Anda di halaman 1dari 18

SIAP TANGGAP HADAPI DIARE PADA BALITA

Tugas ini dikumpulkan untuk memenuhi tugas mata kuliah bahasa Indonesia

DOSEN PENGAMPU:

Ida Yeni Rahmawati, S.Pd., M.Pd.

DISUSUN OLEH:

Neni Tasya Nuryanti

1B D3 KEPERAWATAN

NIM : 20613380

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI D3

KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

TAHUN AJARAN 2020-2021


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kita
dapat terus beraktivitas dan apa yang telah kita rencanakn dapat berhasil sesuai
dengan rencana.

Alhamduliah saya dapat menyelesaikan tugas akhir semester 1 mata kuliah


bahasa indonesia dengan judul “ SIAP TANGGAP HADAPI DIARE PADA
ANAK”

Saya menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna , oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya

harapkan demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada karya tulis ilmiah ini saya
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan tambahan ilmu
pengetahuan dan informasi yang bermanfaat bagi kita semua.

Ponorogo, 16 januari 2021

Neni Tasya Nuryanti


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i

KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii

DAFTAR ISI......................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 2
C. Tujuan........................................................................................................ 2
D. Manfaat...................................................................................................... 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................................. 3

A. Definisi Diare..............................................................................................3
B. Klasifikasi Diare.........................................................................................4
C. Situasi Diare di Indonesia ......................................................................... 4

BAB III PEMBAHASAN....................................................................................... 6

A. Pengertian diare........................................................................................... 6
B. Gejala Diare................................................................................................ 7
C. Penyebab Diare........................................................................................... 8
D. Mengatasi penyakit Diare........................................................................... 9
E. Pencegahan penularan diare......................................................................10.

BAB IV PENUTUP.............................................................................................. 12

A. Kesimpulan..............................................................................................12
B. Saran........................................................................................................12

BAB V DAFTAR PUSTAKA...........................................................................13


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsisten lembek atau cair, bahkan dapat berupa air baik dengan maupun tanpa
disertai lendir dan darah saja dan frekuensinya lebih sering ( biasanya tiga kali
atau lebih ) dalam satu hari dan diare pada bayi jika frekuensinya buang air besar
lebih dari empat kali. Diare dapat dialami oleh penduduk kawasan pedesaan,
perkotaan, pegunungan, maupun daerah pesisir pantai. Semua orang berbagai usia
bisa mengalami diare, mulai dari bayi, balita, anak-anak, sampai orang dewasa,
bahkan manula. Anak-anak di usia 1-5 tahun lebih rentan terjangkit karena sistem
kekebalan tubuh yang masih lemah dan kebersihan tubuhnya yang masih kurang
terjaga. Penyakit ini biasa di anggap sepele oleh sebagian orang. Hal ini lantaran
banyak orang beranggapan diare dapat sembuh sendiri tanpa harus meminum
obat.

Banyak orang tua yang belum mempunyai persiapan apapun disaat anak sakit,
kurangnya pengetahuan dan pengalaman seringkali mengakibatkan longgarnya
penjagaan pada anak. Sehingga tanpa orang tua sadari si anak sudah terjangkit.
Ketika anak mengalami diare orang tua harus memperhatikan dehidrasinya cukup
atau tidak, karena pada saat diare itu resiko kematian terjadi karena dehidrasi. Ada
banyak hal yang menyebabkan diare pada anak, salah satunya karena makanan
yang terkontaminasi kuman, parasit, atau virus. Diare juga dapat menjadi penyakit
menakutkan yang patut diwaspadai. Hal ini terjadi karena adanya kesalahan
maupun keterlambatan dalam penanganan diare sehingga menyebabkan kematian.
Diare merupakan salah satu penyebab utama kematian anak di negara-negara
sedaang berkembang. Diare masih merupakan masalah kesehatan nasional karena
angka kejadian dan angka kematiannya cukup tinggi. Dalam berbagai hasil survei
kesehatan rumah tangga, diare menempati urutan ke-2 dan ke-3 sebagai penyebab
kematian bayi di indonesia. Penanganan diare memerlukan penatalaksanaan yang
tepat dan memadai. Balita di Indonesian rata-rata mengalami diare 2 – 3 kali per
tahun. Sekitar 80% kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Dalam hal ini orang tua perlu memberikan cairan pengganti
untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang. Memantau kondisi anak dengan
siap, sigap, tanggap serta meningkatkan kebersihan lingkungan dan individu
adalah cara yang tepat dalam menangani diare pada anak.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut agar penulisan sesuai dengan yang


diharapkan maka diperoleh beberapa rumusan masalah yaitu :

1. Bagaiman orang tua menangani masalah diare pada anak ?


2. Apa yang harus menjadi perhatian supaya tidak terjangkit diare ?
3. Bagaimana kondisi diare di indonesia sendiri?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan karya ilmiah ini
untuk mengungkapkan tentang :

1.Untuk menambah wawasan bagi para orang tua agar dapat menangani diare
pada anak.

2.Untuk mengetahui cara pencegahan penularan kuman penyebab diare.

4. Dapat memenuhi tugas akhir semester Bahasa Indonesia.

1.4 Manfaat

a. Manfaat teoritis

Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan ibu yang mempunyai anak


balita tentang diare, sehingga ibu memiliki perilaku dan sikap yang positif
terhadap penanganan diare pada balita.

b.Manfaat praktis
a). Manfaat bagi siswa

Dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut sebagai dasar untuk
peningkatan penerapan ilmu biomedik pada anak balita.

b).Manfaat bagi masyarakat

Dapat dipergunakan masyarakat sebagai bahan bacaan sehingga memberi


informasi atau sumber pengatahuan baru bagi para ibu khususnya tentang diare
pada balita usia 1-5 tahun.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi Diare

Menurut WHO (2013a) diare berasal dari bahasa yunani yaitu diappoia. Diare
terdiri dari 2 kata yaitu dia (melalui) dan rheo (aliran). Secara harfiah berarti
mengalir melalui. Diare merupakan suatu kondisi dimana individu mengalami
buang air dengan frekuensi sebanyak 3 atau lebih per hari dengan konsistensi tinja
dalam bentuk cair. Ini biasanya merupakan gejala infeksi saluran pencernaan.
Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai bakteri virus dan parasit. Infeksi
menyebar melalui makanan atau air minum yang terkontaminasi. Selain itu, dapat
terjadi dari orang ke orang sebagai akibat buruknya kebersihan diri (personal
hygiene) dan lingkungan (sanitasi). Diare berat menyebabkan hilangnya cairan
dan dapat menyebabkan kematian, terutama pada anak-anak dan orang-orang
yang kurang gizi atau memiliki gangguan imunitas.

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2010b), diare adalah suatu kondisi dimana


seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat
berupa air saja dan frekuensinya lebih sering 3 kali atau lebih dalam satu hari.
Diare terdiri dari 2 jenis yaitu diare akut dan diare persisten / kronik. Diare akut
berlangsung kurang dari 14 hari. Diare kronik berlangsung 15 hari lebih.

Diare akut merupakan kondisi bak pedang bermata dua. Pada satu sisi, diare
merupakan salah satu mekanisme pertahanan tubuh, yang dengan adanya diare,
cairan yang tercurah ke lumen saluran pencernaan akan membersihkan saluran
pencernaandari bahan-bahan patogen ( cleansing effect ). Apabila bahan patogen
ini hilang, maka diare sembuh dengan sendirinya ( self limited ). Namun pada sisi
lain diare menyebabkan kehilangan cairan ( air, elektrolit, dan basa ) dan bahan
makanan dari tubuh. Sering kali dalam diare akut timbul berbagai penyulit, seperti
dehidrasi dengan segala akibatnya (renjatan, gagal ginjal akut, dan lain-lain ),
gangguan keseimbangan elektrolit, gangguan keseimbangan asam basa dan
kehilangan makanan. Penyulit inilah yang menyebabkan penderita diare akut
meninggal. Sebaliknya, apabila diare menetap, maka akan terjadi kekurangan
kalori protein kronis, malnutrisi, dan lain-lain ( Sinuhaji, 2007 ).

2.2 Klasifikasi Diare

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010b), diare dapat diklasifikasikan


dalam 3 kelompok yaitu osmotik, sekretori, dan eksudatif.

1. Diare osmotik terjadi ketika terlalu banyak air ditarik dari tubuh ke dalam
usus perut. Jika seseorang minum cairan dengan gula atau garam
berlebihan, ini bisa menarik air dari tubuh ke dalam usus dan
menyebabkan diare osmotik (WebMD, 2011; WHO, 2005).
2. Sekretori (noninflammatory) diare terjadi ketika tubuh melepaskan air ke
usus saat hal itu tak seharusnya. Banyak infeksi, obat-obatan, dan kondisi
lain menyebabkan sekresi diare (WHO,2005). Menurut Black (2007) diare
jenis ini terjadi saat racun menstimulasi sekresi klorida dan mengurang
penyerapan garam dan air ( disebabkan oleh V. Cholera) atau organisasi
lainya yang menghambat fungsi absorpsi dari villus di usus halus.
3. Diare eksudatif terjadi jika ada darah dan nanah dalam tinja. Hal ini terjadi
dengan penyakit radang usus, seperti penyakit Crohn atau kolitis ulseratif
(WebMD, 2011).

2.3 Situasi Diare di Indonesia

Diare merupakan penyebab umum kematian di negara berkembang,


penyebab kedua kematian bayi di seluruh dunia dan penyebab nomor satu
kematian balita ( dibawah lima tahun ) seluruh dunia. Hilangnya cairan karena
diare dapat menyebabkan dehidrasi dan gangguan elektrolit seperti kekurangan
kalium atau ketidakseimbangan garam lainya. Menurut World Health
Organization (WHO) pada tahun 2009,diare diperkirakan telah menyebabkan 1,1
juta kematian pada orang dewasa dan 1,5 juta kematian pada anak dibawah lima
tahun ( balita ). Data dari United Nations Children’s Fund ( UNICEF ) tercatat
setiap 30 detik ada satu balita meninggal dunia karena diare ( WHO 2013a;
WHO,2013b ).

Menurut WHO (2013b), pada tahun 2004 sekitar 2,5 miliar kasus diare
terjadi dan menyebabkan 1,5 juta kematian anak dibawah usia lima tahun. Lebih
dari setengah berasal dari Afrika dan Asia Selatan. Prevalensi penyakit ini
mengalami penurunan tingkat kematian dari 5 juta per tahun pada dua dekade lalu.
Diare tetap menjadi penyebab utama kedua kematian bayi (16%) setelah
pneumonia (17%).

Diare membunuh 1,8 juta anak balita di negara berkembang. Jumlah ini
mengalamipeningkatan dari 1,5 juta kematian dalam 20 tahun terakhir. Kejadian
tahunan kasus penyakit diare pada anak-anak berusia kurang dari lima tahhundi
negara berkembang sebanyak 2 miliar kasus dengan tingkat kejadian rata-rata 3,2
kasus penyakit per anak. Dalam studi berbasis masyarakat, rasio antara anak laki-
laki dan anak perempuan balita yang mengalami diare akut yaitu 1,2 : 1,4. Hal
tersebut penting karena pada beberapa negara (misalnya, di Asia Selatan) jumlah
penderita lebih besar anak laki-laki dibandingkan anak perempuan ( Black, 2007;
Mandal, 2013 ).

Diare merupakan masalah kesehatan di negara berkembang seperti


Indonesia karena angka morbiditas dan mortalitas yang masih tinggi. Survei
morbiditasyang dilakukan oleh Sub Direktorat (Subdit) Diare Departemen
Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) sejak tahun 2000-2010 terlihat
kesenderungan naiknya insidens. Pada tahun 2000, insidence rate (IR) (angka
kejadian kasus baru) penyakit diare sebesar 301/1000 penduduk, tahun 2003 naik
menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk dan
tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk ( Kemenkes RI, 2011 ).
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Diare

Menurut WHO, diare merupakan buang air besar dalam bentuk cairan lebih
dari tiga kali dalam satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau
lebih. Seseorang dikatakan menderita diare apabila buang air besar lebih dari tiga
kali dalam sehari semalam ( 24 jam ) dengan bentuk kotoran ( tinja ) lembek atau
cair. Buang air besar encer tersebut dapat disertai dengan lendir bisa juga disertai
dengan lendir dan darah

Frekuensi buang air besar pada anak balita berbeda dengan orang dewasa.
Anak balita lebih sering buang air besar daripada orang dewasa dan tinjanya
berbentuk encer. Adapun resiko terbesar diare ialah dehidrasi. Jika terjadi
dehidrasi, seseorang dapat kehilangan lima liter air disetiap hari beserta elektrolit
utama, yaitu natrium dan kalium yang berada di dalamnya. Keduanya sangat
penting untuk proses fisiologis normal. Kehilangan dua elektrolit utama ini dapat
menyebabkan anak menjadi rewel atau terjadi gangguan irama jantung maupun
pendarahan otak. Kondisi dehidrasi lebih berat pada balita dan anak dari pada
orang dewasa.

Bahaya utama diare adalah kematian karena tubuh banyak kehilangan air dan
dan garam terlarut disebut dehidrasi. Dehidrasi terjad pada penderita diare karena
usus bekerja tidak sempurna sehingga sebagian besar air dan za-zat yang terlarut
didalamnya dibuang bersama tinja sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan
( Anonim, 1985 ).
Berdasarkan klasifikasi dehidrasi WHO (1985), maka dehidrasi dibagi
menjadi tiga yaitu dehidrasi ringan, sedang, atau berat, yaitu:

1. Dehidrasi ringan , yaitu apabila cairan tubuh yang hilang sebesar 3 – 5 %


dan tidak ada keluhan atau gejala yang mencolok. Tandanya pada anak,
yaitu bibir kering, terlihat agak lesu, haus, dan agak rewel.
2. Dehidrasi sedang, yaitu apabila cairan tubuh yang hilang 6 – 10%.
Tandanya ditemukan dua atau lebih gejala seperti: gelisah dan cengeng,
kehausan, mata cekung, dan kulit keriput misal kita cubut kulit dinding
perut, kulit tidak segera kembali ke posisi semula.
3. Dehidrasi berat, yaitu apabila cairan tubuh yang hilang lebih dari 10%.
Tandanya ditemukan dua atau lebih gejala sperti: berak cair terus-menerus,
muntah terus-menerus, kesadaran menurun, tidak dapat minum dan tidak
mau makan.

3.2 Gejal Diare

Gejal diare atau mencret ialah tinja yang encer dengan frekuensi tiga kali atau
lebih dalam sehari,yang kadang disertai :

1. Muntah
2. Badan lesu atau lemah
3. Panas
4. Tidak nafsu makan, dan
5. Terdapat darah dan lendir dalam kotoran.

Rasa mual dan muntah dapat mendahului diare disebabkan oleh virus.
Secara tiba-tiba infeksi dapat menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah,
demam, penurunan nafsu makan, atau kelesuan. Selain itu dapat menyebabkan
sakit perut dan kejang perut serta gejala-gejala lain seperti flu, misalnya agak
demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Kadang-kadang gangguan
bakteri dan parasit menyebabkan demam tinggi atau tinja mengandung darah.
Muntah memperberat dehidrasi karena dua hal, yaitu kehilangan cairan dalam
jumlah besar dan menghambat rehidrasi oral (pengembalian cairan melalui
mulut).

Gejala diare yang umum terjadi pada anak-anak ialah sebagai berikut :

1. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu badannya meninggi.
2. Tinja bayi encer, berlendir, atau berdahak.
3. Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet
5. Gangguan gizi akibat intake asupan makanan yang kurang.
6. Muntah, baik sebelum atau sesudah diare.
7. Hipoglikemia ( menurunya kadar gula dalam darah ).
8. Dehidrasi yang ditandai dengan berkurangnya berat badan, ubun-ubun
besar cekung, tonus, dan tugor kulit berkurang, dan selaput lendir,
mulut,dan bibir kering.
9. Nafsu makan berkurang.

3.3 Penyebab Diare

Menurut Kemenkes RI (2010), penyebab diare secara klinis dapat


dikelompokkan menjadi 6 golongan yaitu infeksi ( disebabkan oleh bakteri, virus,
infestasi parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan,immunodefisiensi, dan sebab-
sebab lainya. Diare disebabkan infeksi dan keracunan merupakan penyebab yang
sering ditemukan di masyarakat atau secara klinis. Penyebab diare dibagi dalam 2
kelompok yaitu infeksi dan non infeksi ( Cleveland, 2003; CDC, 2011; Healthline,
2003; dan & Kasper et al, 2005). Dalam kategori infeksi disebabkan oleh bakteri,
virus, maupun protozoa. Penyebab non infeksi dapat disebabkan karena adanya
luka/peradangan, penyakit inflamasi usus dan iritasi pada usus.

1.Infeksi

hal inibiasanya ditularkan melalui rute fecal-oral. Beberapa jenis diare karena
infeksi yaitu :

a. Diare secara umum.


1) Virus (misalnya adenovirus, astrovirus, rotavirus, norwalk
virus) merupakan penyebab paling umum dari diare di Amerika
Serikat. Yang paling umum pada anak-anak yaitu rotavirus dan
pada orang dewasa yaitu norovirus.

2) Escherichia coli (E, coli), Clostridium difficile (C. difficile), dan


Campylobacter, salmonella, dan Shigella spp., merupakan bakteri
penyebab diare. B. cereus, C. perfringens, S. aureus, Salmonella
spp., dan lain-lain menyebabkan keracunan makanan.

3) E. histolytica, Giardia, Cryptosporidium, dan Cyclospora spp.,


merupakan agen parasit (protozoa) yang menyebabkan diare.

b. Diare akut, disebabkan oleh Enterotoksik E. coli(ETEC), parasit


diinduksi diare dari Giardia dan Cryptosporidium spp., dan dalam kasus-
kasus keracunan makanan ( konsumsi racun yang dibentuk) oleh B.
cereus, dan S. aureus.

c. Beberapa agen infeksi menyebabkan peradangan mukosa( ringan atau


berat ). Bakteri seperti Enteropatogenik E. coli ( EPEC) dan virus seperti
rotavirus, dann Hiv, bisa menyebabkan peradangan bakteri yang merusak
Shigella, E. coli, E. histolytica, dan bakteri yang menembus mukosa
seperti Salmonella, C. jejuni, dan Y. enterocolitica, mengakibatkan
peradangan berat dengan atau tanpa peradangan ( ulserasi).

d. Menelan racun yang diproduksi oleh bakteri seperti B. cereus, S. aureus,


C. perfringens, dapat mengakibatkan jejunitis akut. Aeromonas, Shigella.
Dan Vibrio spp., menghasilkan enterotoksin dan juga menyerang mukosa
usus. Oleh karena itu, penderita sering mengalami diare berarair dan dalam
hitungan jam atau hari dapat terjadi diare berdarah.

2. Diare non infeksi.

Diare non infeksi ini sering disebut diare eksudatif dimana diare yang terjadi
karena adanya luka pada dinding usus kecil atau mokusa usus akibat ulserasi. Hal
ini menyebabkan hilangnya lendir, protein serum, dan darah ke dalam lumen usus.
Diare merupakan salah satu efek samping yang peling sering dari konsusmsi obat.
Hal ini karena obat-obatan biasanya terjadi setelah obat baru mulai dikonsusmsi
atau dosisnya ditingkatkan ( Black, 2007).

3.4 Mengatasi Diare

Pada prinsipnya pengobatan diare ada dua macam. Pertama, cegah agar tubuh
tidak kekurangan cairan. Caranya dengn meminum oralit dan banyak minum.
Kedua mengatasi faktor penyebabnya. Diare dapat sisebabkan oleh salah makan,
infeksi kuman, jamur atau radang. Apabila salah makan, penderita dapat diberikan
enzim. Apabila diare terjadi karena infeksi kuman, dapat diberikan obat
pembunuh kuman. Diare karena jamur dapat diberikan obat antijamur kepada
penderita. Adapun diare karena radang dapat diberokan antiradang kepada
penderita.yaitu ;

1. Mengatasi kekurangan cairan, dengan penanganan atau tindakan yang


harus dilakukan :
1. Larutan gula- garam sangat baik untuk mencegah kekurangan cairan.
Akan tetapi untuk menyejikannya diperlukan takaran yang tepat.
2. Cairan makanan, contoh makanan sup, air tajin atau air yang telah
digunakan memasak biji-bijian dan yoghurt.
3. Tetap memberikan ASI jika masih meminumnya.
4. Memberikan oralit.
5. Memberikan makanan yang bergizi bersifat lunak,mudah dicerna,dan
tidak merangsang buang air besar.
6. Apabila kondisi kesehatan anak bertambah parah, segera bawa ke
Puskesmas terdekat.
2. Tetap memberikan makanan atau minuman seperti biasanya. Pada saat
diare, berikan makanan sesering mungkin. Berikan makanansetiap 3 – 4
jam (enam kali sehari ). Pemberian makanan yang sedikit-sedikit dan
seringlebih dapat diterima daripada diberikan dalam jumlah besar tetapi
jarang. Makanan yang diberikan harus makanan yang bergizi/
3. Pemberian obat pembunuh kuman, pemberian obat sebaiknya dilakukan
seminimal mungkin. Sebagian besar diare akan sembuh dengan
sendirinnya tanpa pemberian obatpembunuh kuman atau penghenti diare.
Pemberianobat pembunuh kuman dapat dilakukan pada kondisi tertentu
seperti :
a. Pada bayi usia dibawah 2 bulan yang berpotensi terjadi infeksi
berat karenabakteri mudah menyebar keseluruh tubuh.
b. Pada anak atau bayi yang menunjukkan gejala berat berulang-
ulang.
c. Pada anak atau bayi yang menunjukkan gejala diare yang disertai
darah dan lendir yang jelas.
4. Pemberian obat tradisional, obat-obat tradisisonal seperti rebusan daun
jambu biji maupun jus jambubiji dan buah salak dapat digunakan untuk
mengobati diare. Air teh kentel dapat juga digunakan untuk memebantu
pengobatan karena dapat menyerap racun pada saluran pencernaan.

3.5 Pencegahan Diare

Cara pencegahan diare yang benar dan efektif ialah sebagai berikut.

1. Memberikan ASI
a, ASI merupakan makanan paling baik untuk bayi karena terdiri atas
komponen zat makanan tersedia dalam bentuk ideal dan seimbang untuk
dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. Pemberian ASI saja sudah
cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan, tidak
diperlukan makanan lain selama masa ini. Setelah 6 bulan dari
kehidupannya. Pemberian ASI harus diteruskan sambil ditambahkan
dengan makanan lain ( menyapih ).

b. Memberikan imunisasi campak ialah diare sering timbul menyertai


campak sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare.
Oleh karena itu, beri anak imunisasi campak segera setelah berumur
sembilan bulan.

c. Menggunakan air bersih, ialah sebagian kuman infeksusu menyebar


melalui jalur fekal- oral. Kuman-kuman tersebut dapat ditularkan dengan
memasukkan ke dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar tinja,
misalnya air minum,jari-jari tangan,dan makanan yang disiapkan dalam
panci yang dicuci dengan air tercemar. Masyarakat dapat mengurangi
resiko terhadap serangan diare, yaitu menggunakan air bersih dan
melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai
penyimpanan di rumah.

d. Mencuci tangan, ialah kebiasaan yang berubungan dengan kebersihan


perorangan yang penting dalam penularan kuman diare ialah rajin mencuci
tangan. Mencuci tangan dengan sabu, terutama setelah buang air
besar,sesudah membuang tinja anak.

e Menggunakan jamban, ialah pengalaman di berbagai negara


membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang
besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang
tidak mempunyai jamban harus membuat jamban, dan semua anggota
keluarga harus buang ar besar di jamban.

f Menciptakan lingkungan hidup yang sehat, lingkungan yang sehat


dapat mengurangi resiko penulsran kuman penyebabdiare. Diare
merupakan penyakit yang mudah menular jika lingkungannya tidak sehat
terutama menyangkaut cara pembuangan limbah manusia. Oleh karena itu
pembuangan limbah manusia memerlukan fasilitas yang tepat. Antara lain
dengan membuat kakus yang memadai untuk pembuangan kotoran
manusiaa.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Diare merupakan buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali
dalam satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Seseorang
dikatakan menderita diare apabila buang air besar lebih dari tiga kalidalam seghari
semalam (24 jam) dengan bentuk kotoran (tinja) lembekatau cair. Buang air besar
encer tersebut dapat disertai dengan lendir bisa juga disertai dengan lendir dan
darah.
Bahaya utama diare adalah kematian karena tubuh banyak kehilangan air dan
garamterlarut disebut dehidrasi. Dehidrasi terjadi penderita diare karena usus tidak
bekerja tidak sempurna sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut
didalamnya dibuang bersama tinjavsampai akhirnya tubuh kekurangan cairan.
Para orang tua sangat dianjurkan mengetahui apa-apa saja gejala yang
ditimbulkan ringan atau berat, untuk dapat mengetahui cara penanganan yang
tepat dan cara pencegahanya agar terhindar dari kuman atau bakteri penyebab
diare. Terutama kebersihan lingkungan yang sehat dapat mengurangi resiko
penyebaran diare pada anak-anak.

4.2 Saran
Mengingat pentingnya upaya pencegahan risiko terjadinya diare pada pasien
anak-anak, maka diperlukan adanya informasi secara tepat dan jelas kepada
masyarakat tentang cara pencegahan dan cara mengatasi diare. Kemudian
menghimbau kepada masyarakat untuk menerapkan pola hidup dan gaya hidup
sehat, meningkatkan daya tahan tubuh anak agar dapat mengurangi resiko
terjadinya diare.
DAFTAR PUSTAKA
Wijoyo, Yosef. ( 2013). Diare Pahami Penyakit dan Obatnya. Yogyakarta : PT
Citra Aji Parama.
Sumampouw, Oksfriani Jufri. (2016). Diare Balita: Suatu Tinjauan dari Bidang
Kesehatan Masyarakat. Manado : CV Budi Utama.
Sasmitawati, Endang. (2011). Jangan Sepelekan Diare. Jakarta: Sunda Kelapa
Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai