Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN DISKUSI KELOMPOK I

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik


Dosen Koordinator Mata Kuliah : Lina Safarina, S.Kp.,M.Kep.
Dosen Pembimbing : Setiawati, S.pd.,S.Kp.,M.Kep.

Disusun Oleh :

Kelompok C

Leader : Reza Septa Chania 213119051


Scriber 1 : Emil Nur Widia 213119019
Scriber 2 : Rossa Natalia T 213119105
Anggota :

Iif Masrifah 213119028 Arvica Widya A 213119116


Rizal Nurohman 213119041 Sahrul Nurdiansyah 213119145
Amelia Novianty 213119042 Muethia Dwi A 213119147
Risya Fariha 213119059 Vera Ervina N 213119150
Maria Gratia Alma 213119076 Hestin Nur Akaila 213119155
Ajeng Rizqia R 213119102 N. Wafiq Bagis 213119161
Yulia Salsabila 213119111

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas kami yang berjudul “Laporan Diskusi Kelompok Keperawatan
Gerontik" dengan baik, solawat serta salam semoga tercurah limpah kepada Nabi Muhammad
SAW, juga kepada keluarga-Nya, sahabat-Nya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita
selaku umat-Nya. Aamiin. Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Ibu Lina Safarina,
S.Kp.,M.Kep. selaku Koordinator Mata Kuliah Keperawatan Gerontik dan Ibu Setiawati,
S.pd.,S.Kp.,M.Kep. selaku dosen pembimbing Tutorial Kelompok kami, juga pihak-pihak
terkait yang membantu kami dalam penyusunan makalah ini.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Cimahi, April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Batasan Masalah..............................................................................................................2
C. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
D. Tujuan Penulisan.............................................................................................................2
E. Metode Penyusunan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................4
A. Skenario Kasus................................................................................................................4
B. Pembahasan.....................................................................................................................5
1. Step 1 Klarifikasi Istilah..............................................................................................5
2. Step 2 Identifikasi Masalah.........................................................................................5
3. Step 3 Analisis Masalah..............................................................................................5
BAB III PENUTUP................................................................................................................22
A. Kesimpulan...................................................................................................................22
B. Saran..............................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menua atau menjadi tua merupakan suatu keadaan yang terjadi dalam kehidupan
manusia. Proses menua tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai
sejak permulaan kehidupan dan merupakan proses sepanjang hidup (Nugroho, 2015).

Secara global populasi lanjut usia (lansia) diprediksi akan terus mengalami
peningkatan. Pada tahun 2015 Asia dan Indonesia sudah memasuki era penduduk
menua (ageing population) yang dikarenakan jumlah penduduk yang berusia 60 tahun
ke atas (penduduk lansia) melebihi angka 7 persen. Komposisi penduduk lanjut usia
bertambah pesat baik di negara maju ataupun di negara berkembang yang disebabkan
karena penurunan angka fertilitas (kelahiran) dan mortalitas (kematian) serta
peningkatan angka harapan hidup (life expectancy) yang mengubah struktur
penduduk secara keseluruhan (Kemenkes, 2017).
Menurut Nurhayati dan Indriana (2015), salah satu tugas perkembangan lansia
adalah mampu menyesuaikan diri terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan.
Para lansia yang pensiun akan merasa kehilangan peran, identitas serta status yang
kesemuanya itu berpengaruh pada harga diri dan pada akhirnya akan memengaruhi
konsep diri. Maka dari itu dukungan perlu diberikan kepada lansia untuk melakukan
penyesuaian diri dengan melibatkan lansia pada kegiatan-kegiatan yang ringan seperti
mendongeng atau bercerita untuk anak-anak, menyanyi ataupun melakukan kegiatan
ringan lainnya. Menurut Mamnu’ah & Isnaeni (2012), salah satu tugas perkembangan
lansia adalah mampu menceritakan masa lalu.

1
B. Batasan Masalah

Laporan Diskusi Kelompok ini hanya membahas tentang:


1. Step 1 : Klasifikasi Masalah
2. Step 2 : Identifikasi Masalah
3. Step 3 : Menjawab dan mendiskusikan pertanyaan dari kasus yang tertera

C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ageing process?
2. Jelaskan faktor yang berpengaruh terhadap ageing process?
3. Jelaskan perubahan sistem cardiovascular pada lansia yang menimbulkan
resiko peningkatan tekanan darah?
4. Jelaskan terjadinya perubahan fisik lansia berkaitan dengan sistem eliminasi
berkaitan dengan terjadinya konstipasi dan inkontinensia?
5. Jelaskan perubahan pada lansia berkaitan dengan sistem pencernaan?
6. Jelaskan perubahan pada lansia berkaitan dengan terjadinya perubahan sistem
integumen?
7. Jelaskan perubahan yang terjadi pada lansia berkaitan dengan sistem
muskuloskeletal terutama timbulnya nyeri persendian seperti kasus di atas!
8. Jelaskan teori proses menua?

D. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu memahami pengertian ageing process
2. Mahasiswa mampu memahami faktor yang berpengaruh terhadap ageing
process
3. Mahasiswa mampu memahami perubahan sistem cardiovascular pada lansia
yang menimbulkan resiko peningkatan tekanan darah
4. Mahasiswa mampu memahami terjadinya perubahan fisik lansia berkaitan
dengan sistem eliminasi berkaitan dengan terjadinya konstipasi dan
inkontinensia
5. Mahasiswa mampu memahami perubahan pada lansia berkaitan dengan sistem
pencernaan
2
6. Mahasiswa mampu memahami perubahan pada lansia berkaitan dengan
terjadinya perubahan sistem integumen
7. Mahasiswa mampu memahami perubahan yang terjadi pada lansia berkaitan
dengan sistem muskuloskeletal terutama timbulnya nyeri persendian seperti
kasus di atas
8. Mahasiswa mampu memahami teori proses menua

E. Metode Penyusunan
Metode penyusunan makalah ini dengan cara berdiskusi dan mencari sumber
informasi dari jurnal dan buku.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Skenario Kasus
Kasus Diskel:
Lansia perempuan, 61 tahun, tinggal di panti wredha sejak sebulan yang lalu. Klien
mengatakan sudah setahun tekanan darahnya cenderung meningkat menjadi 140/90
mmHg. Klien mengeluh tidak nafsu makan, sering beser bila batuk atau tertawa.
Klien mengatakan kulitnya menjadi kering dan keriput di wajahnya semakin banyak.
Klien juga mengeluh sering nyeri sendi sejak dua minggu yang lalu. Klien memasuki
masa pensiun sejak satu tahun yang lalu. Klien masuk panti wredha karena di rumah
tidak ada siapa-siapa, klien juga tidak memiliki anak dan kerabat dekat. Klien
mengatakan bosan di panti karena tidak banyak kegiatan seperti saat dia bekerja.
Perawat merencanakan memberi edukasi mengenai ageing process pada klien.

PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud dengan ageing process?
2. Jelaskan faktor yang berpengaruh terhadap ageing process?
3. Jelaskan perubahan sistem cardiovascular pada lansia yang menimbulkan resiko
peningkatan tekanan darah?
4. Jelaskan terjadinya perubahan fisik lansia berkaitan dengan sistem eliminasi
berkaitan dengan terjadinya konstipasi dan inkontinensia?
5. Jelaskan perubahan pada lansia berkaitan dengan sistem pencernaan?
6. Jelaskan perubahan pada lansia berkaitan dengan terjadinya perubahan sistem
integumen?
7. Jelaskan perubahan yang terjadi pada lansia berkaitan dengan sistem
muskuloskeletal terutama timbulnya nyeri persendian seperti kasus di atas!
8. Jelaskan teori proses menua?

4
B. Pembahasan

1. Step 1 Klarifikasi Istilah


Pertanyaan:
a. Panti Wredha (Ajeng Rizqia R 213119102)
Jawaban:
a. Panti Wredha

Panti wredha menurut Departemen Sosial RI adalah suatu tempat untuk


menampung lansia dan jompo terlantar dengan memberikan pelayanan
sehingga mereka merasa aman, tentram sengan tiada perasaan gelisah
maupun khawatir dalam menghadapi usia tua.
(Yulia Salsabila 213119111)

2. Step 2 Identifikasi Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan ageing process?
b. Jelaskan faktor yang berpengaruh terhadap ageing process?
c. Jelaskan perubahan sistem cardiovascular pada lansia yang menimbulkan
resiko peningkatan tekanan darah?
d. Jelaskan terjadinya perubahan fisik lansia berkaitan dengan sistem eliminasi
berkaitan dengan terjadinya konstipasi dan inkontinensia?
e. Jelaskan perubahan pada lansia berkaitan dengan sistem pencernaan?
f. Jelaskan perubahan pada lansia berkaitan dengan terjadinya perubahan sistem
integumen?
g. Jelaskan perubahan yang terjadi pada lansia berkaitan dengan sistem
muskuloskeletal terutama timbulnya nyeri persendian seperti kasus di atas!
h. Jelaskan teori proses menua?

3. Step 3 Analisis Masalah


a. Pengertian Ageing Process
Penuaan (aging) adalah proses yang terjadi perlahan-lahan akibat
metabolisme yang menurun secara bertahap. Kondisi ini melibatkan banyak

5
hal, seperti proses biologis, fisiologis, lingkungan, psikologis, perilaku, dan
sosial seseorang.
Penuaan adalah suatu proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi
seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem
fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan
kematian. Pada lanjut usia, individu mengalami banyak perubahan baik secara
fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan
kemampuan yang pernah dimilikinya. Penurunan tersebut mengenai berbagai
sistem dalam tubuh seperti penurunan daya ingat, kelemahan otot,
pendengaran, penglihatan, perasaan dan tampilan fisik yang berubah serta
berbagai disfungsi biologis lainnya.
(Rossa Natalia 213119105 dan Hestin Nur Akaila 213119155)

b. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Ageing Process


Faktor yang dapat mempengaruhi proses penuaan tersebut dapat dibagi atas
dua bagian. Pertama, faktor genetik, yang melibatkan perbaikan DNA, respons
terhadap stres, dan pertahanan terhadap antioksidan. Kedua faktor lingkungan,
yang meliputi bahan-bahan kimia. Kedua faktor tersebut akan mempengaruhi
aktivitas metabolisme sel yang akan menyebabkan terjadinya stres oksidasi
sehingga terjadi kerusakan pada sel yang menyebabkan terjadinya proses
penuaan (Sunaryo, 2016).
Menurut Siti Bandiyah (2009) dalam Muhith dan Siyoto (2016) penuaan dapat
terjadi secara fisiologis dan patologis. Penuaan yang terjadi sesuai dnegan
kronologis usia. Fakor yang mempengaruhi yaitu hereditas atau genetik, nutrisi
atau makanan, status kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan, dan stres.
1) Hereditas atau genetik Kematian sel merupakan seluruh program
kehidupan yang dikaitkan dengan peran DNA yang penting dalam
mekanisme pengendalian fungsi sel. Secara genetik, perempuan
ditentukan oleh sepasang kromosom X sedangkan laki-laki oleh satu
kromosom X. Kromosom X ini ternyata membawa unsur kehidupan
sehingga perempuan berumur lebih panjang daripada laki-laki.

6
2) Nutrisi/makanan
Berlebihan atau kekurangan mengganggu keseimbangan reaksi
kekebalan.
3) Status kesehatan
Penyakit yang selama ini selalu dikaitkan dengan proses penuaan,
sebenarnya bukan disebabkan oleh proses menuanya sendiri, tetapi
lebh disebkan oleh faktor luas yang merugikan yang berlangsung tetap
dan berkepanjangan.
4) Pengalaman hidup
a) Terpapar sinar matahari: kulit yang tidak terlindungi sinar
matahari akan mudah ternoda oleh flek, kerutan, dan menjadi
kusam.
b) Kurangolahrga: olahraga membantu pembentukan otot dan
melancarkan sirkulasi darah.
c) Mengkonsumsi alkohol: alkohol
mengakibatkan pembesaran pembuluh darah kecil pada
kulit dan meningkatkan aliran darah dekat permukaan kulit.
5) Lingkungan
Proses menua secara biologik berlangsung secara alami da tidak dapat
dihindari, tetapi seharusnya dapat tetap dipertahankan dalam status
sehat.
6) Stres
Tekanan kehidupan sehari-hari dalam lingkungan rumah, pekerjaan,
ataupun masyarakat yang tercemin dalam bentuk gaya hidup akan
berpengaruh terhadap poses penuaan.
(Yulia Salsabila 213119111)
Menambahkan :
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penuaan.
Wirakusuma (2000) dalam Noorkasiani Tamher (2009) menyampaikan
beberapa faktor proses penuaan yaitu :
1) Penuaan dini
Orang yang memiliki keturunan penuaan diri harus berwaspada dan
berusaha dan berusaha mencegah efek negatif dari faktor genetiknya.
7
2) Penyakit turunan
Orang mengidap penyakit turunan seperti penyakit jantung, hipertensi
ataupun diabetes meletus, harus memperhatikan dan menjaga pola
makan serta aktivitasnya.
3) Perbedaan tingkat intelegensi
Pada umumnya orang memilki intelegensia tinggi lebih lambat menjadi
tua, itu kerena ia aktif befikir dan melatih kemampuan intelektualnya
sehingga dapat memperlambat proses penurunan fungsi otak.
4) Warna kulit
Biasanya orang yang berkulit putih lebih muda terserang osteoporosis
dari pada mereka yang berkulit hitam.
5) Kepribadian
Orang yang berambisi, bekerja keras dan dikejar-kejar tugasnya, lebih
muda tersinggung dan gelisah. Ia sering cepat stres, yang
mengakibatkan rentan penyakit. (zani)
6) Faktor internal
Pengaruh faktor-faktor internal seperti terjadinya penurunan anatomik,
fisiologik dan perubahan psikososial pada proses menua makin besar,
penurunan ini akan menyebabkan lebih mudah timbulnya penyakit
dimana batas antara penurunan tersebut dengan penyakit seringkali
tidak begitu nyata.
Penurunan anatomik dan fisiologik dapat meliputi sistem saraf pusat,
kardiovaskuler, pernapasan, metabolisme, ekskresi, musculoskeletal
serta kondisi psikososial. Kondisi psikososial itu sendiri meliputi
perubahan kepribadian yang menjadi faktor predisposisi yaitu
gangguan memori, cemas, gangguan tidur, perasaan kurang percaya
diri, merasa diri menjadi beban orang lain, merasa rendah diri, putus
asa dan dukungan sosial yang kurang.
Faktor sosial meliputi perceraian, kematian, berkabung, kemiskinan,
berkurangnya interaksi sosial dalam kelompok lansia mempengaruhi
terjadinya depresi. Respon perilaku seseorang mempunyai hubungan
dengan kontrol sosial yang berkaitan dengan kesehatan.
8
Frekuensi kontak sosial dan tingginya integrasi dan keterikatan sosial
dapat mengurangi atau memperberat efek stress pada hipotalamus dan
sistim saraf pusat. Hubungan sosial ini dapat mengurangi kerusakan
otak dan efek penuaan.
7) Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang berpengaruh pada percepatan proses menua
antara lain gaya hidup, faktor lingkungan dan pekerjaan. Gaya hidup
yang mempercepat proses penuaan adalah jarang beraktifitas fisik,
perokok, kurang tidur dan nutrisi yang tidak teratur. Hal tersebut dapat
diatasi dengan strategi pencegahan yang diterapkan secara individual
pada usia lanjut yaitu dengan menghentikan merokok. Serta faktor
lingkungan, dimana lansia manjalani kehidupannya merupakan faktor
yang secara langsung dapat berpengaruh pada proses menua karena
penurunan kemampuan sel, faktor-faktor ini antara lain zat-zat radikal
bebas seperti asap kendaraan, asap rokok meningkatkan resiko penuaan
dini, sinar ultraviolet mengakibatkan perubahan pigmen dan kolagen
sehingga kulit tampak lebih tua.
(Ajeng Rizqia Rahmawati 213119102)

c. Perubahan Sistem Cardiovascular Pada Lansia yang Menimbulkan Resiko


Peningkatan Tekanan Darah
Sudarso et al., (2019) menjelaskan kondisi penyakit kardiovaskular ini terjadi
seiring pertambahan usia dimana terjadi penurunan elastisitas dinding
pembuluh darah arteri dan kekakuan pada pembuluh darah sistemik akibat
penuaan. Hal ini nantinya akan berhubungan kelainan pada sistem
kardiovaskuler yang akan menyebabkan lansia rentan mengalami gangguan
pada tekanan darah seperti hipertensi. Beberapa penelitian menemukan
hubungan beberapa faktor resiko penyebab dengan kejadian hipertensi pada
lansia yaitu aktifitas fisik yang rendah meningkatkan resiko hipertensi pada
lansia, asupan lemak dan natrium yang tinggi, merokok, kurang olahraga dan
kualitas tidur lansia yang rendah (Amanda et al., 2016; Iswahyuni, 2017;
Mahmudah et al., 2015).

9
Hipertensi sering di istilahkan dengan the silent killer karena sering tanpa
keluhan, sehingga penderita tidak mengetahui dirinya menyandang hipertensi
dan baru diketahui setelah terjadi komplikasi. Kerusakan organ target akibat
komplikasi Hipertensi akan tergantung kepada besarnya peningkatan tekanan
darah dan lamanya kondisi tekanan darah yang tidak terdiagnosis dan tidak
diobati. Organ-organ tubuh yang menjadi target antara lain otak, mata,
jantung, ginjal, dan dapat juga berakibat kepada pembuluh darah arteri perifer
(P2PTM Kemenkes RI, 2019; Padila, 2012).
Hipertensi menjadi faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung,
gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal.
Tekanan darah yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya
komplikasi tersebut. Salah satu kondiis gang berkenaan dengan penuaan
adalah kualitas tidur, gejala dari masalah tidur lansia diantara adalah kesulitan
tidur dan menjaga tidur, bangun dini hari dan merasa kantuk di siang hari.
Gangguan pernapasan saat tidur bisa memberikan dampak yang serius pada
kardiovaskular, paru-paru dan system syaraf pusat. Bukti-bukti mendukung
adanya sebuah hubungan yang kuat antara sleep apnea dengan hipertensi (Ari
et al., 2017).
Selama tidur terjadi penurunan tekanan darah relative selama terjaga,
penurunan ini terjadi akibat penurunan kerja saraf simpatik terjadi berkisar
10-20% dari tekanan darah normal, kualitas tidur yang buruk, seperti banyak
terjaga, kesulitan memulai tidur, dan kurangnya kualitas tidur berpengaruh
terhadap keseimbangan dan penurunan tekanan darah, pada kondisi kualitas
tidur yang buruk, sering terjaga di malam hari, kurangnya waktu tidur bahkan
akan meningkatkan tekanan darah. Beberapa penelitan sebelumnya
menunjukan lansia cenderung lebih banyak mengalami gangguan tidur dan
memiliki kualitas tidur yang buruk dengan sebagian besar dialami oleh
perempuan, sebagian besar lansia insomnia, dan mengalami pola tidur yang
buruk (Martini et al., 2018; Ernawati et al., 2017; Zulfitri et al., 2018).
(Maria Gratia Alma 213119076 dan Reza Septa C 213119051)

10
d. Terjadinya Perubahan Fisik Lansia Berkaitan dengan Sistem Eliminasi
Berkaitan dengan Terjadinya Konstipasi dan Inkontinensia
Pada masyarakat lanjut usia, penyakit-penyakit kronis dan ketidakmampuan
(disability) banyak dijumpai seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh
dan berbagai perubahan fisik.
Penurunan fungsi organ tubuh pada lansia yaitu pada sistem gastrointestinal
yang mengalami perubahan struktur dan fungsi usus besar. Pada usus besar
lansia terjadi peningkatan kelokan-kelokan pembuluh darah sehingga
motilitas kolon menjadi berkurang. Keadaan ini akan menyebabkan absorpsi
air dan elektrolit meningkat (pada kolon sudah tidak terjadi absorpsi
makanan), feses menjadi lebih keras, sehingga keluhan sulit buang air besar
merupakan keluhan yang sering didapat pada lansia.
Penyebab konstipasi pada lansia bukan hanya dari penurunan fungsi organ
tubuh seperti sistem gastrointestinal tetapi dapat disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain diet rendah serat, kurang minum, kebiasaan buang air besar
yang tidak teratur, kurang olahraga, dan penggunaan obat-obatan. Selain itu
konstipasi juga dapat disebabkan oleh asupan serat, asupan cairan, aktivitas
fisik, stres, konsumsi kopi, konsumsi minuman probiotik, dan posisi saat
buang air besar.
(Vera Ervina 213119150 dan Sahrul N 2131191)

e. Perubahan Pada Lansia Berkaitan dengan Sistem Pencernaan


Perubahan Anatomik yang terjadi pada Sistem Pencernaan (System
Digestivus) ketika memasuki fase lanjut suia antara lain :
1) Rongga Mulut (Cavum Oris)
a) Gigi (Dente)s
Atrial: Hilangnya jaringan gigi akibat fungsi pengunyah yang
terus menerus. Dimensi vertikal wajah menjadi lebih pendek
sehingga merubah penampilan /estetik fungsi pengunyah.
Meningkatkan insiden karies terutama bagian leher gigi dan
akar, karies sekunder di bawah tambalan lama. Jaringan
penyangga gigi mengalami kemunduran sehingga gigi goyang
dan tanggal.
11
b) Muskulus
Koordinasi dan kekuatan muskulus menurun sehingga terjadi
pergerakan yang tidak terkontrol dari bibir, lidah dan rahang
orafacial dyskinesis.
c) Mukosa
Jaringan mukosa mengalami atrofi dengan tanda-tanda tipis,
merah, mengkilap, dan kering.
d) Lidah (Lingua)
Manifestasi yang sering terlihat adalah atrofi papil lidah dan
terjadinya fisura- fisura. Sehubungan dengan ini maka terjadi
perubahan persepsi terhadap pengecapan. Akibatnya orang tua
sering mengeluh tentang kelainan yang dirasakan terhadap rasa
tertentu misalnya pahit dan asin. Dimensi lidah biasanya
membesar dan akibat kehilangan sebagian besar gigi, lidah
besentuhan dengan pipi waktu mengunyah, menelan dan
berbicara.
e) Kelenjar liur (Glandula Salivarius)
Terjadi degenerasi kelenjar liur, yang mengakibatkan sekresi
dan viskositas saliva menurun.
f) Sendi Temporo Mandibular (Art Temporo Mandibularis)
Perubahan pada sendi Temporo Mandibularis sering sudah
terjadi pada usia 30-50 tahun. Perubahan pada sendi Temporo
Mandibularis ini akibat dari proses degenerasi. Dengan
manifestasi adanya TM joint sound, melemahnya otot-otot
mengunyah sendi, sehingga sukar membuka mulut secara lebar.
g) Tulang Rahang (Os Maxilare dan Os Mandibulare)
Terdapat resorbsi dan alveolar crest sampai setinggi 1 cm
terutama pada rahang tanpa gigi atau setetelah pencabutan.
2) Lambung (Ventriculus)
Terjadi atrofi mukosa, atrofi sel kelenjar dan ini menyebabkan sekresi
asam lambung, pepsin dan faktor intrinsik berkurang. Ukuran lambung
pada lansia menjadi lebih kecil, sehingga daya tampung makanan
berkurang. Proses pengubahan protein menjadi pepton terganggu.
12
Karena sekresi asam lambung berkurang rangsang rasa lapar juga
berkurang. Absobsi kobalamin menurun sehingga konsentrasi
kobalamin lebih rendah.
3) Usus halus (Intestinum Tenue)
Mukosa usus halus mengalami atrofi, sehingga luas permukaan
berkurang jumlah vili berkurang yang menyebebabkan penurunan
proses absorbsi. Di daerah duodenum enzim yang dihasilkan oleh
pancreas dan empedu menurun, sehingga metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak menjadi tidak sebaik sewaktu muda. Keadaan seperti
ini menyebabkan gangguan yang disebut sebagai maldigesti dan mal
absorbsi.
4) Pankreas (Pancreas)
Produksi ensim amylase, tripsin dan lipase menurun sehingga kapasitas
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak juga menurun. Pada lansia
sering terjadi pankreatitis yang dihubungkan dengan batu empedu.
Batu empedu yang menyumbat ampula vateri menyebabkan oto-digesti
parenkim pankreas oleh ensim elastase dan fosfolipase-A yang
diaktifkan oleh tripsin dan/atau asam empedu.
5) Hati (Hepar)
Ukuran hati mengecil dan sirkulasi portal juga menurun pada usia
kurang dari 40 tahun 740 ml/menit, pada usia diatas 70 tahun menjadi
595 ml/menit.
Hati berfungsi sangat penting dalam proses metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak. Disamping juga memegang peranan besar dalam
proses detoksikasi, sirkulasi, penyimpanan vitamin, konyugasi,
bilirubin dan lain sebagainya. Dengan meningkatnya usia secara
histologik dan anatomik akan terjadi perubahan akibat atrofi sebagian
besar sel, berubah bentuk menjadi jaringan fibrous sehingga
menyebabkan penurunan fungsi hati. Hal ini harus di ingat terutama
dalam pemberian obat-obatan.
6) Usus Besar dan Rektum (Colon dan Rectum)
Pada colon pembuluh darah menjadi berkelok-kelok yang
menyebabkan motilitas colon menurun, berakibat absobsi air dan
13
elektrolit meningkat sehingga faeses menjadi lebih keras sering terjadi
konstipasi.
(Arvica Widya 213119116 dan Muethia Dwi 213119147)

f. Perubahan Pada Lansia Berkaitan dengan Terjadinya Perubahan Sistem


Integumen
Perubahan pada sistem integumen, meliputi: kulit mengerut atau keriput
akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit cenderung kusam, kasar,
dan bersisi. Timbul bercak pigmentasi, kulit kepala dan rambut menipis dan
berwarna kelabu, berkurangnya elestisitas akibat menurunnya cairan dan
vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, jumlah dan fungsi kelenjar
keringat berkurang.
Pada lansia, epidermis tipis dan rata, terutama yang paling jelas diatas
tonjolan-tonjolan tulang, telapak tangan, kaki bawah dan permukaan dorsalis
tangan dan kaki. Penipisan ini menyebabkan vena-vena tampak lebih
menonjol. Poliferasi abnormal pada terjadinya sisa melanosit, lentigo, senil,
bintik pigmentasi pada area tubuh yang terpajan sinar matahari, biasanya
permukaan dorsal dari tangan dan lengan bawah.
1) Sedikit kolagen yang terbentuk pada proses penuaan, dan terdapat
penurunan jaringan elastik, mengakibatkan penampilan yang lebih
keriput. Tekstur kulit lebih kering karena kelenjar eksokrin lebih
sedikit dan penurunan aktivitas kelenjar eksokri dan kelenjar sebasea.
Degenerasi menyeluruh jaringan penyambung, disertai penurunan
cairan tubuh total,menimbulkan penurunan turgor kulit.
2) Massa lemak bebas berkurang 6,3% BB per dekade dengan
penambahan massa lemak 2% per dekade. Massa air berkurang sebesar
2,5% per dekade
Stratum Koneum
Stratum korneun merupakan lapisan terluar dari epidermis yang terdiri dari
timbunan korneosit.Berikut ini merupakan perubahan yang terjadipada
stratum koneum akibat proses menua:

14
1) Kohesi sel dan waktu regenerasi sel menjadi lebih lama. Implikasi dari
hal ini adalah apabilaterjadi luka maka waktu yang diperlukanuntuk
sembuh lebih lama.
2) Pelembab pada stratum korneum berkurang.Implikasi dari hal ini
adalah penampilan kulitlebih kasar dan kering.
Epidermis
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadipada epidermis akibat proses
menua:
1) Jumlah sel basal menjadi lebih sedikit, perlambatan dalam proses
perbaikan sel, dan penurunan jumlah kedalaman rete ridge. Implikasi
dari hal ini adalah pengurangan kontak antara epidermis dan dermis
sehingga mudah terjadi pemisahan antarlapisan kulit, menyebabkan
kerusakan dan merupakan faktor predisposisi terjadinya infeksi.
2) Terjadi penurunan jumlah melanosit. Implikasi dari hal ini adalah
perlindungan terhadap sinar ultraviolet berkurang dan terjadinya
pigmentasi yang tidak merata pada kulit.
3) Penurunan jumlah sel langerhans sehingga menyebabkan penurunan
konpetensi imun. Implikasi dari hal ini adalah respon terhadap
pemeriksaan kulit terhadap alergen berkurang.
4) Kerusakan struktur nukleus keratinosit. Implikasi dari hal ini adalah
perubahan kecepatan poliferasi sel yang menyebabkan pertumbuhan
yang abnormal seperti keratosisseboroik dan lesi kulit papilomatosa
Dermis
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadipada dermis akibat proses
menua:
1) Volume dermis mengalami penurunan yang menyebabkan penipisan
dermal dan jumlah sel berkurang. Implikasi dari hal ini adalah
lansiarentan terhadap penurunan termoregulasi, penutupan dan
penyembuhan luka lambat, penurunan respon inflamasi, dan penurunan
absorbsi kulit terhadap zat-zat topikal.
2) Penghancuran serabut elastis dan jaringan kolagen oleh enzim-enzim.
Implikasi dari hal ini adalah perubahan dalam penglihatan karena

15
adanya kantung dan pengeriputan disekitar mata, turgor kulit
menghilang.
3) Vaskularisasi menurun dengan sedikit pembuluh darah kecil. Implikasi
dari hal ini adalah kulit tampak lebih pucat dan kurang mampu
malakukan termoregulasi
Subkutis
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada subkutis akibat proses
menua:
1) Lapisan jaringan subkutan mengalami penipisan. Implikasi dari hal ini
adalahpenampilan kulit yang kendur/menggantung di atas tulang
rangka.
2) Distribusi kembali dan penurunan lemaktubuh. Implikasi dari hal ini
adalah gangguanfungsi perlindungan dari kulit
(Iif Masrifah 213119028 dan Amelia Novianty 213119042)

g. Perubahan yang Terjadi Pada Lansia Berkaitan dengan Sistem


Muskuloskeletal Terutama Timbulnya Nyeri Persendian
Tulang lansia telah mengalami penurunan densitas dan menjadi rapuh. Hal ini
terjadi karena perubahan formasi tulang pada tingkat seluler. Dengan
bertambahnya usia, proses coupling penulangan yaitu perusakan dan
pembentukan tulang melambat. Hal ini selain akibat menurunnya aktivitas
tubuh juga akibat menurunnya hormon estrogen (wanita), hormon
parathormon dan kalsitonin serta dapat karena kekurangan vitamin D
(terutama mereka yang kurang terkena sinar matahari). Kelemahan otot juga
merupakan kondisi umum pada lansia. Otot tubuh antigravitasi adalah bagian
yang paling banyak terpengaruh, sehingga lansia menjadi kesulitan untuk
berdiri. Jika otot tidak digunakan maka lansia akan mengalami gangguan
dalam aktivitas berjalan, berbalik dan menjaga keseimbangan. Pada kondisi
istriahat, kekuatan otot akan mengalami penurunan 5% setiap harinya.
Hilangnya massa otot bukan hanya sekedar tanda dari suatu bentuk gangguan,
namun juga meningkatnya risiko jatuh pada lansia. Jika terjadi imobilitas, otot
pada sendi akan memendek. Memendeknya otot dan penebalan kartilago akan
menyebabkan sendi menjadi kaku dan lansia akan semakin sulit bergerak.
16
Tulang kehilangan cairan dan semakin rapuh, tafosis, tubuh menjadi lebih
pendek, persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan
menjadi sklerosis, atrofi serabut otot. Sendi mengalami perubahan fisiologis
yaitu penurunan kapasitas gerakan, seperti: penurunan rentang gerak pada
lengan atas, fleksi punggung bawah, rotasi eksternal pinggul, fleksi lutut, dan
dorsofleksi kaki. Akibat dari gangguan fleksi dan ekstensi sehingga kegiatan
sehari-hari lansia menjadi terhambat.
(Emil Nur Widia 213119019 dan Rizal Nurohman 213119041)

h. Teori Proses Menua


Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori biologi,
teori psikososial, teori lingkungan (Aspiani, 2014).
1) Teori Biologi
Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi bahwa
proses menua merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur dan
fungsi tubuh selama masa hidup. Teori ini lebih menekankan pada
perubahan kondisi tingkat structural sel organ tubuh, termasuk
didalamnya adalah pengaruh agen patologis. Fokus dari teori ini adalah
mencari determinan-determinan yang menghambat proses penurunan
fungsi organisme. Yang dalam konteks sistemik, dapat mempengaruhi/
memberi dampak terhadap organ/sistem tubuh lainnya dan berkembang
sesuai dengan peningkatan usia kronologis.
a) Teori “Genetik Clock”
Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat
adanya program jam genetik didalam nuclei. Jam ini akan
berputar dalam jangka waktu tertentu dan jika jam ini sudah
habis putarannya maka akan menyebabkan berhentinya proses
mitosis. Radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur
menurut teori ini terjadi mutasi progresif pada DNA sel somatik
akan menyebabkan terjadinya penuruna kemampuan fungsional
sel tersebut.

17
b) Teori error
Menurut teori ini proses menua diakibatkan oleh menumpuknya
berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia
akibat kesalahan tersebut akan berakibat kesalahan
metabolisme yang dapat mengakibatkan kerusakan sel dan
fungsi sel secara perlahan.
Sejalan dengan perkembangan umur sel tubuh, maka terjadi
beberapa perubahan alami pada sel pada DNA dan RNA, yang
merupakan substansi pembangun atau pembentuk sel baru.
Peningkatan usia mempengaruhi perubahan sel dimana sel-sel
Nukleus menjadi lebih besar tetapi tidak diikuti dengan
peningkatan jumlah substansi DNA.
c) Teori Autoimun
Pada teori ini penuaan dianggap disebabkan oleh adanya
penurunan fungsi sistem imun. Perubahan itu lebih tampak
secara nyata pada Limposit –T, disamping perubahan juga
terjadi pada Limposit –B. perubahan yang terjadi meliputi
penurunan sistem immune humoral, yang dapat menjadi faktor
predisposisi pada orang tua untuk :
(1) Menurunkan resistansi melawan pertumbuhan
tumor dan perkembangan kanker.
(2) Menurunkan kemampuan untuk mengadakan
inisiasi proses dan secara agresif memobilisasi
pertahanan tubuh terhadap pathogen.
(3) Meningkatkan produksi autoantingen, yang
berdampak pada semakin meningkatnya risiko
terjadinya penyakit yang berhubungan dengan
autoimmun.
d) Teori Free Radical
Teori radikal bebas mengasumsikan bahwa proses menua
terjadi akibat kurang efektifnya fungsi kerja tubuh dan hal itu
dipengaruhi oleh adanya berbagai radikal bebas dalam tubuh.
Radikal bebas merupakan zat yang terbentuk dalam tubuh
18
manusia sehingga salah satu hasil kerja metabolisme tubuh.
Walaupun secara normal ia terbentuk dari proses metabolisme
tubuh, tetapi ia dapat tebentuk akibat :
(1) Proses oksigenasi lingkungan seperti pengaruh
polutan, ozon, dan petisida.
(2) Reaksi akibat paparan dengan radiasi.
(3) Sebagai reaksi berantai dengan molekul bebas
lainnya. Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari
komponen radikal bebas dalam tubuh manusia.
Radikal bebas dapat berupa : superoksida (O2),
radikal hidroksil,dan H2O2. Radikal bebas sangat
merusak karena sangat reaktif, sehingga dapat
bereaksi dengan DNA, protein, dan asam lemak tak
jenuh. Makin tua umur makin banyak terbentuk
radikal bebas sehingga proses pengerusakan harus
terjadi, kerusakan organel sel makin banyak
akhirnya sel mati.
e) Teori Kolagen
Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel tubuh rusak.
f) Wear Teori Biologi
Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan
kecepatan kerusakan jaringan dan melambatnya perbaikan sel
jaringan.
2) Teori Psikososial
a) Activity Theory (Teori Aktivitas)
Teori ini menyatakan bahwa seseorang individu harus mampu
eksis dan aktif dalam kehidupan sosial untuk mencapai
kesuksesan dalam kehidupan di hari tua. Aktivitas dalam teori
ini dipandang sebagai sesuatu yang vital untuk
mempertahankan rasa kepuasan pribadi dan kosie diri yang
positif. Teori ini berdasar pada asumsi bahwa :
(1) Aktif lebih baik daripada pasif.
(2) Gembira lebih baik daripada tidak gembira.
19
(3) Orang tua merupakan orang yang baik untuk
mencapai sukses dan akan memilih alternatif pilihan
aktif dan bergembira. Penuaan mengakibatkan
penurunan jumlah kegiatan secara langsung.
b) Continuitas Theory (Teori Kontinuitas)
Teori ini memandang bahwa kondisi tua merupakan kondisi
yang selalu terjadi dan secara berkesinambungan yang harus
dihadapi oleh orang lanjut usia. Adanya suatu kepribadian
berlanjut yang menyebabkan adanya suatu pola perilaku yang
meningkatkan stress.
c) Disanggement Theory
Putusnya hubungan dengan dunia luar seperti dengan
masyarakat, hubungan dengan individu lain.
d) Teori Stratisfikasi Usia
Karena orang yang digolongkan dalam usia tua akan
mempercepat proses penuaan.
e) Teori Kebutuhan Manusia
Orang yang bisa mencapai aktualisasi menurut penelitian 5%
dan tidak semua orang mencapai kebutuhan yang sempurna.
f) Jung Theory
Terdapat tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam
perkembangan kehidupan.
g) Course of Human Life Theory
Seseorang dalam hubungan dengan lingkungan ada tingkat
maksimumnya.
h) Development Task Theory
Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas perkembangan sesuai
dengan usianya.
3) Teori Lingkungan
a) Radiation Theory (Teori Radiasi)
Setiap hari manusia terpapar dengan adanya radiasi baik karena
sinar ultraviolet maupun dalam bentuk gelombang-gelombang
mikro yang telah menumbuk tubuh tanpa terasa yang dapat
20
mengakibatkan perubahan susunan DNA dalam sel hidup atau
bahkan rusak dan mati.
b) Stress Theory (Teori Stress)
Stress fisik maupun psikologi dapat mengakibatkan
pengeluaran neurotransmitter tertentu yang dapat
mengakibatkan perfusi jaringan menurun sehingga jaringan
mengalami gangguan metabolisme sel sehingga terjadi
penurunan jumlah cairan dalam sel dan penurunan eksisitas
membrane sel.
c) Pollution Theory (Teori Polusi)
Tercemarnya lingkungan dapat mengakibatkan tubuh
mengalami gangguan pada sistem psikoneuroimunologi yang
seterusnya mempercepat terjadinya proses menua dengan
perjalanan yang masih rumit untuk dipelajari.
d) Exposure Theory (Teori Pemaparan)
Terpaparnya sinar matahari yang mempunyai kemampuan
mirip dengan sinar ultra yang lain mampu mempengaruhi
susunan DNA sehingga proses penuaan atau kematian sel bisa
terjadi.
(N. Wafiq Bagis 213119161 dan Risya Fariha 213119059)

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penuaan adalah suatu proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi
seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis
dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian. Pada lanjut
usia, individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental,
khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah
dimilikinya. Penurunan tersebut mengenai berbagai sistem dalam tubuh seperti
penurunan daya ingat, kelemahan otot, pendengaran, penglihatan, perasaan dan
tampilan fisik yang berubah serta berbagai disfungsi biologis lainnya.

Faktor yang dapat mempengaruhi proses penuaan tersebut dapat dibagi atas
dua bagian. Pertama, faktor genetik, yang melibatkan perbaikan DNA, respons
terhadap stres, dan pertahanan terhadap antioksidan. Kedua faktor lingkungan, yang
meliputi bahan-bahan kimia. Kedua faktor tersebut akan mempengaruhi aktivitas
metabolisme sel yang akan menyebabkan terjadinya stres oksidasi sehingga terjadi
kerusakan pada sel yang menyebabkan terjadinya proses penuaan (Sunaryo, 2016).

B. Saran
1. Bagi Penulis

Sebagai penulis, tentunya akan terus memperbaiki laporan dengan mengacu pada
sumber yang dapat dipertanggung jawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan laporan diatas.

2. Bagi Pembaca

Bagi institusi kesahatan dan pembaca, hasil laporan ini diharapkan dapat
memperluas pengetahuan dan wawasan mengenai proses menua berbagai sistem
dalam tubuh.

22
DAFTAR PUSTAKA

Coresa, Tria. (2022). “Proses Penuaan”. [Online]. Tersedia :


http://eprints.undip.ac.id/44892/2/Tria_Coresa_22010110130151_KTI_bab_2.pdf,
diakses pada 6 April 2022.
Pitoyo, A. Zani. (2022). “Mengapa Terjadi Proses Penuaan”. [Online]. Tersedia :
https://poltekkesmalang.ac.id/index.php/EN/cetak/197, diakses pada 6 April 2022
Ritonga, A. (2022) PERUBAHAN FISIOLOGI PADA LANSIA PADA SEMUA
SISTEM, Academia.edu. [Online]. Tersedia :
https://www.academia.edu/9286314/PERUBAHAN_FISIOLOGI_PADA_LANSIA_
PADA_SEMUA_SISTEM#:~:text=PERUBAHAN%20PD%20SISTEM
%20INTEGUMEN%20Pada,vena%2Dvena%20tampak%20lebih%20menonjol,
diakses pada 6 April 2022.
Harsismanto, J., Andri, J., Payana, T.D., Andrianto, M.B. and Sartika, A., 2020. Kualitas
Tidur Berhubungan dengan Perubahan Tekanan Darah pada Lansia. Jurnal Kesmas
Asclepius, 2(1), pp.1-11.
Amira, V. W. P. (2018). Karya Tulis Ilmiah Gambaran Kualitas Hidup Lanjut Usia di UPT
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Magetan. Http://Eprints.Umpo.Ac.Id/ , 2004, 10–40.
Sugiyanto, V. R. P., Rahfiludin, M. Z., & Suyatno, S. (2017). Hubungan Asupan Serat,
Lemak, dan Posisi Buang Air Besar Dengan Kejadian Konstipasi Pada Lansi. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (Undip), 3(3), 257-265.
Kesehatan, D. (2017) Perubahan apa yang terjadi pada Sistem Pencernaan lansia?, Dictio
Community. [Online]. Tersedia : https://www.dictio.id/t/perubahan-apa-yang-terjadi-
pada-sistem-pencernaan-lansia/13433, diakses pada 6 April 2022.
P. Soares, Anna. (2013). Konsep Dasar Menua. Jurnal of Chemical Information and
Modeling. 9(53): 1689-1699.

23
24

Anda mungkin juga menyukai