, frekuensi terpapar kebisingan, dan lamanya terpapar kebisingan serta kerentanan individu. Suara diatas
120 desibel dapat menyebabkan nyeri dan gangguan pendengaran walaupun klien hanya terpapar sebentar. Terpapar
suara 85-95 desibel untuk beberapa jam per hari dapat menyebabkan gangguan pendengaran yang progressive.
Suara bising dibawah 85 desibel biasanya tidak mengganggu pendengaran.
7. Radiasi.
Cedera radiasi dapat terjadi akibat terpapar zat radioaktif yang berlebihan atau pengobatan melalui radiasi yang
merusak sel lain. Zat radioaktif digunakan dalam prosedur diagnoostik seperti radiografi, fluoroscopy, dan
pengobatan nuklir. Contoh isotop yang sering digunakan adalah kalsium, iodine, fosfor.
8. Suffocation (asfiksia) atau Choking (tersedak).
Tersedak (suffocation atau asphyxiation) adalah keadaan kekurangan oksigen akibat gangguan dalam bernafas.
Suffocation bisa terjadi jika sumber udara terhambat/terhenti contoh pada klien tenggelam atau kepalanya
terbungkus plastik. Suffocation juga bisa disebabkan oleh adanya benda asing di saluran nafas atas yang
menghalangi udara masuk ke paru-paru. Jika klien tidak segera ditolong bisa terjadi henti nafas dan henti jantung
serta kematian.
9. Lain-lain
kecelakaan bisa juga disebabkan oleh alat-alat medis yang tidak berfungsi dengan baik (equipment-related
accidents) dan kesalahan prosedur yang tidak disengaja (procedure-related equipment).
IV. PENCEGAHAN KECELAKAAN DI RUMAH SAKIT.
a) Mengkaji tingkat kemampuan pasien untuk melindungi diri sendiri dari kecelakaan.
b) Menjaga keselamatan pasien yang gelisah selama berada di tempat tidur
c) Menjaga keselamatan klien dari infeksi dengan mempertahankan teknik aseptik, menggunakan alat kesehatan sesuai
tujuan.
d) Menjaga keselamatan klien yang dibawa dengan kursi roda
e) Menghindari kecelakaan :
o Mengunci roda kereta dorong saat berhenti.
o Tempat tidur dalam keadaan rendah dan ada penghalang pada pasien yang gelisah.
o Bel berada pada tempat yang mudah dijangkau.
o Meja yang mudah dijangkau.
o Kereta dorong ada penghalangnya.
f) Mencegah kecelakaan pada pasien yang menggunakan alat listrik misalnya suction, kipas angin, dan lain-lain.
g) Mencegah kecelakaan pada klien yang menggunakan alat yang mudah meledak seperti tabung oksigen dan termos.
h) Memasang lebel pada obat, botol, dan obat-obatan yang mudah terbakar
i) Melindungi semaksimal mungkin klien dari infeksi nosokomial seperti penempatan klien terpisah antara infeksi dan
non-infeksi
j) Mempertahankan ventilasi dan cahaya yang adekuat
k) Mencegah terjadinya kebakaran akibat pemasangan alat bantu penerangan
l) Mempertahankan kebersihan lantai ruangan dan kamar mandi
m) Menyiapkan alat pemadam kebakaran dalam keadaan siap pakai dan mampu menggunakannya.
n) Mencegah kesalahan prosedur : identitas klien harus jelas.

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANAN DAN KESELAMATAN KLIEN ADALAH


1. Faktor Fisiologis
Sistem pada tubuh manusia bekerja secara terkoordinasi dengan baik, apabila salah satu sistem tidak
bekerja maka hal tersebut akan mengancam keamanan seseorang. Misalnya orang akan menarik tangannya jika
menyentuh sesuatu benda yang terasa panas, dan sebagainya.

a.) Sistem Muskoloskeletal


Kesatuan muskoloskeletal merupakan hal yang sangat esensial dalam pembentukan postur dan pergerakan
yang normal. Kerusakan yang terjadi pada mobilitas dan kemampuan untuk merespon terhadap hal yang
membahayakan, dan ini meningkatkan risiko terhadap injuri. Masalah muskoloskeletal yang mengganggu keamanan
dapat diakibatkan oleh keadaan seperti fraktur, osteoporosis, atropi otot, artritis, atau strains dan sprains

b). Sisetem Neurologis

Koordinasi yang baik dalam sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi akan menciptakan sistem yang baik
pada individu. Rangsangan yang diterima dari saraf tepi akan diteruskan ke sistem saraf pusat melalui proses
persepsi kognisi yang baik sehingga seseorang dapat memutuskan dalam melakukan proses berfikir. Hal tersebut
akan menciptakan seseorang mampu melakukan orientasi dengan baik terhadap orang, tempat dan waktu sehingga
orang akan merasa nyaman.
Gangguan neurologis yang dapat mengancam keamanan seperti cedera kepala, medikasi/pengobatan,
alkohol dan obat-obatan, stroke, injuri tulang belakang, penyakit degeneratif (seperti Parkinson dan Alzaimer), dan
tumor kepala.

c). Sistem Kardiorespirasi

Sistem kardiorespirasi yang baik memungkinkan tubuh untuk dapat beristirahat karena suplai O2 dan
nutrisi untuk sel, jaringan dan organ tercukupi dengan baik. Adapun kondisi gangguan sistem kardiovaskuler yang
mengganggu keamanan adalah hipertensi, gagal jantung, kelainan jantung bawaan, atau penyakit vaskuler bagian
tepi. Penyakir respirasi atau pernafasan yang mengganggu keamanan seperti kesulitan bernafas, wheezing, danm
kelelahan yang diakibatkan oleh tidak toleransi terhadap aktivitas, keterbatasan mobilitas.

d). Aktivitas dan Latihan

Kondisi aktivitas dan latihan tubuh bereaksi secara cepat pada kedaruratan. Keterbatasan dalam aktivitas
dan latihan akan mengganggu seseorang dalam mengenali hal yang mengancam dirinya dari luar.

e). Kelelahan (Fatigue)

Fatigue akan mengakibatkan keterbatasan dalam persepsi terhadap bahaya, kesulitan mengambil keputusan
dan ketidakadekuatan dalam pemecahan masalah. Fatigue dapat diakibatkan karena kurang tidur, gaya dan pola
hidup, jam pekerjaan, stress, atau karena berbagai macam pengobatan, yang dapat mengancam keamanan.
2. Faktor Toleransi tehadap stress dan Mekanisme Koping.
Faktor seperti kecemasan dan depresi merupakan permasalahan yang akan mengganggu keamanan seseorang,
dimana seseorang akan kesulitan dalam mengekspresikan sesuatu. Contoh, seseorang yang mengalami kecemasan
mengenai prosedur operasi, maka seseorang tersebut akan mengalami miskomunikasi tentang informasi apa yang
akan dia lakukan setelah operasi sehingga akan mengancam keamanan dia waktu pulang ke rumah sehingga akan
muncul masalah komplikasi setelah operasi.
Mekanisme koping seseorang tehadap stress berhubungan langsung dengan keamanan. Faktor kepribadian
seseorang memainkan peranan dalam keamanan. Menarik diri, pemalu dan ketidakpercayaan berpengaruh pada
peningkatan keamanan, sehingga seseorang perlu untuk belajar kembali atau mereka akan mengalami masalah
gangguan jiwa/mental.

a) Faktor Lingkungan Rumah


Keamanan di rumah menyangkut tentang ventilasi, pencahayaan, pengaturan panas dan sebagainya.
Pengaturan perabot rumah tangga merupakan bagian penting dari keamanan di dalam rumah. Penataan yang baik
dari peralatan dapur, kursi, penempatan ruangan, tangga sangat menentukan keselamatan dan keamanan seseorang.
Penggunaan senjata tajam, rokok, lantai rumah dari bahan kimia dan penyimpanan bahan kimia akan membantu
dalam pencegahan baya dalam rumah termasuk sumber listrik dan api.
Masalah utama yang dapat terjadi dalam rumah adalah adanya risiko adanya untuk jatuh.

b) Tempat kerja
Tempat kerja akan mengakibatkan gangguan keamanan dengan adanya risiko untuk terjadi injuri pada
seseorang. Bahaya yang dapat ditimbulkan dari jenis pekerjaan dan tempat seseorang bekerja, baik secara fisik,
mekanik, ataupun kimia. Dalam bekerja maka seseorang sangat membutuhkan adanya suatu kondisi yang
ergonomis, sehingga perlu adanya pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja dalam mencegah terjadinya
injuri atau kecelakaan kerja.

c) Komunitas
Seting tempat komunitas dapat mengakibatkan gangguan keamanan seperti kegaduhan, kebisingan,
pencahayaan yang kurang baik di tempat umum maupun pusat bermain. Sanitasi lingkungan juga sangat berperan
dalam peningkatan keamanan individu dalam komunitas.
d) Tempat pelayanan kesehatan
Pusat pelayanan kesehatan dapat mengganggu keamanan seseorang baik bagi petugas kesehatan maupun
pasiennya. Bahaya dapat ditimbulkan karena peralatan, kesalahan prosedur dan sebagainya. Hal ini perlu adanya
standar operasional prosedur yang baku dan diperbaharui di RS sehingga kebutuhan akan keamanan dapat terpenuhi
untuk semua yang ada dalam rumah sakit.

e) Temperatur
Perubahan suhu dan cuaca sangat berpengaruh terhadap keamanan seseorang. Perlu adanya penyesuaian diri
terhadap perubahan temperatur/suhu yang ada sehingga kebutuhan keamanan seseorang dapat terpenuhi.

f) Polusi

Polutan yang bebas terdapat di lingkungan ataupun di udara bebas akan menggangu keamanan seeorang.
Bahan kimia dalam produk kimia yang terdapat baik di udara, air dan tanah akan menganggu ekosistem yang ada.

g) Sumber listrik
Pengaturan sumber-sumber listrik yang ada di rumah ataupun dimanapun sanagt muttlak diperlukan untuk
mencegah terjadinya sengatan listrik ataupun kebakaran.

h) Radiasi
Radiasi yang ada akan mengakibatkan terjadinya mutasi gen ataupun kematian sel sehingga mengakibatkan
tubuh seseorang menjadi rentan sehingga keamanan seseorang dapat mengalami masalah.
4. Faktor Penyakit
Penyakit sanagt mempengaruhi seseorang untuk mengalami masalah dalam pemenuhan kebutuhan keamanan.
Penyakit seperti HIV/AIDS, hepatitis merupakan penyakit yang dapat menjadikan tubuh untuk mengalami
penurunan yang drastis. Perlu adanya kewaspadaan yang baik dalam pengenalan hal tersebut, termasuk tindakan
pencegahan sehingga infeksi nosokomial tidak terjadi atau dapat dicegah baik dalam seting RS, klinik ataupun
keluarga.
5. Faktor Ketidakpengindahan tentang Keamanan
Hal ini berkaitan dengan kesadaran diri individu dalam pemenuhan kebutuhan keamanan. Apabila standar
prosedur telah dilakukan sesuai dengan kepatuhan yang ada maka keamanan seseorang dapat tercipta.

VI. FUNGSI SISTEM SARAF


1. menerima informasi dari dalam maupun luar melalui afferent sensory pathway (sensorik)
2. mengkomunikasikan informasi antara sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat
3. mengolah informasi yang diterima baik di tingkat saraf (refleks) maupun di otak untuk menentukan respon yang tepat
dengan situasi yang di hadapi
4. menghantarkan informasi secara cepat melalui efferent pathway tadi (motorik) keorgan-organ tubuh sebagai kontrol
atau memodifikasi tindakan.

VII. KEBIJAKAN RUMAH SAKIT TERKAIT KESELAMATAN DAN KEAMANAN PADA PASIEN
keselamatan pasien juga dapat menurangi berdampaknya terhadap peningkatan biaya pelayanan, dengan
meningkatnya pasien rumah sakit, harapkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit dapat
meningkat utamanya di RS Haji Surabaya.
Pelaksanaan keselamatan pasien di rumah sakit ini agar terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah
sakit dan meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat yang tidak mampu.
saat ini ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit. Yakni, keselamatan pasien,
keselamatan petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap
keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan, serta
keselamatan bisnis rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit itu sendiri. Kelima aspek
keselamatan tersebut, menurut Sukamto, sangatlah penting untuk dilaksanakan.

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Perawat memberikan perawatan kepada klien dan keluarga di dalam komunitas mereka dan tempat
pelayanan kesehatan. Untuk memastikan lingkungan yang aman, perawat perlu memahami hal-hal yang
memberikan kontribusi keamanan rumah, komunitas, atau lingkungan pelayanan kesehatan, dan kemudian mengkaji
berbagai ancaman terhadap keamanan klien dan lingkungan. Pengkajian yang dilakukan pada klien antara lain
pengkajian terhadap riwayat dan pemeriksaan fisik. Pengkajian terhadap lingkungan, termasuk rumah klien dan
tempat pelayanan kesehatan, mencakup inspeksi pada fasilitas tersebut.

a. Data Subjective
Pengkajian difokuskan pada masalah riwayat kesehatan klien yang terkait dengan kebutuhan keamanan
seperti: pernahkah klien jatuh, mengalami patah tulang, pembatasan aktivitas, dan sebagainya. Klien perlu
ditanyakan tentang tindakan pengamanan di mobil, perhatian terhadap tanda bahaya, tindakan pengamanan anak
atau bayi di rumah, status imunisasi, pengertian dan pemahaman klien tentang kesehatan dan keamanan. Perlu digali
juga tentang perubahan lingkungan, support sistem, tahap tumbuh kembang.
Perawat perlu mengidentifikasi adanya faktor risiko untuk keamanan klien mencakup: kondisi dewasa,
fisiologi, kognitif, pengobatan, lingkungan, dan kondisi anak-anak.
1. Dewasa seperti, riwayat terjatuh, usia yang lebih tua pada wanita, penggunaan alat bantu (alat bantu jalan, tongkat),
prosthesis anggota badan bagian bawah, umur lebih 65 tahun, dan hidup sendiri.
2. Fisiologi seperti: kehadiran penyakit akut, kondisi post operasi, kesulitan penglihatan, kesulitan pendengaran,
arthritis, orthostatik hipotensi, tidak dapat tidur, pusing ketika memutar kepala atau menegakkan kepala, anemia,
penyakit vaskuler, neoplasma, kesulitan mobilitas fisik, kerusakan keseimbangan dan neuropati.
3. Kognitive, seperti: penurunan status mental (kebingungan, delirium, dimensia, kerusakan orientasi orang, tempat
dan waktu)
4. Pengobatan, seperti obat anti hipertensi, penghambat ACE, antidepresan trisiklik, obat anti cemas, hipnotik atau
transquilizer, diuretik, penggunan alkohol, dan narkotika.
5. Lingkungan, seperti: adanya restrain, kondisi cuaca atau lingkungan, pencahayaan, kelembaban, ventilasi, penataan
lingkungan.
6. Anak-anak, seperti: umur dibawah 2 tahun, penggunaan pengaman, penataan ruang, penggunaan mainan.

b. Data Objective
Data objective dapat diperoleh perawat dengan melakukan pemeriksaan fisik terkait dengan sistem: neurologis,
cardiovaskuler dan pernafasan, integritas kulit dan mobilitas. Pengkajian juga mencakup prosedur test diagnostik.
1. Sistem Neurologis
* Status mental
* Tingkat kesadaran
* Fungsi sensori
* Sistem reflek
* Sistem koordinasi
* Test pendengaran, penglihatan dan pembauan
* Sensivitas terhadap lingkungan
2. Sistem Cardiovaskuler dan Respirasi
* Toleransi terhadap aktivitas
* Nyeri dada
* Kesulitan bernafas saat aktivitas
* Frekuensi nafas, tekanan darah dan denyut nadi
3. Integritas kulit
* Inspeksi terhadap keutuhan kulit klien
* Kaji adanya luka, scar, dan lesi
* Kaji tingkat perawatan diri kulit klien
4. Mobilitas
* Inspeksi dan palpasi terhadap otot, persendian, dan tulang klien
* Kaji range of motion klien
* Kaji kekuatan otot klienkaji tingakt ADLs klien

B. DIAGNOSA
Diagnosa umum sering muncul pada kasus keamanan fisik menurut NANDA adalah :
Resiko tinggi terjadinya cedera (High risk for injury). Seorang klien dikatakan mengalami masalah keperawatan
resiko tinggi terjadinya cidera bila kondisi lingkungan dan adaptasi atau pertahanan seseorang beresiko
menimbulkan cedera.
Diagnosa umum tersebut memiliki tujuh subkatagori yang memungkinkan perawat menjelaskan cedera secara lebih
spesifik dan atau untuk memberikan intervensi yang tepat (Wilkinson, 2000):
Resiko terjadinya keracunan: adanya resiko terjadinya kecelakaan akivat terpapar, atau tertelannya obat atau zat
berbahaya dalam dosis yang dapat menyebabkan keracunan.
Resiko terjadinya sufokasi: adanya resiko kecelakaan yang menyebabkan tidak adekuatnya udara untuk proses
bernafas.
Resiko terjadinya trauma: adanya resiko yang menyebabkan cedera pada jaringan (ms. Luka, luka bakar, atau
fraktur).
Respon alergi lateks: respon alergi terhadap produk yang terbuat dari lateks.
Resiko respon alergi lateks: kondisi beresiko terhadap respon alergi terhadap produk yang terbuat dari lateks.
Resiko terjadinya aspirasi: klien beresiko akan masuknya sekresi gastrointestinal, sekresi orofaringeal, benda padat
atau cairan kedalam saluran pernafasan.
Resiko terjadinya sindrom disuse (gejala yang tidak diinginkan): klien beresiko terhadap kerusakan sistem tubuh
akibat inaktifitas sistem muskuloskeletal yang direncanakan atau tidak dapat dihindari.
Contoh kasus:
Tn. ED, 70 tahun tinggal seorang diri dirumahnya. Klien memiliki riwayat glaukoma sehingga klien harus
menggunakan obat tetes mata dua kali sehari. Klien mengatakan sulit memfokuskan penglihatan, kehilangan
penglihatan sebelah, dan tidak bisa melihat dalam gelap.
Diagnosa yang muncul adalah:
Resiko tinggi cedera: jatuh berhubungan dengan penurunan sensori (tidak mampu melihat).

C. PERENCANAAN
Secara umum rencana asuhan keperawatan harus mencakup dua aspek yaitu: Pendidikan kesehatan tentang
tindakan pencegahan dan memodifikasi lingkungan agar lebih aman.

Contoh rencana asuhan keperawatan: (sesuai kasus diatas)


Diagnosa: Resiko tinggi cedera: jatuh berhubungan dengan penurunan sensori (tidak mampu melihat).
Tujuan: Klien memperlihatkan upaya menghindari cedera (jatuh) atau cidera (jatuh) tidak terjadi.
Kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan berupa modifikasi lingkungan dan pendidikan kesehatan
dalam 1 hari kunjungan diharapkan Klien mampu:
1. Mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan kemungkinan cidera,
2. Mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu,
3. Melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari cidera.
Intervensi:
1. Kaji ulang adanya faktor-faktor resiko jatuh pada klien.
2. Tulis dan laporkan adanya faktor-faktor resiko
3. Lakukan modifikasi lingkungan agar lebih aman (memasang pinggiran tempat tidur, dll) sesuai hasil pengkajian
bahaya jatuh pada poin 1
4. Monitor klien secara berkala terutama 3 hari pertama kunjungan rumah
5. Ajarkan klien tentang upaya pencegahan cidera (menggunakan pencahayaan yang baik, memasang penghalang
tempat tidur, menempatkan benda berbahaya ditempat yang aman)
6. Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan glaukoma dan gangguan penglihatannya, serta pekerja sosial untuk
pemantauan secara berkala.
Secara umum kriteria hasil paling penting pada kasus resiko tinggi cidera adalah membantu klien untuk
mengidentifikasi bahaya, dan mampu melakukan tindakan menjaga keamanan. Kriteria hasil yang lebih spesifik
diantaranya Klien mampu: mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan kemungkinan cidera,
mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu, melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi
diri dari cidera.

D. IMPLEMENTASI
Implementasi berikut bersifat spesifik untuk beberapa bahaya tertentu (tidak berhubungan dengan kasus):

1. Meningkatkan keamanan sepanjang hayat manusia


Memastikan keamanan klien pada semua usia berfokus pada: obsevasi atau prediksi situasi yang mungkin
membahayakan sehingga dapat dihindari dan memberikan pendidikan kesehatan yang memberikan kekuatan bagi
klien untuk menjaga dirinya dan keluarganya dari cedera secara mandiri. Aspek pendidikan kesehatan yang lebih
spesifik sesuai rentang usia klien dapat anda lihat pada Kozier, 2004: 674-675.
2. Mempertahankan kondisi aman dari api dan kebakaran
Upaya pencegahan yang bisa dilakukan perawat adalah memastikan bahwa ketiga elemen tersebut dapat
dihilangkan. Jika kebakaran sudah terjadi ada dua tujuan yang harus dicapai yaitu: melindungi klien dari cedera dan
membatasi serta memadakan api.
Di pusat pelayanan kesehatan
Upaya pencegahan: Memastikan nomor telpon darurat ada disemua pesawat, Mengatur situasi sehingga alat-alat
atau benda-benda yang tidak perlu tidak berada di lorong jalan, Menempatkan prosedur evakuasi dan penanganan
kebakaran disemua tempat, Mengorientasikan seluruh karyawan tentang jenis-jenis kebakaran dan penanganannya.
Jika kebakaran terjadi: Mengevakuasi klien kearea yang aman, aktifkan alarm, jika api kecil lakukan pemadaman
dengan alat pemadam yang ada, tutup pintu dan jendela jika perlu ketahui derajat kebakaran untuk menentukan jenis
pemadam yang tepat.
3. Mencegah terjadinya jatuh pada klien
- Orientasikan klien pada saat masuk rumah sakit dan jelaskan sistem komunikasi yang ada
- Hati-hati saat mengkaji klien dengan keterbatasan gerak
- Supervisi ketat pada awal klien dirawat terutama malam hari
- Anjurkan klien menggunakan bel bila membutuhkan bantuan
- Berikan alas kaki yang tidak licin
- Berikan pencahayaan yang adekuat
- Pasang pengaman tempat tidur terutama pada klien dengan penurunan kesadaran dan gangguan mobilitas
- Jaga lantai kamar mandi agar tidak licin
- Lengkapnya bisa dilihat pada Kozier, 2004:679
4. Melakukan tindakan pengamanan pada klien kejang:
- Pasang pengaman tempat tidur dengan dilapisi kain tebal (mencegah nyeri saat terbentur)
- Pasang spatel lidah untuk mencegah terhambatnya aliran udara
- Longgarkan baju dan ikatan leher (kerah baju)
- Kolaborasi pemberian obat antikonvulsi.
- Berikan masker oksigen jika diperlukan
5. Memberikan pertolongan bila terjadi keracunan
Perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat bila terjadi keracunan melalui identifikasi
adanya zat-zat beracun dirumah yang terkonsumsi, segera laporkan ke institusi kesehatan terdekat serta
menyebutkan nama dan gejala yang dialami klien, jaga klien pada posisi tenang ke satu sisi atau dengan kepala
ditempatkan diantara kedua kaki untuk mencegah aspirasi.
6. Memberikan pertolongan bagi klien yang terkena sengatan listrik
Jika seseorang terkena macroshock (sengatan listrik yang cukup besar) jangan sentuh klien tersebut sampai
pusat listrik dimatikan dan klien aman dari arus listrik. Macroshock sangat berbahaya karena dapat menyebabkan
luka bakar, kontraksi otot, dan henti nafas serta henti jantung. Untuk mencegah macroshock gunakan mesin/alat
listrik yang berfungsi dengan baik, pakai sepatu dengan alas karet, berdirilah diatas lantai nonkonduktif, dan
gunakan sarung tangan non konduktif.
7. Melakukan penanganan bagi klien yang terpapar kebisingan
Kebisingan memiliki efek psikososial dan efek fisiologis. Efek psikososial seperti rasa jengkel, tidur dan
istirahat terganggu, serta gangguan konsentrasi dan pola komunikasi. Efek fisiologis meliputi peningkatan nadi dan
respirasi, peningkatan aktifitas otot, mual, dan kehilangan pendengaran jika intensitas suara tepat. Kebisingan dapat
diminimalisir dengan memasang genting, dinding, dan lantai yang kedap suara; memasang gorden; memasang
karpet; atau memutar background music.
8. Melakukan Heimlich maneuver pada klien yang mengalami tersedak.
9. Melakukan perlindungan terhadap radiasi
Tingkat bahaya radiasi tergantung dari: lamanya, kedekatan dengan sumber radioaktif, dan pelindung yang
digunakan selama terpapar radiasi. Upaya yang harus dilakukan oleh perawat dalam hal ini adalah memakai baju
khusus, memakai sarung tangan, mencuci tangan sebelum dan sesudah memakai sarung tangan, dan membuang
semua benda yang terkontaminasi.
10. Melakukan pemasangan restrain pada klien
Restrain adalah alat atau tindakan pelindung untuk membatasi gerakan/aktifitas fisik klien atau bagian tubuh
klien. Restrain diklasifikasikan menjadi fisikal(physical) dan kemikal(chemical) restrain. Fisikal restrain adalah
restrain dengan metode manual atau alat bantu mekanik, atau lat-alat yang dipasang pada tubuh klien sehingga klien
tidak dapat bergerak dengan mudah dan terbatas gerakannya. Kemikal restrain adalah restrain dalam bentuk zat
kimia neuroleptics, anxioulytics, sedatif, dan psikotropika yang digunakan untuk mengontrol tingkahlaku sosial
yang merusak.
Restrain sebaiknya dihindari sebab berbagai komplikasi sering dikeluhkan akibat pemasangan restrain.
Komplikasi fisik diantaranya luka tekan, retensi urin, inkontinensia, dan sulit BAB, bahkan kematian pun
dilaporkan. Komplikasi psikologisnya adalah penurunan harga diri, bingung, pelupa, depresi, takut, dan marah.
Restrain hendaknya digunakan sebagai alternatif
terakhir. Bila dilakukan maka haruslah (a) dibawah pengawasan dokter dengan perintah tertulis, apa penyebabnya,
dan untuk berapa lama (b) klien setuju dengan tindakan tersebut.
Implikasi legal pemasangan restrain
Untuk melindungi klien dan mencegah masalah legal, perawat perlu mengikuti aturan berikut:
1. Perhatikan panduan tiap-tiap restrain yang akan digunakan
2. Gunakan restrain hanya bila dibutuhkan untuk kesehatan dan keselamatan klien
3. Jika dilakukan pemasangan restrain, dokumentasikan: penyebab, tipe, informed consent yang diberikan, respon
klien, waktu pemasangan dan pelepasan, asuhan keperawatan yang diberikan, tanda-tangan dokter dan perawat
4. Lakukan evaluasi secara periodik
Memilih restrain
Dalam memilih restrain perlu memenuhi lima kriteria berikut:
1. Membatasi gerak klien sesedikit mungkin
2. Paling masuk akal/bisa diterima oleh klien dan keluarga
3. Tidak mempengaruhi proses perawatan klien
4. Mudah dilepas/diganti
5. Aman untuk klien
Macam-macam restrain
1. limb restraints (restrain pergelangan tangan), elbow restraints (khusus untuk
daerah sikut)
2. mummy restraints (pada bayi), crib nets (box bayi dengan penghalang)
3. Jacket restraints (jaket),
4. belt restraints (sabuk),
5. mitt or hand restraints (restrain tangan),

E. EVALUASI
Melalui data yang dikumpulkan selama pemberian asuhan keperawatan perawat dapat menilai apakah tujuan
asuhan telah tercapai. Jika belum tercapai maka perawat perlu melakukan eksplorasi penyebabnya. Diantaranya
perawat dapat menanyakan beberapa hal berikut pada klien:
Sudahkan anda melakukan semua tindakan pencegahan?
Tindakan pencegahan apa yang klien tahu?
Apakah klien menyetujui semua tindakan pencegahan yang diajarkan?
Sudahkah perawat menulis dan mengimplementasikan rencana pendidikan kesehatan pada klien?

Laporan Pendahuluan Keamanan Dan Keselamatan


1.1 Definisi

Keamanan adalah suatu kondisi aman, dan tentram, bebas dari cedera fisik dan psikologis serta suatu
kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi.

Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari ancaman bahaya/ kecelakaan.
Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak dapat diduga dan tidak diharapkan yang dapat
menimbulkan kerugian.

1.2 Faktor yang mempengaruhi keamanan dan keselamatan

a) Usia
Bayi dan anak prasekolah : kecelakaan dalam rumah tangga yang dapat mengancam jiwa ,
misalnya:tenggelam di kolam renang.
Anak usia sekolah : Karena anak usia sekolah lebih berpartisipasi dalam berbagai aktivitas di luar
rumah dan lingkungan sekitar rumahnya, maka mereka lebih beresiko cedera yang disebabkan
oleh orang asing. Lingkungan sekolah, sarana trasportasi, teman, aktivitas setelah sekolah dapat
menjadi ancaman bagi keselamatan anak. Misalnya : cedera akibat bersepeda.
Remaja : Kecelakaan lalu lintas ( sebanyak 85% tidak menggunakan sabuk keselamatan dan helm,
mabuk, dan pengaruh obat-obatan.
Dewasa : Gaya hidup. Misalnya : Orang dewasa yang merokok jangka panjang lebih berisiko
mengalami penyakit kardiovaskuler dan paru-paru dan efek nikotin pada system sirkulasi dan
stress.
Lansia : Perubahan fisiologis yang terjadi selama proses penuaan meningkatkan risiko untuk jatuh.
Misalnya : jatuh di kamar tidur, kamar mandi, dapur, bahkan berisiko mengalami kecelakaan
mobil dan kebakaran.

b) Gaya hidup
Obat-obatan atau alcohol
Tingkat social ekonomi yang rendah
Polutan
Perlengkapan

c) Perubahan Persepsi dan Sensori


Seorang individu yang mengalami gangguan persepsi sensori berisiko tinggi mangalami cedera,
misalnya : penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, peraba.

d) Mobolitas dan status kesehatan


o Klien dengan gangguan ekstremitas berisiko tinggi mengalami cedera, misalnya : paralisis, lemah
otot, gangguan keseimbangan tubuh, inkoordinasi.
o Post pembedahan
o Penggunaan alat bantu

e) Keadaan emosi
Emosi yang tidak stabil akan mengubah kemampuan seseorang dalam mempersepsikan bahaya
lingkungan.

f) Kemampuan berkomunikasi
Individu dengan gangguan afasia, hambatan bahasa, dan tidak dapat membaca atau buta huruf
berisiko mengalami cedera.

g) Pengetahuan tentang keamanan


Informasi tentang keamanan sangat penting guna menurunkan tingkat kebahayaan lingkungan.
Dalam hal ini perawat berperan untuk member informasi kepada pasien selama di rumah sakit.

h) Lingkungan
Tempat tinggal, misalnya dekat pabrik, dekat jalan, lereng pegunungan.
Tempat kerja

i) Status psikosial
Stress
Depresi
Isolasi social

1.3 Tindakan pencegahan terhadap bahaya cedera

BAYI
Melindungi keselamatan bayi dengan menyediakan alat permainan yang besar, lunak, tidak
berujung tajam ; tidak meninggalkan botol bayi yang masi penh saat bayi masih menyusu:
menjauhkan benda-benda kecil dan tajam dan jauhkan dari kabel listrik.

ANAK-ANAK
Upaya terhadap perlindungan anak misalnya seperti menggunakan pengaman pada kedua sisi
tempat tidur, tidak meniggalkan anak sendirian saat duduk, berjalan, mandi.

PRASEKOLAH
Ajarkan anak untuk tidak menerima atau berbicara pada orang asing atau orang yang baru
dikenal, ajarkan ntuk berjalan di pinggir dan meminta bantuan saat akan menyeberang.

USIA SEKOLAH
Ajarkan anak cara bersepeda yang aman dan ingatkan untuk selalu memakai helm, tekankan rasa
tanggung jawab pada anak selama bermain dan bepergian.

REMAJA
Ajarkan cara mengendarai sepeda motor secara terstruktur serta cara mengatasi mesin, ingatkan
untuk berkendara dengan batas kecepatan yang sewajarnya dan selalu memakai helm, dan
ajarkan tentang bahaya penggunaan obat-obatan dan alcohol.
DEWASA
Ajarkan langkah-langkah penanganan stress dan promosi kesehatan seperti rajin olahraga,
berhenti merokok, tidak makan secara belebihan, dan tidak mengkonsumsi alcohol.

LANSIA
Pasang pegangan pada tangga, berikan peneranga yang adekuat, pasang alas karet di bawah
shower.
ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian

Faktor-faktor yang berhubungan dengan system sensori komunikasi pasien seperti adanya
perubahan perilaku pasien karena gangguan sensori komunikasi :
a) Halusinasi
b) Gangguan proses pikir
c) Kelesuan
d) Ilusi
e) Kebosanan dan tidak bergairah
f) Perasaan terasing
g) Kurangnya konsentrasi
h) Kurangnya koordinasi dan keseimbangan

Faktor risiko yang berhubungan dengan keadaan klien :


a) Kesadaran menurun
b) Kelemahan fisik
c) Imobilisasi
d) Penggunaan alat bantu

2.2 Diagnosa
1. Risiko injuri
Kondisi dimana pasien berisiko mengalami injuri akibat hubungannya dengan kondisi
lingkungan adaptasi dan sumber-sumber yang mengancam
Kemungkinan sehubungan dengan:
a) Kurangnya informasi tentang keamanan
b) Kelemahan
c) Gangguan kesadaran
d) Kurangnya koordinasi otot
e) Epilepsi
f) Episode kejang
g) Vertigo
h) Gangguan persepsi

Kemungkinan data yang ditemukan :


Perlukaan dan injuri, Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:
a) AIDS
b) Dimensia
c) Pengobatan barbiturat, hallosinogen, dan benzo diazepin
d) Epilepsi
e) Penyakit pendarahan

Risiko cedera yang berhubunga dengan :


Perubahan mobilitas sekunder akibat : amputasi, parkinsonisme, kehilangan anggota tubuh
Kerusakan fungsi sensori dan motorik
Kurang kesadaran tentang bahaya
Efek-efek dari obat-obatan
Tirah baring yang berkepanjangan

Risiko keracunan yang berhubungan dengan :


Kontaminasi zat-zat kimia pada makanan atau air
Penurunan penglihatan
Penyimpanan obat-obatan yang mudah di jankau oleh anak-anak

Risiko Asfiksia
Penurunan kemampuan motorik
Batuk
Peningkatan tekanan intragaster sekunder akibat : posisi litotomi, obesitas, ascites

Risiko trauma yang berhubungan dengan :


Kontak dengan udara dingin yang ekstrem
Bahaya di lingkungan rumah : lantai yang licin, kamar mandi
Bahaya kendaraan bermotor
Riwayat kecelakaan

Gangguan proses pikir yang berhubungan dengan :


Kehilangan memori
Kesulitan tidur
Efek samping obat
2.3 Perencanaan
Tujuan
a) Klien mampu meningkatkan keselamatan dan keamanan
b) Klien mamu mencegah kecelakaan dan cedera
c) Klien mampu mengidentifikasi dan menghindari risiko yang mungkin terjadi

2.4 Implementasi
No Intervensi Rasional
1 Cek keadaan pasien setiap jam dan Pencegahan primer
berikan penghalang pada tempat tidur
(Retrain)
2 Cek vital sign setiap setiap 4 jam dan Monitor factor risiko
kepatenan saluran pernapasan
3 Jangan tinggalkan obat yang dekat Mencegah terjadinya kecelakaan
dengan tempat tidur
4 Siagakan alat-alat emergency seperti Dibutuhkan saat emergency
suction dan intubasi pada tempatnya
5 Kunci roda tempat tidur Mempertahankan keamanan
6 Posisi kepala lebih tinggi Mencegah aspirasi

http://nerseducation.blogspot.co.id/2012/02/laporan-pendahuluan-keamanan-
dan.html
KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN

1 Konsep Dasar Keamanan Dan Keselamatan


Konsep dasar keamanan dan keselamatan terkait dengan kemampuan seseorang dalam
menghindari bahaya, yang ditentukan oleh pengetahuan dan kesadaran serta motivasi orang
tersebut untuk melakukan tindakan pencegahan. Ada tiga factor penting yang terkait dengan
keamanan dan keselamatan yaitu: tingkat pengetahuan dan kesadaran individu, kemempuan fisik
dan mental dalam mempraktikan upaya pencegahan, serta lingkungan fisik yang membahayakan
atau berpotensi menimbulkan bahaya (Nancy Roper, 2002). Pemenuhan kebutuhan keamanan
dan keselamatan bertujuan melindungi tubuh agar terbebas dari bahaya kecelakaan, baik pada
klien, petugas kesehatan, atau individu yang terlibat dalam upaya memenuhi kebutuhan tersebut
(Taylor dkk, 1996).

1.1 Definisi
Keamanan (security) adalah kondisi aman dan tentram, bebas dari ancaman atau penyakit.
Sedangkan definisi keselamatan (safety) adalah Kondisi ketika individu, kelompok atau masyarakat
terhindar dari segala bentuk ancaman atau bahaya. (taylor 1996)

1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Keamanan Dan Keselamatan


1.2.1 Usia
Ini erat kaitannya dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki individu. Anak-anak
biasanya belum mengetahui tingkat kebahayaan dari suatu lingkungan yang dapat menyebabkan

1.2.2 Prubahan Persepsi-Sensorik


Persepsi ensorik yang akurat terhadap stimulus lingkungan merupakan hal yang vital bagi
keselamatn individu. Individu yang mengalami gangguan persepsi sensorik(pendengaran,
penglihatan, penciuman dan sentuhan) beresiko tinggi mengalami cedera
1.2.3 Gangguan Kesadaran
Segala bentuk gangguan kesadaran (misal: pengaruh narkotik, obat penenang, alkohol,
disorientasi, tidak sadar, kurang tidur dan halusinasi) dapat membahayaan keselamatan dan
keamanan seseorang
1.2.4 Mobilitas dan Status Kesehatan
Klien dengan gangguan extrenitas(misal : paralisis, lemah otot, gangguan keseimbangan dan
kordinasi) beresiko tinggi mengalami cedera. Sedangkan klien yang lemah karna penyakit atau
prosedur pembedahan tidak selalu waspada dengan kondisi mereka
1.2.5 Keadaan Emosi
Emosinyang tidak stabil akan mengubah kemampuan seseorang dalam mempersepsikan bahaya
lingkungan. Situasi yang penuh tekanan dapag menurunkan tingkat kosentrasi, mengganggu
penilaian dan menurunkan kewaspadaan terhadap stimulus eksternal
1.2.6 Kemampuan berkomunikasi
Klien dengan gangguan bicara (afasia),individu dengan hambatan bahasa dan mereka yang
tidapat membaca (buta huruf) beresiko mengalami cedera
1.2.7 Pengetahuan Tentang Keamanan
Informasi tentang kemanan sangat penting guna menurunkan tingkat kebahayaan lingkungan.
Dalam hal ini perawat bertanggung jawab memberikan informasi yang akurat kepada klien yang
berada dirumah sakit
1.2.8 Gaya Hidup
Informasi tentang kemanan sangat penting guna menurunkan tingkat kebahayaan lingkungan.
Dalam hal ini perawat bertanggung jawab memberikan informasi yang akurat kepada klien yang
berada dirumah sakit
1.2.9 Lingkungan
Kondisi ligkungan yang tidak aman dapat mengancam keselamatan. Stimulus lingkungan seperti
bunyi yang sangat keras dapat menyebabkan gangguan pada fungsi pendengaran

2 Kebijakam Rumah sakit Terkait Keselamatan Klien

2.1 Kecelakaan yang disebabkan oleh klien


Contoh : kecelakaaan ini antara lain cedera, terbakar, memakan atau menyuntikan zat asing,
mencedderai diri sendiri,dll. Peran perawat dalam kasus ini antara lain mencatat dan mendokumentasikan
kecelakaan terjadi secara akurat serta berkoordinasi dengan tim kesehatan lain untuk membuat perlindungan hukum
bagi profesi dan institusi yang bersangkutan dari tuntutan klien.
2.2 Kecelakaan terkait prosedur
Jenis kecelakaan ini biasanya terjadi pada saat terapi sebagai akibat kesalahan prosedur
peralatan eksternal, atau ketika melakukan tindakan perawatan (ex : Penggantian balutan.)
contohnya adalah kesalahan dalam pemberian cairan, penggunaan p. Perawat dalam hal ini
antara lain memberikan obat dengan prinsip 5 benar. Mencegah kesalahan dalam pemberian
cairan IV (kelebihan atau kekurangan) serta mencegah paparan kuman patogen pada saat
mengganti balutan.
2.3 Kecelakaan terkait peralatan
Keceakaan ini biasanya disebabkan oleh tidak berfunsinya alat-alat elektronik (tersengat arus
listrik saat menggunakan alat elektronik, baterai tidak bekerja dll. Peran perawat dalam hal ini
adalah memeriksa peralatan sebelum dan sesudah digunakan, tidak melakukan pemantauan atau terapi dengan
peralatan elektronik jika tidak ada instruksi, serta mengkaji adanya kemungkinan bahaya tersengat listrik..

3Asuhan Keperawatan Klien dengan Masalah Keamanan


Riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik dapat mengungkap berbagai data tentang praktik keamanan klien dan
resiko klien dalam mengalami cidera. Data tersebut meliputi usia dan tingkat perkembangan, status kesehatan umum
, status mobilitas, ada tidaknya defisit fisiologis atau persepsi atau kerusakan sensorik lain, perubahan proses pikir
atau gangguan kognitif atau emosional , serta riwayat kecelakaan atau cidera. Selain itu juga perlu dikaji tentang
riwayat keselamatan yang meliputi kesadaran klien akan adanya bahaya, pengetahuan tentang tindakan pengamanan,
dan setiap ancaman yang dirasakan terhadap kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Taylor,C.,dkk.(1989).The art and science of nursing care.Philadelphia:J.B
Lippincott Co.

http://akperla.blogspot.co.id/2013/09/kebutuhan-keamanan-dan-keselamatan.html

keselamatan dan keamanan

KESELAMATAN DAN KEAMANAN


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia
Semester III

2.1 Pengertian Keselamatan dan Keamanan

Keselamatan (safety) adalah suatu keadaan/kondisi ketika seseorang,


kelompok atau masyarakat terhindar dari segala bentuk ancaman bahaya / kecelakaan. Kecelakaan
merupakan kejadian yang tidak dapat diduga dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan
kerugian, sedangkan keamanan(security) adalah keadaan aman dan tentram bebas dari ancaman/
penyakit. Untuk dapat mendukung keselamatan dan keamanan diperlukan kerja area sensori
motorik yang baik pada korteks serebri.
Prinsip pencegahan injuri termasuk pendidikan mengenai hal-hal yang membahayakan
keamanan dan strategi pencegahan; pengontrolan lingkungan dan mesin-mesin (kemanan aktif atau
pasif dikemudian hari yang mungkin mencegah injuri dari produk atau alat yang digunakan), dan
penguatan pada pengaturan diantara peralatan, pengaman, tenaga kerja dan sebainya.

Keamanan aktif termasuk pemberian pengaturan pada tingkah laku seseorang yang dapat
menguntungkannya. Keamanan pasif atau automatic termasuk pengaturan yang menggunakan
mesin dan peralatan dan tidak membutuhkan tingkah laku seseorang yang spesifik untuk menjadi
aktif. Kantung udara, pengaman tempat tidur adalah contoh dari keamanan pasif. Keamanan pasif
adalah lebih menguntungkan dari pada keamanan aktif dalam pengerjaannya, karena tidak
membutuhkan penjelasan tahu pendidikan kepada klien atau individu tersebut.

Keamanan dan keselamatan merupakan kebutuhan dasar manusia, yang merupakan


kebutuhan prioritas kedua setelah kebutuhan fisiologis pada Hirarki kebutuhan Maslow. Keamanan
tidak hanya pencegahan kecelakaan dan injuri tetapi juga mengijinkan seseorang untuk merasakan
bebas dalam beraktivitas tanpa bahaya.

Keamanan mengurangi stress, meningkatkan satus kesehatan umum. Keamanan


memungkinkan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka seperti dicintai dan mencintai
dan harga diri dan memungkinkan seseorang mencapai kebutuhannya. Dampak positif dalam
kehidupannya adalah menghasilkan status kesehatan mental yang lebih baik dan fungsi individu
lebih efektif (Craven, 2001)

Karakteristik dari keamanan

Karakteristik dari kemanan mencakup 3 hal yaitu pervasiveness (mempengaruhi/mengisi),


perception (persepsi), dan management (managemen) (Craven, 2001):

1. Pervasiveness

Kemanan adalah pengisi, mempengaruhi segalanya. Scara khusus, individu sangat memperhatikan
kemanan pada setiap atau semua aktivitasnya, termasuk makan, bernafas, tidur, bekerja, dan
bermain. Secara umum, individu mengasumsikan atau bertanggung jawab terhadap kemanan dari
mereka sendiri.

2. Perception
Persepsi seseorang terhadap bahaya mempengaruhi dalam penyusunan kemanan ke dalam
aktivitas sehari-hari mereka. Pengukuran kemanan efektif hanya sejauh sebagai seseorang yang
mengerti secara akurat dan menghindari bahaya. Manusia tidak mengerti faktor-faktor keamanan,
tetapi mereka belajar secara sendiri melalui proses kehidupan mereka. Kematangan membawa
dalam menyusun hal-hal yang mungkin membahayakan dan menyadari betapa pentingnya
keamanan. Keluarga, guru, pekerja kesehatan dan hukum berkontribusi dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan dan kesadaran akan keamanan dan prinsip-prinsip pencegahan injuri.

3. Management

Seseorang mungkin pada suatu waktu menyadari bahaya dalam lingkungannya. Ia akan mengukur
terhadap hal tersebut untuk mencegah bahaya dan mempraktekkan keamanan.

3
Pencegahan adalah karakteristik utama dari keamanan. Perawatan diri termasuk dalam praktek
keamanan, tetapi keamanan bagi yang lainnya harus memberikan hal yang lebihbaik.

2.1.2 Hubungan Perkembangan Usia dengan Pemenuhan kebutuhan Keamanan


Keamanan sangat dipengaruhi oleh tahap perkembangan seseorang dalam hidupnya.
Kemampuan fisiologis dan psikologis sesorang dalam pemenuhan kebutuhan keamanan sangat
tergantung pada kematangan perkembangannya. Hal-hal yang membahayakan keamanan sangat
berbeda pada kelompok umur pada risiko dalam pembedaan injurinya. Intervensi keperawatan
ditujukan dalam tingkatan umur yang berbeda dalam pemenuhan kebutuhan keselamatan.
Perkembangan umur seseorangan dapat dibagi ke dalam bayi (newborn and infant), toddler and
preschooler, school age child and adolecent, adult and older adult.

1. Newborn and Infant

Bayi karena belum matangnya semua system tubuh seperti system muskoloskeletal,
persarafan, termoregulasi dan sebagainya sangat rentan terhadap bahaya kemanannya. Bayi
biasanya hanya menagis dan banyak komunikasi non verbal yang tersampaikan sehingga peran
perawat sangat besar dalam memberikan pemenuhan kebutuhan keamanan. Bahaya yang
mengancam bayi seperti terbakar, jatuh, dan trauma injuri lainnya. Bayi pada umumnya sering
memasukan sesuatu ke dalam mulutnya, dan ini merupakan hal yang membahayakan dan harus
dilakukan pencegahan. Kondisi kemananan yang tidak terpenuhi pada bayi akan mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan dan perkembangannya.

Penyediaan lingkungan yang aman bagi bayi diantaranya adalah: temperature suhu yang
nyaman, tidak mengikat atau mengekang, pakaian yang adekuat, kehangatan, air mandi hangat,
udara yang bersih, mainan yang aman, pengaman tempat tidur pada kursi dan tangga, pencegahan
terkunci, memberi bantalan pada sandaran tempat tidur dan mengubah meja, menutup pusat-pusat
listrik, dan pengaturan ruangan mobil serta penggunaan sabuk pengaman.
4

2. Toddler and Preschooler

Bahaya yang mengancam keamanan pada usia ini adalah jatuh, terbakar, bengkak, dan
sebagainya. Hal ini dikarenakan oleh belum sempurnanya system muskoloskeletal dan
neurologinya. Perawat harus dapat meminimalkan adanya bahaya keamanan pada tahap
perkembangan ini. Perkembangan pada masa ini sering diikuti dengan keinginan anak untuk tahu
segalanya sehingga mencoba hal baru yang mereka terima, seiring dengan perkembangan organ
panca indera mereka.Mainan yang diberikan haruslah aman bagi anak. Seting peralatan rumah
haruslah hati-hati disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan anak preschool dan toddler.

3. School Age and Adolescent

Pada tahap perkembangan ini, factor fisiologis anak telah mengalami kematangan sehingga
anak akan mengalami perluasan peran dan melakukan hal-hal yang baru bagi mereka sesuai
dengan pengalaman hidup mereka. Anak mengalami banyak kegiatan aktivitas diluar rumah dengan
kelompok sebaya mereka sehingga terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan latihan/aktivitas
dengan istirahat/tidur mereka. Hal tersebut dapat memungkinkan terjadinya bahaya fisik yang
mengancam keamanan anak. Support dari keluarga sangat diperlukan bagi anak karena anak tidak
banyak mau dikekang tetapi anak memerlukan perhatian dan pengertian dari dukungan baik fisik
maupun psikologis dari keluarga, kelompok sebaya maupun perawat.

4. Adult and Older Adult


Pada orang dewasa terlah terjadi kematangan baik fisik maupun psikologisnya. Bahaya
kemanan dapat terjadi di rumah, tempat kerja, dan lain-lain. Kematian atau kondisi yang
mengancam keamanan pada perkembangan ini adalah jatuh atau kecelakaan lalu lintas, kecelakaan
kerja dan sebagainya.

Pada orang lanjut usia bahaya yang mengancam adalah jatuh dan cedera yang diakibatkan
oleh proses degenerasi pada sistem tubuh karena bertambah usia mereka sehinga daya persepsi
dan kognisi mereka mengalami penurunan sehingga mengakibatkan terjadi potensial atau risiko
untuk jatuh dan cedera.
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keselamatan & Keamanan

Kemampuan seseorang untuk melindungi dirinya di pengaruhi oleh beberapa faktor


diantaranya: genetik, status kesehatan, lingkungan, status psikososial, penggunaan alkohol dan
obat-obatan tertentu.

Usia

Ini erat kaitannya dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki individu. Anak-anak
biasanya belum mengetahui tingkat kebahayaan dari suatu lingkungan yang dapat menyebabkan
cedera pada mereka. Sedangkan lansia umumnya akan mengalami penurunan sejumlah fungsi
organ yang dapat menghambat kemampuan mereka untuk melindungi diri, salah satunya adalah
kemampuan persepsi-sensorik.

Gangguan persepsi sensori

Persepsi-sensorik yang akurat terhadap stimulus lingkungan merupakan hal yang vital bagi
keselamatan individu. Individu yang mengalami gangguan persepsi-sensorik (pendengaran,
penglihatan, penciuman, sentuhan) beresiko tinggi mengalami cedera

Tingkat kesadaran

Segala bentuk gangguan kesadaran (misal: pengaruh narkotik, obat penenang, alkohol;
disorientasi; tidak sadar; kurang tidur, halusinasi) dapat memebahayakan keselamatan dan
keamanan seseorang.

Status mobilisasi dan Kesehatan

Klien dengan gangguan ekstrimitas (misal: paralisis, lemah otot, gangguan keseimbangan
tubuh, inkoordinasi) berisisko tinggi mengalami cedera. Sedangkan klien yang lemah karena
penyakit atau prosedur pembedahan tidak selalu waspada dengan kondisi mereka.

Keadaan Emosi
Emosi yang tidak stabil akan mengubah kemampuan seseorang dalam mempersepsikan
bahaya lingkungan. Situasi yang penuh tekanan dapat menurunkan tingkat konsentrasi,
mengganggu penilaian, dan menurunkan kewaspadaan terhadap stimulus eksternal.

Kemampuan Berkomunikasi

Klien dengan gangguan bicara atau afasia, individu dengan hambatan bahasa dan mereka
yang tudak dapat membaca atau buta huruf beresiko mengalami cedera.

Tingkat pengetahuan tentang keamanan

Informasi tentang keamanan sangat penting guna menurunkan tingkat kebahayaan lingkungan.
Dalam hal ini perawat bertanggung jawab memberikan informasi yang akurat kepada klien yang
berada di rumah sakit.

Gaya Hidup

Gaya Hidup yang menyebabkan individu beresiko tinggi antara lain lingkungan kerja yang tidak
aman, lingkungan perumahan di daerah rawan (misal: sungai, lereng gunung, jalan raya), tingkat
sosial ekonomi yang rendah, akses yang mudah untuk mendapatkan obat-obatan dan lai-lain.

Lingkungan

Kondisis lingkungan yang tidak aman dapat mengancam keselamatan dan keamanan individu.
Stimulus lingkungan seperti bunyi yang sangat keras dapat menyebabkan gangguan pada fungsi
pendengaran. Bahan-bahan berbahaya seperti racun, zat kimia, emisi, logam berat (merkuri), racun
bakteri (tetanus, difteri, botulisme) dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan saraf. Lebih
lanjut, kondisi ini dapat menyebabkan gangguan pada fungsi normal tubuh, baik yang sifatnya
sementara atau menetap.

j). Penggunaan antibiotik yang tidak rasional

k). Keadaan imunitas

l). Ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi sel darah putih

m). Statrus nutrisi

2.3 Macam-macam Bahaya / Kecelakaan

1. Macam-macam Bahaya / Kecelakaan Berdasarkan Tempatnya:

a). Di Rumah
Tersedak, Jatuh, Tertekan alat-alat rumah tangga, Tersiram air panas,Jatuh dari jendela /
tangga, Terpotong, Luka tusuk / gores, Luka bakar,Tenggelam, Terkena pecahan kaca, Terkunci
dalam kamar, Jatuh dari sepeda, Keracunan

b). Di Rumah Sakit

Mikroorganisme, Cahaya, Kebisingan, Temperatur, Kelembapan, Cedera / jatuh, Kesalahan


prosedur, Peralatan medic, Radiasi, Keracunan inhalasi, Elektrik syok, Asfiksia dan kebakaran

2. Macam-macam Bahaya / Kecelakaan Berdasarkan Kelompok Usia

a) Bayi dan Anak prasekolah

Kecelakaan dalam rumah tangga yang dapat mengancam jiwa (misal: tenggelam di kolam renang)

b) Usia sekolah

- Lingkungan sekolah, sarana transportasi, teman, aktivitas setelah sokolah dapat menjadi ancaman
bagi keselamatan anak

- Cedera seperti jatuh, terimpa benda, menyeberang

- Orang asing merupakan resiko ancaman tertinggi bagi anak. Ajarkan untuk tidak menerima ajakan
dari orang asing.

- Olahraga, misanya bersepeda (90% penyebab kecelakaan dan kematian)

- Tenggelam. Kejadian ini meningkat pada usia 15-24 tahun karena penggunaan alkohol dan
ketergantungan obat.

c) Remaja

- Kecelakaan lalu lintas: sebanyak 85% tidak menggunakan sabuk pengaman, mabuk, pengaruh
obat.

- Praktik seksual. Remaja berisiko tinggi terkena PMS (penyakit menular seksual), karenanya
mereka memerlukan konseling tentang praktik seksual yang ama dan KB.

d) Dewasa

- Gaya hidup. Mengkonsumsi alkohol berlebihan, kecelakaan sepeda motor, merokok.


- Stress

e) Lansia

- Penyakit yang sering muncul antara lain sakit kepala, infeksi dan lain-lain.

- Jatuh menjadi penyebab kematian pada 70% lansia di atas usia 65 tahun.

- Perubahan fisik dan gangguan sensorik pada lansia menyebabkan insidensi kecelakaan mobil dan
kebakaran.

2.4 Tindakan Pencegahan Terhadap Bahaya Cedera

Langka-langkah untuk menjamin keselamatan individu di semua kelompok usia berfokus pada:

- Observasi dan perkiraan kemungkinan bahaya sehingga bahaya dapa t di hindari

- Pendidikan klien guna meningkatkan kemampuan klien dalam melindungi keluarganya dari cedera

Berikut adalah tindakan pencegahan terhadap bahaya cedera:

1. Bayi

Upaya melindungi keselamatan bayi antara lain dengan menyediakan alat permainan yang
besar, lunak, tidak beujung tajam; tidak meninggalkan botol bayi yang masih penuh saat bayi masih
menyusu; menjauhkan benda-benda kecil, tajam, beracun dari jangkauan bayi; menutup stop kontak
dan kabel dengan penbungkus khusus.

2. Anak-anak

Upaya perlindungingan bagi anak antara lain: dengan menggunakan pengaman pada sisi
tempat tidur , tidak meninggalkan anak sendiri saat duduk, berjalan, mandi dan lain-lain; memasang
pengaman pintu yang kokoh dan aman; mengajari anak berenang sedini mungkin tetapi tetap dalam
pengawasan.

3. Prasekolah

Ajarkan anak untuk tidak berbicara atau menerima apapun dari orang asing. Ajarkan anak
selalu berjalan di pinggir dan meminta bantuan bila hendak menyeberang. Tegaskan anak untuk
tidak memakan makanan yang tergeketak di piggir jalan. Gunakan pengaman pada kompor.
4. Usia sekolah

Ajarkan anak cara menggunakan alat bermain/beraktivitas. Ajarkan anak cara bersepeda yang
aman dan ingatkan mereka untuk selalu menggunakan helm dan pelindung sendi kaki atau tangan.
Jauhkan ala-alat elektrik dari jangkauan anak. Tekankan rasa bertanggung jawab pada anak selama
bermain atau berpergian.

5. Remaja

Ajarkan remaja cara mengendarai mobil/ sepeda motor secara terstruktur serta cara mengatasi
masalah mesin. Ingatkan remaja untuk mengendarai mobil dalam batas kecepatan, selalu
menggunakan sabuk keselamatan, dan tidak mengendarai mobil dalam keadaan mabuk. Tekankan
bahaya penggunaan obat-obatan dan alkohol. Kenali setiap perubahan pada perilaku dan kebiasaan
dan dengarkan argumen mereka.

2.5 Tindakan Pencegahan Kecelakaan di Rumah Sakit

a) Mengkaji tingkat kemampuan pasien untuk melindungi diri sendiri dari kecelakaan.

b) Menjaga keselamatan pasien yang gelisah selama berada di tempat tidur

c) Menjaga keselamatan klien dari infeksi dengan mempertahankan teknik aseptik, menggunakan alat
kesehatan sesuai tujuan.

d) Menjaga keselamatan klien yang dibawa dengan kursi roda

10

e) Menghindari kecelakaan :

Mengunci roda kereta dorong saat berhenti

Tempat tidur dalam keadaan rendah dan ada penghalang pada pasien yang gelisah

Bel berada pada tempat yang mudah dijangkau

Meja yang mudah dijangkau

Kereta dorong ada penghalangnya

f) Mencegah kecelakaan pada pasien yang menggunakan alat listrik misalnya suction, kipas angin, dan
lain-lain.
g) Mencegah kecelakaan pada klien yang menggunakan alat yang mudah meledak seperti tabung
oksigen dan termos.

h) Memasang lebel pada obat, botol, dan obat-obatan yang mudah terbakar

i) Melindungi semaksimal mungkin klien dari infeksi nosokomial seperti penempatan klien terpisah
antara infeksi dan non-infeksi

j) Mempertahankan ventilasi dan cahaya yang adekuat

k) Mencegah terjadinya kebakaran akibat pemasangan alat bantu penerangan

l) Mempertahankan kebersihan lantai ruangan dan kamar mandi

m) Menyiapkan alat pemadam kebakaran dalam keadaan siap pakai dan mampu menggunakannya.

n) Mencegah kesalahan prosedur : identitas klien harus jelas.

2.6 Kebijakan Rumah Sakit Terkait Keselamatan Klien

Kebijakan Rumah Sakit Terkait Keselamatan Klien meliputi:

1) Kecelakaan yang disebabkan oleh klien (client-inherent accident)

Contoh kecelakaan ini antara lain: cedera, terbakar, memakan atau menyuntikan zat asing,
mencedarai diri sendiri dan lain-lain. Peran perawat dalam kasusu ini antara lain mencatat dan
mendokumentasikan kecelakaan yang terjadi secara akurat dan komplet serta berkoordinasi dengan
tim kesehatan lain untuk membuat perlindungan hukum bagi profesi dan institusi yang bersangkutan
dari tuntutan klien.

11

2) Kecelakaan terkait prosedur (procedure-related accident)

Jenis kecelakaan ini biaasanya terjadi pada saat terapi sebagai akibat kesalahan prosedur.
Contohnya adalah kesalahan dalam pemberian cairan, penggunaan peralatan eksternal, atau ketika
melakukan tindakan perawatan (misal: penggantian balutan). Peran perawat dalam hal ini antara
lain memberikan obat dengan prinsip lima benar, mencegah kesalahan dalam pemberian cairan IV
(kelebihan atau kekurangan), serta mencegah paparan kuman patogen pada saat mengganti
balutan.

3) Kecelakaan terkait peralatan (equipment-related accident)

Kecelakaan ini biasanya di sebabkan oleh tidak berfungsinya atau rusaknya alat-alat elektronik
(misal: tersengat arus listrik saat menggunakan peralatan elektronik, baterai tidak bekerja dan lain-
lain). Peran perawat dalam hal ini adalah memeriksa peralatan sebelum dan sesudah di gunakan,
tidak melakukan pemantauan atau terapi dengan peralatan elektronik jika tidak ada instruksi, serta
mengkaji adanya kemungkinan bahaya tersengat listrik.

2.7 Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Masalah Keamanan

1. Pengkajian

Perawat memberikan perawatan kepada klien dan keluarga di dalam komunitas mereka dan
tempat pelayanan kesehatan. Untuk memastikan lingkungan yang aman, perawat perlu memahami
hal-hal yang memberikan kontribusi keamanan rumah, komunitas, atau lingkungan pelayanan
kesehatan, dan kemudian mengkaji berbagai ancaman terhadap keamanan klien dan lingkungan.
Pengkajian yang dilakukan pada klien antara lain pengkajian terhadap riwayat dan pemeriksaan
fisik. Pengkajian terhadap lingkungan, termasuk rumah klien dan tempat pelayanan kesehatan,
mencakup inspeksi pada fasilitas tersebut.

a. Data Subjective

Pengkajian difokuskan pada masalah riwayat kesehatan klien yang terkait dengan kebutuhan
keamanan seperti: pernahkah klien jatuh, mengalami patah tulang, pembatasan aktivitas, dan
sebagainya.

12

Klien perlu ditanyakan tentang tindakan pengamanan di mobil, perhatian terhadap tanda
bahaya, tindakan pengamanan anak atau bayi di rumah, status imunisasi, pengertian dan
pemahaman klien tentang kesehatan dan keamanan. Perlu digali juga tentang perubahan
lingkungan, support sistem, tahap tumbuh kembang.

Perawat perlu mengidentifikasi adanya faktor risiko untuk keamanan klien mencakup: kondisi
dewasa, fisiologi, kognitif, pengobatan, lingkungan, dan kondisi anak-anak.

Dewasa seperti, riwayat terjatuh, usia yang lebih tua pada wanita, penggunaan alat bantu (alat
bantu jalan, tongkat), prosthesis anggota badan bagian bawah, umur lebih 65 tahun, dan hidup
sendiri.

Fisiologi seperti: kehadiran penyakit akut, kondisi post operasi, kesulitan penglihatan, kesulitan
pendengaran, arthritis, orthostatik hipotensi, tidak dapat tidur, pusing ketika memutar kepala atau
menegakkan kepala, anemia, penyakit vaskuler, neoplasma, kesulitan mobilitas fisik, kerusakan
keseimbangan dan neuropati.
Kognitive, seperti: penurunan status mental (kebingungan, delirium, dimensia, kerusakan orientasi
orang, tempat dan waktu)

Pengobatan, seperti obat anti hipertensi, penghambat ACE, antidepresan trisiklik, obat anti cemas,
hipnotik atau transquilizer, diuretik, penggunan alkohol, dan narkotika.

Lingkungan, seperti: adanya restrain, kondisi cuaca atau lingkungan, pencahayaan, kelembaban,
ventilasi, penataan lingkungan.

Anak-anak, seperti: umur dibawah 2 tahun, penggunaan pengaman, penataan ruang, penggunaan
mainan.

b. Data Objective

Data objective dapat diperoleh perawat dengan melakukan pemeriksaan fisik terkait dengan
sistem: neurologis, cardiovaskuler dan pernafasan, integritas kulit dan mobilitas. Pengkajian juga
mencakup prosedur test diagnostik.

13

1. Sistem Neurologis

* Status mental

* Tingkat kesadaran

* Fungsi sensori

* Sistem reflek

* Sistem koordinasi

* Test pendengaran, penglihatan dan pembauan

* Sensivitas terhadap lingkungan

2. Sistem Cardiovaskuler dan Respirasi

* Toleransi terhadap aktivitas

* Nyeri dada

* Kesulitan bernafas saat aktivitas

* Frekuensi nafas, tekanan darah dan denyut nadi

3. Integritas kulit

* Inspeksi terhadap keutuhan kulit klien


* Kaji adanya luka, scar, dan lesi

*Kaji tingkat perawatan diri kulit klien

4. Mobilitas

* Inspeksi dan palpasi terhadap otot, persendian, dan tulang klien

* Kaji range of motion klien

* Kaji kekuatan otot klienkaji tingakt ADLs klien

Test diagnostik mencakup: pengukuran tekanan darah, ECG, pengukuran kadar gula darah dan
kolesterol, pemeriksaan darah lengkap, dan sebagainya.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat muncul terkait dengan pemenuhan kebutuhan keamanan dan
keselamatan, berdasarkan NANDA 2004-2006 adalah sebagai berikut:

1. Risiko cedera atau risiko jatuh yang berhubungan dengan perubahan mobilisasi, dan penataan
lingkungan fisik di rumah.

14

2. Risiko keracunan yang berhubungan dengan kontaminasi zat kimia pada makanan atau air,
penyimpanan obat-obatan yang mudah dijangkau oleh anak-anak, dan penurunan penglkihatan.

3. Risiko trauma yang berhubungan dengan kontak dengan udara dingin yang ekstrem, dan obstruksi
jalan nafas.

4. Gangguan proses pikir yang berhubungan dengan kehilangan memori, kesulitan tidur, dan efek
samping obat.

5. Perubahan manajemen pemeliharaan rumah yang berhubungan dengan keuangan yang tidak
memadahi, dan perubahan fungsi kognitif.

6. Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan salah interprestasi informasi, dan tidak terbiasa
dengan tindakan pencegahan untuk anak-anak.

7. Risiko perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan paparan terhadap lingkuingan panas atau
dingin yang ekstrem, dan mekanisme kontrol suhu tubuh yang tidak matang.

3. Perencanaan
Perawat merencanakan intervensi terapeutik untuk klien dengan risiko atau aktual mengalami
gangguan keamanan. Tujuan keseluruhan untuk klien yang mengalami ancaman keamanan adalah
klien terbebas dari cedera. Perawat merencanakan intervensi yang individual dengan berdasarkan
pada beratnya risiko yang dihadapi klien, tahap perkembangan, status kesehatan, dan gaya hidup.

Intervensi keperawatan dirancang untuk memberikan perawatan yang aman dan efisien. Berikut
ini adalah tujuan yang berfokus pada kebutuhan klien terhadap keamanan:

1.Bahaya yang dapat dimodifikasi dalam lingkungan rumah akan berkurang

2.Klien akan menggunakan obat-obatan dan peralatan dengan benar dan melakukan tindakan
pengobatan.

3.Klien mengidentifikasi dan menghindari risiko yang mungkin dialami dalam komunitas.

15

Peting memperhatikan kondisi rumah klien ketika merencanakan terapi untuk mempertahankan
atau meningkatkan tingkat keamanan klien. Perencanaan keperawatan juga melibatkan
pemahaman kebutuhan klien untuk mempertahankan kemandiriannya. Perawat dan klien bekerja
sama dalam membuat cara mempertahankan keterlibatan klien dalam menciptakan lingkungan yang
aman di rumah sakit dan di rumah. Pendidikan klien dan keluarga merupakan intervensi
keperawatan utama untuk menurunkan kecelakaan.

Perencanaan keperawatan yang dapat disusun oleh perawat berdasarkan NOC/NIC untuk
mengatasi masalah keperawatan yang terkait denmgan kebutuhan keamanan adalah:

NOC (Perawatan Hasil Klasifikasi):

1. Perlindungan penyalahgunaan: perlindungan diri orang lain atau tergantung dari penyalahgunaan.

2. Keseimbangan: kemampuan untuk menjaga keseimbangan tubuh

3. Pengetahuan: keamanan pribadi: sejauh mana pemahaman disampaikantentang


pencegahan cedera yang tidak disengaja

4. Risiko kontrol: tindakan untuk menghilangkan atau mengurangi ancaman kesehatan yang
sebenarnya, pribadi, dan dimodifikasi.

5. Risiko deteksi: tindakan yang diambil untuk mengidentifikasi ancamankesehatan pribadi

6. Perilaku Keselamatan: Jatuh pencegahan: individu atau pengasuh tindakanuntuk


meminimalkan faktor risiko yang mungkin endapan jatuh.
7. Perilaku Keselamatan: Depan lingkungan fisik: individu atau pengasuhtindakan untuk
meminimalkan faktor-faktor lingkungan yang dapat menyebabkan kerugian fisik atau cedera di
rumah.

8. Keselamatan perilaku: Pribadi: individu atau pengasuh upaya untuk mengendalikan perilaku yang
dapat menyebabkan cedera fisik

9. Keselamatan status: Terjun terjadinya: jumlah jatuh dalam seminggu terakhir.

10. Keselamatan status: cedera fisik: keparahan cedera dari kecelakaan dan trauma

16

NIC (Perawatan Intervensi Klasifikasi):

1. Pengelolaan lingkungan: Keamanan, pemantauan dan manipulasilingkungan fisik


untuk mempromosikan keselamatan.

2. Manajemen lingkungan: Pekerja keselamatan; pemantauan danmanipulatuion tempat


kerja untuk mempromosikan keselamatan dan kesehatan pekerja.

3. Kejatuhan pencegahan: melembagakan tindakan pencegahan khusus dengan pasien pada risiko
cedera karena jatuh

4. Pendidikan kesehatan; mengembangkan dan menyediakan instruksi dan pengalaman belajar untuk
memfasilitasi adaptasi sukarela konduktif perilaku untuk kesehatan pada individu, keluarga,
kelompok, atau komunitas.

5. Tindakan pencegahan Laser: membatasi risiko cedera pada pasien yang berhubungan dengan
penggunaan laser.

6. Manajemen sensasi perifer: pencegahan atau minimisasi cedera atau ketidaknyamanan pada pasien
dengan sensasi diubah.

7. Fisik menahan diri: aplikasi, pemantauan, dan penghapusan perangkat menahan mekanik atau
pengekangan manual yang digunakan untuk membatasi mobilitas fisik pasien

8.Positioning: deliberatif penempatan pasien atau bagian tubuh untuk mempromosikan fisiologis dan /
atau kesejahteraan psikologis.

9. Tekanan manajemen: meminimalkan tekanan untuk bagian tubuh.

10.Radiasi manajemen Theraphy: membantu pasien untuk memahami dan meminimalkan efek
samping dari pengobatan radiasi.

11. Kejang pencegahan, perawatan pasien selama kejang dan negara postictal.
12. Surveilans Kulit: pengumpulan dan analisis data pasien untuk menjaga integritas kulit dan selaput
lendir.

13.Tindakan pencegahan Bedah: meminimalkan Potensi untuk cedera iantrogenic ke pasien yang
berhubungan dengan prossedure bedah.

14. Pengawasan: akuisisi purposefull dan berkelanjutan, interpretasi, dan syntesis data pasien untuk
pengambilan keputusan klinis.

15. Pengawasan keamanan: akuisisi purposefull dan berkelanjutan, interpretasi, dan analisis informasi
tentang pasien dan lingkungan untuk digunakan dalam mempromosikan dan menjaga keselamatan
pasien.

17

16. Pengajaran: Penyakit proses; membantu pasien untuk memahami informasi berhubungan dengan
proses penyakit tertentu.

17. Pengajaran: individu, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program pengajaran dirancang
untuk memenuhi kebutuhan khusus pasien.

18. Pengajaran: Bayi perawatan; instruksi pada perawatan memelihara danfisik yang
dibutuhkan selama tahun pertama kehidupan.

19. Pemantauan tanda vital: koleksi dan analisis cardiovaskuler, pernapasan,dan data suhu
tubuh untuk menentukan dan mencegah komplikasi.

20. Posisi: Kursi Roda:; penempatan pasien di kursi roda benar dipilih untuk meningkatkan
kenyamanan, mempromosikan integritas kulit, dan menumbuhkan kemandirian.

4. Tindakan Keperawatan

Tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah disusun sesuai dengan
permasalahan keamanan yang dihadapi oleh klien. Perawat melakukan tindakan untuk mencapai
NOC yang telah ditetapkan mellaui pelaksanaan NIC yang telah disusun.

Implementasi keperawatan ditujukan untuk meningkatkan dan mempertahankan keamanan klien.


Karena sebagian besar tindakan keperawatan dapat diterapkan pada semua lingkungan, maka
intervensi tersebut harus terdiri dari dua bagian: pertimbangan tahap perkembangan dan
perlindungan lingkungan.
Kategori pertama dari intervensi mencakup intervensi yang spesifik untuk mengurangi risiko pada
setiap kelompok perkembangan usia. Intervensi lingkungan bertujuan untuk memodifikasi
lingkungan sehingga dapat megeliminasi atau meminimalkan bahaya yang ada atau berpotensial.
5. Evaluasi

Rencana perawatan, yang dirancang untuk mengurangi risioko pada klien dievaluasi dengan
cara membandingkan criteria hasil dengan tujuan yang ditetapkan selama tahap perencanaan. Jika
tujuan telah tercapai, maka intervensi keperawatan dianggap efektif dan tepat.

18

Jika tidak tercapai, maka perawat harus menentukan apakah ada risiko baru yang berkembang
pada klien atau apakah risiko sebelumnya tetap ada.

Klien dan keluarga harus berpartisipasi untuk menentukan cara permanent untuk mengurangi
risiko yang mengancam keamanan. Perawat mengkaji kebutuhan klien dan keluarga secara terus
menerus untuk menentukan dukungan tambahan seperti perawatan di rumah, terapi fisik, dan
konseling, dan pendidikan kesehatan lanjutan.

Lingkungan yang aman berperan penting dalam meningkatkan , mempertahankan dan


memulihkan kesehatan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat mengkaji klien dan
lingkungannya untuk menentukan factor risiko cedera, megelompokkan factor-faktor risiko tersebut,
membuat diagnosa keperawatan, dan merencanakan intervensi yang spesifik, termasuk pendidikan
kesetan klien. Hasil yang diharapkan meliputi lingkungan fisik yang aman, pengetahuan klien
tentang factor-faktor yang menunjang keamanan dan tindakan pencegahan, dank lien terbebas dari
cedera.
20

DAFTAR PUSTAKA

Mubarak, Wahit Iqbal, SKM. Cayatin, Nurul, S.kep,Ns.2007.Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan
Praktek.Jakarta:EGC.

erick-son2.blogspot.com/

hidayat2.wordpress.com/2009/03/21/konsep-keamanan-keselamatan/

911medical.blogspot.com/.../deskripsi-keamanan-dan-keselamatan.ht.

http://dhinninuraeni.blogspot.co.id/2012/01/keselamatan-dan-keamanan.html

Anda mungkin juga menyukai