Tugas ini dikumpulkan untuk memenuhi tugas mata kuliah bahasa Indonesia
DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH:
1B D3 KEPERAWATAN
NIM : 20613380
PROGRAM STUDI D3
KEPERAWATAN
Saya menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna , oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada karya tulis ilmiah ini saya
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan tambahan ilmu
pengetahuan dan informasi yang bermanfaat bagi kita semua.
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 2
C. Tujuan........................................................................................................ 2
D. Manfaat...................................................................................................... 2
A. Definisi Diare..............................................................................................3
B. Klasifikasi Diare.........................................................................................4
C. Situasi Diare di Indonesia ......................................................................... 4
A. Pengertian diare........................................................................................... 6
B. Gejala Diare................................................................................................ 7
C. Penyebab Diare........................................................................................... 8
D. Mengatasi penyakit Diare........................................................................... 9
E. Pencegahan penularan diare......................................................................10.
BAB IV PENUTUP.............................................................................................. 12
A. Kesimpulan..............................................................................................12
B. Saran........................................................................................................12
PENDAHULUAN
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsisten lembek atau cair, bahkan dapat berupa air baik dengan maupun tanpa
disertai lendir dan darah saja dan frekuensinya lebih sering ( biasanya tiga kali
atau lebih ) dalam satu hari dan diare pada bayi jika frekuensinya buang air besar
lebih dari empat kali. Diare dapat dialami oleh penduduk kawasan pedesaan,
perkotaan, pegunungan, maupun daerah pesisir pantai. Semua orang berbagai usia
bisa mengalami diare, mulai dari bayi, balita, anak-anak, sampai orang dewasa,
bahkan manula. Anak-anak di usia 1-5 tahun lebih rentan terjangkit karena sistem
kekebalan tubuh yang masih lemah dan kebersihan tubuhnya yang masih kurang
terjaga. Penyakit ini biasa di anggap sepele oleh sebagian orang. Hal ini lantaran
banyak orang beranggapan diare dapat sembuh sendiri tanpa harus meminum
obat.
Banyak orang tua yang belum mempunyai persiapan apapun disaat anak sakit,
kurangnya pengetahuan dan pengalaman seringkali mengakibatkan longgarnya
penjagaan pada anak. Sehingga tanpa orang tua sadari si anak sudah terjangkit.
Ketika anak mengalami diare orang tua harus memperhatikan dehidrasinya cukup
atau tidak, karena pada saat diare itu resiko kematian terjadi karena dehidrasi. Ada
banyak hal yang menyebabkan diare pada anak, salah satunya karena makanan
yang terkontaminasi kuman, parasit, atau virus. Diare juga dapat menjadi penyakit
menakutkan yang patut diwaspadai. Hal ini terjadi karena adanya kesalahan
maupun keterlambatan dalam penanganan diare sehingga menyebabkan kematian.
Diare merupakan salah satu penyebab utama kematian anak di negara-negara
sedaang berkembang. Diare masih merupakan masalah kesehatan nasional karena
angka kejadian dan angka kematiannya cukup tinggi. Dalam berbagai hasil survei
kesehatan rumah tangga, diare menempati urutan ke-2 dan ke-3 sebagai penyebab
kematian bayi di indonesia. Penanganan diare memerlukan penatalaksanaan yang
tepat dan memadai. Balita di Indonesian rata-rata mengalami diare 2 – 3 kali per
tahun. Sekitar 80% kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Dalam hal ini orang tua perlu memberikan cairan pengganti
untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang. Memantau kondisi anak dengan
siap, sigap, tanggap serta meningkatkan kebersihan lingkungan dan individu
adalah cara yang tepat dalam menangani diare pada anak.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan karya ilmiah ini
untuk mengungkapkan tentang :
1.Untuk menambah wawasan bagi para orang tua agar dapat menangani diare
pada anak.
1.4 Manfaat
a. Manfaat teoritis
b.Manfaat praktis
a). Manfaat bagi siswa
Dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut sebagai dasar untuk
peningkatan penerapan ilmu biomedik pada anak balita.
KAJIAN PUSTAKA
Menurut WHO (2013a) diare berasal dari bahasa yunani yaitu diappoia. Diare
terdiri dari 2 kata yaitu dia (melalui) dan rheo (aliran). Secara harfiah berarti
mengalir melalui. Diare merupakan suatu kondisi dimana individu mengalami
buang air dengan frekuensi sebanyak 3 atau lebih per hari dengan konsistensi tinja
dalam bentuk cair. Ini biasanya merupakan gejala infeksi saluran pencernaan.
Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai bakteri virus dan parasit. Infeksi
menyebar melalui makanan atau air minum yang terkontaminasi. Selain itu, dapat
terjadi dari orang ke orang sebagai akibat buruknya kebersihan diri (personal
hygiene) dan lingkungan (sanitasi). Diare berat menyebabkan hilangnya cairan
dan dapat menyebabkan kematian, terutama pada anak-anak dan orang-orang
yang kurang gizi atau memiliki gangguan imunitas.
Diare akut merupakan kondisi bak pedang bermata dua. Pada satu sisi, diare
merupakan salah satu mekanisme pertahanan tubuh, yang dengan adanya diare,
cairan yang tercurah ke lumen saluran pencernaan akan membersihkan saluran
pencernaandari bahan-bahan patogen ( cleansing effect ). Apabila bahan patogen
ini hilang, maka diare sembuh dengan sendirinya ( self limited ). Namun pada sisi
lain diare menyebabkan kehilangan cairan ( air, elektrolit, dan basa ) dan bahan
makanan dari tubuh. Sering kali dalam diare akut timbul berbagai penyulit, seperti
dehidrasi dengan segala akibatnya (renjatan, gagal ginjal akut, dan lain-lain ),
gangguan keseimbangan elektrolit, gangguan keseimbangan asam basa dan
kehilangan makanan. Penyulit inilah yang menyebabkan penderita diare akut
meninggal. Sebaliknya, apabila diare menetap, maka akan terjadi kekurangan
kalori protein kronis, malnutrisi, dan lain-lain ( Sinuhaji, 2007 ).
1. Diare osmotik terjadi ketika terlalu banyak air ditarik dari tubuh ke dalam
usus perut. Jika seseorang minum cairan dengan gula atau garam
berlebihan, ini bisa menarik air dari tubuh ke dalam usus dan
menyebabkan diare osmotik (WebMD, 2011; WHO, 2005).
2. Sekretori (noninflammatory) diare terjadi ketika tubuh melepaskan air ke
usus saat hal itu tak seharusnya. Banyak infeksi, obat-obatan, dan kondisi
lain menyebabkan sekresi diare (WHO,2005). Menurut Black (2007) diare
jenis ini terjadi saat racun menstimulasi sekresi klorida dan mengurang
penyerapan garam dan air ( disebabkan oleh V. Cholera) atau organisasi
lainya yang menghambat fungsi absorpsi dari villus di usus halus.
3. Diare eksudatif terjadi jika ada darah dan nanah dalam tinja. Hal ini terjadi
dengan penyakit radang usus, seperti penyakit Crohn atau kolitis ulseratif
(WebMD, 2011).
Menurut WHO (2013b), pada tahun 2004 sekitar 2,5 miliar kasus diare
terjadi dan menyebabkan 1,5 juta kematian anak dibawah usia lima tahun. Lebih
dari setengah berasal dari Afrika dan Asia Selatan. Prevalensi penyakit ini
mengalami penurunan tingkat kematian dari 5 juta per tahun pada dua dekade lalu.
Diare tetap menjadi penyebab utama kedua kematian bayi (16%) setelah
pneumonia (17%).
Diare membunuh 1,8 juta anak balita di negara berkembang. Jumlah ini
mengalamipeningkatan dari 1,5 juta kematian dalam 20 tahun terakhir. Kejadian
tahunan kasus penyakit diare pada anak-anak berusia kurang dari lima tahhundi
negara berkembang sebanyak 2 miliar kasus dengan tingkat kejadian rata-rata 3,2
kasus penyakit per anak. Dalam studi berbasis masyarakat, rasio antara anak laki-
laki dan anak perempuan balita yang mengalami diare akut yaitu 1,2 : 1,4. Hal
tersebut penting karena pada beberapa negara (misalnya, di Asia Selatan) jumlah
penderita lebih besar anak laki-laki dibandingkan anak perempuan ( Black, 2007;
Mandal, 2013 ).
PEMBAHASAN
Menurut WHO, diare merupakan buang air besar dalam bentuk cairan lebih
dari tiga kali dalam satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau
lebih. Seseorang dikatakan menderita diare apabila buang air besar lebih dari tiga
kali dalam sehari semalam ( 24 jam ) dengan bentuk kotoran ( tinja ) lembek atau
cair. Buang air besar encer tersebut dapat disertai dengan lendir bisa juga disertai
dengan lendir dan darah
Frekuensi buang air besar pada anak balita berbeda dengan orang dewasa.
Anak balita lebih sering buang air besar daripada orang dewasa dan tinjanya
berbentuk encer. Adapun resiko terbesar diare ialah dehidrasi. Jika terjadi
dehidrasi, seseorang dapat kehilangan lima liter air disetiap hari beserta elektrolit
utama, yaitu natrium dan kalium yang berada di dalamnya. Keduanya sangat
penting untuk proses fisiologis normal. Kehilangan dua elektrolit utama ini dapat
menyebabkan anak menjadi rewel atau terjadi gangguan irama jantung maupun
pendarahan otak. Kondisi dehidrasi lebih berat pada balita dan anak dari pada
orang dewasa.
Bahaya utama diare adalah kematian karena tubuh banyak kehilangan air dan
dan garam terlarut disebut dehidrasi. Dehidrasi terjad pada penderita diare karena
usus bekerja tidak sempurna sehingga sebagian besar air dan za-zat yang terlarut
didalamnya dibuang bersama tinja sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan
( Anonim, 1985 ).
Berdasarkan klasifikasi dehidrasi WHO (1985), maka dehidrasi dibagi
menjadi tiga yaitu dehidrasi ringan, sedang, atau berat, yaitu:
Gejal diare atau mencret ialah tinja yang encer dengan frekuensi tiga kali atau
lebih dalam sehari,yang kadang disertai :
1. Muntah
2. Badan lesu atau lemah
3. Panas
4. Tidak nafsu makan, dan
5. Terdapat darah dan lendir dalam kotoran.
Rasa mual dan muntah dapat mendahului diare disebabkan oleh virus.
Secara tiba-tiba infeksi dapat menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah,
demam, penurunan nafsu makan, atau kelesuan. Selain itu dapat menyebabkan
sakit perut dan kejang perut serta gejala-gejala lain seperti flu, misalnya agak
demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Kadang-kadang gangguan
bakteri dan parasit menyebabkan demam tinggi atau tinja mengandung darah.
Muntah memperberat dehidrasi karena dua hal, yaitu kehilangan cairan dalam
jumlah besar dan menghambat rehidrasi oral (pengembalian cairan melalui
mulut).
Gejala diare yang umum terjadi pada anak-anak ialah sebagai berikut :
1. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu badannya meninggi.
2. Tinja bayi encer, berlendir, atau berdahak.
3. Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet
5. Gangguan gizi akibat intake asupan makanan yang kurang.
6. Muntah, baik sebelum atau sesudah diare.
7. Hipoglikemia ( menurunya kadar gula dalam darah ).
8. Dehidrasi yang ditandai dengan berkurangnya berat badan, ubun-ubun
besar cekung, tonus, dan tugor kulit berkurang, dan selaput lendir,
mulut,dan bibir kering.
9. Nafsu makan berkurang.
1.Infeksi
hal inibiasanya ditularkan melalui rute fecal-oral. Beberapa jenis diare karena
infeksi yaitu :
Diare non infeksi ini sering disebut diare eksudatif dimana diare yang terjadi
karena adanya luka pada dinding usus kecil atau mokusa usus akibat ulserasi. Hal
ini menyebabkan hilangnya lendir, protein serum, dan darah ke dalam lumen usus.
Diare merupakan salah satu efek samping yang peling sering dari konsusmsi obat.
Hal ini karena obat-obatan biasanya terjadi setelah obat baru mulai dikonsusmsi
atau dosisnya ditingkatkan ( Black, 2007).
Pada prinsipnya pengobatan diare ada dua macam. Pertama, cegah agar tubuh
tidak kekurangan cairan. Caranya dengn meminum oralit dan banyak minum.
Kedua mengatasi faktor penyebabnya. Diare dapat sisebabkan oleh salah makan,
infeksi kuman, jamur atau radang. Apabila salah makan, penderita dapat diberikan
enzim. Apabila diare terjadi karena infeksi kuman, dapat diberikan obat
pembunuh kuman. Diare karena jamur dapat diberikan obat antijamur kepada
penderita. Adapun diare karena radang dapat diberokan antiradang kepada
penderita.yaitu ;
Cara pencegahan diare yang benar dan efektif ialah sebagai berikut.
1. Memberikan ASI
a, ASI merupakan makanan paling baik untuk bayi karena terdiri atas
komponen zat makanan tersedia dalam bentuk ideal dan seimbang untuk
dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. Pemberian ASI saja sudah
cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan, tidak
diperlukan makanan lain selama masa ini. Setelah 6 bulan dari
kehidupannya. Pemberian ASI harus diteruskan sambil ditambahkan
dengan makanan lain ( menyapih ).
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Diare merupakan buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali
dalam satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Seseorang
dikatakan menderita diare apabila buang air besar lebih dari tiga kalidalam seghari
semalam (24 jam) dengan bentuk kotoran (tinja) lembekatau cair. Buang air besar
encer tersebut dapat disertai dengan lendir bisa juga disertai dengan lendir dan
darah.
Bahaya utama diare adalah kematian karena tubuh banyak kehilangan air dan
garamterlarut disebut dehidrasi. Dehidrasi terjadi penderita diare karena usus tidak
bekerja tidak sempurna sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut
didalamnya dibuang bersama tinjavsampai akhirnya tubuh kekurangan cairan.
Para orang tua sangat dianjurkan mengetahui apa-apa saja gejala yang
ditimbulkan ringan atau berat, untuk dapat mengetahui cara penanganan yang
tepat dan cara pencegahanya agar terhindar dari kuman atau bakteri penyebab
diare. Terutama kebersihan lingkungan yang sehat dapat mengurangi resiko
penyebaran diare pada anak-anak.
4.2 Saran
Mengingat pentingnya upaya pencegahan risiko terjadinya diare pada pasien
anak-anak, maka diperlukan adanya informasi secara tepat dan jelas kepada
masyarakat tentang cara pencegahan dan cara mengatasi diare. Kemudian
menghimbau kepada masyarakat untuk menerapkan pola hidup dan gaya hidup
sehat, meningkatkan daya tahan tubuh anak agar dapat mengurangi resiko
terjadinya diare.
DAFTAR PUSTAKA
Wijoyo, Yosef. ( 2013). Diare Pahami Penyakit dan Obatnya. Yogyakarta : PT
Citra Aji Parama.
Sumampouw, Oksfriani Jufri. (2016). Diare Balita: Suatu Tinjauan dari Bidang
Kesehatan Masyarakat. Manado : CV Budi Utama.
Sasmitawati, Endang. (2011). Jangan Sepelekan Diare. Jakarta: Sunda Kelapa
Pustaka.