Anda di halaman 1dari 22

Tugas Makalah Metode Penelitian (Kualitatif & Kuantitatif)

“Faktor Risiko Kejadian Diare Pada Balita”

Dosen : Dr. Atik Kridawati, ST., M.Kes


Matakuliah : Metode Penelitian (Kualitatif & Kuantitatif)

Disusun Oleh Kelompok 4 :

Annisa Fujiati 195050010


Endang Setia Ningsih 195050041
Adhe Monika 195050037
Yuliana Laraswati 205059022
Oka Dwi Syahputra 215059017
Indah Nurwita Sari 215059042

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
JAKARTA
2022

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tepat
pada waktunya. Kami menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dr. Atik Kridawati, ST.,
M.Kes selaku dosen pengampu matakuliah Metode Penelitian (Kualitatif & Kuantitatif) yang
memberikan kepercayaan dan pengarahan kepada kami.
Serta tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan
seperjuangan yang sudah membantu dalam pembuatan laporan praktikum ini sehingga dapat
terselesaikan. Makalah ini membahas tentang “Faktor Risiko Kejadian Diare Pada Balita”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna. Oleh karena itu kritik
dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat kami harapkan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami maupun bagi pembaca.

Jakarta, April
2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................4
1.2 Perumusan Masalah..................................................................................................5
1.3 Tujuan........................................................................................................................6
BAB II.......................................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................7
A. Pengertian Diare............................................................................................................7
B. Etiologi Penyakit Diare.................................................................................................8
C. Klasifikasi Diare............................................................................................................9
D. Epidemiologi Diare......................................................................................................10
E. Faktor-faktor risiko penyebab terjadinya diare......................................................10
F. Pencegahan Penyakit Diare........................................................................................14
BAB III....................................................................................................................................16
KERANGKA PEMIKIRAN.................................................................................................16
3.1 Kerangka Konsep....................................................................................................16
3.2 Definisi Operasional................................................................................................17
3.3 Hipotesis...................................................................................................................17
BAB IV....................................................................................................................................18
METODE PENELITIAN......................................................................................................18
4.1 Desain Penelitian.....................................................................................................18
4.2 Lokasi Penelitian Dan Waktu Penelitian..............................................................18
4.3 Populasi Dan Sampel...............................................................................................18
4.4 Metoda Pengambilan Sampel.................................................................................19
4.5 Cara Pengumpulan Data........................................................................................19
4.6 Instrumen Penelitian...............................................................................................19
4.7 Analisis Data............................................................................................................20
4.8 Teknik Pengolahan Data.........................................................................................20
Daftar Pustaka........................................................................................................................21

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan
konsistensi tinja melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi berak- lebih dari
biasanya (tiga kali dalam sehari). Di Indonesia penyakit diare masih merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang utama, dimana insidens diare pada tahun 2000 yaitu
sebesar 301 per 1000 penduduk, secara proporsional 55 % dari kejadian diare terjadi pada
golongan balita dengan episode diare balita sebesar 1,0 – 1,5 kali per tahun. Secara
operasional diare balita dapat dibagi 2 klasifikasi, yaitu yang pertama diare akut adalah
diare yang ditandai dengan buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang
frekuensinya lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih sehari) dan berlangsung kurang
dari 14 hari, dan yang kedua yaitu diare bermasalah yang terdiri dari disentri berat, diare
persisten, diare dengan kurang energi protein (KEP) berat dan diare dengan penyakit
penyerta.
Anak-anak di Indonesia, termasuk bayi dan balita setidaknya mengalami diare dalam
setahun bisa mencapai 12 kali atau bahkan lebih dari itu, dan hal tersebut yang menjadi
penyebab kematian dengan besar 15,34% dari penyebab kematian yang lain. Berdasarkan
data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013, prevalensi kejadian diare
pada tahun tersebut, penyakit diare di Indonesia diderita oleh semua kalangan umur,
tetapi prevalensi tertinggi penyakit diare ini lebih banyak diderita oleh balita terutama
pada rentang usia 0-1 tahun sebesar 7% dan rentang usia 1-4 tahun sebesar 6,7%. Dengan
melihat data tersebut, penyakit diare ini harus diwaspadai, karena penyakit diare akan
berdampak buruk dan mengganggu kesehatan balita. Penyakit diare ini, lebih beresiko
jika dialami bayi dan balita dibandingkan jika dialami oleh orang dewasa. Di dunia pada
tahun 2012, kematian akibat penyakit diare mencapai total 2.195 jumlah anak yang
meninggal dalam setiap harinya.

4
Penyakit diare dapat terjadi akibat factor yang terjadi dengan langsung maupun faktor
tidak langsung. Penyakit diare ini bisa berasal dari sebab seperti misalnya faktor agen,
penjamu, perilaku, dan juga termasuk faktor terkait lingkungan. Jika dilihat berdasarkan
faktor penjamu, penyakit diare dapat disebabkan oleh seperti bayi yang tidak
mendapatkan asi ekslusif selama dua tahun, bayi dan balita mengalami kurang gizi, bayi
dan balita mengalami penyakit campak, dan juga dapat disebabkan oleh imonudefisiensi.
Faktor penjamu yang dapat menjadi sebab kejadian penyakit penyakit diare yaitu seperti
misalnya personal hygiene yang buruk dan juga tidak tersedianya jamban yang layak
pakai di rumah.
Jika dilihat dari faktor lingkungan, penyebab penyakit diare dapat meliputi
pengolahan sampah, sumber air yang bersih dan juga fasilitas untuk membuang limbah.
Apabila sampah serta fasilitas untuk membuang limbah tersebut tidak dikelola secara
tepat, hal tersebut dapat mengakibatkan bayi maupun balita menderita penyakit diare
dikarenakan sampah dan tempat pembuangan limbah merupakan tempat dimana lalat
sebagai vektor hinggap yang kemudian lalat tersebut dapat hinggap di makanan yang bayi
dan balita tersebut makan. Adapun penyebab timbulnya penyakit diare yang lain
dikarenakan penggunaan air yang telah tercemar, tercemar disini bisa merupakan air yang
sumbernya sudah tercemar, air yang dalam perjalanan ke rumah-rumah tidak sengaja
tercemar, atau pun air yang sudah disimpan tetapi ternyata sudah tercemar. Kemudian jika
melihat dari faktor perilaku, kebiasaan ibu dan balita yang sering tidak melakukan cuci
tangan saat sedang menyiapkan makanan maupun setelah BAB (Buang Air Besar), hal ini
menyebabkan makanan yang dimakan dapat terkontaminasi langsung.
Apabila diare pada balita ini tidak ditangani secara maksimal dari berbagai sektor dan
bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja tetapi masyarakatpun diharapkan dapat ikut
serta menanggulangi dan mencegah terjadinya diare pada balita ini, karena apabila hal itu
tidak dilaksanakan maka dapat menimbulkan kerugian baik itu kehilangan biaya untuk
pengobatan yang cukup besar ataupun dapat pula menimbulkan kematian pada balita
yang terkena diare. Berdasarkan latar belakang diatas kami akan mencari faktor risiko apa
saja yang mempengaruhi terjadinya penyakit diare terutama diare balita.

1.2 Perumusan Masalah


1. Apakah umur balita 0 – 24 bulan berisiko terhadap kejadian diare pada balita?
2. Apakah status gizi yang buruk berisiko terhadap kejadian diare pada balita?

5
3. Apakah perilaku tidak mencuci tangan sebelum makan berisiko terhadap kejadian
diare pada balita?
4. Apakah perilaku tidak mencuci peralatan makan dengan bersih sebelum digunakan
berisiko terhadap kejadian diare pada balita?
5. Apakah perilaku tidak mencuci bahan makanan dengan air bersih berisiko terhadap
kejadian diare pada balita?
6. Apakah perilaku tidak mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar berisiko
terhadap kejadian diare pada balita?
7. Apakah kebiasaan memberi makan anak diluar rumah berisiko terhadap kejadian diare
pada balita?
8. Apakah ketersediaan sarana air bersih berisiko terhadap kejadian diare pada balita?
9. Apakah pemanfaatan sarana air bersih berisiko terhadap kejadian diare pada balita?
10. Apakah kualitas air bersih yang jelek berisiko terhadap kejadian diare pada balita?
11. Apakah ketersediaan sarana jamban keluarga berisiko terhadap kejadian diare pada
balita?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk membuktikan faktor-faktor risiko karakteristik, perilaku pencegahan dan
lingkungan apa yang mempengaruhi kejadian diare balita.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui faktor-faktor risiko karakteristik, perilaku pencegahan dan
lingkungan apa saja yang berpengaruh terhadap kejadian diare balita.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Diare
Diare ialah keluarnya tinja yang berbentuk lebih cair dari biasanya dengan frekuensi
lebih dari tiga kali sehari atau terjadi lebih sering dari biasanya pada seseorang, yang
pada umumnya merupakan gejala infeksi saluran pencernaan yang disebabkan oleh
mikroorganisme yang berasal dari makanan, air minum, ataupun langsung dari orang
akibat dari kurangnya sanitasi (WHO, 2016). Diare adalah gangguan buang air
besar/BAB ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair,
dapat disertai dengan darah dan atau lendir (Kemenkes RI, 2013). Menurut (Depkes RI,
2013) Diare merupakan penyakit yang terjadi Ketika terdapat perubahan konsistensi
fases selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan diare bila fases lebih
berair dari biasanya, atau bila buang air vesar lebih dar 3 kali dalam 24 jam yang disertai
darah maupun tidak.
Menurut (Setiati, 2014) Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air lebih besar 200 gram
atau 200 ml/24 jam. Menurut (Jeffrey, Nevid, Rathus, & Green, 2006) diare ialah buang
air besar yag berkepanjangan yang lebih dari tiga kali sehari pada bayi atau anak, disertai
konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lender dan darah yang berlangsung
kurang dari satu minggu. Diare didefinisikan sebagai inflamasi pada membrane mukosa
lambung dan usu halus yang ditandai dengan diare, muntah-muntah yang berakibat
kehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan
elektrilit. (Betz & Sowden, 2009)
Berdasarkan berlangsungannya, diare dibagi menjadi diare akut (berlangsung 14
hari) dan diare persisten yang merupakan istilah yang dipakai di luar negeri yang
menyatakan diare yang berlangsung 15-30 hari yang merupakan kelanjutan dari diare
diare akut (peralihan antara diare akut dan kronik, dimana lama diare kronik yang dianut
yaitu yang berlangsung lebih dari 30 hari). Sedangkan diare menurut etiologinya dibagi
menjadi diare infeksi (apabila penyebabnya infeksi), diare non infeksi (tidak ditemukan
infeksi sebagai penyebab), diare organik (ditemukan penyebaab anatomil, bakteriologik,

7
hormonal atau toksikologik) dan diare fungsional (apabila tidak ditemukan penyebab
organik). (Setiati, 2014)
Agen penyebab kejadian diare dapat berupa agen biologis seperti mkroorganisme
maupun agen kimia. pada dasarnya diare secara kliniks dapat disebabkan oleh infeksi,
malabsorbsi, alergi, keracunan defisiensi imunisasi dan sebab lainnya, maupun penyebab
yang paling umum ditemukan adalah diare yang disebabkan oelh infeksi atau diare
infeksius dan keracuan akibat bahan kimia tertentu (Koletzko & Osterrieder, 2009).
Diare infeksius merupakan suatu gejala akibat ada inkesi pada saluran pencernaan yang
disebabkan oleh berbagai macam organisme seperti bakteri, virus, maupun parasit
(WHO, 2013).
Faktor risiko yang sangat berpengaruh untuk terjadinya diare pada balita yaitu status
kesehatan lingkungan (penggunaan sarana air bersih, jamban keluarga, pembuangan
sampah, pembuangan air limbah) dan perilaku hidup sehat dalam keluarga. Sedangkan
secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam enam kelompok besar yaitu
infeksi (yang meliputi infeksi bakteri, virus dan parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan
(keracunan bahan-bahan kimia, keracunan oleh racun yang dikandung dan diproduksi
baik jazad renik, ikan, buah-buahan, sayur-sayuran, algae dll), imunisasi, defisiensi dan
sebab-sebab lain.

B. Etiologi Penyakit Diare


Etiologi diare secara klinis penyebab diare, dapat dikelompokkan dalam golongan 6
besar. Tetapi yang sering ditemukan adalah diare yang disebabkan infeksi dan
keracunan. Penyebab diare dikelompokan sebagai berikut:
1. Infeksi
a. Bakteri (Shigella, Salmonella, E. coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium
perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas)
b. Virus (rotavirus, Norwalk/ Norwalk like agent, Adenovirus, Protozoa, Entamoeba
histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli)
c. Parasit (cacing perut, Ascaris, Trichiuris, Strongyloides, jamur, Candida)
2. Malabsorpsi
Kandungan nutrient makanan yang berupa karbohidrat, lemak maupun protein dapat
menimbulkan intoleransi, malabsorpsi maupun alergi sehingga terjadi diare pada anak
maupun bayi. Malabsorbsi teridiri dari karbohidrat yaitu disakarida (laktosa, maltosa,

8
sukrosa) dan monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa), lemak terutama Long
Chain Triglycerida dan protein berupa asam amino, B lactoglobulin.

3. Alergi dan Imunodefisiensi


Alergi susu, alergi makanan, Cow’s milk protein sensitive enteropathy dan
imunodefisiensi dimana keadaan ini mungkin hanya berlangsung sementara, misalnya
sesudah infeksi virus (seperti campak) atau mungkin yang berlangsung lama seperti
pada penderita AIDS (Auto Imune Deficiency Syndrome). Pada anak imunosupresi
berat, diare dapat terjadi karena kuman yang tidak patogen dan mungkin juga
berlangsung lama.
4. Keracunan
Keracunan berupa makanan beracun (bakteri: Clostridium botulinum,
Staphylococcus) dan makanan kecampuran racun (bahan kimia) serta kwashiorkor,
marasmus.
5. Penyebab lain (psikis)
Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat menyebabkan diare kronis.
Tetapi jarang terjadi pada anak balita, umumnya terjadi pada anak yang lebih besar.

C. Klasifikasi Diare
Diare dibagi menjadi tiga yaitu
1. Diare akut: diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya
sehat.
2. Diare kronik : diare yang berlanjut sampai 2 minggu atau lebih dengan kehilangan
berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive) selama masa diare
tersebut. Diare kronik sering juga dibagi menjadi : (1) Diare presisten (diare yang
disebabkan oleh infeksi) (2) Protacted diare (diare yang berlangsung lebih dari 2
minggu dengan tinja cair dan frekuensi 4x atau lebih per hari) (3) Diare intraktabel
(diare yang timbul berulang kali dalam waktu singkat misalnya 1-3 bulan) (4)
Prolonged diare (diare yang berlangsung lebih dari 7 hari) dan Chronic non specific
diarrhea (diare yang berlangsung lebih dari 3 minggu tetapi tidak disertai dengan
gangguan pertumbuhan dan tidak ada tanda-tanda infeksi maupun malabsorpsi).

9
3. Disentri : Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri
adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan kemungkinan terjadi
komplikasi pada mukosa.

D. Epidemiologi Diare
1. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare. Kuman penyebab diare biasanya
menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan dan minuman yang tercemar
tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita.
2. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare. Faktor penjamu yang
dapat meningkatkan insiden dan beberapa penyakit serta lama diare. Faktor-faktor
tersebut tidak memberikan ASI sampai usia 16 tahun, kurang gizi, imunodefisiensi
atau imunosupresi dan secara proposional diare lebih banyak terjadi pada golongan
balita
3. Faktor lingkungan dan perilaku. Penyakit diare merupakan penyakit berbasis
lingkungan. faktor yang paling dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja.
Kedua faktor tersebut berinteraksi dengan prilaku manusia, sehingga apabila terdapat
lingkungan yang tidak sehat atau tercemar kuman diare dan terakumalasi dengan
prilaku yang tidak sehat seperti kurangnya hygiene sanitasi pengolahan makanan,
maka akan menimbulkan kejadian diare.

E. Faktor-faktor risiko penyebab terjadinya diare


a. Faktor anak
Bayi dan anak balita merupakan kelompok usia yang paling banyak menderita diare,
kerentanan kelompok usia ini juga banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia
anak, pemberian ASI, status gizi dan status imunisasi campak.
1. Usia anak
Faktor usia, bayi dan balita rentan terjadi dikarenakan belum terbentuknya
kekebalan alami dari anak usia dibawah satu tahun, pola ini menggambarkan
kombinasi efek penurunan kadar antibody ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh ibnu hajar et.al tahun 2013 terhadap
analisis factor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare di Kabupaten

10
Pangkep menyatakan bahwa kelompok usia yang paling banyak menderita diare
adalah usia 0-12 bulan yaitu sebesar 46,7%, usia 13- 24 bulan sebesar 10,0%, usia
23-36 bulan sebesar 16,7%, usia 37- 48 bulan sebesar 12% dan usia 49-60 bulan
sebesar 6,6%.

2. Jenis kelamin bayi


Jenis kelamin anak dari beberapa penelitian yang dilakukan bahwa terdapat
perbedaan jumlah kasus anak laki-laki dan perempuan yang menderita diare.
Penelitian Palupi tahun 2009 tentang status gizi dengan kejadian diare pada anak
diare, menjelaskan pasien laki-laki yang menderita diare lebih banyak dari pada
perempuan dengan perbandingan 1, 5:1 (dengan proporsi anak laki-laki sebesar
60% dan anak perempuan 40%). Namun sampai saat ini belum diketahui
penyebab pastinya. Kemungkinan terjadinya hal tersebut karena anak laki-laki
lebih aktif dan mudah terpapar dengan penyebab diare.
3. Status Gizi
Status gizi pada anak sangat berpengaruh terhadap kejadian penyakit diare.
Menurut Lamberti (2011) pada penderita malnutrisi serangan diare terjadi lebih
sering dan lebih lama. Semakin buruk keadaan gizi anak, semakin sering dan berat
yang dideritanya. Diduga bahwa mukosa penderita malnutrisi sangat peka
terhadap infeksi, namun konsep ini tidak seluruhnya diketahui benar, patogenesis
yang terperinci tidak diketahui. Di negara maju dengan tingkat pendidikan dan
tingkat kesehatan yang tinggi, kelompok bayi yang mendapat air susu ibu lebih
jarang menderita diare karena infeksi enteral dan parenteral. Hal ini disebabkan
karena berkurangnya kontaminasi bakteri serta terdapatya zat-zat infeksi dalam air
susu ibu. Penelitian yang dilakukan Palupi tahun 2009 tentang status gizi dengan
kejadian diare pada anak, pada anak yang menderita kurang gizi dan gizi buruk
dan mendapatkan asupan makanan kurang kemungkinan lebih lama menderita
diare. Status gizi diartikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh
keseimbangan antara kebutuhan dan masukan zat gizi. Status gizi sanga
ditentukan oleh ketersediaan zat gizi dalam jumlah cukup dan dalam kombinasi
waktu yang tepat di tingkat sel tubuh agar berkembang dan berfungsi secara
normal.
4. Pemberian ASI ekslusif

11
Pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai berusia 6 bulan akan memberikan
kekebalan kepada bayi terhadap berbagai macam penyakit karena ASI adalah
cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari
berbagai penyakit. Oleh karena itu, dengan adanya zat anti kekebalan dari ASI
maka bayi ASI eksklusif dapat terlindung dari penyakit diare. ASI eksklusif
menurut Kemenkes tahun 2013 adalah pemberian hanya ASI saja tanpa
memberikan cairan atau makanan padat lainnya kecuali vitamin, mineral, obat
dalam bentuk tetes dan sirup maupun bersama air putih pada bayi usia 0-6 bulan.
Idealnya bayi yang diberi ASI eksklusif tidak terkena diare karena ASI
merupakan makanan alami yang ideal bagi bayi dan sesuai dengan kondisi sistem
pencernaan bayi yang belum matur.
b. Faktor ibu
Peranan orang tua dalam pencegahan dan perawatan anak dengan diare sangatlah
penting. Faktor yang mempengaruhinya yaitu usia ibu, tingkat pedidikan,
pengetahuan ibu mengenai hidup sehat dan pencegahan terhadap penyakit. Rendahnya
tingkat pendidikan ibu dan kurangnya pengetahuan ibu tentang pencegahan diare dan
perawatan diare.
c. Faktor lingkungan
Sebagian besar penularan penyakit diare adalah melalui dubur, kotoran dan
mulut, untuk mengatur kemampuan penularan penyakit selain tergantung jumlah dan
kekuatan penyebab penyakit, juga tergantung dari kemampuan lingkungan untuk
menghidupinya serta mengembangkan kuman penyakit diare, sehingga dapat
dikatakan bahwa penularan penyakit diare merupakan hasil dari hubungan anatara
faktor jumlah kuman yang disekresi (penderita atau carrier), kemampuan kuman
untuk hidup di lingkungan dan dosis kuman untuk menimbulkan infeksi. Faktor
lingkungan antara lain ketersediaan air bersiih yang tidak memadai, kurangnya
ketersedian Mandi Cuci Kakus (MCK) dan kebersihan lingkungan dan pribadi yang
buruk.
d. Faktor Sosial ekonomi masyarakat
Sosial ekonomi mempunyai pengaruh langsung terhadap faktor-faktor penyebab
diare. Kebanyakan anak mudah menderita diare berasal dari keluarga besar dengan
daya beli rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak mempunyai penyediaan air bersih
yang memenuhi persyaratan kesehatan, oleh karena itu faktor edukasi dan perbaikan
ekonomi sangat berperan dalam pencegahan dan penanggulangan diare. Penelitian

12
yang dilakukan oleh Lamberti (2011) menemukan bahwa faktor demografi yang salah
satunya adalah tingkat sosial ekonomi mempengaruhi terjadinya diare.
a) Pendidikan
Faktor sosial ekonomi berpengaruh terhadap kemampuan untuk melanjutkan
pendidikan yang akhirnya dapat berpengaruh juga terhadap pengetahuan inidvidu.
Pengetahuan (Knowledge) merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba di mana sebagian besar pengetahuan manusia
diperooleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan seseorang salah satunya
dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya. Semakin tinggi pendidikan sesorang
maka kemampuan untuk menyerap dan menganalisis informasi yang ditermia
semain tinngi. UU RI No. 20 tahun 2003 pasal 14 tentang system pendidikan
nasional disebutkan bahwa jenjang atau tingkatan pendidikan formal terdiri atas
pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Pendidikan dasar adalah jenjang
pendidikan yang memberikan pengetahuan dan keterampilan, menumbuhkan
sikap dasar yang diperlukan peserta didik serta mempersiapkannya untuk
mengikuti pendidikan yang lebih tinggi, meliputi jenjang SD dan SMP.
Pendidikan menengah adalah pendidikan yang diselenggarakan bagi lulusan
pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat
yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan
lingkungan sosial budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan
kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi dan lama
pendidikan yaitu tiga tahun. Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan
menengah yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional yang
dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan,
teknologi dan atau kesenian.
b) Pekerjaan
Jenis pekerjaan umumnya berkaitan dengan tingkat pendidikan dan
pendapatan. Tetapi pada ibu yang bekerja harus membiarkan anaknya diasuh oleh
orang lain, sehingga mempunyai risiko lebih besar untuk terpapar dengan
penyakit. Menurut Priyono tahun 2014 pekerjaan adalah sesuatu uang dilakukan
untuk mencari nafkah, pencarian.
c) Faktor perilaku

13
Faktor prilaku antara lain : (1) Tidak memberikan ASI eksklusif, memberikan
makanan pendamping ASI terlalu dini akan mempercepat bayi kontak terhadap
kuman (2) Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena
penyakit diare (3) Tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum
memberi ASI/ makan, setelah buang air besar (BAB), dan setelah membersihkan
BAB anak serta penyimpanan makanan yang tidak higienis.

F. Pencegahan Penyakit Diare


Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat dilakukan adalah:
1. Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia
dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserapsecara optimal oleh
bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 6 bulan.
Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini. ASI bersifat steril,
berbeda dengan sumber susu lain seperti susuformula atau cairan lain yang disiapkan
dengan air atau bahan-bahan dapat terkontaminasi dalam botol yang kotor.
Pemberian ASI saja, tanpa cairanatau makanan lain dan tanpa menggunakan botol,
menghindarkan anak daribahaya bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan
diare. Keadaan seperti ini di sebut disusui secara penuh (memberikan ASI
Eksklusif). Bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah
6 bulan dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambal ditambahkan
dengan makanan lain (proses menyapih). ASI mempunyai khasiat preventif secara
imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut
memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI
secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada
pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora normal usus bayi yang disusui
mencegah tumbuhnya bakteri penyebab botol untuk susu formula, berisiko tinggi
menyebabkan diare yang dapat mengakibatkan terjadinya gizi buruk.
2. Makanan Pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai
dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberian makanan
pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan bagaimana

14
makanan pendamping ASI diberikan. Ada beberapa saran untuk meningkatkan
pemberian makanan pendamping ASI, yaitu:
a. Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapatteruskan
pemberian ASI. Tambahkan macam makanan setelah anakberumur 9 bulan atau
lebih. Berikan makanan lebih sering (4x sehari). Setelah anak berumur 1 tahun,
berikan semua makanan yang dimasakdengan baik, 4-6 x sehari, serta teruskan
pemberian ASI bila mungkin.
b. Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi /bubur dan biji-bijian untuk
energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-kacangan,
buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya.
c. Cuci tangan sebelum meyiapkan makanan dan meyuapi anak. Suapi anak
dengan sendok yang bersih.
d. Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin dan
panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.
3. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup
Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui Face Oral kuman
tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui makanan, minuman
atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan, makanan yang
wadah atau tempat makan-minum yang dicuci denganair tercemar. Masyarakat yang
terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai risiko menderita
diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih.
Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu dengan
menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai
dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah. Yang harus diperhatikan oleh
keluarga : (a) Ambil air dari sumber air yang bersih, (b) Simpan air dalam tempat
yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung khusus untuk mengambil air, (c) Jaga
sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-anak, (d) Minum
air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)

15
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Konsep


Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya diare pada balita sangat banyak.
Untuk itu kerangka konsep ini dibuat untuk mengambil beberapa faktor saja karena
keterbatasan waktu. Oleh karena itu kerangka konsepnya dapat diuraikan sebagai berikut :

“Faktor Risiko Kejadian Diare Pada Balita”

Umur

Jenis Kelamin
Penyakit Diare

Asi Ekslusif

Status Gizi

Keterangan Gambar :
: Dianalisi
: Tidak Dianalisi

16
3.2 Definisi Operasional

Definisi
No Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
1. Umur Lama hidup Menghitung lama Wawancara Tahun, Bulan Rasio
Balita yang dialami waktu antara
oleh balita tanggal lahir
yang diukur balita sampai saat
dengan penelitian/observ
menggunakan asi dilaksanakan.
tanggal, bulan,
tahun
kelahiran pada
saat
dilaksanakan
penelitian.
2. Status Keadaan gizi Mencatat hasil Timbangan Baik : hasil Ordinal
Gizi balita pada pencatatan Balita
pengukuran
berdasarkan penimbangan
indeks berat balita ≥80% Media
badan saat
BB/U baku
ditimbang
sebelum sakit Cukup: hasil
menurut umur
pengukuran ≥
(BB/U)
70% - 80%
Media BB/U
baku.
Kurang: hasil
pengukuran ≤
70% Media
BB/U baku.

3.3 Hipotesis
1. Hipotesa Mayor
Karakteristik, Perilaku, dan lingkungan mempengaruhi terjadinya diare pada balita.
2. Hipotesa Minor
a. Makin muda umur balita (0-24 bulan) makin besar risiko kejadian diare pada
balita
b. Status gizi balita yang buruk merupakan faktor risiko kejadian diare pada
balita.

17
3.4 Kerangka Teori
Factor Penyebab dan Resiko Tindakan Hasil

Faktor penyebab
Peran perawat: Pemberian
1. Infeksi penatalasanaaan
2. Malapsopsi Primer,sekunder,tersier tentan penyakit dan
3. Alergi dan pencegahan diare Ya
imunodefisisensi
4. Keracunan Hambatan yang
5. Penyebab lain disarankan Merasakan manfaat
tindakan Perilaku
Faktor anak promosi
kesehatan
1. Usia
Sikap
2. Jenis kelamin
3. ASI ekslusif
4. Imunisasi Diare pada anak Komitmen terhadap
5. Kebersihan
rencana tindakan
tangan dan kuku

Faktor ibu Pengaruh interpersonal:


Tidak
1. Usia - Keluarga (orang
2. Pendidikan tua )pelayan
3. Kebisaan kesehatan
mencuci Pengaruh siatusional: Kekambuhan
tangan diare
sebelum Persepsi terhadap pilihan
memberikan yang ada, karakteristik
makan anak kebutuhan,ciri-ciri estetik
lingkungan

Faktor sosial ekonomi


masyarakat

1. Pendidikan
2. Pekerjaan
3. Factor
perilaku

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan menggunakan rancangan studi
kasus kontrol. Rancangan kasus kontrol tanpa penyetaraan yaitu untuk mempelajari

18
hubungan faktor risiko dengan terjadinya diare pada balita, dengan cara membandingkan
kelompok kasus (Diare) dan kelompok kontrol (balita yang berkunjung ke Poli Anak di
RSUD X tidak menderita diare) berdasarkan status paparannya.

Studi ini bersifat retrospektif. Kelompok studi yaitu anak balita yang menderita diare
yang di diagnosa oleh perawat/dokter yang bertugas di Poli Anak RSUD X. Kelompok
kontrol yaitu anak balita yang tidak menderita diare tetapi memiliki karakteristik yang sama
dengan kasus.

Penderita diare ditentukan lebih dahulu yaitu anak balita yang menderita diarepada bulan
april s/d mei 2022. Kemudian kontrol yaitu anak balita yang tidak menderita diare pada bulan
april s/d mei 2022 pada poli anak RSUD X.

4.2 Lokasi Penelitian Dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Poli Anak RSUD X pada bulan April s/d Mei 2022.

4.3 Populasi Dan Sampel


a. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang merupakan himpunan
keseluruhan karakteristik dari objek yang diteliti. Populasi merupakan kelompok
subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Penentuan populasi dalam
suatu penelitian menjadi hal yang sangat penting karena melalui penentuan populasi,
seluruh kegiatan penelitian akan relevan dengan tujuan penelitian (Moleong, 2013).
Populasi pada penelitian ini adalah balita yang berobat di poli anak RSUD X pada
bulan April s/d Mei 2022.

b. Sampel Penelitian
Sampel kasus pada penelitian ini adalah anak balita yang menderita diare atau
yang tidak menderita diare yang datang dan berobat ke poli anak RSUD X pada bulan
April s/d Mei 2022
Sampel Kontrol dalam penelitian ini adalah anak balita yang pada bulan April s/d
Mei 2022 tidak menderita diare yang datang berobat ke poliklinik anak di RSUD X.

19
4.4 Metoda Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu metode purposive sampling,
dimana dari RSUD di wilayah kerja dipilih salah satu yang jumlah kasus diarenya
terbanyak, dan didapati lah RSUD X.

4.5 Cara Pengumpulan Data


a. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari data pencatatan dan pelaporan yang ada di tingkat RSUD X.
b. Data Primer
Data yang diperoleh dari data pencatatn rawat jalan di poliklinik anak RSUD X.
kemudian dilakukan observasi langsung dengan cara mendatangi orang tua anak atau
balita untuk mendapatkan informasi lebih rinci melalui wawancara dengan
menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya (faktor intrinsik dan
faktor ektrinsik). Faktor tersebut meliputi Umur Balita, Jenis Kelamin, Status Gizi,
dan Asi Eklusif.

4.6 Instrumen Penelitian


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan observasi
dipergunakan untuk memperoleh data umur, jenis kelamin, status gizi, dan asi eklusif.
Sedangkan untuk cara pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan
surveyor.

4.7 Analisis Data


Analisis data pada penelitian ini menggunakan alat bantu komputer dengan
program SPSS. Analisis data meliputi deskripsi variabel penelitian, analisis univariat,
dan, analisis bivariat.
1. Analisis Univariat
Uji Univariat bisa dilakukan terhadap karakteristik responden, variabel bebas dan
variabel terikat. Hasil analisa data dapat berupa tampilan distribusi frekuensi,
presentase, mean, median dan modus.
2. Analisis Bivariat

20
Analisis Bivariat bertujuan untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan.
Analisis Bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan dua variabel. Pada penelitian
ini digunakan uji Chi- Square.

4.8 Teknik Pengolahan Data


Seluruh data yang terkumpul akan diolah melalui tahap sebagai berikut:
1. Editing
Sebelum data diolah, data perlu dilakukan sortir dengan tujuan koreksi kelengkapan
pengisian jawaban, konsistensi atas jawaban, kesalahan jawaban sehingga dapat
diperbaiki jika masih ada keraguan atau kesalahan. Editing diakukan di tempat
penelitian agar dapat diperbaiki saat itu juga.
2. Coding
Memberikan kode pada jawaban untuk mempermudah peneliti dalam melakukan
pengelompokan dan pengolahan data, dalam hal ini peneliti memberikan angka dan
warna pada setiap jawaban.
3. Entry Data
Memasukan data yang diperoleh dengan menggunakan program SPSS versi 25
(Stattistical Program For Social Science).
4. Cleaning
Data yang sudah di masukan ke dalam SPSS dilakukan pengecekan apakah ada
kesalahan atau tidak.
5. Tabulating
Data kemudian di masukan ke dalam master tabel sesuai kriteria menggunakan
fasilitas komputer.

Daftar Pustaka

Duanna, A. (2013) ‘Hubungan Upaya Pengobatan Dan Pencegahan Yang Dilakukan Ibu Pada
Balita Terhadap Penyakit Diare Di Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat’.
doi:10.1190/segam2013-0137.1.

Handayani, A. (2021) ‘Hubungan Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Dengan


Kejadian Diare Pada Balita di Kabupaten Serdang Bedagai 2021’, p. 142. Available at:
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/32442.

21
Khairunnisa, D.F. et al. (2020) ‘Faktor Risiko Diare Pada Bayi Dan Balita Di Indonesia: a
Systematic Review’, Jurnal Seminar Nasional Kesehatan Masyarakat, 11(1), pp. 172–
189. Available at:
https://conference.upnvj.ac.id/index.php/semnashmkm2020/article/view/1060.

Ragil, D.W. and Dyah, Y.P. (2017) ‘Hubungan Antara Pengetahuan Dan Kebiasaan Mencuci
Tangan Pengasuh Dengan Kejadian Diare Pada Balita’, Jurnal of Health Education,
2(1), pp. 39–46. Available at: http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jhealthedu/.

Sinthamurniwaty (2006) ‘Faktor-Faktor Risiko Kejadian Diare Akut Pada Balita’,


Diponegoro University Institutional Repository, pp. 1–150. Available at:
https://core.ac.uk/download/pdf/11715367.pdf.

22

Anda mungkin juga menyukai