Anda di halaman 1dari 18

KOMPONEN HAZARD

BIOLOGI

Oleh :
KELOMPOK 1
Afifah Kusumawardani ( 1911001)
Bellaadinda Novia Sari ( 1911006)
Dui Wijayanti ( 1911011)
Joko Edi Siswanto ( 1911016)
M Yusuf ( 1911021)
Sri Mayanti ( 1911027)
Wahyu Ngesti P ( 1911032)
Dwi Wahyu Endang L ( 1911038)
Edi Susanto ( 1911043)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 23
dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja harus diselenggarakan di
semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya
kesehatan, mudah terjangkit penyakit.
Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit
(RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang
dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung
yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung RS. Sehingga
sudah seharusnya pihak pengelola Rumah Sakit menerapkan upaya-upaya K3 di
Rumah Sakit. (Kepmenkes, 2007).
Rumah Sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan
pelayanan kesehatan serta dapat berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga
kesehatan dan penelitian. Rumah Sakit merupakan salah satu tempat bagi masyarakat
untuk mendapatkan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan dengan berbagai fasilitas
dan peralatan kesehatannya. Rumah Sakit sebagai tempat kerja yang unik dan
kompleks tidak saja menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, tetapi juga
merupakan tempat pendidikan dan penelitian kedokteran. Semakin luas pelayanan
kesehatan dan fungsi suatu rumah sakit maka semakin kompleks peralatan dan
fasilitasnya. (Kepmenkes, 2007).
Potensi bahaya di rumah sakit, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada
potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah sakit,
yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan
instalasi listrik, dan sumber-sumber cedera lainnya), radiasi, bahanbahan kimia yang
berbahaya, gasgas anestesi, gangguan psikososial, dan ergonomi. Semua
potensipotensi bahaya tersebut jelas mengancam jiwa bagi kehidupan para karyawan
di rumah sakit, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan rumah
sakit. (Kepmenkes, 2007).
Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 1988 menunjukkan bahwa
terjadinya kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus yang
sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang, tergores/terpotong, luka
bakar, penyakit infeksi dan lain-lain. Sejumlah kasus dilaporkan mendapatkan
kompensasi pada pekerja RS, yaitu sprains, strains 52%, contusion, crushing,
bruising:11%, cuts, laceration, punctures:10,8%, fractures 5,6%; multiple injuries:
2,1%; thermal burns:2%; scratches, abrasions: 1,9%, infection:1,3%; dermatitis:1,2%
dan lainlain 12,4% (US Department of Laboratorium Statistic, 1983). Selain itu, Gun
(1983) memberikan catatan bahwa terdapat beberapa kasus penyakit kronis yang
diderita petugas RS, yakni hipertensi, varises, anemia (kebanyakan wanita), penyakit
ginjal dan saluran kemih (69% wanita), dermatitis dan urtikaria (57% wanita) serta

2
nyeri tulang belakang dan pergeseran diskus intervertebrae. Ditambahkan juga bahwa
terdapat beberapa kasus penyakit akut yang diderita petugas RS lebih besar 1,5 kali
dari petugas atau pekerja lain. Yaitu penyakit infeksi dan parasit, saluran pernapasan,
saluran cerna dan keluhan lain seperti sakit telinga, sakit kepala, gangguan saluran
kemih, masalah kelahiran anak, gangguan pada saat kehamilan, penyakit kulit dan
sistem otot dan tulang rangka. (Kepmenkes, 2007).
Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk
mengendalikan, meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya oleh karena itu K3
rumah sakit perlu dikelola dengan baik. Agar penyelenggaraan K3 rumah sakit lebih
efektif, efisien dan terpadu diperlukan sebuah Manajemen K3 di rumah sakit baik
bagi pengelola maupun karyawan rumah sakit. Tujuan dari diterapkannya Sistem
Manajemen K3 ini pada rumah sakit menurut Peraturan Menkes adalah terciptanya
cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan karyawan rumah sakit. (Kepmenkes, 2007)
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di rumah sakit merupakan upaya untuk
memberikan jaminan kesehatan dan meningkatkan derajat kesehatan para
pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja,
pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.
Manajemen K3 di rumah sakit adalah suatu proses kegiatan yang dimulai dengan
tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian yang bertujuan
untuk memberdayakan K3 dirumah sakit.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bahaya faktor biologi di rumah sakit?
2. Bagaimana penyebab faktor biologis di rumah sakit?
3. Bagaimana Penyakit Akibat faktor biologis di rumah sakit?
4. Bagaimana mekanisme pencegahan faktor biologis di rumah sakit?
5. Bagaimana pengendalian bahaya faktor biologis di rumah sakit?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui bahaya faktor biologi di rumah sakit.
2. Untuk mengeahui penyebab faktor biologis di rumah sakit.
3. Untuk mengetahui Penyakit Akibat faktor biologis di rumah sakit.
4. Untuk mengetahui mekanisme pencegahan faktor biologis di rumah sakit.
5. Untuk mengetahui pengendalian bahaya faktor biologis di rumah sakit.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Faktor Hazard Biologi di Rumah Sakit


Potensi hazard (bahaya) adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan
terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat
mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja.
Bahaya potensial kesehatan sangat tergantung dengan jenis pekerjaan yang
dilakukan oleh pekerja di rumah sakit tersebut. Dapat juga terjadi suatu bahaya
potensial kesehatan menyebabkan pajanan pada semua pekerja yang berada ditempat
tersebut dan tidak hanya pekerjanya.
Termasuk dalam kelompok biologis adalah virus, bakteri, jamur dan parasit
lainnya. Selain kelompok biologis diatas terdapat juga bahaya biologis yang berasal
dari serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya. Faktor bahaya biologis
merupakan penyebab utama untuk penyakit akibat kerja. Untuk itu perlu pengendalian
yang lebih untuk faktor bahaya biologis. Berikut ini adalah faktor bahaya biologis di
rumah sakit:
1. Virus
Virus adalah parasite berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme
biologis. Virus bersifat arasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya
dapat bereproduksi didalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan
sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan seluler untuk
bereproduksi sendiri, dilingkungan rumah sakit akan banyak sekali ditemukan
virus seperti HIV, dan Hepatitis B yang merupakan bahaya potensial bagi petugas
kesehatan dan mereka yang bekerja dilingkungan rumah sakit. Contohnya virus
hepatitis B merupakan salah satu factor resiko gangguan kesehatan yang
ditularkan dengan kontak melalui cairan tubuh. Sedangkan untuk virus Hepatitis C
merupakan jenis pathogen yang tinggi resiko penularannya pada kelompok
pekerja rumah sakit. Resiko penularan Hepatitis C ini tergantung pada frekuensi
terkena darah dan produk darah dan ternasuk dengan cara tertusuk jarum suntik
(Kepmenkes RI, 2007).

4
Virus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Virus bersifat aseluler (tidak mempunyai sel)
b. Virus berukuran amat kecil, jauh lebih kecil dari bakteri, yakni berkisar antara
20 mµ - 300 mµ (1 mikron= 1000 milimkron). Untuk mengamati diperlukan
mikroskop electron yang pembesarannya dapat mencapai 50.000 kali
c. Virus hanya memiliki salah satu macam asam nukleat (RNA/DNA)
d. Virus umumnya berupa semacam hablur (kristal) dan bentuknya bervariasi.
Ada yang berbentuk oval, memanjang, silindris, kotak dan kebanyakan
berbentuk seperti kecebong dengan kepala oval dan ekot selindris
e. Tubuh virus terdiri atas kepala, kulit (selubung atau kapsid), isi tubuh, dan
serabut ekor
f. Virus memiliki lapiran protein yang disebut kapsid
g. Virus hanya dapat berkembang baik di sel hidup lainnya. Seperti sel hidup
pada bakteri, hewan, tumbuhan dan sel hidup pada manusia
h. Virus tidak dapat membelah diri
i. Virus tidak dapat diendapkan dengan sentrifugasi biasa, tetapi dapat
dikristalkan

Di lingkungan rumah sakit akan banyak sekali ditemukan virus. Seperti virus
HIV, virus SARS ,virus Hepatitis dan yang paling baru adalah virus Covid 19
yang merupakan bahaya potensial bagi petugas kesehatan dan mereka yangbekerja
di lingkungan rumah sakit.Virus Hepatitis B merupakan salah satu faktor resiko
gangguan kesehatan yang ditularkan dengan kontak melalui cairan tubuh.
Sedangkan untuk virus Hepatitis C merupakan jenis pathogen yang tinggi resiko
penularannya pada kelompok pekerja rumah sakit. Risiko penularanHepatitis C ini
tergantung pada frekuensi terkena darah dan produk darah dan termasuk dengan
cara tertusuk jarum suntik. (Kepmenkes RI, 2007)

2. Bioaerosol
Salah satu faktor biologis yang mengganggu kesehatan dapat masuk kedalam
tubuh melaluiinhalasi bioaerosol. Bioaerosol adalah disperse jasad renik atau
bahan lain dari bagian jasadrenikdi udara. Sumber bioaerosol adalah kapang,
jamur, protozoa dan virus. Sumber-sumber tersebut menimbulkan bahan-bahan
alergen, pathogen dan toksin di lingkungan.

5
3. Bakteri dan Patogen lainnya
Bakteri (dari kata lain bacterium: jamak: bacteria) adalah kelompok organisme
yang tidak memiliki membrane inti sel. Organisme ini termasuk kedalam domain
prokariota dan berukuran sangat kecil (microskopik), serta memiliki peran besar
dalam kehidupan di bumi. Bakteri mempuyai 3 bentuk dengan ukuran yang
bervariasi yakni bentuk bulat (kokus) yang berdiameter 0,7-1,3 micron (1
micron=0,001 mm), bentuk lengkung (koma, vibron dan spiral) dan bentuk batang
(basil) dengan lebar 0,2-2,0 micron dan panjang 0,7-3,7 miccron, ukuran bakteri
sangat kecil sekitar 1/100 kali lebih kecil dari pada kemampuan mata manusia
untuk dapat melihat, namun jika bakteri tersebut dalam bentuk koloni akan dapat
diliat dengan mata telanjang.
Petugas kesehatan dan pekerja lain di rumah sakit mempunyai resiko terinfeksi
beberapa jenis bakteri dan pathogen lainnya. Salah satunya adalah
mycrobacterium tuberculosis,salmonella typhi. Bentuk tubuh bakteri di pengaruhi
oleh keadaan lingkungan, medium dan usia. Walaupun secara morfologi berbeda-
beda, bakteri tetap merupakan sel tunggal yang dapat hidup mandiri bahkan saat
terpisah dari koloninya.
Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan makhluk hidup lainnya:
a. Organisme multiseluler
b. Prokariot (tidak memiliki membrane inti sel)
c. Umunya tidak memiliki klorofil
d. Memiliki ukuran tubuh yang bervariasi antara 0,12 sampai dengan ratusan
micron umumnya memiliki ukuran rata-rata 1-5 mikron
e. Memiliki bentuk tubuh yang beraneka ragam
f. Hidup bebasa atau parasite
g. Yang hidup dilingkungan ekstrim seperti pada mata air panas, kawah atau
gambut dinding selnya tidak mengandung peptidoglikan. Yang hidupnya
kosmopolit diberbagai lingkungan dinding selnya mengandun peptidoglikan.

Petugas kesehatan dan pekerja lain di rumah sakit mempunyai resiko terinfeksi
beberapa jenis bakteri dan pathogen lainnya. Salah satunya adalahMycobacterium
tuberculosis.

Selain virus, jamur, bakteri dan parasit faktor biologis penyebab penyakit
akibat kerja yang lainberasal dari binatang pengganggu seperti serangga, tikus,

6
dan binatang pengganggu lainnya.Untuk binatang pengganggu jenis serangga
memang memerlukan pengawasan lebih daribinatang yang lain karena sifat-
sifatnya lebih banyak mendatangkan penyakit. Diantara jenisserangga yang bisa
menyebabkan infeksi bila menggigit manusia karena bibit penyakit yangdibawa
serangga masuk ke tubuh manusia, contohnya adalah nyamukaedes
aegypti pembawa virus DHF. Jenis serangga lain yang hidup di tempat-tempat
kotor seperti kecoa, sangatberbahaya bila merayap di alat-alat dapur seperti
piring, cangkir dan lain-lain karena alat dapurtersebut bisa terkontaminasi oleh
bibit penyakit.
Kemudian serangga yang suka hinggap pada kotoran yang mengandung bibit
penyakit, laluterbang dan hinggap pada makanan yang menyebabkan makanan
tersebut terkontaminasi bibitpenyakit. Contohnya lalat. Untuk itu pengendalian
terhadap serangga, tikus dan binatangpengganggu lainnya perlu dilakukan untuk
mengurangi populasinya sehingga keberadaannyatidak menjadi vektor penularan
penyakit.
4. Kuman
Kuman merupakan istilah awam yang identic dengan bakteri, yaitu organisme
bersel satu yang hanya bisa dilihat dengan bantuan mikroskop. Kuman adalah
isitilah umum di Indonesia yang menggambarkan hewan mikrobiologis yang juga
disebut dengan bakteri. Biasanya kuman dianggap sebagai bibit penyakit.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah
sakit, menyebutkan indeks angka kuman diudara :
Tabel 2. Indeks Angka Kuman Menurut Fungsi Ruang dan Unit
Konsentrasi Maksimum
No Ruang Atau Unit Mikroorganisme per m3 Udara
(CFU/m3)
1 Operasi 10
2 Bersalin 200
3 Pemulihan/perawatan 200-500
4 Observasi Bayi 200
5 Perawatan bayi 200
6 Perawatan premature 200
7 ICU 200
8 Jenazah/autopsy 200-500
9 Penginderaan medis 200

7
10 Laboratorium 200-500
11 Radiologi 200-500
12 Sterilisasi 200
13 Dapur 200-500
14 Gawat darurat 200
15 Administrasi pertemuan 200-500
16 Ruang luka bakar 200-500

Depkes RI melalui Kepmenkes RI No. 1204/MEMKES/SK/X/2004


menyatakan standar angka kuman pada lantai rumah sakit sebesar 5-10 CFU/cm2.
Lantai dan dinding harus bersih, dengan tingkat kebersihan sebagai berikut:
a. Ruang operasi : 0-5 CFU/cm2 dan bebas pathogen dan gas ganggren
b. Ruang perawatan: 5-10 CFU/cm2
c. Ruang isolasi : 0-5 CFU/cm2
d. Ruang UGD : 5-10 CFU/cm2
Alat yang digunakan untuk mengukur jumlah koloni yang ada yaitu Colony
Counter adalah alat bantu yang digunakan untu menghitung koloni bakteri yang
ditumbuhkan di media yang disimpan dalam cawan pedtridish.

B. Faktor Penyebab Hazard Biologis di Rumah Sakit


1. Kontak dengan individu yang terinfeksi, sekresi, ekskresi, atau jaringan tubuh
manusia seperti hepatitis, AIDS, tbc, demam berdarah, anthrax.
2. Akibat penularan dari binatang yang menginfeksi manusia secara langsung
atau kontak dengan sekresi, ekskresi, jaringan tubuh binatang yang terinfeksi atau
via vektor.
3. Akibat polusi udara yang mengandung mikroorganisme yang menimbulkan
penyakit seperti pekerja kantor yang memakai AC sentral. pembersih cerobong
asap pabrik, pabrik penghasil debu-debu :
a. Inhalation fever, akibat paparan udara yang berat : metal fume fever, polymer
fume fever, organic dust fever, legionenelosis.
b. Allergi akibat polusi udara : asma kerja, pneumonitis hipersensitivitas.
C. Penyakit Akibat Faktor Hazard Biologis Di Rumah Sakit
Penyakit Akibat factor biologis yaitu:
1. Penyakit Akibat Virus
a. Hepatitis B dan C

8
Virus hepatitis dapat menular dari satu orang ke orang lain, dengan cara penularan
yang berbeda-beda. virus hepatitis B dan C menyebar terutama melalui kontak
darah dan cairan tubuh. Seseorang bisa saja terinfeksi lebih dari 1 jenis virus
hepatitis. Karena risiko yang berbahaya bagi hati penderita, seseorang yang
menderita hepatitis C harus berkonsultasi dengan dokter untuk juga mendapatkan
vaksin terhadap hepatitis A dan hepatitis B. Tidak seperti hepatitis A dan B,
hepatitis C belum ada vaksinnya.
Hepatitis B bisa menular kepada setiap orang. Seperti penularan dari ibu ke
bayi saat melahirkan, hubungan seksual, transfusi darah, jarum suntik, maupun
penggunaan alat kebersihan diri (sikat gigi, handuk) secara bersama-sama.
Hepatitis B dapat menyerang siapa saja, akan tetapi umumnya bagi mereka yang
berusia produktif akan lebih beresiko terkena penyakit ini.
b. Virus HIV

Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat


HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang
terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah
terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju
perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak


langsung antara lapisan kulit alam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan
cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan
preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim
(vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi,
antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk
kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.

Siapapun berisiko terkena HIV (human immunodeficiency virus).


Virus ini pun menyebar dengan berbagai cara. Populasi kunci yang berisiko
tinggi terkena HIV/AIDS adalah wanita pekerja seks (WPS): pelanggan
pekerja seks (HRM) waria: lelaki yang berhubungan seksual dengan lelaki lain
(MSM): serta pengguna narkoba suntik dan pasangannya (IDU).
c. Virus Sars

9
Virus Sars menyerang saluran pernafasan dan ditularkan oleh unggas.
Virus SARS dapat menginfeksi manusia melalui berbagai cara, antara lain:
1. Tidak sengaja menghirup percikan ludah penderita SARS yang batuk atau
bersin
2. Menyentuh mulut, mata, atau hidung dengan tangan yang sudah terpapar
percikan ludah penderita SARS
3. Berbagi penggunaan alat makan dan minum dengan penderita SARS

d. Virus Covid 19
COVID-19 disebabkan oleh SARS-CoV-2, yaitu virus jenis baru dari
coronavirus (kelompok virus yang menginfeksi sistem pernapasan). Infeksi
virus Corona bisa menyebabkan infeksi pernapasan ringan sampai sedang,
seperti flu, atau infeksi sistem pernapasan dan paru-paru, seperti pneumonia.
COVID-19 awalnya ditularkan dari hewan ke manusia. Setelah itu,
diketahui bahwa infeksi ini juga bisa menular dari manusia ke manusia.
Penularannya bisa melalui cara-cara berikut:
1. Tidak sengaja menghirup percikan ludah (droplet) yang keluar saat
penderita COVID-19 bersin atau batuk
2. Memegang mulut, hidung, atau mata tanpa mencuci tangan terlebih
dulu, setelah menyentuh benda yang terkena droplet penderita COVID-
19
3. Kontak jarak dekat (kurang dari 2 meter) dengan penderita COVID-19
tanpa mengenakan masker
2. Penyakit Akibat Bakteri
a. Demam Thypoid
Demam Thypoid adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Salmonella Thypi
yang masuk melalui saluran pencernaan dan menyebar ke seluruh tubuh
(sistemik). Bakteri ini akan berkembang biak di kelenjar getah bening usus dan
kemudian masuk ke dalam darah sehingga menyebabkan penyebaran kuman
dalam darah.

Penyakit Demam Thypoid disebabkan oleh bakteri yang disebarkan


melalui tinja, muntahan, urin, kemudian terbawa oleh Lalat melalui perantara
kaki-kakinya dari kakus ke dapur yang akan mengkontaminasi makanan atau
minuman, sayur-sayuran, atau pun buah-buahan segar.

10
Beberapa gejala yang nampak saat seseorang terserang penyakit Demam
Thypoid :
1) Demam yang berlangsung selama 3 minggu secara terus menerus
2) Gangguan pada saluran pencernaan
3) Nafas tak sedap
4) Bibir kering dan pecah-pecah
5) Perut Kembung
6) Sulit BAB, terkadang juga bisa Diare
7) Gangguan kesadaran, umumnya kesadaran penderita menurun
walaupun tidak seberapa dalam.
b. TBC

Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang
sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih
sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.

Penyebab penyakit ini adalah bakteri kompleks Mycobacterium tuberculosis.


Mycobacteria termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo
Actinomycetales. kompleks Mycobacterium tuberculosis meliputi M. tuberculosis, M.
bovis, M. africanum, M. microti, dan M. canettii. Dari beberapa kompleks tersebut,
M. tuberculosis merupakan jenis yang terpenting dan paling sering dijumpai

Penularan penyakit ini karena kontak dengan dahak atau menghirup titik-titik
air dari bersin atau batuk dari orang yang terinfeksi kuman tuberculosis. Obat TBC
yang utama adalah Isoniazid, Rifampisin, pirazinamid, streptomisin dan etambutol.
Sedangkan jenis obat tambahan yang biasa digunakan adalah kanamisin, kuinolon
,makroloid dan amoksisilin di kombinasikan dengan klavulanat. Pengobatannya
secara keseluruhannya dapat mencapai 12 bulan.

3. Penyakit Akibat Jamur

Jamur merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit pada


manusia. Penyakit yang disebabkan jamur pada manusia disebut mikosis, yaitu
mikosis superficial dan mikosis sistemik. Mikosis superfisial merupakan mikosis yang
menyerang kulit, kuku, dan rambut terutama disebabkan oleh 3 genera jamur, yaitu

11
Trichophyton, Microsporum, dan Epidermophyton. Sedangkan mikosis sistemik
merupakan mikosis yang menyerang alat-alat dalam, seperti jaringan sub-cutan, paru-
paru, ginjal, jantung, mukosa mulut, usus, dan vagina.

D. Mekanisme Pencegahan Hazard Biologi Di Rumah Sakit


1. Penerapan Peraturan Perundang-Undangan Yang Berlaku
a. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit
b. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
432/MENKES/SK/X/2007 tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Di Rumah Sakit
c. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor:1807/MENKES/SK/VIII/2010 tentang Standar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Di Rumah Sakit
2. Penerapan Kewaspadaan Standar
a. Kebiasan mencuci tangan menggunakan sabun anti septik
b. Pengelolaan alat-alat kesehatan setalah melakukan pemeriksaan
c. Pengelolaan benda tajam seperti jarum suntik
d. Pengelolaan limbah rumah sakit
e. Penggunaan APD yang sesuai
3. Pemantauan Lingkungan Kerja
Kegiatan pemantauan lingkungan kerja berupa: membuat mapping lingkungan
kerja yang berpotensi bahaya dan melakukan evaluasi lingkungan tempat kerja
seperti wawancara pekerja, survey dan lain-lain.
4. Pengujian dan Pemeriksaan Tenaga Kerja Berdasarkan Standar Pelayanan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Di Rumah Sakit
a. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja
b. Melakukan pemeriksaan secara khusus, misalnya pemeriksaan HbsAg dan
HIV
c. Melakukan pemeriksaan secara berkala bagi pekerja sesuai pajanan yang ada
di rumah sakit
E. Pengendalian Faktor Hazard Biologis di Rumah Sakit

12
Apabila suatu resiko terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja telah
diidentifikasi dan dinilai, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengendalian
resiko untuk mengurangi resiko sampai batas-batas yang dapat diterima berdasarkan
ketentuan, peraturan dan standar yang berlaku.
1. Pengendalian Virus, Jamur, Bakteri Pathogen lainnya
Untuk pengendalian bahaya biologis yang berupa virus, jamur, bakteri dan
pathogen lainnya dapatdilakukan dengan melalui beberapa tahap, yaitu dengan
cara sebagai berikut:
a. Upaya pengendalian dengan Rekayasa Teknik 
Rekayasa Teknik untuk pengendalian faktor bahaya biologis dapat
dilakukan dengan caramemisahkan alat-alat bekas perawatan pasien, seperti
jarum suntik, perban kedalam wadahtersendiri. Hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan dalam proses pembuangan danpengolahannya, selain itu juga
untuk menghindarkan menyebarnya virus dari pasien.
Untuk penyebaran faktor biologis yang ditularkan melalui media
udara, Rekayasa Teknik dapat membantu dalam hal pembuatan instalasi
HVAC, yaitu dengan mensirkulasi udara dalam ruangan tertentu, memfilter
udara tersebut, sehingga Virus, Jamur, dan Bakteri tersebut dapattertangkap
pada filter, sedangkan udara yang sudah tersaring dapat dimasukkan dalam
ruanganitu kembali. Yang perlu diperhatikan berikutnya adalah proses
pencucian dan penggantian filter udara tersebut secara berkala. Umumnya
instalasi ini dipasangkan pada Ruangan Operasi.
b. Upaya Pengendalian Administratif 
Pengendalian administrasi dilakukan dengan menyediakan suatu sistem
kerja yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang terpapar potensi
bahaya. Upaya untuk pengendalian secara administratif sudah dilakukan
misalnya dengan perputaran jadwal kerja bagi petugas kesehatan yang dibagi
dalam tiga shift kerja. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi pajanan bahaya
kepada tenaga kerja.
c. Upaya pengendalian dengan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri merupakan pilihan terakhir dari suatu sistem
pengendalian resiko. Untukpengendalian faktor bahaya biologis dapat
menggunakan alat pelindung diri berupa masker,sarung tangan, penutup

13
kepala,yang sesuaidengan jenis pekerjaannya. Pemakaian APD tersebutdapat
mengurangi resiko paparan penularan penyakit kepada petugas kesehatan.

2. Pengendalian Serangga, Tikus dan binatang pengganggu lainnya


Pengendalian dan pemberantasannya dilaksanakan dengan menjaga kebersihan
lingkungan di dalammaupun di luar ruangan dengan cara menyapu dan mengepel
lantai setiap hari, membuang danmengolah sampah sesuai dengan syarat
kesehatan, menutup celah atau lubang yang berpotensi sebagaitempat tinggal
serangga dan tikus. Hal ini dilakukan untuk mengurangi keberadaan serangga,
tikus danbinatang pengganggu lainnya di lingkungan rumah sakit.
a. Nyamuk
Pencegahan :
1) Melakukan pembersihan sarang nyamuk dengan mengubur, menguras
dan menutup.
2) Pengaturan pembuangan air limbah dan saluran dalam keadaan tertutup.
3) Pembersihan tanaman sekitar rumah sakit secara berkala yang menjadi
tempat perindukan.
4) Pemasangan kawat kasa di seluruh ruangan dan penggunaan kelambu
terutama diruangperawatan anak.
Pemberantasan :
1) Pemberantasan pada larva atau jentik nyamukaedes spdilakukan dengan
cara abatisasi.
2) Melakukan pemberantasan larva atau jentik dengan
menggunakan predator.
3) Bila diduga ada kasus demam berdarah yang tertular dirumah sakit maka
perlu dilakukanpengasapan (fogging) di rumah sakit.

b. Kecoa
Pencegahan :
1) Menyimpan bahan makanan dan makanan siap saji pada tempat tertutup.
2) Pengelolaan sampah yang memenuhi syarat kesehatan.
3) Menutup lubang-lubang atau celah-celah agar kecoa tidak masuk kedalam
ruangan.

14
Pemberantasan :
1) Pembersihan telur kecoa dengan cara mekanis, yaitu membersihkan telur
yang terdapat padacelah-celah dinding, lemari, peralatan dan telurkecoa
dimusnahkan dengandibakar/dihancurkan.
2) Pemberantasan kecoa secara fisik atau mekanis : membunuh langsung
kecoa dengan alat pemukul, menyiram tempat perindukan dengan air
panas. Dan menutup celah-celah dinding. Sedangkan secara kimiawi
dengan menggunakan insektisida dengan pengasapan bubuk, semprotan
dan umpan.
c. Tikus
Pencegahan :
1) Melakukan penutupan saluran terbuka, lubang-lubang di dinding, plafon,
pintu dan jendela.
2) Melakukan pengelolaan sampah yang memenuhi syarat kesehatan.
Pemberantasan :
Melakukan pengendalian tikus secara fisik dengan pemasangan
perangkap, pemukulan atausebagai alternative terakhir dapat dilakukan secara
kimia dengan menggunakan umpan beracun.
Untuk pecegahannya dapat dilakukan dengan cara pengelolaan sampah
atau limbah yangmemenuhi syarat kesehatan.Sedangkan pengendaliannya
dengan cara : Bila kepadatan lalat disekitar tempat sampah(perindukan)
melebihi 2 ekor perblock grill maka dilakukan pengendalian lalat secara
fisik,biologic dan kimia.

d. Binatang pengganggu lainnya


Melakukan pengelolaan makanan dan sampah yang memenuhi syarat
kesehatan adalahpencegahan, sedangkan apabila dijumpai kucing dan anjing
maka perlu dilakukan:
1) Penangkapan lalu dibuang jauh dari rumah sakit.
2) Bekerja sama dengan Dinas Peternakan setempat untuk menangkap kucing
dan anjing.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Faktor hazard biologis di tempat kerja merupakan penyebab utama dalam
penyakit akibat kerja biasanya dikenal dalam bentuk mikroorganisme seperti virus,
bakteri, jamur, parasite dan binatang lainnya yang dapat menyebebkan gangguan
kesehatan terutama pada petugas, pasien, pengunjung dan masyarakat di sekitar
lingkungan rumah sakit.
Adapun mekanisme pencegahan faktor biologi di rumah sakit yaitu penerapan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, penerapan kewaspadaan standar,

16
pemantauan lingkungan kerja, dan pengujian dan pemeriksaan tenaga kerja
berdasarkan standar pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit.
Sedangkan pengendalian faktor biologi di rumah sakit dapat dilakukan dengan
cara, pertama rekayasa teknis (pembuatan instalasi HVAC untuk sirkulasi udara di
ruang operasi dan penggunaan sinar UV untuk mensterilisasi ruang operasi), kedua
secara administarsi (penerapan kewaspadaan standar, sift kerja) dan penggunaan APD
(masker, sarung tangan, penutup kepala yang sesuai dengan pekerjaannya).

B. Saran
Kami sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan akan saran kritik dari para
pembaca untuk membangun makalah ini lebih baik lagi. Semoga melalui makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2008. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Di Rumah
Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. 1970. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 Tentang
KeselamatanKerja. Jakarta :Departemen Kesehatan RI.
Keputusan Menteri Kesehatan RI. 2007. Pedoman Manajemen K3 di Rumah Sakit.
Jakarta :Menteri Kesehatan RI.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1204 Tahun 2010 Tentang Standar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Rumah Sakit.

17
Nurkhasanah dan Untung Sujianto. 2014.Kepatuhan Perawat Dalam Penerapan
Kewaspadaan Universal Di Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang Tahun 2013.Jawa
Tengah: Prosiding Konferensi Nasional II PPNI.
Romadhoni, Sutianik dan Evi Widowati. 2017. Penerapan Kewaspadaan Standar Sebagai
Upaya Pencegahan Bahaya Biologi pada Tenaga Keperawatan. Uinversitas Negeri
Semarang. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php./higeia

18

Anda mungkin juga menyukai