Dosen pengampu :
Disusun oleh :
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun mendapat banyak bantuan dan dorongan
dari berbagai pihak, untuk itu tidak lupa penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.5. EVALUASI...............................................................................................................13
3.1 KESIMPULAN..........................................................................................................14
3.2 SARAN.....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi feses yang
menjadi lembek atau bahkan sampai tidak berbentuk (cairan) yang mungkin dapat disertai
dengan muntah atau feses berdarah dan frekuensi buang air besarnya bertambah bisa sampai
3 kali atau lebih dalam sehari (WHO, dalam dalam Almanfaluthi dan Budi, 2017).
Normalnya bentuk feses manusia konsentrasinya lembek tetapi berbentuk, jika bentuk atau
konsentrasinya keras atau cair maka terdapat gangguan dalam proses eliminasi. Penyakit ini
kerap ditemui pada anak balita terutama umur 1-3 tahun, tetapi tidak sedikit juga orang
dewasa yang terkena dengan penyakit diare. Penyakit ini disebabkan oleh berbagai penyebab,
pada negara berkembang seperti Indonesia diare kerap terjadi dikarenakan tercemarnya
sumber air bersih, kekurangan protein dan kekurangan kalori yang menyebabkan penurunan
daya tahan tubuh (Suharyono, dalam Almanfaluthi dan Budi, 2017) . Selain itu masih banyak
hal yang dapat menjadi penyebab dari penyakit diare, yaitu infeksi virus, status gizi
penderita, dan faktor sosial ekonomi.
Setiap penyakit tidak bisa dipandang sebelah mata, termasuk dengan penyakit diare. Tidak
jarang diare dianggap sebagai penyakit yang biasa, tetapi jika terjadi secara terus-menerus
akan menyebabkan tubuh mengalami kekurangan cairan hingga dehidrasi. Selain itu penyakit
ini jika sudah sampai tahap diare berat atau kronis dapat menyebabkan hypovolemia.
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun makalah ini adalah studi literature. Studi
literature adalah cara untuk menyelesaikan persoalan dengan menelusuri sumber-sumber
tulisan yang pernah dibuat sebelumnya. Kami mencari informasi atau referensi ri pasien diare
dengan hypovolemia?
Dilihat dari rumusan diatas, adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
2. Pembaca mengetahui asuhan keperawatan apa yang harus diberikan pada pasien diare
dengan hipovolemia.
3. Pembaca mengetahui bagaimana cara mengkaji dalam asuhan keperawatan pada pasien
diare dengan hipovolemia.
5. Pembaca mengetahui perencanaan yang dilakukan untuk pasien penderita diare dengan
hipovolemia.
6. Pembaca mengetahui implementasi seperti apa yang dilakukan untuk pasien penderita
diare dengan hipovolemia.
7. Pembaca mengetahui evaluasi dari asuhan keperawatan bagi pasien penderita diare
dengan hipovolemia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1 . Identitas
nama : An. C
umur : 15 bulan
agama : Islam
diagnosa medis :
Nama : Ny. M
Umur : 27 tahun
Agama : Islam
2. Keluhan Utama
Terjadinya buang air besar lebih dari 4 kali dalam satu hari.
Pernah mengalami diare sebelumnya dan penyakit lainnya yang pernah dialami oleh pasien
sebelumnya, contohnya ISPA (infeksi saluran pernafasan), dan alergi makanan.
5. Riwayat Nutrisi
Anak usia 2-3 tahun konsumsi makanannya sama dengan orang dewasa dan durasi makannya
pun sama yaitu sebanyak 3 kali dalam satu hari.
a. Pertumbuhan
Kenaikan BB karena umur 1-3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm
(rata-rata 8 cm) pertahun.
Kenaikan liner kepala : 12cm di tahun pertama dan 2cm di tahun kedua dan seterusnya.
Tumbuh gigi 8 buah : tambah gigi susu; geraham pertama dan gigi taring, seluruhnya
berjumlah 14-16 buah.
b. Perkembangan
Pada dasarnya anak yang berusia 2-3 tahun sudah mengalami perkembangan dalam
berkomunikasi atau berbicara secara lisan kepada orang lain (Siregar, 2016).
2.2 DIAGNOSA
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output
berlebihan dari intake yang kurang.
Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi sekunder terhadap diare.
Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun terus menerus
1. Rehidrasi
a. jenis cairan
Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCL, dan Glukosa) seperti orali, pedyalit setiap kali
diare.
2) Cara parental
Cairan I : RL dan NS
D5 : RL = 4:1 + KCL
HSD (half strength darrow) D ½ 2,5 NS cairan khusus pada diare usia lebih 3 bulan
b. Jalan pemberian
c. Jumlah cairan
3) Rumatan (maintenance)
d. Jadwal/kecepatan cairan
1) Pada anak usia 2-3 tahun dengan pemberian 3 gelas bila berat badannya kurang dari 13
kg : maka pemberian adalah :
· BB (kg) x 50 cc
2. Terapi
a. Obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg, chlorpromazine 0,5 –
1 mg/kgBB/hari
3. Detik
a. Umur lebih dari 2 tahun dengan BB tahun lebih dari 10 kg, makanan padat / makanan cair
atau susu
b. Dalam keadaan malabsorbsi berat serta alergi protein susu sapi dapat diberi elemen atau
semi elemental formula.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam keseimbanagan dan
elektrolit dipertahankan secara maksimal.
Kriteria hasil:
· Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x?mnt, S: 36-37,50 c, RR : < 40x?menit)
· Tugas elastis, membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.
· Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi :
R/ Pendekatan awal`
R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak adekuat
untuk membersuhkan sisa metabolisme.
d. Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada pasien, 2-3 lt/hari
e. Kolaborasi :
R/ koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal
(kompensasi)
R/ antisekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar seimbang, antispasmolitik
untuk proses absribsi normal, antibiotic sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk
menghambat endotoksin
Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
adekuatnya intek dan out put.
Kriteria:
Intervensi :
a. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan
air terlalu panas atau dingin)
R/ serat tinggi, lemak, air terlalu panas/ dingin dapat , merangsang mengiritasi lambung dan
saluran usus.
b. Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap/ sampah, sajikan makanan
dalam keadaan hangat.
10
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x24 jam tidak terjadi peningkatan
suhu tubuh.
Kriteria hasil:
· Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, funtio leasa)
Intervensi :
11
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperwatan selama di rumah sakit integritas kulit tidak
terganggu.
Kriteria hasil:
Intervensi :
b. Demonstrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat Perianal (bila basah dan mengganti
pakaian bawah serta alasnta)
R/ mencegah terjadinya iritasi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelembaban dan
keasaman feses.
c. Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
R/ melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemik
dan iritasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x24 jam, pasien mampu beradaptasi.
Kriteria hasil : Mau menerima tindakan perawatan, pasien tampak tenang dan tidak rewel.
12
Intervensi :
c. Berikan pujian jika pasien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan
d. Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal
R/ kasih saying serta pengenalan diri perawat akan menimbuhkan rasa aman pada pasien.
e. Berikan maianan sebagai rangsang sensorik anak.
2.5. EVALUASI
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ada banyak hal yang dapat mengatasi diare salah satunya seperti, konsumsi banyak cairan
untuk menggantikan kehilangan cairan, baik melalui oral maupun melalui intravena, dan
pemberian obat yang dapat melawan infeksi bakteri.
3.2 Saran
Seperti kata pepatah lebih baik mencegah daripada mengobati. Oleh karena itu agar terhindar
dari penyakit diare ini disarankan untuk selalu mencuci tangan, terutama sebelum dan setelah
makan, setelah menyentuh daging yang belum dimasak, setelah dari toilet, atau setelah bersin
dan batuk, dengan menggunakan sabun dan air bersih, dan jangan lupa juga mengkonsumsi
makanan dan minuman yang sudah dimasak hingga matang sempurna, serta menghindari
makanan dan minuman yang tidak terjamin kebersihannya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Bibliography
Rottie, Y. S., Mantik, M. F., & & Runtunuwu, A. L. (2015). PROFIL HEMATOLOGI
PADA PENDERITA DIARE AKUT YANG DIRAWAT DI BAGIAN ILMU KESEHATAN
ANAK RSUP PROF. DR. RD KANDOU MANADO PERIODE NOVEMBER 2010–
NOVEMBER 2011. e-CliniC,, 3(3).
Sari, E. (n.d.). Prevalensi Diare Pada Pasien Balita Rawat Inap Di Rumah Sakit Bhineka
Bakti Husada Tangerang Selatan Periode April Sampai Juni 2010.
Siregar, T. M. (2016). Menganalisis Kalimat Pada Anak Usia Dini (2-3 Tahun/Siswa Play
Group). Jurnal Bahas Unimed, 27(1).
15