Penyebab HAIs adalah mikroorganisme yang berasal flora normal pasien itu sendiri yang
menjadi invasif pada keadaan tertentu, maupun tercemar dari alat/prosedur yang steril melalui
tangan para tenaga kesehatan. Di negara maju, faktor-faktor yang menyebabkan seorang
pasien rentan HAIs antara lainadalah umur >65 tahun, masuk sebagai kasus gawat darurat yang
dirawat di ICU, lama perawatan ≥ 7 hari, menggunakan central venous catheter, indwelling
urinary catheter, atau endotracheal tube, pasca pembedahan,keadaan imunosupresi, penyakit
berat, dan penurunan kesadaran.Di negara berkembang, faktor-faktor tersebut ditambah
dengan kemiskinan, malnutrisi, usia < 1 tahun, berat badan lahir rendah, dan kurangnya
berjalannya program pengendalian infeksi di rumah sakit.
Data global HAIs saat ini masih terbatas, namun secara umum disebutkan bahwa
prevalensi HAIs di negara berkembang lebih tinggi dari negara maju (10,1% vs 7,6%). Di
Indonesia adalah 7,1%. Infeksi yang sering ditemukan adalah yang berkaitan dengan
penggunaan alat atau prosedur invasif, yaitu catheter-associatedurinary tract
infection(CAUTI), central line-associatedblood stream infection (CLABSI), ventilator-associated
infection (VAP)dan surgical site infection (SSI). Risiko pasien terkena HAIs meningkat signifikan
di ICU. Di negara maju sekitar 30% pasien ICU menderita sedikitnya satu episode HAIs. Dan
risiko ini meningkat 2-3 kali lipat di negara berkembang.
Laporan CDC yakni “Multistate Point-Prevalence Survey of Health Care-Associated
Infections” , menunjukkan data dari 183 rumah sakit di Amerika pada tahun 2011 used 2011
data from 183; memperkirakan terjadi 721,800 kasus infeksi yang diderita oleh 648,000 pasien,
sejumlah 75,000 pasien meninggal pada saat perawatan akibat associated infections.
HAI yang umum diderita adalah pneumonia (22%), infeksi luka operasi/surgical-site infections
(22%), infeksi saluran cerna (17%), infeksi saluran kemih (13%), and infeksi alirah darah (10%).
kuman penyebab HAI adalah Clostridium difficile (12%), Staphylococcus aureus, including
methicillin-resistant Staphylococcus aureus [MRSA] (11%), Klebsiella (10%), Escherichia
coli (9%), Enterococcus (9%), and Pseudomonas (7%).
Dampak HAIs adalah peningkatan kesakitan dan kematian, penambahan lama hari dan biaya
perawatan, peningkatan resistensi antibiotik, serta peningkatan beban biaya pada sistem
kesehatan.
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien dari rumah sakit pada saat
pasien menjalani proses asuhan keperawatan.
Menurut Brooker (2008) adalah infeksi yang didapat dari rumah sakit yang terjadi
pada pasien yang dirawat selama 72 jam (3 hari) dan pasien tersebut tidak menunjukkan
tanda dan gejala infeksi pada saat masuk rumah sakit.
Menurut Paren (2006) pasien dikatakan mengalami infeksi nosokomial jika pada saat
masuk belum mengalami infeksi kemudian setelah dirawat selama 48-72 jam klien menjadi
terinfeksi.
Menurut (Farida, 1999) Infeksi nosokomial mudah terjadi karena adanya beberapa
keadaan tertentu, yaitu sebagai berikut:
1. Rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya orang sakit atau pasien, sehingga jumlah
dan jenis kuman penyakit yang ada lebih banyak dari pada ditempat lain.
2. Pasien mempunyai daya tahan tubuh rendah, sehingga mudah tertular.
3. Rumah sakit sering kali melakukan tindakan invasif mulai dari sederhana misalnya
suntikan sampai tindakan yang lebih besar, operasi. Dalam melakukan tindakan sering
kali petugas kurang memperhatikan tindakan aseptik dan antiseptik.
4. Mikroorganisme yang ada cenderung lebih resisten terhadap antibiotik, akibat
penggunaan berbagai macam antibiotik yang sering tidak rasional.
5. Adanya kontak langsung antara pasien atau petugas dengan pasien, yang dapat
menularkan kuman patogen.
6. Penggunaan alat-alat kedokteran yang terkontaminasi dengan kuman
Interaksi antara pejamu (pasien, perawat, dokter, tenaga kesehatan lain), agen
(mikroorganisme pathogen) dan lingkungan (lingkungan rumah sakit, prosedur pengobatan,
dll) menentukan seseorang dapat terinfeksi atau tidak.
Pejamu
Agen Lingkungan
Pengetahuan tentang rantai penularan infeksi sangat penting karena apabila satu mata
rantai dihilangkan atau dirusak, maka infeksi dapat dicegah atau dihentikan. Komponen yang
diperlukan sehingga terjadi penularan adalah :
Mekanisme transmisi patogen ke pejamu yang rentan melalui 3 cara (WHO, 2002) yaitu:
1. Contact transmission
Contact transmission adalah yang paling sering pada infeksi nosokomial, dibagi dalam 2
grup :
Direct contact (kontak langsung): transmisi mikroorganisme langsung permukaan
tubuh ke permukaan tubuh, seperti saat memandikan, membalikkan pasien,
kegiatan asuhan keperawatan yang menyentuh permukaan tubuh pasien, dapat
juga terjadi di antara dua pasien.
Indirect contact (kontak tidak langsung): kontak dengan kondisi orang yang
lemah melalui peralatan yang terkontaminasi, seperti peralatan instrument yang
terkontaminasi : jarum, alat dressing, tangan yang terkontaminasi tidak dicuci,
dan sarung tangan tidak diganti di antara pasien.
2. Droplet transmission (Percikan)
Secara teoritikal merupakan bentuk kontak transmisi, namun mekanisme
transfer mikroorganisme pathogen ke pejamu agak ada jarak dari transmisi kontak.
Mempunyai partikel sama atau lebih besar dari 5 mikron. Droplet transmisi dapat terjadi
ketika batuk, bersin, beribicara, dan saat melakukan tindakan khusus, seperti saat
melakukan pengisapan lendir, dan tidakan broschoskopi. Transmisi terjadi ketika droplet
berisi mikroorganisme yang berasal dari orang terinfeksi dalam jarak dekat melalui
udara menetap / tinggal pada konjunctiva, mukosa, hidung, dan mulut yang terkena.
Karena droplet tidak meninggalkan sisa di udara, maka penangan khusus udara dan
ventilasi tidak diperlukan untuk mencegah droplet transmisi. Contohnya : Difteria,
Pertussis, Mycoplasma, Haemophillus influenza type b (Hib), Virus Influenza, mumps,
rubella
3. Airbone transimission (melalui udara)
Transimisi melalui udara yang terkontaminasi dengan mikroorganisme pathogen,
memiliki partikel kurang atau sama dengan 5 mikron. Transmisi terjadi ketika menghirup
udara yang mengandung mikroorganisme pathogen. Mikroorganisme dapat tinggal di
udara beberapa waktu sehingga penanganan khusus udara dan ventilasi perlu dilakukan.
Mikroorganisme yang ditransmisi melalui udara adalah mycrobacterium tubercolusis,
rubeola, dan varicella virus.
4. Common Vehicle Transmission
Transmisi mikroorganisme melalui makanan, minuman, alat kesehatan, dan
peralatan lain yang terkontaminasi dengan mikroorganisme pathogen.
5. Vectorborne transmission
Transmisi mikroorganisme melalui vector seperti nyamuk, lalat, tikus, serangga
lainya.
1. Melindungi pasien
2. Melindungi tenaga kesehatan dan pengunjung
3. Mencapai cost effective
Kewaspadaan standar yang dilakukan kepada semua pasien tanpa memandang pasien
tersebut infeksius atau tidak.
1. Kebersihan tangan
2. Alat pelindung diri (APD) : Sarung tangan, masker, goggle (kaca mata
pelindung), face shield (pelindung wajah)
3. Peralatan perawatan pasien
4. Pengendalian lingkungan
5. Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen
6. Kesehatan karyawan atau perlindungan petugas kesehatan.
7. Penempatan pasien
8. Hygiene respirasi atau etika batuk
9. Praktek menyuntik yang aman.
10. Praktek untuk lumbal punksi
1. Contact Precautions
Cuci tangan dengan bahan dasar alkohol atau sabun dan air
Gunakan jubah ketika melakukan perawatan langsung
Gunakan sarung tangan ketika melakukan perawatan langsung
2. Droplet Precautions
Cuci tangan dengan bahan dasar alkohol atau sabun dan air
Gunakan masker dengan jarak 2 meter dari pasien
Gunakan pelindung mata dengan jarak 2 meter dari pasien
3. Airbone Precautions
Cuci tangan dengan bahan dasar alkohol atau sabun dan air
Tutup pintu, buka jendela jika memungkinkan
Gunakan masker N95 ketika memasuki ruangan
Dampak yang dapat dirasakan apabila terjadi infeksi nosokomial adalah sebagai berikut :
1. Bagi pasien
Lama perawatan lebih panjang
Pembiayaan meningkat
Penyakit lain yang mungkin lebih berbahaya daripada penyakit dasarnya
2. Bagi staff: medis dan non medis
Beban kerja bertambah
Terancam rasa aman dalam menjalankan tugas / pekerjaan
Memungkinkan terjadi tuntutan malpraktek
DAFTAR PUSTAKA