Anda di halaman 1dari 10

SURVEI CEPAT CAKUPAN BALITA GIZI KURANG

DI KECAMATAN SAWAH BESAR TAHUN 2020

DISUSUN OLEH :
RIMA NURHAYATI (195059111)
AGUSTIN RETNA P (195059105)
ROSIAN BUDI PERDANA (195059058)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA JAKARTA
2020
PENDAHULUAN makanan yang bernilai gizi baik (Heli, 2006;
Flegal, 2007). Usia paling rawan terkena
Gizi adalah salah satu faktor defisiensi ini adalah umur dua tahun karena
terpenting yang mempengaruhi individu atau pada kurun waktu itu berlangsung masa
masyarakat, dan karenanya merupakan issue peralihan dari ASI ke pengganti ASI atau
fundamental dalam kesehatan masyarakat makanan sapihan. Pengganti ASI maupun
(Emerson, 2005; Mendez, 2005). makanan sapihan seringkali memiliki
Menurut UNICEF, di Indonesia ada kandungan karbohidrat tinggi tetapi mutu
50-59 persen anak di bawah lima tahun dan kandungan proteinnya sangat rendah
(balita) yang termasuk kategori "not growing (Norman, 2008; Fle- gal, 2007).
well" atau pertumbuhannya tidak baik. Berdasarkan data Riset Kesehatan
"Anak-anak yang pertumbuhannya tidak baik Dasar (Riskesdas) tahun 2013 Kementerian
adalah korban dari tiga masalah gizi buruk Kesehatan, prevalensi gizi buruk dan gizi
yang berkembang di seluruh dunia: kurang kurang balita di Indonesia berada di angka
gizi, lapar terselubung (hidden hunger), dan 19,6 % yang terdiri dari 5,7% gizi buruk dan
kelebihan berat badan,"  13,9 % gizi kurang. Sedangkan hasil
Gizi kurang pada balita, membawa Riskesdas 2018 prevalensi gizi buruk dan
dampak negatif terhadap pertumbuhan fisik gizi kurang balita di Indonesia berada di
maupun mental, yang selanjutnya akan angka 17,7 % terdiri dari 3,9 % gizi buruk
menghambat prestasi belajar. Akibat lainnya dan 13,8 % gizi kurang. ini berarti hanya
adalah penurunan daya tahan, menyebabkan terjadi penurunan sebesar 0,1 % pada
hilangnya masa hidup sehat balita, serta prevalensi gizi kurang.
dampak yang lebih serius adalah timbulnya Data dari laporan program Dinas
kecacatan, tingginya angka kesakitan dan Kesehatan Provinsi DKI Jakarta tahun 2019
percepatan kematian (Ali, 2006; Mamhidira, angka prevalensi gizi kurang paling tinggi
2006; Andriani, 2012) terdapat di wilayah Kepulauan Seribu
Malnutrisi lebih sering terjadi pada sebesar 11 % kemudian Jakarta Pusat sebesar
masa diatas umur 6 bulan jika dibandingkan 2,6 %. Angka ini lebih tinggi jika
periode 4-6 bulan pertama kehidupan karena dibandingkan dengan angka prevalensi gizi
tidak sedikit keluarga yang tidak mengerti kurang provinsi DKI Jakarta yakni sebesar
kebutuhan khusus bayi, tidak tahu 1,1 %.
bagaimana cara membuat makanan sapihan Sehubungan dengan kendala letak
dari bahan-bahan yang tersedia di sekitar geografis dan keterbatasan waktu, maka
mereka atau belum mampu menyediakan survey cepat ini tidak dilaksanakan di
Kepulauan Seribu tetapi dilaksanakan di 210 balita. Responden survei adalah ibu yang
wilayah Jakarta Pusat. Prevalensi tertinggi memiliki balita berumur 0 – 59 bulan.
balita gizi kurang di Jakarta Pusat terdapat di
Kecamatan Sawah Besar yaitu sebesar 6,6
%. Teknik Pengambilan Sample
Tujuan umum survei ini adalah untuk Penentuan klaster dalam kecamatan.
mengetahui cakupan status gizi kurang pada Tahap 1 yaitu membuat daftar RW di seluruh
balita di Kecamatan Sawah Besar. Tujuan kecamatan Sawah besar. Wilayah Kecamatan
khusus meliputi: 1) Mengetahui pengetahuan Sawah Besar memiliki 5 kelurahan dengan
Ibu balita di Kecamatan Sawah Besar jumlah RW sebanyak 49 RW. Klaster di buat
tentang gizi kurang. 2) Mengetahui sikap Ibu berdasarkan jumlah RW. Sehingga terdapat
balita di Kecamatan Sawah Besar tentang 49 klaster.
gizi kurang. Tahap 2. Dari 49 klaster tersebut
kemudian dipilih 30 klaster secara acak
METODE dengan menggunakan tabel random
Penelitian berupa survei cepat atau sampling. Klaster pertama terpilih dari dua
rapid survey cakupan balita gizi kurang digit nomor pada tabel ramdom sampling.
menggunakan Teknik sample klaster Terus berurutan sampai terpenuhi 30 klaster.
( cluster
sampling). Pelaksanaan survei berdasarkan Gambar 1. Tabel Random sampling
pada pedoman pemantauan status gizi oleh
Kementerian Kesehatan RI tahun 2017. Pada
kecamatan sebagai lokasi survei akan dipilih
30 wilayah klaster secara acak. Satuan
Klaster berupa RW. Pada setiap klaster yang
terpilih dibutuhkan minimal 7 balita yang
memenuhi kriteria survei.
Populasi survei cakupan gizi kurang
ini adalah ibu yang memiliki balita berumur
0-60 bulan yang tinggal di wilayah
Kecamatan Sawah Besar. Pada setiap klaster
akan dipilih 7 balita berumur 0 - 59 bulan Diperoleh 2 digit terakhir adalah angka 41.
secara acak sehingga total untuk 30 klaster Maka klaster pertama yg terpilih adalah
akan dididapatkan jumlah sampel sebesar klaster 41. Klaster ke 2 diurutkan ke bawah
terdapat angka 49, maka yg menjadi klaster Tabel 1. Daftar Klaster terpilih untuk survei
ke 2 adalah klaster 49 begitu seterusnya Cakupan Gizi Kurang di
sampai memenuhi 30 klaster. Kecamatan Sawah Besar.

No
Nama
Kelurahan Rw
No Tahap 3 adalah pemilihan sampel
Klaster Klaster
Mangga Dua dalam klaster. 1) menetukan pusat kluster
1 Klaster 41 12 1
Selatan
(pusat keramaian) dengan cara acak /
2 Klaster 49 Pasar Baru 8 2
3 Klaster 19 Karang Anyar 12 3 melotre. 2) Dari titik pusat klaster terpilih
4 Klaster 17 Karang Anyar 10 4 berjalan melingkar seperti pola obat nyamuk
5 Klaster 18 Karang Anyar 11 5
untuk menemukan 7 rumah tangga yang
6 Klaster 11 Karang Anyar 4 6
Mangga Dua mempunyai balita usia 0-60 bulan.
7 Klaster 34 5 7
Selatan
8 Klaster 14 Karang Anyar 7 8
Gambar 2. Menentukan sampel dalam

9 Klaster 1
Gunung Sahari
1 9 klaster.
Utara
Gunung Sahari
10 Klaster 5 5 10
Utara
Mangga Dua
11 Klaster 40 11 11
Selatan
12 Klaster 26 Kartini 6 12
13 Klaster 15 Karang Anyar 8 13
14 Klaster 20 Karang Anyar 13 14
Gunung Sahari
15 Klaster 3 3 15
Utara
16 Klaster 43 Pasar Baru 2 16
17 Klaster 12 Karang Anyar 5 17
Gunung Sahari
18 Klaster 6 6 18
Utara Dari Gambar diatas, setelah dipilih secara
19 Klaster 27 Kartini 7 19
20 Klaster 21 Kartini 1 20
acak pusat klaster adalah rumah pak RW,

21 Klaster 39
Mangga Dua
10 21 kemudian berjalan melingkar sampai
Selatan
Mangga Dua menjumpai 7 rumah tangga yang mempunyai
22 Klaster 31 2 22
Selatan
23 Klaster 44 Pasar Baru 3 23
balita 0 - 60 bulan.
24 Klaster 46 Pasar Baru 5 24 Data dikumpulkan oleh pewawancara
25 Klaster 23 Kartini 3 25 atau enumerator dengan metode wawancara
26 Klaster 8 Karang Anyar 1 26
menggunakan instrumen kuesioner.
27 Klaster 28 Kartini 8 27
28 Klaster 25 Kartini 5 28 Kuesioner yang digunakan adalah modifikasi
Mangga Dua kuesioner Pemantauan Status Gizi 2017 oleh
29 Klaster 30 1 29
Selatan
30 Klaster 10 Karang Anyar 3 30 Kemenkes RI. Kuesioner kemudian diuji
Total Klaster 30 klaster coba kembali.
Data dianalisis dengan menghitung
estimasi proporsi cakupan balita gizi kurang,
dengan 95 % interval kepercayaan. Hasil sebelumnya telah dilakukan pengukuran
analisis disajikan dalam bentuk tabel dan antropometri. Pengetahuan dan Sikap ibu
diagram. balita diukur dengan kuesioner. Hasil survei
disajikan dalam tabel berikut.

HASIL
Hasil Survei cakupan gizi kurang pada Tabel 2.2 Karakteristik Responden
30 balita berusia 0-59 bulan di Kecamatan Karakteristk Responden Prosentase (%)
Sawah Besar diketahui berdasarkan Umur ibu
pengukuran lapangan, peneliti melakukan < 20 th 16,7
20 th – 35 th 63,3
pengukuran anthropometri terhadap balita >35 th 20,0
menggunakan indeks Berat Badan Umur Pendidikan
SD 10,0
(BB/U). Kategori yang digunakan adalah: SMP 20,0
gizi lebih (z-score > +2 SD); gizi baik (z- SMA 53,3
PT 16,7
score –2 SD sampai +2 SD); gizi kurang (z- Pekerjaan
score < -2 SD sampai –3 SD); gizi buruk (z- Bekerja 66,7
Tidak Bekerja 33,3
score < -3SD). Pengukuran Status Gizi Pendapatan per bulan
(BB/U) dapat dilihat pada Tabel Standar ≤ Rp 4.200.000,- 56,7
> Rp 4.200.000,- 43,3
Antropometri Penilaian Status Gizi Anak
sesuai dengan Permenkes No 2 tahun 2020
tentang Standar Antropometri Anak.
Tabel 2.3 Pengetahuan dan Sikap tentang
Hasil Survei Status Gizi Balita di kecamatan Gizi Balita
Sawah Besar dapat dilihat pada tabel berikut.
Variabel Persentase (%)
Tabel 2.1 Status Gizi Balita Pengetahuan
Status Gizi Balita Prosentase (%) Kurang 16,7
Cukup 20,0
Gizi Buruk 3,3 Baik 63,3
Gizi Kurang 6,7 Sikap
Gizi Baik 83,3
Kurang baik 16,7
Gizi Lebih 6,7
Cukup baik 26,7
Total 100 %
Baik 56,7

Status gizi kurang balita di kecamatan sawah Berdasarkan hasil survei diperoleh ibu
besar didapatkan hasil sebanyak 6,7 %. dengan pengetahuan kurang sebanyak 16,7
Responden dalam survey cepat ini % dan ibu dengan sikap kurang baik
adalah 30 orang Ibu dari balita yang sebanyak 16,7 %.
Analisa bivariat dilakukan untuk gizi balita. Hasil Uji Kai Kuadrat (Chi
melihat faktor yang berpengaruh pada status Square) disajikan dalam tabel.
No Var. Independen Status Gizi P
Buruk Kurang Baik Lebih
1 Umur ibu 0,28
< 20 th 20 % 0,0 % 80,0 % 0,0 %
20 th – 35 th 0,0 % 5,3 % 84,2 % 10,5 %
>35 th 0,0 % 16,7 % 83,3 % 0,0 %
2 Pendidikan 0,07
SD 33,3 % 33,3 % 33,3 % 0,0 %
SMP 0,0 % 0,0 % 100 % 0,0 %
SMA 0,0 % 6,3 % 87,5% 6,3 %
PT 0,0 % 0,0 % 80,0 % 20,0 %
3 Pekerjaan 0,25
Bekerja 0,0 % 10,0 % 80,0 % 10,0 %
Tidak Bekerja 10,0 % 0,0 % 90,0 % 0,0 %
4 Pendapatan per bulan 0,31
≤ Rp 4.200.000,- 5,9 % 5,9 % 88,2 % 0,0 %
> Rp 4.200.000,- 0,0 % 7,7 % 76,9 % 15,4 %
5 Pengetahuan ibu 0,009
Kurang 0,0 % 40,0 % 40,0 % 20,0 %
Cukup 16,7 % 0,0 % 83,3 % 0,0 %
Baik 0,0 % 0,0 % 94,7 % 5,3 %
6 Sikap ibu 0,002
Kurang 20,0 % 20,0 % 20,0 % 40,0 %
Cukup 0,0 % 12,5 % 87,5 % 0,0 %
Baik 0,0 % 0,0 % 100 % 0,0 %
Tabel 2.4 Distribusi Faktor Resiko Terhadap Kejadian Gizi Kurang pada Balita di Kecamatan
Sawah Besar

Hasil analisa hubungan antara variable- pendidikan ibu (P=0.7), pekerjaan ibu
variabel independen dengan status gizi (P=0,25), pendapatan per bulan (P=0,31),
kurang pada balita di Kecamatan Sawah tidak ada yang berhubungan dengan gizi
Besar diperoleh bahwa hasil uji statistiknya kurang pada balita di Kecamatan Sawah
hanya Pengetahuan ibu (P=0.009) dan sikap Besar
ibu (P=0.002) yang signifikan menjadi faktor
yang berhubungan dengan kejadian gizi
kurang pada Balita di Kecamatan Sawah
dengan nilai p < 0.05. Sedangkan variable
lainnya seperti variable umur ibu (P=0,28),
PEMBAHASAN
Hasil survei menunjukkan angka gizi makanan yang merupakan sumber zat-zat
kurang di wilayah kecamatan Sawah Besar gizi dan kepandaian dalam mengolah bahan
adalah 6,7 % Angka itu menunjukkan bahwa makanan. Status gizi yang baik penting bagi
dari 100 balita di Sawah Besar ada sekitar 7 kesehatan setiap orang, termasuk ibu hamil,
anak dengan status gizi kurang. Hasil survey ibu menyusui dan anaknya. Pengetahuan gizi
ini tidak jauh berbeda dengan status gizi memegang peranan yang sangat penting
kurang di Kecamatan Sawah Besar dalam penggunaan dan pemilihan bahan
berdasarkan data rutin Dinas Kesehatan makanan dengan baik sehingga dapat
Provinsi DKI Jakarta tahun 2019, yaitu mencapai keadaan gizi yang seimbang.
sebanyak 6,6 %. Hal ini menunjukkan bahwa Hasil Uji pengetahuan dan sikap ibu
pencatatan dan pelaporan di DKI Jakarta terhadap status gizi diperoleh bahwa ada
berjalan dengan baik. Terbukti dengan hanya hubungan yang signifikan antara
di temukan selisih 0,1 % pada data survey. pengetahuan ibu dengan status gizi balita di
Namun hal ini juga dapat berarti bahwa Kecamatan Sawah Besar. Hal ini sesuai
angka gizi kurang di tahun 2020 belum dengan penelitian sebelumnya yang
mengalami penurunan. Masih diperlukan dilakukan oleh Julita (2015) bahwa ada
adanya usaha untuk menurunkan angka gizi hubungan bermakna antara pengetahuan gizi
kurang di wilayah Kecamatan Sawah Besar. ibu dan sikap ibu dengan status gizi balitanya
Tentu dengan kerjasama berbagai pihak. di wilayah kerja puskesmas Rajabasa Indah,
Karakteristik responden, yaitu tingkat Kelurahan Rajabasa Raya Bandar Lampung.
pendidikan dan pekerjaan ibu, dalam Pada Hasil survey diperoleh ibu balita
penelitian ini tidak ada hubungannya dengan dengan pengetahuan kurang sebesar 16,7 %
kejadian gizi kurang pada balita 0-59 bulan dan ibu balita dengan sikap baik sebanyak
di Kecamatan Sawah Besar. Berbeda dengan 16,7 %. Pada ibu dengan pengetahuan
penelitian yang dilakukan oleh Sulastri, dkk kurang diperoleh hasil sebanyak 40 %
(2014), Aramiko (2011) dan Kusuma (2011) memiliki anak dengan status gizi kurang.
yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan Pada Ibu dengan Sikap kurang baik
ibu memiliki hubungan bermakna pada status diperoleh hasil sebanyak 20 % memiliki
gizi anak balita. anak dengan status gizi buruk dan 20 %
Pengetahuan menjadi faktor tidak dengan status gizi kurang.
langsung yang mempengaruhi status gizi. Hal ini dapat menjadi pertimbangan
Menurut (Suhardjo, 2005), Pengetahuan dalam perencanaan program selanjutnya,
tentang gizi adalah kepandaian memilih
yaitu dengan peningkatan pengetahuan dan Kami mengucapkan terima kasih
sikap ibu balita tentang gizi. kepada Dinas Kesehatan Provinsi DKI
Jakarta, Pimpinan Fakultas Kesehatan
KESIMPULAN Masyarakat Universias Respati Indonesia,
1. Status Balita Gizi Kurang di Kecamatan Puskesmas Kecamatan sawah Besar. dan
Sawah Besar adalah 6,7 % para enumerator yang telah membantu dan
2. Ibu balita dengan pengetahuan kurang mendukung terlaksananya survei ini.
sebanyak 16,7 %
3. Ibu balita dengan sikap kurang baik
DAFTAR PUSTAKA
sebanyak 16,7 %
4. Terdapat hubungan yang bermakna
Depkes RI. 2012. Analisis Situasi Gizi dan
antara pengetahuan ibu terhadap status
Kesehatan Masyarakat. Direktorat
gizi balita dengan nilai P = 0,009
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
5. Terdapat hubungan yang bermakna
Direktorat Gizi Masyarakat. Jakarta.
antara sikap ibu terhadap status gizi
balita dengan nilai P = 0,002 Kusuma, A.R. 2011. Hubungan Antara
Status Sosial Ekonomi Keluarga
SARAN Dengan Status Gizi Anak Usia
Masih diperlukan adanya usaha untuk Sekolah Di Sd N Godog I Polokarto
menurunkan angka gizi kurang di wilayah Sukoharjo. Skripsi thesis, Universitas
Kecamatan Sawah Besar. Keterlibatan Lintas Muhammadiyah Surakarta.
Sektor dan kerjasama berbagai pihak sangat
dr. Desak Putu Yuli Kurniati (2015). Survey
diharapkan.
Status Gizi dan Deteksi Faktor Risiko
Perlunya program – program yang
Gizi Kurang Pada Anak-Anak
dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap
Sekolah Dasar di Dusun
ibu balita tentang gizi agar status gizi kurang
Muntigunung, Kecamatan Kubu,
balita di wilayah Kecamatan Sawah Besar
Kabupaten Karangasem, Bali, 2015
dapat Menurun.
Pencatatan dan Pelaporan data harus
Supariasa, I.D.N, Bakri, B dan Fajar, I.
tetap dipertahankan dan ditingkatkan guna
(2002). Penilaian Status Gizi.
menunjang ketersediaan informasi yang
Penerbit Buku Kedokteran EGC,
akurat untuk perencanaan program.
Jakarta.

UCAPAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai