Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN


DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN

Di Ruang Cendana 5 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Disusun Oleh:
Rizki Darul Islami
16/408408/KU/19454

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
I. Keamanan dan Keselamatan

Kebutuhan akan keamanan dan keselamatan adalah kebutuhan untuk melindungi diri
dari berbagai bahaya yang mengancam, baik tehadap fisik maupun psikososial. Secara
umum, keamanan adalah status seseorang dalam keadaan aman, kondisi yang terlindungi
secara fisik, sosial, spiritual, finansial, politik, emosi, pekerjaan, psikologis, atau berbagai
akibat dari sebuah kegagalan, kerusakan, kecelakaan atau berbagai keadaan yang tidak
diinginkan. Keamanan tidak hanya mencegah dari rasa sakit dan cedera tetapi juga
membuat individu merasa aman dalam aktivitasnya dan dapat mengurangi stress dan
meningkatkan kesehatan secara umum. Keselamatan merupakan suatu keadaan dimana
seseorang atau lebih yang terhindar dari ancaman bahaya atau kecelakaan atau kejadian
yang tidak dapat diduga da tidak diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian.
Keamanan fisik merupakan keadaan fisik yang aman terbebas dari ancaman
kecelakaan dan cedera baik secar mekanis, thermis, elektris maupun bakteriologis.
Ancaman terhadap keamanan dan keselamatan fisik seseorang dapat dikategorikan
kedalam ancaman mekanik, kimia, termal dan bakteri. Kebutuhan keamanan dan
keselamatan berkenaan dengan konteks fisisologis dan hubungan interpersonal.
Keamanan dan keselamatan dalam konteks secara fisiologis berhubungan dengan sesuatu
yang mengancam tubuh seseorang dan kehidupannya. Ancaman bisa nyata atau imajinasi,
misalnya penyakit nyeri, cemas dan lain sebagainya. Terkadang klien tidak menyadari
bahwa yang dapat mengancam di rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan leinnya.
Perlu kesadaran perawat akan situasi yang mungkin dapat membuat klien cedera.
Perlindungan terhadap klien bukan hanya mencegah terjadinya kecelakaan, tetpi juga
memelihara postur tubuh klien selama dirawat serta menjaga kebersihan dan kesehatan
kulit klien. Perubahan postur tubuh klien dapat diakibatkan oleh posisi tidur yang kurang
tepat. Kebersihan dan kesehatan kulit bagian tubuh klien dijaga agr tidak terjadi
dekubitus.
Dalam konteks hubungan interpersonal, keamanan dan keselamatan seseorang
tegantung pada banyak faktor, seperti kemampuan berkomunikasi, kemampuan untuk
mengontrol dan mengatasi masalah, kemampuan untuk mengerti, kemampuan untuk
konsisten menjaga tingkah laku yang berhubungan dengan orang lain, serta mengenal
orang-orang di sekitarnya dan lingkungan. Terkadang ketidaktahuan akan sesuatu atau
ketidakpastian akan membuat perasaan cemas dan tidak aman. Misalnya ketidakpastian
akan operasi apendisitis membuat seseorang akan cemas dengan pemikiran bahwa operasi
dapat membahayakan hidupnya.

Karakteristik keamanan dan keselamatan:


1. Pervasiveness (insidensi): kemanan bersifat pervasive artinya luas mempengaruhi
semua hal. Artinya klien membutuhkan kemanan pada seluruh aktivitasnya seperti
makan, bernafas, tidur, kerja dan bermain.
2. Perception (persepsi): persepsi seseorang terhadap keamanan dan bahaya
mempengaruhi aplikai keamanan dalam aktivitasnya sehari-hari. Tindakan penjagaan
kemanan dapat efektif jika individu mengerti dan menerima bahaya secara akurat.
3. Management (pengaturan): ketika individu mengenali bahaya pada lingkungan klien
akan melakukan tindakan penceghan agar bahaya tidak terjadi dan itulah praktek
keamanan. Pencegahan merupakan praktek mayor dari keamanan.

Kebutuhan keamanan dan keselamatan setiap individu berbeda-beda. Faktor-faktor


yang mempengaruhi kebutuhan keselamatan dan keamanan antara lain:

1. Usia.
Individu belajar untuk melindungi dirinya dari berbagai bahaya melalui
pengetahuan dan pengkajian akurat tentang lingkungan. Perawat perlu untuk
mempelajari bahaya yang mungkin mengancam individu sesuai usia dan tahap
tumbuh kembang sehingga tindakan pencegahannya juga sesuai.
2. Gaya hidup
Faktor gaya hidup menempatkan klien dalam resiko bahaya diantaranya
lingkungan kerja yang tidak aman, tinggal didaerah dengan tingkat kejahatan tinggi,
ketidakcukupan dana untuk membeli perlengkapan keamanan, adanya akses dengan
obat-obatan atau zat aditif lainnya
3. Status mobilisasi
Klien dengan kerusakan mobilitas akibat paralisis, kelemahan otot, gangguan
keseimbangan/koordinasi memilki resiko untuk terjadinya cedera.
4. Gangguan persepsi sensori
Sensori persepsi yang akurat terhadap stimulus lingkungan sangat penting bagi
keamanan seseorang klien dengan gangguan persepsi rasa, dengar, raba, cium, dan
penglihatan memiliki resiko tinggi untuk cedera.
5. Tingkat kesadaran
Kesadaran adalah kemampuan untuk menerima stimulus lingkungan, reaksi tubuh
dan berespon tepat melalui proses berfikir dan tindakan klien yang mengalami ngguan
kesadaran diantaranya klien yang kurang tidur, klien tidak sadar, atau setengah sadar,
klien disorientasi, klien dengan obat-obatan terentu seperti narkotik, sedatif, dan
hipnotik.
6. Status emosional
Status emosi yang ekstrem dapat mengganggu kemampuan klien menerima bahaya
lingkungan. Sebagai contoh situasi penuh stress dapat menurunkan konsentrasi dan
menurunkan kepekaan terhasap stimulus eksternal, klien dengan depresi cenderung
lambat berfikir dan bereaksi terhadap stimulus lingkungan.
7. Kemampuan komunikasi
Klien dengan penurunan kemampuan untuk menerima dan mengemukaan
informasi juga beresiko untuk cedera. Klien afasia, klien dengan keterbatasan bahasa
dan klien dengan buta huruf, atau tidak bisa mengartikan simbol-simbol tanda bahaya.
8. Pengetahuan pencegahan kecelakaan
Informasi adalah hal yang penting dalam penjagaan keamanan. Klien yang berada
didalam lingkungan asing sangat membutuhkan informai keamanan yang khusus.
Setiap individu perlu mengetahui cara-cara yang dapat mencegah terjadinya cedera.
9. Lingkungan
Lingkungan dengan perlindungan yang minimal dapat beresiko menjadi penyebab
cedera baik dirumah, tempat kerja dan jalanan.
10. Status nutrisi
Keadaan nutrisi yang kurang dapat menimbulkan kelemahan dan mudah teserang
penyakit, demikian sebaliknya, kelebihan nutrisi juga beresiko tehadap penyakit
tertentu.
II. Macam-Macam Bahaya / Kecelakaan :
a. Di Rumah:
Tersedak, jatuh, tertelan alat-alat rumah tangga, tersiram air panas, jatuh
dari jendela/tangga, terpotong, luka tusuk/luka gores, luka baker, tenggelam,
terkena pecahan kaca, terkunci dalam kamar, jatuh dari sepeda, keracunan.
b. Di Rumah Sakit:
Mikroorganisme, cahaya, kebisingan, temperature, kelembapan,
cedera/jatuh, kesalahan prosedur, peralatan medis, radiasi, keracunan inhalasi,
injeksi, elektrik syok, asfiksia, dan kebakaran.
Pencegahan kecelakaan di Rumah Sakit :
a. Mengkaji tingkat kemampuan pasien untuk melindungi diri sendiri dari kecelakaan
b. Menjaga keselamatan pasien yang gelisah selama berada di tempat tidur
c. Menjaga keselamatan klien dari infeksi dengan mempertahankan teknik aseptik,
menggunakan alat kesehatan sesuai tujuan
d. Menjaga keselamatan klien yang dibawa dengan kursi roda
e. Menghindari kecelakaan :
Mengunci kereta dorong saat berhenti
Tempat tidur dalam keadaan rendah dan ada penghalang pada pasien yang gelisah
Bel berada pada tempat yang mudah dijangkau
Meja yang mudah dijangkau
Kereta dorong ada penghalangnya
f. Mencegah kecelakaan pada pasien yang menggunakan alat listrik misalnya suction, kipas
angin, dan lain-lain
g. Mencegah kecelakaan pada klien yang menggunakan alat yang mudah meledak seperti
tabung oksigen dan termos
h. Memasang label pada obat, botol, dan obat-obatan yang mudah terbakar
i. Melindungi semaksimal mungkin klien dari infeksi nosokomial seperti penempatan klien
terpisah antara infeksi dan non-infeksi
j. Mempertahankan ventilasi dan cahaya yang adekuat
k. Mencegah terjadinya kebakaran akibat pemasangan alat bantu penerangan
l. Mempertahankan kebersihan lantai ruangan dan kamar mandi
m. Menyiapkan alat pemadam kebakaran dalam keadaan siap pakai dan mampu
menggunakannya
n. Mencegah kesalahan prosedur, identitas klien harus jelas
III. Hal-Hal Yang Perlu Dikaji Pada Klien Dengan Gangguan Keamanan Dan
Keselamatan
Beberapa hal yang perlu dikaji antara lain:
Riwayat cedera atau jatuh
Riwayat infeksi baik akut maupun kronik
Terapi yang sedang dijalani
Stressor emosional
Proses penyakit yang terlihat pada klien dan keluhan fisik
Status nutrisi
Tingkat kesadaran, kelemahan fisik, imobilisasi, penggunaan alat bantu
Infeksi lokal terbatas pada kulit dan membran mukosa.
Infeksi sistemik, sepeti demam, peningkatan frekuensi nadi, pernafasan, malaise,
anoreksia, mual, muntah, sakit kepala.
Sistem neurologis: status mental, fungsi sensorik, reflek, sistem koordinasi,
sensitivitas terhadap lingkungan.
Sitem kardiovaskuler dan respirasi: toleransi terhadap aktivitas, nyeri, kesulitan
bernafas saat aktivitas, frekuensi nafas, denyut nadi.
Integritas kulit: inspeksi terhadap keutuhan kulit, kaji adanya luka, scar, dan lesi.
Kaji tingkat perawatan kulit klien.
Mobilitas: inspeksi dan palpasi terhadap otot, persendian dan tulang klien, kaji range
of motion klien, kaji tingkat ADL klien.

IV. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan keamanan
dan keselamatan antara lain:
1. Resiko infeksi
2. Kerusakan integritas jaringan
3. Resiko jatuh
V. Penatalaksanaan Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1. 1. Resiko infeksi Infection Severity Infection protection


Definisi: Rentan Definisi: Resiko Definisi: pencegahan dan
mengalami invasi dan pemajanan organisme deteksi dini pada pasien
multiplikasi organisme patogenik yang beresiko
patogenik yang dapat Aktivitas:
mengganggu kesehatan. Kriteria hasil: Monitor secara sistemik
Tidak ada ruam dan lokalisasi tanda dn
Faktor resiko: Luka tidak berbau gejala infeksi
Prosedur invasive Drainase purulent Inspeksi kemerahan
Gangguan tidak ada pada kulit, panas yang
integritas kulit Tidak demam ekstrim pada kulit, atau
Tidak hipotermi drainase
Nyeri berkurang Inpeksi kondisi area
insisi pembedahan atau
luka
Mempomosikan pasien
untuk meningkatkan
intake nutrisi
Mendorong pasien
meningkatkan intake
cairan
Mengintruksikan pasien
untuk penggunaan
antibiotic sesuai resep
Mengajarkan pasien dan
keluarga mengenai
tanda tanda infeksi

2. Kerusakan integritas Wound Healing: Incision site care


jaringan berhubunagn Primary Intention Definisi: membersihkan ,
dengan prosedur bedah Definisi: tingkat monitoring, dan
Definisi: Cedera pada regenerasi sel dan jaringan mempromosikan
membrane mukosa, Indicator: Target pembersihan luka yang
Perlekatan 3
kornea, system ditutup menggunakan
kulit
integument, facia benang atau klip.
muscular, otot, tendon, Perlekatan 3 Aktivitas:
tepi luka
tulang, kartilago, kapsul Menjelaskan prosedur
sendi, dan atau ligament. Pembentukan 3 perawatan luka kepada
bekas luka
Batasan karakteristik: Drainase 5 pasien
Cedera jaringan purulent Inspeksi adanya
Drainase
Jaringan rusak serous kemerahan, bengkak,
Faktor yang Drainase atau tanda lain
serosanguinus
berhubungan: Eritema kulit Catat karakteristik drain
Prosedur bedah sekitar luka
Luka berbau 5
Monitor proses
kesembuhan luka insisi
Membersihkan area luka
insisi dengan cairan
pembersih yang sesuai
Monitor tanda infeksi
pada area insisi
Menggunakan alat steril
untuk membersihkan
area insisi
Menggunakan strip
penutup
Mengganti dressing
pada interval yang
diepakati
Menggunakan dressing
yang sesuai untuk
menutup area insisi
Memfasilitasi pasien
untuk melihat area insisi
Mengajarkan pasien
cara merawat luka insisi
ketika mandi
Mengajarkan pasien dan
keluarga cara merawat
luka insisi termasuk
tanda dan gejala infeksi

3. Resiko jatuh Fall Prevention Fall Prevention


Definisi: Rentan terhadap Behaviour Definisi: tindakan
penigkatan resiko jatuh, pencegahan khusus pada
Definisi: tindakan
yang dapat menyebabkan pasien yang beresiko untuk
personal atau keluarga
bahaya fisik dan cedera dari jatuh
untuk meminimalkan
gangguan kesehatan.
faktor resiko yang dapat
Faktor resiko: Aktivitas:
mencetuskan kejadian
Fisiologis: Menaikkan side rail
jatuh
Periode pemulihan dan mengunci roda
Kriteria hasil:
pasca operasi pada bed pasien
Meminta bantuan
Menginstruksikan
Memasang
pasien untuk
pengaman untuk
meminta bantuan
mencegah jatuh
Monitor kemampuan
Menggunakan alat
pasien untuk
bantu dengan
berpindah dari bed ke
benar
kursi
Melakukan
Meletakkan bel pada
pemindahan
area yang mudah
dengan aman
Menyediakan dijangkau pasien
pencahayaan yang
adekuat
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Dochterman, Bullechek, Butcher, Wagner. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC)
6th edition. St. Louis: Mosby.
Morhead, S., Jhonson, M., Maas. ML., Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes Classification
(NOC) 5th edition. St. Louis: Mosby.
North American Nursing Diagnosis Association. 2015. Nursing Diagnoses: Definition &
Classification 2015-2017. Philadelphia:Wiley Blackwell.
Nurjannah, Intansari. 2014. ISDA : Intans Screening Diagnoses Assesment. Versi Bahasa
Indonesia. Yogyakarta : Moco Media
Potter, P.A. & Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik ( Fundamentals of Nursing: Concept, Process & Practice) Edisi keempat.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai