Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA USIA LANJUT


DENGAN MASALAH KOMUNIKASI
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik

Dosen pengampu
Fitri Firranda N,S.Kep.,Ns

Disusun Oleh

Kelompok 7
Ani Purwatiningsih (191401008)

Dharma sembada (191401013)

Fisah Elda Dewi Pramesti (191401019)

Iftitah Dian (191401029)

Pratama Friska (191401046)

Tina Nurhayati (191401060)

Vishella Dekontras O (191401064)

STIKES PEMKAB JOMBANG


Jalan Dokter Sutomo No.75-77, Sengon, Kec. Jombang,
Kabupaten Jombang, Jawa Timur 61411
TAHUN PELAJARAN 2021/2022

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................
i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang.......................................................................................................
1
1.2 Rumusan masalah..................................................................................................
2
1.3 Tujuan penulisan...................................................................................................
2
1.4 Manfaat penulisan..................................................................................................
2
BAB II LANDASAN TEORI
1.5 Komunikasi dengan lansia......................................................................................
4
BAB III TINJAUAN KASUS
1.6 Intervensi Keperawatan........................................................................................
6
BAB IV PENUTUP.............................................................................................................
7
1.7 Kesimpulan............................................................................................................
7

iv
1.8 Saran......................................................................................................................
8
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
8

HALAMAN PENGESAHAN

Judul makalah :

“Perencanaan Tindakan Keperawatan pada lansia dengan masalaha komunikasi”


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Gerontik

Tahun Pelajaran 2022/2022

Dosen pengampu:

Fitri Firranda N,S.Kep.,Ns

Disusun oleh

Kelompok 7

Ani Purwatiningsih (191401008)

Dharma sembada (191401013)

v
Fisah Elda Dewi P (191401019)

Iftitah Dian (191401029)

Pratama Friska (191401046)

Tina Nurhayati (191401060)

Vishella Dekontras O (191401064

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena dengan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan

makalah yang berjudul “Perencanaan Tindakan keperawatan pada pasien

lansia dengan masalah komunikasi” tepat pada waktunya.

Makalah ini dapat tersusun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis akan mengucapkan

terimakasih khususnya kepada:

1. Drg. Budi Nugroho MPPM selaku ketua STIKES Pemkab Jombang


yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melakukan
penelitian.
2. Dr. Sestu Retno selaku wakil ketua 1 STIKES Pemkab Jombang yang

turut membantu terselesaikannya makalah ini.

3. Bapak dan ibu Dosen STIKES Pemkab Jombang yang turut membantu

memberikan pengarahan

4. Pihak-pihak lain yang turut membantu terselesaikannya makalah ini.


Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan dan

jauh dari sempurna. Penulis mohon kritik dan saran yang membangun sebagai

vi
pedoman penulis dalam melangkah ke arah yang lebih baik. Semoga karya

tulis ini dapat berguna bagi kita semua.

Jombang, April 2022

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah


laku manusia, sehingga komunikasi perlu dikembangkan dan dipelihara terus-
menerus. Dalam berkomunikasi dengan klien, perawat harus menggunakan
tehnik pendekatan khusus agar tercapai pengertian dan perubahan prilaku
klien.
Kondisi lansia yang telah mengalami penurunan dalam struktur anatomis
maupun fungsi dari organ tubuhnya menuntut pemahaman dan kesadaran
tersendiri bagi tenaga kesehatan selama memberikan pelayanan kesehatan.
Perubahan yang terjadi baik secara fisik, psikis/emosi, interaksi social maupun
spiritual dari lansia membutuhkan pendekatan dan tehnik tersendiri. Untuk
interaksi dalam berkomunikasi dengan lansia secara baik, perawat perlu
memahami tentang karakteristik lansia, penggunaan tehnik komunikasi yang
tepat, dan model-model komunikasi yang memungkinkan dapat diterapkan
sesuai dengan kondisi klien.

vii
1.2 Rumusan masalah
Dari latar belakang di atas, masalah  yang dapat kami kaji dalam makalah ini
diantaranya:
1.      Bagaimana karakteristik lansia?
2.      Bagaimana pendekatan keperawatan lansia dalam konteks komunikasi?
3.      Bagaimana teknik komunikasi pada lansia?
4.      Apa hambatan komunikasi pada lansia?
5.      Bagaimana teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan?
6.      Bagaimana penerapan model komunikasi pada lansia?

1.3 Tujuan penulisan


Dalam pembuatan tugas ini, adapun tujuan yang hendak dicapai penulis yaitu:
1.     Untuk mengetahui karakteristik lansia
2.     Untuk mengetahui pendekatan keperawatan lansia dalam konteks
komunikasi
3.      Untuk mengetahui teknik komunikasi pada lansia
4.      Untuk mengetahui hambatan komunikasi pada lansia
5.      Untuk mengetahui teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan
6.      Untuk mengetahui penerapan model komunikasi pada lansia

1.4 Manfaat penulisan


a. Penelitian dapat digunakan untuk referensi bagi mahasiswa lain, untuk
menambah wawasan tentang perencanaa tindakan keperawatan pada lansia
dengan masalah komunikasi

viii
b. Menambah referensi bagi institusi yang bersangkutan
c. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca
d. Meningkatkan kesadaran membaca bagi pembaca agar dapat
memperbanyak pengetahuan dan pemahaman tentang perencanaan
tindakan keperawatan pada lansia dengan masalah komunikasi

BAB II
LANDASAN TEORI

1.5 Komunikasi Dengan lansia


A. Karakteristik lansia
Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia (WHO)
mengelompokan usia lanjut menjadi empat macam, meliputi:
a.       Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45 sampai 59
tahun.
b.      Usia lanjut (elderly), kelompok usia antara 60 sampai 70 tahun.
c.       Usia lanjut usai (old), kelompok usia antara 75 sampai 90 tahun.
d.      Usia tua (veryold), kelompok usia diatas 90 tahun
Meskipun batasan usia sangat beragam untuk menggolongkan
lansia namun perubahan-perubahan akibat dari usia tersebut telah
dapat diindentifikasi, misalnya perubahan pada aspek fisik berupa
perubahan neurologis & sensorik, perubahan visual, perubahan
pendengaran. Perubahan-perubahan tersebut dapat menghambat
proses penerimaan & interpretasi terhadap maksud komunikasi.
Perubahan ini juga menyebabkan klien lansia mengalami kesulitan
dalam berkomunikasi. Belum lagi perubahan kognitif yang

ix
berpengaruh pada tingkat intelegensia, kemampuan belajar, daya
memori dan motivasi klien.
Perubahan emosi yang sering nampak adalah berupa reaksi
penolakan terhadap kondisi yang terjadi. Gejala-gejala penolakan
tersebut misalnya:
a.       Tidak percaya terhadap diagnosa, gejala, perkembangan serta
keterangan yang diberikan petugas kesehatan
b.      Mengubah keterangan sedemikian rupa, sehingga diterima
keliru
c.       Menolak membicarakan perawatannya di rumah sakit
d.      Menolak ikutserta dalam perawatan dirinya secara umum,
khususnya tindakan yang langsung mengikutsertakan dirinya
e.       Menolak nasehat-nasehat misalnya, istirahat baring, berganti
posisi tidur, terutama bila nasehat tersebut demi kenyamanan
klien
B. Pendekatan Keperawatan Lansia dalam Konteks Komunikasi
a.       Pendekatan fisik
Mencari informasi tentang kesehatan obyektif,
kebutuhan, kejadian yang dialami, perubahan fisik organ
tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan
dikembangkan serta penyakit yang dapat dicegah
progresifitasnya. Pendekatan ini relatif lebih mudah
dilaksansakan dan dicarikan solusinya karena riil dan mudah
diobservasi.
b.      Pendekatan psikologis
Karena pendekatan ini sifatnya abstrak dan mengarah
pada perubahan perilaku, maka umumnya membutuhkan
waktu yang lebih lama. Untuk meaksanakan pendekatan ini,
perawat berperan sebagai konselor, advokat, supporter,
interpreter terhadap sesuatu yang asing atau sebagai
penampung masalah-masalah rahasia yang pribadi dan sebagai
sahabat yang akrab bagi klien.

x
c.       Pendekatan sosial
Pendekatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan
ketrampilan berinteraksi dengan lingkungan. Mengadakan
diskusi, tukar pikiran, bercerita, bermain atau mengadakan
kegiatan-kegiatan kelompok merupakan implementasi dari
pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi dengan sesame
lansia maupun dengan petugas kesehatan.
d.      Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam
hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnya
terutama bila klien dalam keadaan sakit atau mendekati
kematian. Pendekatan spiritual ini cukup efektif terutama
bagi klien yang mempunyai kesadaran yang tinggi dan latar
belakang keagamaan yang baik.
C. Tehnik Komunikasi pada Lansia
a.       Teknik asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami
pasangan bicara dengan menunjukan sikap peduli, sabar untuk
mendengarkan dan memperhatikan ketika pasangan bicara
agar maksud komunikasi atau pembicaraan dapat dimengerti,
asertif merupakan pelaksanaan dan etika berkomunikasi.
Sikap ini akan sangat membantu petugas kesehatan untuk
menjaga hubungan yang terapeutik dengan klien lansia.
b.      Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi
pada klien merupakan bentuk perhatian petugas kepada klien.
Ketika perawat mengetahui adanya perubahan sikap atau
kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya segera menanyakan
atau klarifikasi tentang perubahan tersebut, misalnya dengan
mengajukan pertanyaan, “apa yang sedang bapak/ibu fikirkan
saat ini? Apa yang bisa saya bantu?”.

xi
Berespon berarti bersikap aktif, tidak menunggu
permintaan bantuan dari klien. Sikap aktif dari petugas
kesehatan ini akan menciptakan perasaan tenang bagi klien.
c.       Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap
konsisten terhadap materi komunikasi yang diinginkan. Ketika
klien mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan di luar materi
yang diinginkan. Ketika klien mengungkapkan pernyataan-
pernyataan di luar materi yang diinginkan, maka perawat
hendaknya mengarahkan maksud pembicaraan. Upaya ini
perlu diperhatikan karena umumnya klien lansia senang
menceritakan hal-hal yang mungkin tidak relevan untuk
kepentingan petugas kesehatan.
d.      Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik
maupun psikis secara bertahap menyebabkan emosi klien
relative menjadi labil. Perubahan ini perlu disikapi dengan
menjaga kestabilan emosi klien lansia, misalnya dengan
mengiyakan, senyum dan mengangguk kepala ketika lansia
mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat dan
menghargai selama lansia berbicara. Sikap ini dapat
menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia
tidak merasa menjadi beban bagi keluarganya, dengan
demikian diharapkan klien termotivasi untuk mandiri dan
berkarya sesuai kemampuannya.
Selama memberi dukungan baik secara materiil dan moril,
petugas kesehatan jangan sampai terkesan menggurui atau
mengajari klien karena ini dapat merendahkan kepercayaan
klien kepada perawat atau petugas kesehatan lainnya.
e.       Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering
proses komunikasi tidak berlangsung dengan lancer.

xii
Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan
memberi penjelasan lebih dari satu kali perlu dilakukan oleh
perawat agar maksud pembicaraan kita dapat diterima dan
dipersepsikan sama oleh klien.
f.       Sabar dan ikhlas
Klien lansia mengalami perubahan-perubahan yang
terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan, bila perubahan
ini tidak disikapi dengan sabar dan ikhlas dapat menimbulkan
perasaan jengkel bagi perawat sehingga komunikasi yang
dilakukan tidak terapeutik, solutif, namun dapat berakibat
komunikasi berlangsung emosional dan menimbulkan
kerusakan hubungan antara klien dengan petugas kesehatan.
D. Hambatan Komunikasi pada lansia
Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia
akan terganggu apabila ada sikap agresif dan sikap nonasresif
a.       Agresif
Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya ditandai dengan
perilaku-perilaku di bawah ini :
1)      Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan
bicara)
2)      Meremehkan orang lain
3)      Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
4)      Menonjolkan diri
5)      Mempermalukan orang lain di depan umum, baik dengan
perkataan maupun tindakan
b.      Nonasertif
Tanda-tanda dari sikap nonasertif ini adalah :
1)      Menarik diri bila diajak berbicara
2)      Merasa tidak sebaik orang lain (rendah diri)
3)      Merasa tidak berdaya
4)      Tidak berani mengungkapkan keyakinan
5)      Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya

xiii
6)      Tampil diam (pasif)
7)      Mengikuti kehendak orang lain
8)      Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan
baik dengan orang lain
 Adanya hambatan komunikasi kepada lansia merupakan hal
yang wajar seiring dengan menurunnya fungsi fisik dan psikologis
klien. Namun sebagai tenaga kesehatan professional, perawat
dituntut mampu mengatasi hambatan tersebut, untuk itu perlu
adanya tehnik atau tip-tip tertentu yang perlu diperhatikan agar
komunikasi dapat berlangsung efektif, antara lain :
a.       Selalu mulai komunikasi dengan mengecek fungsi
pendengaran klien.
b.      Kerakan suara anda jika perlu.
c.       Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah dia
sehingga ia dapat melihat mulut anda.
d.      Atur lingkungan sehingga menjadi kondusif untuk komunikasi
yang baik. Kurangi gangguan visual dan auditory. Pastikan
adanya pencahayaan yang cukup.
e.       Ketika merawat orang tua dengan gangguan komunikasi, ingat
kelemahannya. Jangan menganggap kemacetan komunikasi
merupakan hasil bahwa klien tidak kooperatif.
E. Teknik Perawatan Lansia pada Reaksi Penolakan
Penolakan adalah ungkapan ketidakmampuan seseorang untuk
mengakui secara sadar terhadap pikiran, keinginan, perasaan atau
kebutuhan pada kejadian-kejadian nyata atau sesuatu yang
merupakan ancaman. Penolakan merupakan reaksi ketidaksiapan
lansia menerima perubahan yang terjadi pada dirinya.
Perawat dalam menjalin komunikasi perlu memahami kondisi
ini sehingga dapat menjalin komunikasi yang efektif, tidak
menyinggung perasaan lansia yang relatif sensitif.
Adanya beberapa langkah yang bisa dilaksanakan untuk
menghadapi klien lansia dengan reaksi penolakan, antara lain:

xiv
a.       Kenali segala reaksi penolakan klien
Membiarkan klien lansia bertingkah laku dalam tenggang waktu
tertentu. Hal ini merupakan mekanisme penyesuaian diri sejauh
tidak membahayakan klien, orang lain serta lingkungannya,
kemudian lakukan langkah-langkah berikut:
1)      Identifikasi pikiran-pikiran yang paling membahayakan dengan
cara mengobservasi klien bila sedang mengalami puncak
reaksinya.
2)      Ungkapkan kenyataan-kenyataan yang dialami klien secara
perlahan-lahan dimulai dari kenyataan yang merisaukan.
b.      Orientasikan klien lansia pada pelaksanaan perawatan diri sendiri
Langkah tersebut bertujuan untuk mempermudah proses
penerimaan klien terhadap perawatan yang akan dilakukan serta
upaya untuk memandirikan klien, dengan jalan sebagai berikut:
1)      Libatkan klien dalam perawatan dirinya, misalnya
perencanaan waktu, tempat dan macam perawatan.
2)      Puji klien lansia karena usahanya untuk merawat dirinya atau
mulai mengenal kenyataan.
c.       Libatkan keluarga atau pihak terdekat dengan tepat
Langkah ini bertujuan untuk membantu perawat atau petugas
kesehatan memperoleh sumber informasi atau data klien dan
mengefektifkan rencana/tindakan dapat terealisasikan dengan
baik dan cepat. Upaya ini dilaksanakan dengan cara-cara sebagai
berikut:
1)      Melibatkan keluarga atau pihak terkait dalam membantu
klien lansia menentukan perasaan-perasaannya.
2)      Meluangkan waktu untuk menerangkan kepada mereka yang
bersangkutan tentang apa yang sedang terjadi pada klien
lansia serta hal-hal yang dapat dilakukan dalam rangka
membantu

xv
BAB III
TINJAUAN KASUS
Kasus
Ny. D usia 65 tahun, klien merupakan seorang janda yang ditinggalkan oleh
suaminya yang meninggal akibat penyakit jantung dan anak-anaknya pun tidak
tinggal serumah dengan ibunya dan hanya mengunjunginya 2 minggu sekali. Ny.
D pernah mengalami stroke 1 tahun yang lalu, dan saat diajak bicara Ny. D
bicaranya tidak jelas, pelo, dan sulit mengekspresikan kata secara verbal. Sebagai
sisa dari penyakit stroke yang pernah di deritanya, tubuh sebelah kiri Ny. D tidak
bisa digerakan secara normal seperti sebelumnya, sehingga aktivitas sehari-
harinya terbatas. Selama di rumah, klien menghabiskan waktunya sendiri dan ia
sulit diajak berkomunikasi oleh anak anaknya dan tetan gganya di sekitar rumah.
Pada saat dikaji pun klien sulit diajak berkomunikasi, klien cenderung tidak
pernah aktif berinteraksi dengan lansia lain. Saat berkomunikasi pun klien merasa
malu dan terkadang perkataanya tidak dimengerti. Dan saat di tanya perasaannya
saat ini klien tidak mau menggungkapkan dan ia tidak suka jika lansia lain ikut
campur dengan unusannya atau ingin tau kehidupan masa lalunya. Dari
pemeriksaan fisik TD: 130/80 mmHg, S: 36,5°C, N:76x/menit, RR: 20x/menit.
Kazt indeks pasien menunjukkan gangguan fungsional sebagian. Barthel index
klien menunjukkan ketergantungan sebagian.

xvi
1.6 Intervensi Keperawatan
D Tujuan Dan Kriteria Intervensi Rasional
X Hasil
1. NOC NIC 1. agar memudah kan
- Sensory 1. Communication klien berkomunikasi
Fungsional; hearing Enhancement 2. untuk memotivasi
and vision 2. Gunakan klien agar dapat
- Fear self control penerjemah jika bersosialisasi dan
- Setelah dilakukan diperlukan mampu berkomunikasi
tindakan selama 3x24 3. Dorong klien untuk dengan baik
jam klien berkomunikasi secara 3. untuk memudahkan
berkomunikasi perlahan dan untuk komunikasi antar dua
dengan kriteria hasil: mengurangi arah
- Komunikasi permintaan 4. agar klien merasakan
penerima intrepresati 4. Gunakan kartu baca, dihargai dengan
dan ekspresi pesan kertas, pensil, bahasa kemampuannya
lisan, tulisan dan non tubuh, gambar, daftar
verbal meningkat, kosakata, computer
- Gerakan dan lain-lain untuk
Terkoordinasi mampu memfasilitasi
Mengkoordinasikan komunikasi dua arah
gerakan dengan yang optimal
menggunakan isarat. 5. Beri anjuran kepada
-Mampu klien atau keluarga
Manajemen tentang penggunaan
kemampuan fisik alat bantu bicara
yang dimiliki 6. Berikan pujian
- Mampu
positif bila a
mengkomunikasika
diperlukan
nkebutuhan dengan
lingkungan sosia 7. Anjurkan keluarga
dan orang terdekat

xvii
secara teratur memberi
stimulus komunikasi

2 Setelah diberikan Exercise therapy: 1. mengetahui keadaan


tindakan keperawatan ambulation normal klien
diharapkan aktivitas 3. Monitoring vital
2. untuk melakukan
fisik klien meningkat sign sebelum atau
rencana lebih lanjut
Joint Movement: sesudah latihan dan
Active lihat respon pasien saat 3. untuk membantu
Mobility level latihan klien dalam mobilisasi

Self care : ADLS 4.Konsultasikan 4. untuk mengetahui


Transfer performance dengan terapi fisik kemampuan klien
Kriteria Hasil : tentang rencana dalam mobilisasi
- Klien meningkat ambulasi sesuai
5. untuk melatih klien
dalam aktivitas fisik dengan kebutuhan
agar dapat memenuhi
5. Bantu klien untuk
- Mengerti tujuan dari kebutuhan adls dengan
menggunakan tongkat
peningkatan mobilitas mandiri
saat berjalan dan cegah
- Membervalisasikan terhadap cedera
perasaan dalam 6. Ajarkan pasien atau
peningkatan kekuatan tenaga kesehatan lain
dan kemmapuan entang teknik
berpindah ambulasi. 7. Kaji

- memperagakan kemampuan

penggunaan akat pasien dalam


mobilisasi 8. Latihan
- Bantu untuk
pasien
mobilisasi
dalampemenuhan
kebutuhan adls secara
mandiri sesuai
kemampuan
9. Dampingi dan bantu

xviii
pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi
kebutuhan adls
10. Berikan alat bantu
jika klien memerlukan
Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika
diperlukan
3. Setelah dilakukan 1. Identifikasi dan 1. Membantu
sesuaikan sikap diri menyesuaikan diri
intervensi
terhadap kondisi dan dengan lingkungan.
keperawatan selama
situasi klien
3x24 jam 2. Membantu.
2. Identifikasi perasaan mengidentifikasi
diharapkan klien
pribadi yang perasaan yang
dapat :
ditimbulkan oleh dirasakan.
-klien dapat pasien yang dapat
3. Memberikan
mengatakan respon mengganggu
kenyamanan untuk
kesepian
efektivitas interaksi pasien.
- klien tidak terapeutik
4. Membantu untuk
menunjukkan respon
3. Berikan klien kenyamanan saat
kesepian
kenyamanan fisik bertanya.
klien tidak sebelum berinteraksi
5. Membantu
mengalami kesulitan
4. Diskusikan menumbuhkan rasa
dalam kontak dengan
kerahasiaan informasi percaya yang baik.
orang lain.
bersama klien
6. Membantu untuk
5. Ciptakan suasan dapat mengurangi
hangat dan penerimaan hambatan saat
dalam komunikasi berinteraksi.

xix
6. Yakinkan kepada
klien bahwa kita
tertarik dengan klien
secara pribadi

7. Gunakan
komunikasi terbuka
yang dapat
mengungkapkan diri

8. Kunjungi kembali
klien pada waktu yang
telah disepakati untuk
menumbuhkan
kepercayaan

9. Minta
klienmenggunakan
bahasa tubuh yang
menunjukan
keterbukaan

xx
BAB IV
PENUTUP

1.7 Kesimpulan
Tehnik komunikasi pada lansia dengan reaksi penolakan harus
disertai pengetahuan perawatan lansia baik fisik, psikologis, biologis dan
spiritual. Klien lansia dengan reaksi penolakan tidak menyadari adanya
ancaman pada kesehatannya, karena itu model komunikasi yang sesuai
adalah model Leary.

1.8 Saran
Dalam tehnik komunikasi model Leary terdapat dua dimensi yang
bertentangan, diharapkan perawat dapat menyesuaikan situasi bagaimana
seharusnya dia bertindak. Jika klien dalam puncak penolakan maka

xxi
perawat harus mengobservasi pikiran-pikiran klien, jika klien lansia
kooperatif maka perawat dapat berfungsi sebagai teman dan guru serta
tempat mencurahkan perasaan klien.

DAFTAR PUSTAKA

Mundakir.2006.Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan.Surabaya:


Graha Ilmu
http://yh4princ3ss.wordpress.com/2010/04/17/asuhan-keperawatan-pada-lanjut-
usia-lansia/ (Diakses pada tanggal: 1 November 2012)
http://jurusankomunikasi.blogspot.com/2009/03/model-model-komunikasi.html

(Diakses pada tanggal: 2 November 2012)Makalah Keperawatan Lansia

xxii

Anda mungkin juga menyukai