Anda di halaman 1dari 15

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di setiap Puskesmas yang ada di Kabupaten Bekasi
sebanyak 25 puskesmas dengan jumlah ibu hamil sebanyak 84 orang.
Secara geografis letak Kabupaten Bekasi berada pada posisi 6º 10’ 53” - 6º
30’ 6” Lintang Selatan dan 106º 48’ 28” -107º 27’ 29” Bujur Timur. Topografinya
terbagi atas dua bagian, yaitu dataran rendah yang meliputi sebagian wilayah
bagian utara dan dataran bergelombang di wilayah bagian selatan. Ketinggian
lokasi antara 6 – 115 meter dan kemiringan 0 – 250.
Wilayah Kabupaten Bekasi terbagi ke dalam 23 kecamatan yang meliputi 5
kelurahan dan 182 desa. Batas administrasi wilayah ini adalah:
Utara : Laut Jawa
Selatan: Kabupaten Bogor
Barat : Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi
Timur : Kabupaten Karawang
Adapun denah lokasi per kecamatan yang ada di Kabupaten Bekasi sebagai
berikut :

Gambar 1.1 Denah Lokasi Kecamatan Kabupaten Bekasi

30
31

Adapun nama-nama Puskesmas yang ada di Kabupaten Bekasi adalah sebagai


berikut :

Tabel 5.1 Distribusi Puskesmas di Kabupaten Bekasi

No Nama Puskesmas No Nama Puskesmas No Nama Puskesmas


1 Babelan I 16 Kd.waringin 31 Suka Tenang
2 Babelan II 17 Lemah Abang 32 Sukadami
3 Bahagia 18 Lembang sari 33 Sukajaya
4 Cabang Bungin 19 M.Gembong 34 Sukamahi
5 Cibarusah 20 Mangun jaya 35 Sukaraya
6 Cibatu 21 Mekar Mukti 36 Sukatani
7 Cikarang 22 Mekarsari 37 Sumber Jaya
8 Cipayung 23 Pebayuran 38 Tambelang
9 Danau Indah 24 Setia mekar 39 Tambun
10 Jatimulya 25 Setu I 40 Tarumajaya
11 Karang Bahagia 26 Setu II 41 Telaga Murni
12 Karang Harja 27 Sirnajaya 42 Tridayasakti
13 Karang Mulya 28 Setiamulya 43 Wanajaya
14 Karang Sambung 29 Sriamur 44 Wanasari
15 Karang Satria 30 Suka Indah

Berdasarkan tabel 5.1 ada 44 Puskesmas yang ada di Kabupaten


Bekasi, dari 44 Puskesmas tersebut hanya 25 puskesmas yang di teliti untuk
diambil sampel dalam penelitian, yaitu Puskesmas Babelan II, Bahagia,
Cibarusah, Cibatu, Cikarang, Cipayung, Danau Indah, Karang Sambung,
Karang Satria, Lemah Abang, Lembang Sari, Mangun Jaya, Mekarsari,
Pebayuran, Setia Mekar, Setiamulya, Setu I, Setu II, Suka Indah, Suka
Tenang, Sukajaya, Sumberjaya, Tambun, Tarumajaya, dan Wanasari. Dan
ada 19 puskesmas yang tidak diteliti dan diambil sampel hal ini dikarenakan
responden sudah selesai melaksanakan PMT selama 3 bulan.
32

B. Karakteristik Responden

1. Usia Ibu Hamil

Tabel 5.2 Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Usia

No Usia Ibu Hamil (Thn) n %


1 <20 11 13,2
2 20-35 63 75,6
3 >35 10 12,0
Total 84 100,0
Berdasarkan Tabel 5.2 diatas, menunjukkan bahwa usia ibu hamil
paling banyak diantara usia 20-35 tahun sebanyak 63 orang (75,6%).

Usia ibu hamil adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan atau
diadakan (Hoetomo, 2005). Usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah
20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia
di bawah 20 tahun ternyata 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari pada kematian
maternal yang terjadi pada usia 20 sampai 29 tahun. Kematian maternal
meningkat kembali sesudah usia 30 sampai 35 tahun (Sarwono, 2008). Usia
seorang wanita pada saat hamil sebaiknya tidak terlalu muda dan tidak terlalu
tua. Umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, berisiko tinggi
untuk melahirkan.

Wanita hamil kurang dari 20 tahun dapat merugikan kesehatan ibu


maupun pertumbuhan dan perkembangan janin karena belum matangnya alat
reproduksi untuk hamil. Resiko pada kehamilan remaja (<20 tahun) lebih
tinggi dibandingkan pada usia 20-30 tahun. Keadaan tersebut akan semakin
beresiko jika ditambah dengan tekanan (stress) psikologi, sosial, ekonomi,
sehingga memudahkan terjadinya keguguran (Manuaba, 2007). Kehamilan
remaja dengan usia di bawah 20 tahun mempunyai risiko sering mengalami
anemia, gangguan tumbuh kembang janin, keguguran, prematuritas, atau
BBLR, gangguan persalinan, preeklampsi, dan perdarahan antepartum.

Risiko keguguran akan meningkat dengan bertambahnya usia terutama


setelah usia 30 tahun, baik kromosom janin itu normal atau tidak, wanita
dengan usia lebih tua, lebih besar kemungkinan keguguran baik janinnya
normal atau abnormal (Murphy, 2000).
33

Semakin lanjut usia wanita, semakin tipis cadangan telur yang ada,
indung telur juga semakin kurang peka terhadap rangsangan gonadotropin.
Makin lanjut usia wanita, maka risiko terjadi abortus, makin meningkat karena
menurunnya kualitas sel telur atau ovum dan meningkatnya risiko kejadian
kelainan kromosom (Samsulhadi,2003).
Para peneliti mengatakan wanita di atas 35 tahun dua kali lebih rawan
dibandingkan wanita berusia 20 tahun untuk menderita tekanan darah tinggi
dan diabetes pada saat pertama kali kehamilan. Wanita yang hamil pertama
kali pada usia di atas 40 tahun memiliki kemungkinan sebanyak 60%
menderita takanan darah tinggi dan 4 kali lebih rawan terkena penyakit
diabetes selama kehamilan dibandingkan wanita yang berusia 20 tahun pada
penelitian serupa di University of California pada tahun 2000.

2. Usia Kehamilan Ibu Hamil

Tabel 5.3 Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Usia Kehamilan

No Usia Kehamilan (Trimester) n %


1 Trimester I 11 13,1
2 Trimester 2 68 81,0
3 Trimester 3 5 6,0
Total 84 100,0
Berdasarkan tabel 5.3 diatas, menunjukkan bahwa usia kehamilan ibu
hamil paling banyak pada trimester 2 sebanyak 68 ibu hamil (81%).

Kehamilan dibagi menjadi tiga periode bulanan atau trimester.


Trimester pertama adalah periode minggu pertama sampai minggu ke 13.
Trimester kedua adalah periode minggu ke 14 sampai ke 26, Sedangkan
Trimester ke tiga, minggu ke 27 sampai kehamilan cukup bulan 38-40
minggu.

Usia kehamilan trimester I (0-3 bulan/ 1-13 minggu) terjadi


pertumbuhan dan perkembangan pada sel telur yang telah dibuahi dan terbagi
dalam 3 fase yaitu fase ovum, fase embrio dan fase janin. Usia kehamilan
trimester II (4-6 bulan / 14 – 26 minggu) suatu periode pertumbuhan yang
cepat. Usia kehamilan trimester III (7-9 bulan/ 27 -40 minggu) periode
penyempurnaan bentuk dan organ organ tumbuh janin untuk siap dilahirkan.
34

Berat janin pada usia kehamilan trimester ini mencapai 2,5 Kg. Semua fungsi
organ organ tubuh yang mengatur kehidupan sudah berjalan dengan sempurna
( Helen Varney, 2000).

C. Program PMT untuk Ibu Hamil KEK di Kabupaten Bekasi

Program perbaikan gizi pada ibu hamil bertujuan supaya kebutuhan gizi ibu
hamil tercukupi. Sehingga resiko terjadinya KEK pada ibu hamil dapat tertangani.
Salah satu perbaikan gizi pada ibu hamil adalah pemberian PMT.
PMT dapat diberikan dengan asupan tinggi energi dan protein serta energi dan
protein yang seimbang. PMT pada ibu hamil dengan energi dan protein seimbang
(417 kalori dan 30 gram protein) yang dilakukan di India dapat meningkatkan berat
bayi lahir (girija et.al.,2000). Sedangkan penelitian yang dilakukan di Jawa Timur
oleh Kusin dan Kardjati pada tahun 2001 PMT dengan 465 kalori dan 7,1 gram
protein tidak berpengaruh terhadap berat bayi lahir. Hasil analisis PMT dengan energi
300-800 kkal/hari dengan energi yang berasal protein <25% dapat meningkatkan
tambahan berat badan ibu hamil yang menderita KEK, meningkatkan pertumbuhan
janin dan ukuran bayi yang dilahirakan (Kramer, 2000 diambil dalam Anwar et
al.,2003). Sebaliknya pemberian makanan yang tinggi protein (>25% dari kalori total)
dapat memberikan efek sebaliknya, yaitu penurunan berat badan dan berat badan bayi
yang dilahirkan.
PMT yang diberikan kepada ibu hamil ini berupa susu pabrikan yang
didistribusikan ke seluruh Puskesmas yang ada di Kabupaten Bekasi yang sebelumnya
sudah didata oleh petugas gizi yang ada di masing-masing Puskesmas.
Setelah data diberikan ke Dinas Kesehatan (Dinkes), produk PMT akan
dibagikan sesuai dengan jumlah data yang dilaporkan oleh puskesmas ke Dinkes dan
produk PMT diberikan untuk jangka waktu selama 3 bulan yaitu 16 box susu per satu
Ibu hamil KEK. Kemudian susu tersebut diberikan kepada responden dengan
mengukur BB dan LILA terlebih dahulu, kemudian responden diberikan edukasi
tentang resiko KEK pada ibu hamil, selanjutnya setiap bulan selama 3 bulan
responden akan diukur BB dan LILA untuk melihat pertambahan BB dan LILA.
Setelah program PMT selesai selama 3 bulan, petugas Puskesmas akan
merekap dan melaporkan hasil dari program PMT ibu hamil, dengan mengisi format
data yang telah diberikan oleh Dinkes.
35

D. Penambahan Berat Badan pada Ibu Hamil KEK di Kab Bekasi


Penambahan berat badan ibu hamil yang optimal umumnya terjadi pada usia
kehamilan 13-20 minggu atau Trimester 2, hal ini dikarenakan ibu biasanya akan
merasa lebih baik pada Trimester 2, saat itulah energi ibu hamil biasanya kembali.
Adapun tambahan kalori dan protein yang dibutuhkan bagi ibu hamil sesuai
Angka Kecukupan Gizi adalah Trimester I (Energi=100 kkal, Protein=17 gr),
Trimester 2 (Energi=300 kkal, Protein=17 gr), Trimester 3 (Energi=100 kkal,
Protein=17 gr).
Kecukupan energi juga merupakan problem gizi pada wanita hamil di
Indonesia dan Negara berkembang lainnya. Besarnya prevalensi kurang energi kronis
(KEK) di Indonesia sebesar 41% (Depkes 2003) dan di Negara berkembang rata-rata
konsumsi hanya dua per tiga dari rekomendasi yang dianjurkan (Mora dan Nestel,
2000). Mengingat dampak kurang gizi yang sangat luas, maka perlu upaya
penanggulangan gizi ibu hamil.

Berikut gambaran proporsi karakteristik ibu hamil yang mendapatkan PMT di


Puskesmas Kabupaten Bekasi :
Tabel 5.4 Distribusi program PMT
berdasarkan usia kehamilan dan penambahan berat badan ibu hamil
KEK di Kabupaten Bekasi.
No Usia Penambahan Berat badan Total
Kehamilan Bertambah Tidak
(Trimester) Bertambah
n % n % n %
1 Trimester I 11 100,0 0 0,0 11 100
2 Trimester 2 60 88,2 8 11,8 68 100
3 Trimester 3 3 60,0 2 40,0 5 100
Total 74 88,1 10 11,9 84 100

Berdasarkan hasil analisis , total responden pada usia kehamilan trimester 1


sebanyak 11 responden dan semuanya terjadi penanambahan berat badan 100%. Pada
awal kehamilan trimester 1 akan terjadi peningkatan metabolisme, perubahan
hormonal dan juga sistem organ mulai dibentuk dan dimulai berfungsi. Bagi ibu hamil
periode ini merupakan masa penyesuaian baik secara fisik maupun emosi. Ibu hamil
umumnya akan mengalami perasaan ingin muntah, mual, merasa lelah yang dikenal
dengan morning sickness, walaupun kejadian ini dapat terjadi tidak hanya di pagi hari.
36

Pada kehamilan trimester pertama pertumbuhan janin lambat, mulai


trimester dua dan seterusnya, pertumbuhan janin terjadi dengan laju lebih cepat.
Sejak menginjak bulan keempat, umumnya ibu hamil sudah bebas dari
gangguan morning sicknes, sehingga ibu merasakan nafsu makan kembali.
Sekalipun demikian pada trimester ini harus memperhatikan komposisi maka
yang dikonsumsi (Musbikin, 2014).
Pada usia kehamilan trimester 2 dengan total responden 68, ada sebanyak 60
responden (88,2%) yang berat badannya bertambah, dan 8 responden (11,8%) berat
badannya tidak bertambah.
Kebutuhan gizi akan terus meningkat, terutama setelah memasuki kehamilan
trimester kedua. Sebab pada saat itu, pertumbuhan janin belangsung sangat cepat. Hal
lain yang perlu diperhatikan meskipun nafsu makan meningkat, tetaplah berpegang
pada pola makan dengan gizi seimbang. Status gizi ibu hamil yang baik selama proses
kehamilan, harus mengalami kenaikan berat badan sebanyak 10-12 kg. yaitu pada
trimester pertama kenaikan kurang lebih dari 1 kg, sedangkan pada trimester kedua
kurang lebih 3 kg dan pada trimester ketiga kurang lebih mencapai 6 kg.
Sedangkan, pada usia kehamilan trimester 3 dengan total 5 responden, yang
berat badannya bertambah sebanyak 3 responden (60%), dan yang berat badannya
tidak bertambah sebanyak 2 responden (40%).
Ibu hamil merupakan kelompok yang cukup rawan gizi. Kekurangan gizi pada
ibu hamil mempunyai dampak yang cukup besar terhadap proses pertumbuhan janin
dan anak yang akan dilahirkan. Bila ibu hamil mengalami kurang gizi maka akibat
yang akan ditimbulkan antara lain: keguguran, bayi lahir mati, kematian neonatal,
cacat bawaan, anemia pada bayi, dan bayi lahir dengan BBLR. Beberapa penelitian
membuktikan bahwa pengaruh gizi kurang terhadap kejadian BBLR cukup besar pada
ibu hamil, apalagi kondisi gizi ibu sebelum hamil buruk. Masalah gizi kurang pada
ibu hamil ini dapat dilihat dari prevalensi Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan
kejadian anemia. Untuk memperkecil resiko BBLR diperlukan upaya
mempertahankan kondisi gizi yang baiik pada ibu hamil. Upaya yang dilakukan
berupa pengaturan konsumsi makanan, pemantauan pertambahan berat badan,
pemeriksaan kadar Hb, dan pengukuran LILA sebelum atau saat hamil.
Kondisi Ibu Hamil sangat berbeda dengan kondisi sehari-hari normal. Ibu hamil
mebutuhkan peningkatan zat gizi karena meningkatnya metabolism energi dan
support untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil butuh penambahan
37

semua zat gizi, hanya yang seringkali terabaikan biasanya energi protein dan beberapa
mineral, misal zat besi dan kalsium. Kehamilan menyebabkan meningkatnya
metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat
selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan,
perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan zat gizi
tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna.
Kebutuhan gizi akan terus meningkat, terutama setelah memasuki kehamilan
trimester kedua. Sebab pada saat itu, pertumbuhan janin belangsung sangat cepat. Hal
lain yang perlu diperhatikan meskipun nafsu makan meningkat, tetaplah berpegang
pada pola makan dengan gizi seimbang. Status gizi ibu hamil yang baik selama proses
kehamilan, harus mengalami kenaikan berat badan sebanyak 10-12 kg. yaitu pada
trimester pertama kenaikan kurang lebih dari 1 kg, sedangkan pada trimester kedua
kurang lebih 3 kg dan pada trimester ketiga kurang lebih mencapai 6 kg.
Kenaikan berat badan ibu hamil dapat dipakai sebagai indeks untuk
menentukan status gizi wanita hamil, karena terdapat kesamaan dalam jumlah
kenaikan berat badan dan berat badan diwaktu hamil pada semua ibu hamil.
Waktu yang tepat untuk melaksanakan program suplementasi gizi ibu hamil
adalah trimester II dan III dimana pertumbuhan janin berjalan cepat. Suplementasi
gizi memberikan dampak untuk menurunkan angka bayi berat lahir rendah (BBLR).
Kebutuhan energi pada trimester I meningkat secara minimal. Kemudian
sepanjang trimester II dan III kebutuhan energi terus meningkat sampai akhir
kehamilan. Energi tambahan selama trimester II diperlukan untuk pemekaran jaringan
ibu seperti penambahan volume darah, pertumbuhan uterus, dan payudara, serta
penumpukan lemak. Selama trimester III energi tambahan digunakan untuk
pertumbuhan janin dan plasenta.
Karena banyaknya perbedaan kebutuhan energi selama hamil, maka WHO
menganjurkan jumlah tambahan sebesar 150 Kkal sehari pada trimester I, 350 Kkal
sehari pada trimester II dan III. Di Kanada, penambahan untuk trimester I sebesar 100
Kkal dan 300 Kkal untuk trimester II dan III. Sementara di Indonesia berdasarkan
Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi ditentukan angka 285 Kkal perhari selama
kehamilan. Angka ini tentunya tidak termasuk penambahan akibat perubahan
temperatur ruangan, kegiatan fisik, dan pertumbuhan. Patokan ini berlaku bagi
mereka yang tidak merubah kegiatan fisik selama hamil.
38

Tabel 5.5 Proporsi ibu hamil KEK dalam program PMT berdasarkan
penambahan berat badan di kabupaten Bekasi
No Variabel Mean SD SE P-Value n
Berat Badan (kg)
1 Pengukuran Awal 43,83 5,86 0,640 0,00 84
sebelum diberikan PMT

2 Pengukuran terakhir 48,94 5,88 0,642 0,000 84


setelah diberikan PMT

Rata- rata pengukuran berat badan awal pada ibu hamil adalah 43,83 dengan
standar deviasi 5,86. Sedangkan pada pengukuran terakhir didapat rata-rata 48,94
dengan standar deviasi 5,88. Terlihat nilai mean berbeda antara pengukuran awal dan
terakhir adalah 5,11 dengan standar deviasi 0,02. Hasil uji statistik menggunakan
metode paired sample t test didapatkan nilai probabilitas (p value) sebesar p=0.000
(p<0.05), maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara penambahan
berat badan pada pengukuran awal sebelum diberikan PMT dan pengukuran terakhir
setelah diberikan PMT.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Taslim (2010) ibu hamil kurang energi
kronis yang menerima PMT yang mengandung kurang lebih 600-700 kkal dan 15-20
g protein setiap hari selama 3 bulan berturut-turut, menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan rata-rata berat badan sesudah 3 bulan intervensi secara bermakna.
Pengaturan makan ibu hamil akan mempengaruhi kecukupan zat gizi dan status gizi
ibu hamil. Hal ini didukung oleh studi Kohor yang dilakukan oleh P Lagiou, dkk yang
menunjukkan adanya hubungan antara pengaturan asupan energi dengan peningkatan
berat badan ibu hamil pada akhir trimester II (p=0,006). Begitu pula hasil penelitian
yang dilakukan oleh L M Sacco yang menunjukkan adanya hubungan antara
pengaturan asupan energi dan protein terhadap kecukupan zat gizi pada ibu hamil.
39

E. Pertambahan LILA pada Ibu Hamil KEK di Kab Bekasi


Tabel 5.6 Distribusi program PMT
berdasarkan penambahan berat badan dan penambahan LILA ibu
hamil KEK di Kabupaten Bekasi.
No Usia kehamilan Penambahan LILA Total
(Trimester) Bertambah Tidak
Bertambah
n % n % n %
1 Trimester 1 3 27,3 8 72,7 11 100
2 Trimester 2 18 26,5 50 73,5 68 100
3 Trimester 3 3 60,0 2 40,0 5 100
Total 24 28,6 60 71,4 84 100

Berdasarkan hasil analisis , penambahan berat badan ibu hamil berdasarkan


usia kehamilan (trimester) terhadap penambahan LILA paling banyak pada usia
kehamilan trimester 2 yaitu sebanyak 18 responden (26,5%).
Seseorang dikatakan menderita KEK bilamana LILA <23,5 cm. Kondisi KEK
pada ibu hamil harus segera di tindak lanjuti sebelum usia kehamilan mencapai 16
minggu (Chinue, 2009). LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko Kekurangan
Energi Kronis KEK wanita usia subur termasuk remaja putri. Pengukuran LILA tidak
dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek, tetapi
cara ini dapat digunakan dalam deteksi dini dan menapis resiko BBLR (Saimin,
2006).

Gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit,
menggambarkan cadangan energi, sehingga dapat mencerminkan kekurangan energi
dan kalori (KEK) pada ibu hamil (Proverawati & Asfuah, 2009).

Status gizi yang buruk (KEK) sebelum dan selama kehamilan akan
menyebabkan ibu melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Di samping itu,
akan mengakibatkan anemia pada bayi baru lahir, mudah terinfeksi, abortus
terhambatnya pertumbuhan otak janin (Supariasa, 2002).
40

Tabel 5.7 Proporsi ibu hamil KEK dalam program PMT berdasarkan
penambahan LILA di kabupaten Bekasi
No Variabel Mean SD SE P-Value n
LILA
1 Pengukuran Awal 21,28 1,30 0,142 0,000 84
Sebelum diberikan PMT

2 Pengukuran terakhir 22,88 1,21 0,132 0,000 84


Setelah diberikan PMT

Rata- rata pengukuran LILA awal pada ibu hamil adalah 21,28 dengan standar
deviasi 1,30. Sedangkan pada pengukuran terakhir didapat rata-rata 22,88 dengan
standar deviasi 1,21. Terlihat nilai mean berbeda antara pengukuran awal dan terakhir
adalah 1,60 dengan standar deviasi 0,10. Hasil uji statistik menggunakan metode
paired sample t test didapatkan nilai probabilitas (p value) sebesar p=0.000 (p<0.05),
maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara penambahan LILA
pada pengukuran awal sebelum diberikan PMT dan pengukuran terakhir setelah
diberikan PMT.
Salah satu cara digunakan untuk mengetahui terjadinya kurang energi kronis
yaitu dengan melaksanakan pengukuran lingkar lengan atas (LILA) hal ini disebabkan
karena pengukuran lingkar lengan atas dapat memberikan gambaran tentang keadaan
jaringan otot dan lapisan lemak dibawah kulit dimana pada pengukuran yang lain
tidak diperoleh, dari keseluruhan energi pada masa kehamilan 50% disimpan dalam
bentuk lemak. (Dini Latief, 2012).
Apabila LILA > 23,5 cm menunjukkan keadaan gizi normal dan jika LILA <
23,5 cm menunjukkan gizi kurang atau biasa disebut kurang energi kronis. Ukuran
LILA pada ibu hamil yang < 23,5 cm merupakan indikator yang kuat untuk
mengetahui status gizi ibu yang kurang, sehingga ia berisiko untuk melahirkan bayi
berat badan lahir rendah(Suryani As’ad, 2014).
Perubahan lingkar lengan atas (LILA) mengikuti pola pertumbuhan berat
badan, perbedaan lingkar lengan atas nyata terlihat pada trimester I dibandingkan
dengan trimester lainnya.
Lingkar lengan atas (LILA) berkorelasi erat dengan indeks berat badan umur
(BB/U) maupun berat badan untuk tinggi badan (BB/TB). Ukuran LILA merupakan
indikator yang sangat labil, dapat naik dan turun dengan cepat. Lingkar lengan atas
41

merupakan indeks yang sederhana sebagai teknik pengukuran yang cepat. (Abas
Basuni Jahari, 2015)

F. Efektifitas Program PMT Ibu Hamil KEK di Kabupaten Bekasi


Efektifitas program PMT yaitu penilaian prosentase penambahan berat badan
dan LILA untuk melihat ukuran keberhasilan dari program PMT ibu hamil KEK dan
telah diberikan PMT selama 3 bulan.
Program PMT ibu hamil KEK di Kabupaten Bekasi bertujuan sebagai upaya
peningkatan status gizi dan mencegah resiko dan dampak KEK ibu hamil serta
menyediakan dan mendistribusikan makanan tambahan pemulihan bagi ibu hamil
keluarga miskin. Hal ini sejalan dengan salah satu ketetapan Kemenkes mengenai
acuan strategi penanggulangan masalah gizi makro, khususnya pada ibu hamil dengan
melakukan subsidi langsung berupa PMT.
Efektifitas program PMT dapat dilihat dari penambahan berat badan dan
LILA, dikatakan efektif jika prosentase penambahan berat badan dan LILA ibu hamil
≥50%. Dilihat dari hasil analisis 5.10 bahwa prosentase penambahan berat badan dan
LILA sebesar 28,4% sehingga dikatakan belum efektif. .Ketidakberhasilan ini dapat
diakibatkan beberapa sebab diantaranya ibu yang tidak rutin mengkonsumsi makanan
tambahan, ataupun asupan gizi pokok baik kuantitas maupun kualitas masih belum
memenuhi asupan gizi seimbang.
Banyaknya program terkait bidang gizi yang mempengaruhi efektifitas
program PMT ibu hamil KEK, hal ini diakibatkan sulitnya pengawasan dan penilaian
terhadap program PMT dan menjadi salah satu alasan mengapa PMT hanya dinilai
sebatas pendistribusian hingga ke Puskesmas.
Ambang batas yang dikatakan masalah kesehatan masyarakat apabila
prevalensi KEK lebih dari 10%. Oleh karena itu, masih tingginya prevalensi ibu hamil
KEK menjadi salah satu dasar diadakannya program PMT untuk ibu hamil KEK di
Kabupaten Bekasi.
42

G. Keterbatasan Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini, terdapat beberapa keterbatasan yang dimiliki
peneliti pada saat melakukan penelitian yang dapat memunculkan potensi bias.
Keterbatasan pada penelitian ini diantaranya adalah :Waktu penelitian ini tidak
dilakukan penuh selama 3 bulan, hanya bulan ke-2 dan ke-3 dilakukan penelitian
mendalam. Penelitian ini diperkaya dengan penelitian deskriptif data sekunder
dengan pendekatan kuantitatif dari laporan kegiatan monitoring PMT ibu hamil KEK.
Hanya 25 puskesmas dari 44 puskesmas yang ada di Kabupaten Bekasi yang dapat
diambil datanya untuk menunjang penelitian ini.
43

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Berat badan ibu hamil bertambah pada usia kehamilan trimester 2 yaitu sebanyak
60 responden (88,2%). Rata- rata pengukuran berat badan awal pada ibu hamil
adalah 43,83 dengan standar deviasi 5,86. Sedangkan pada pengukuran terakhir
didapat rata-rata 48,94 dengan standar deviasi 5,88. Terlihat nilai mean berbeda
antara pengukuran awal dan terakhir adalah 5,11 dengan standar deviasi 0,02. Hasil
uji statistik menggunakan metode paired sample t test didapatkan nilai probabilitas
(p value) sebesar p=0.000 (p<0.05), maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang
signifikan antara penambahan berat badan pada pengukuran awal sebelum
diberikan PMT dan pengukuran terakhir setelah diberikan PMT.

2. LILA ibu hamil bertambah pada trimester 2 sebanyak 18 responden (26,5%). Rata-
rata pengukuran LILA awal pada ibu hamil adalah 21,28 dengan standar deviasi
1,30. Sedangkan pada pengukuran terakhir didapat rata-rata 22,88 dengan standar
deviasi 1,21. Terlihat nilai mean berbeda antara pengukuran awal dan terakhir
adalah 1,60 dengan standar deviasi 0,10. Hasil uji statistik menggunakan metode
paired sample t test didapatkan nilai probabilitas (p value) sebesar p=0.000
(p<0.05), maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara
penambahan LILA pada pengukuran awal sebelum diberikan PMT dan pengukuran
terakhir setelah diberikan PMT.

3. Untuk melihat efektifitas program PMT yaitu efektif jika prosentase penambahan
berat badan dan LILA ibu hamil ≥50%, dari hasil analisis didapatkan bahwa
prosentase penambahan berat badan dan LILA sebesar 28,4% sehingga dikatakan
tidak efektif.
44

B. Saran
1. Diperlukannya pengawasan program PMT yang terkait dengan penambahan berat
badan ibu hamil setiap bulannya serta pada saat ibu hamil mengkonsumsi produk
PMT
2. Diperlukan koordinasi dengan kader dalam hal pengawasan apakah ibu hamil yang
mendapatkan PMT tersebut benar-benar mengkonsumsi sesuai dengan anjuran
yang diberikan.
3. Waktu penelitian sebaiknya dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan sehingga
dapat tergambar secara lebih aktual program PMT ibu hamil KEK yang terjadi di
lapangan

Anda mungkin juga menyukai