Anda di halaman 1dari 31

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada studi kasus continuity of care ini membahas tentang kesenjangan antara

teori dan hasil dari asuhan kebidanan komprehensif yang telah penulis lakukan

mulai dari ante natal care, intranatal care, bayi baru lahir, post natal care, neonatus

dan pelayanan kontrasepsi pada Ny C usia 32 tahun dengan GiVP3003 HPHT : 20

April 2023, TP : 27 Januari 2024. Kontrak pertama dimulai pada tanggal 11

Januari 2024 yaitu pada masa kehamilan 37 minggu 6 hari dengan pembahasan

sebagai berikut:

A. Pembahasan Asuhan Kebidanan Kehamilan

Umur Ny. C pada kehamilan ini adalah 32 tahun. Umur adalah umur pada

saat ulang tahun terakhir. Umur seorang ibu berkaitan dengan alat – alat

reproduksi wanita, umur reproduksi yang aman dan sehat sekitar usia 20-35

tahun. Usia kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan

kehamilan risiko tinggi karena diusia kurang dari 20 tahun secara

biologis belum optimal, emosi cenderung labil, mental belum matang

sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya

perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat - zat gizi selama kehamilan.

Sedangkan pada usia 35 tahun keatas terkait dengan kemunduran dan penurunan

daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang menimpa diusia ini serta makin

tua umur ibu maka akan terjadi kemunduran yang progresif dari

endometrium sehingga untuk mencukupi kebutuhan nutrisi janin diperlukan

251
252

pertumbuhan plasenta yang lebih luas. Kematian maternal pada wanita hamil

dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun beresiko 2 - 5 kali lebih tinggi

dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20 - 29 tahun. Kematian

maternal meningkat kembali sesudah usia 30 - 35 tahun (Aliyah et al, 2020) dan

hal ini sejalan dengan jurnal Sarawati C , tahun 2018 yang menyatakan bahwa

usia 21–35 tahun adalah masa di mana ibu hamil memiliki risiko kesehatan paling

rendah. Secara umum, masa-masa ini disebut sebagai waktu ideal untuk hamil

dan melahirkan. Menurut penulis tidak terdapat kesenjangan antara teori dan

praktik yang terlaksana, karena klien tidak termasuk kategori usia yang dapat

dikategorikan dalam kehamilan risiko tinggi.

Pada kehamilan ini NY. C telah melakukan pemeriksaan antenatal sebanyak

16 kali, Ny. C rutin memeriksakan kehamilannya ke PMB, puskesmas dan dokter

spesialis kandungan. Pada trimester I ibu memeriksakan kehamilannya sebanyak

4x, pada trimester II sebanyak 4x dan pada trimester III sebanyak 8x. Ibu

mendapatkan tablet penambah darah dan vitamin yang diberikan oleh bidan di

puskesmas ketika melakukan pemeriksaan kehamilan. Kebijakan program

pelayanan antenatal care menetapkan frekuensi kunjungan pemeriksaan kehamilan

untuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan janin minimal 4 kali

selama kehamilan yaitu pada kehamilan trimester satu 1 kali kunjungan,

kehamilan trimester dua 2 kali kunjungan, dan kehamilan trimester tiga sebanyak

3 kali kunjungan (Buku Kesehatan Ibu dan Anak kementrian Kesehatan RI tahun

2022). Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik yang terlaksana, karena

klien rutin memeriksakan kehamilannya.


253

Pada pemeriksaan kehamilan trimester III tanggal 11 Januari 2024 pukul

10.00 WITA, di usia kehamilan 37 minggu 6 hari dan pada tnggal Dilakukan

pemeriksaan kehamilan kunjungan ulang tanggal 02 Februari 2024 pukul 09.30

Wita di usia kehamilan 41 minggu 1 hari., berat erat badan Ny.C menjadi 60 kg.

sehingga sebelum hamil hingga sekarang BB ibu naik sebanyak 12 kg .

Pertambahan BB yang normal pada ibu hamil yaitu berdasarkan massa

tubuh, dimana metode ini menentukan pertambahan optimal selama masa

kehamilan, karena merupakan hal yang penting untuk mengetahui BMI (Indeks

Masa Tubuh = IMT) pada wanita hamil (Kemenkes RI, 2020). Menurut

(Kementrian Kesehatan, 2020) mengatakan bahwa normal IMT ibu hamil yaitu

(18,5-25), kenaikkan BB pada TM I yaitu (1,5-2,0), kenaikkan pada TM II (4,0-

6,0), dan pada TM III (6,0-8,0), jumlah total seluruh yaitu (11,5- 16,0). Ny. C

mengalami kenaikan berat badan sebanyak 10 kg selama kehamilan sehingga

terdapat kesenjangan antara kasus dengan teori. Penimbangan berat badan pada

setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan

pertumbuhan janin.

Menurut (Melani, 2022) selama kehamilan peningkatan ± 9-12,5 kg

karena adanya pertumbuhan janin dan bertambahnya jaringan tubuh ibu karena

kehamilan. Kenaikan terlihat pada kehamilan berumur 4 bulan sampai menjelang

persalinan. Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilo gram selama

kehamilan atau kurang dari 1 kilo gram setiap bulannya menunjukkan adanya

gangguan pertumbuhan janin (Melani, 2022). Bila berat badan naik pada akhir

bulan keempat kurang dari 4-5 kg pada akhir bulan keenam, pertumbuhan
254

mungkin terganggu, kehidupan janin terancam, ibu mungkin kekurangan gizi

(kurang energi kronis), batuk menahun, malaria, dan lain-lain yang perlu segera

diobati (Farid, 2019). Menurut Sulistyowati (2017), ibu hamil yang tidak

mengalami kenaikan berat badan atau berat badan kurang selama kehamilan maka

resiko bayi lahir dengan berat badan rendah. Bayi dengan berat badan rendah akan

terganggu perkembangan dan kecerdasannya, selain kesehatan fisiknya juga

kurang bagus. Jika ibu mengalami kenaikan berat badan yang berlebihan juga

akan berdampak bayi akan beresiko terhambat pertumbuhannya akibat

penyempitan pembuluh darah, dan pada ibu akan beresiko komplikasi baik selama

kehamilan maupun persalinan seperti perdarahan, tekanan darah tinggi atau

keracunan kehamilan, juga akan sulit menghilangkan kelebihan berat badan

setelah melahirkan.

Pada pemeriksaan umum pada kunjungan III tnggl 11 januari 2024 dan

kunjunagn ulangan tanggal 01 Februari 2024 didapatkan kesadaran ibu compos

mentis, pada pemeriksaan tanda- tanda vital didapatkan hasil tekanan darah

128/82 mmHg, nadi 84 x/i, pernafasan 20 x/i, suhu 36,8°C ., nilai MAP 97,3

mmHg pada kunjungan III dan pada kunjungan uklangan nilai MAP 91,6

mmHg .

Mean arterial pressure adalah tekanan arteri rata-rata selama satu siklus

denyutan jantung yang didapatkan dari pengukuran tekanan darah systole dan

tekanan darah diastole. Nilai normal dari MAP adalah berkisar antara 70-100

mmHg. Pada penghitungan MAP akan didapatkan gambaran penting dalam

tekanan darah yaitu : tekanan sistolik adalah tekanan maksimal ketika darah
255

dipompakan dari ventrikel kiri, batas normal dari tekanan sistolik adalah 100-140

mmHg, tekanan diastolik adalah tekanan darah pada saat relaksasi, batas normal

dari tekanan diastolik adalah 60-80 mmHg. Tekanan diastolik menggambarkan

tahanan pembuluh darah yang harus dicapai oleh jantung (Masruroh & Santoso,

2020).

Nilai mean arterial pressure didapatkan dengan cara mengukur tekanan

darah seperti biasanya kemudian selanjutnya dihitung dengan rumus tekanan

darah sistolik ditambah dengan dua kali tekanan darah diastolik dibagi tiga.

Dikatakan normal bila didapatkan hasil antara 70-99 mmhg dan dikatakan

berisiko bila nilai mean arterial pressure >99 mmhg. Hipertensi terjadi sebagai

akibat dari terjadinya vasokonstriksi dan penurunan tekanan vaskuler perifer.

Meskipun hipertensi sebagai tanda kedua dari preeklampsi, ini juga penting

sebagai indikasi dini terjadinya preeklampsi. (Masruroh & Santoso,

2020).berdasarkan hasil tersebut tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek

nilai MAP Ny.C dalam batas normal

Lingkar Lengan Atas (LILA) adalah antropometri yang dapat

menggambarkan keadaan status gizi, keadaan status gizi yang baik adalah LILA

tidak kurang dari 23,5 cm. Seseorang dikatakan menderita risiko KEK jika LiLA

< 23 cm. (Aryaneta & Silalahi, 2021). Berat badan lahir bayi bisa dipengaruhi

oleh status gizi ibu karena bila ibu kurang dalammengkonsumsi makanan yang

sehat dan bergizi akan menyebabkan kekurangan energi kronis yang beresiko

melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) (Yuliana, 2017). Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Potu, 2017) yang menyatakan
256

bahwa ibu hamil dengan LILA < 23,5 cm beresiko melahirkan bayi dengan

BBLR. Hasil pemeriksaan LILA Ny. C adalah 29 cm. Berdasarkan hal tersebut

tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktik, karena dari hasil pemeriksaan

didapatkan hasil LILA Ny. C tidak kurang dari 23,5 cm

Berdasarkan pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada tanggal 04 Juli

2023 didapatkan hasil Hb 12,7 g%l, HbsAg non reakif, Sifilis non reaktif HIV/

AIDS non reaktif, protein urine negative dan GDS 120 mg/dl. Dan dilakukan

pemeriksaan ulang pada trimester ke III , tnggl 11 Januari 2024 didapatkan

haaasil hb 10,2 gr/dl dan dilakuakn evaluasi ulangan pada tanggl 1 Februari 2024

Hb 12,0 gr/dl. Batas normal hemoglobin (Hb) pada wanita hamil adalah ≥ 11,0

gr/dl pada trimester 1 dan timester 3 sedangkan pada trimester 2 nilai hb normal

pada wanita hamil adalah ≥ 10,5 gr/dl (WHO, 2022)., sehingga tidak ada

kesenjanagn antara teori dengan praktek.

Pemeriksaan hb pada saat hamil dianjurkan minimal 2 kali diantaranya saat

trimester pertama dan trimester ketiga. Tujuan pemeriksaan hb pada saat hamil

diantaranya untuk mengetahui kadar sel darah merah pada ibu hamil ( dinas

Kesehatan pak-pak barat, 2018), pada Ny.C pasien dilakukan pengambilan sample

darah sebanyak 1 x pada trimester 1 tanggl 04 Juli 2023 dan pada trimester 3 pada

tanggal 11 januari 2024 ( Hb 10,2 gr/dl) evaluasi ulangan pada tanggal 01

Februari (hb 12,0 gr/dl), tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan praktek

Saat ibu hamil dilakukan pemantauan secara ketat yaitu dengan melakukan

Antenatal Care (ANC) tepat waktu dan lengkap pada ibu hamil termasuk
257

pemberian tablet Fe (kalsium) kepada ibu dan memonitornya melalui petugas

surveilance Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) (Kusumawardani & Handayani,

2018).

Anjuran kunjungan antenatal yang berkualitas adalah minimal 6 kali

selama kehamilan dan minimal 2 kali pemeriksaan oleh dokter pada trimester 1

untuk deteksi kelainan medis secara umum dan pemeriksaan dokterpada

trimester 3 untuk mendeteksi komplikasi kehamilan dan persiapan rujukan

persalinan jika diperlukan (Kementerian Kesehatan RI, 2021). Pemerintah

menetapkan, bahwa pelayanan antenatal yang baik memenuhi asuhan standar

yaitu timbang dan ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, ukur lingkar lengan

atas, ukur tinggi fundus uteri, tentukan presentasi janin dan denyut jantung

janin (DJJ), skrining imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanus bila

diperlukan, beri tablet tambah darah, tes/periksa laboratorium,

tatalaksana/penanganan kasus, temu wicara/konseling (Kementerian Kesehatan

RI, 2021)

Penulis tetap melakukan pengawasan selama kehamilan, proses kehamilan

dapat berjalan dengan baik. Sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara teori

dengan praktik karena penambahan berat badan, IMT, MAP, LILA, dan

pemeriksaan Hemoglobin pada Ny. C selama kehamilan sesuai dengan teori.

B. Pembahasan Asuhan Kebidanan Intranatal

Berdasarkan HPHT tanggal 20/04/2023 usia kehamilan Ny. C pada tanggal

04/02/2024 adalah 41 minggu 3 hari dan berdasarkan hasil pemeriksaan


258

penunjang USG oleh dr.Sp.OG pada 02/002/2024 menunjukkan usia kehamilan

41 minggu 1hari. Menurut (Sarwono, 2017) bila dihitung dari saat fertilisasi

hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 37-42

minggu atau 9 bulan 10 hari menurut kalender internasional. Menurut penulis

teori ini sesuai dengan usia kehamilan Ny.C pada saat proses persalinan ini.

Pada pemeriksaan kala I tanggal 04 Februari 2024 pukul 07.30 WITA

dilakukan pemeriksaan kehamilan meliputi pengkajian, pemeriksaan umum,

pemeriksaan fisik lengkap. Pada saat pengkajian penulis mendapatkan informasi

mengenai keluhan ibu yaitu perut terasa kencang-kencang sejak tanggal 04

Februari 2024 pukul 02.00 WITA disertai keluar lendir bercampur darah. Ibu

merasa perut kencang-kencang semakin sering, sehingga pada pukul 07.30 WITA.

Pada pemeriksaan umum didapatkan hasil tekanan darah120/90 mmHg, nadi 80

x/menit, pernapasan 18 x/menit, dan suhu 36,7°C. Pada saat pemeriksaan fisik

didapatkan hasil pada abdomen yaitu DJJ 135x/menit, His 4 kali dalam 10 menit

dan lamanya 25-35 detik,saat dilakukan pemeriksaan dalam dan didapat hasil

Tidak ada luka parut pada vagina, affecement 75%, pembukaan 5 cm, ketuban

menonjol, tidak ada tali pusat yang menumbung maupun bagian-bagian kecil yang

teraba, presentasi kepala, denominator UUK, molase 0, hodge I.

Ibu disarankan untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi dengan makan roti

dan minum yang manis agar ibu memiliki tenaga dalam menghadapi persalinan,

ibu juga diajarkan Teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri saat

kontraksi.serta ibu menggunakan birthing ball untuk mengurangi nyeri saat

persalinan dan membantu mempercepat penurunan kepala serta dilakuan


259

pemijatan ringan didaerah pinggul untuk mengurangi nyeri persalinan

Pada pukul 11.50 wita ketuban pecah spontan warna jernih, kontraksi ibu

meningkat dengan HIS 5x10 menit dengan durasi 40-45detik dengan DJJ ; 136x/I,

dan pada pukul 12.00 WITA dilakukan pemeriksaan dalam didapatkan hasil

terdapat pengeluaran lendir bercampur darah, Tidak ada luka parut pada vagina,

effecement 100%, pembukaan 10 cm, ketuban merembes jernih, tidak ada tali

pusat yang menumbung maupun bagian- bagian kecil yang teraba, presentasi

kepala, denominator UUK, molase 0, hodge III. Menurut ( Jesicca et all , 2021)

studi meta analisis dan systematic review melaporkan dengan birthing ball

membantu mempercepat proses persalinan dan penurunan kepala janin, dari hasil

observasi kala 1 fase aktif hingga kala 2 tidak terdapat kesenjangan antara teori

dan kenyataan karena kala 1 pada Ny. C berlangsung selama 4 jam dan penurunan

kepala di hodge III.

Kala II pada pukul 12.22 wita bayi Ny.C lahir, dengan jenis kelamin

perempuan, bayi cukup bulan, menangis kuat, dan bergerak aktif, apgar score 8/9.

Menurut (Rustam Mochtar, 2011) pada primigravida kala II berlangsung 1 jam

sedangkan pada multigravida ½ jam. Menurut penulis, dari hasil pemeriksaan kala

II tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kenyataan karena kala II pada Ny. A

berlangsung selama 22 menit.

Hal ini sesuai dengan gejala dan tanda persalinan yaitu ibu merasa ingin

meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, ibu merasakan adanya

peningkatan tekanan pada rectum dan atau vaginanya, perineum menonjol, vulva-
260

sfingter ani membuka dan meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

( Modul pelatihan Midwifery Update , IBI 2020).

Kala III pada Ny. C berlangsung dengan baik dan normal tanpa adanya

penyulit. Lama kala III berlangsung selama 13 menit. Manajemen aktif kala III

yang terdiri dari langkah memeriksa uterus untuk memastikan tidak adanya bayi

kedua dan pemberian suntik oksitosin dalam 2 menit pertama setelah bayi lahir,

setelah melakukan suntik oksitosin segera setelah bayi lahir dilakukan Inisiasi.

Menyusui Dini (IMD) selama 1 jam.

Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta dimulai

dari setelah bayi lahir dan berakhirnya dengan lahirnya plasenta dan selaput

ketuban. Seluruh proses tersebut biasanya memakan waktu sekitar 5 – 30 menit

setelah bayi lahir (Mutmainnah, Johan, & sortya liyod, 2017). Menurut penulis,

dari hasil pemeriksaan kala III tidak terdapat kesenjangan antara teori dan

kenyataan karena lama kala III Ny. C 13 menit sesuai dengan teori Muthmainah,

2017 yang menyatakan lama kala III adalah 5-30 menit.

Setelah dilakukan konseling sejak kontak pertama pasien dan suami

bersedia dipasang IUD Post Plasenta. IUD Post Plasenta adalah pemasangan IUD

yang dilakukan dalam 10 menit segera setelah plasenta lahir . IUD Pasca plasenta

adalah AKDR yang dipasang setelah kelahiran plasenta baik secara Sectio

caesaria maupun persalinan pervaginam (Adriaansz dkk, 2014).Menurut penulis

tidak ada kesenjangan antara teori dan kenyataan karena IUD dipasang segera

setalah plasenta lahir dipukul 12.35 WITA.


261

Kala IV dilakukan setelah plasenta lahir dan dilakukan pengecekan laserasi,

Ny. C terdapat robekan perineum grade 2 pada mukosa vagina, kulit perineum,

otot perineum,dan sudah dilakukan penjahitan dengan anastesi pada luka

perineum. hasil pemantauan kala IV Ny. C mulai dari tekanan darah, nadi, suhu,

TFU, kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan, semua masih dalam batas

normal. Setelah persalinan penulis melakukan KIE dengan mengajarkan ibu untuk

mobilisasi dini dengan memulai dari gerakan ringan seperti miring kiri atau

kanan,lalu duduk hingga berjalan serta melakukan Kie perawatan luka perineum.

Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah

proses tersebut. Pemantauan pada kala IV menurut (Yulizawati et al, 2019) yaitu :

Melakukan rangsangan taktil (seperti pemijatan) pada uterus, untuk merangsang

uterus berkontraks, Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara

melintang antara pusat dan fundus uteri, Perkirakan kehilangan darah secara

keseluruhan, Periksa perineum dari perdarahan aktif (misalnya apakah ada laserasi

atau episotomi), Evaluasi kondisi ibu secara umum, Dokumentasi semua asuhan

dan temuan selama kala IV persalinan di halaman belakang partograf segera

setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan. Pemantauan Keadaan

Umum Ibu pada Kala IV. Menurut (Reni Saswita, 2011) Sebagian besar kejadian

kesakitan dan kematian ibu disebabkan oleh perdarahan. Menurut penulis, dari

hasil pemeriksaan kala IV tidak terdapat kesenjangan antara teori dan Pratik

dilapangan karena pemantauan kala IV sudah dilakukan secara keseluruhan pada

asuhan persalinan Ny.C .

C. Pembahasan Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir


262

Bayi Ny. C lahir pukul 12.22 WITA pada saat lahir penulis langsung

melakukan penilaian sepintas, dengan hasil jenis kelamin perempuan, bayi cukup

bulan, menangis kuat, dan bergerak aktif, lalu dilakukan IMD selama1 jam,

setelah dilakukan IMD segera dilakukan pemeriksaan umum dengan hasil keadaan

umum bayi baik, nadi 148x/menit, pernafasan 40x/menit, suhu 36,6 C, berat

badan 3230 gram, panjang badan 50 cm, lingkar kepala 34 cm, lingkar dada 33

cm, lingkar perut 33 cm, LILA 12 cm, dan dilakukan pemeriksaan fisik lengkap

dapatkan bayi segera BAB setelah lahir hasil dan tidak mengalami cacat bawaan

lalu bayi diberikan injeksi vitamin. Neo-K 1mg atau 0,5 cc dan bayi diberikan

salep mata oxytetracicline dan vaksin Hb-0 pada bayi Ny. C

Menurut (Oktavia, 2021) Bayi Baru lahir normal adalah bayi yang lahir

dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia

kehamilan 37 mingg u sampai 42 minggu, dengan berat badan lahir 2500 – 4000

gram dengan nilai apgar> 7 dan tanpa cacat bawaan. Menurut penulis, dari hasil

pemeriksaan pada bayi tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kenyataan pada

karena bayi Ny.C lahir cukup bulan, berat badan 3255 gram, Panjang badan 50

cm, apgar skor 8/9 dan tidak mengalami cacat bawaan.

Menurut (Winkjosastro H, 2017) Pemeriksaan, pengawasan, dan

penanganan bayi baru lahir meliputi pengikatan dan pemotongan tali pusat,

perawatan tali pusat, inisiasi menyusui dini, pemberian profilaksis mata,

pemberian vitamin K, pengukuran antropometri bayi baru lahir dan menjaga suhu

tubuh bayi. Menurut penulis tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kenyataan

karena bayi telah di lakukan pemeriksaan, pengawasan dan penanganan bayi baru
263

lahir sebagaimana mestinya.

Imunisasi Hepatitis B adalah penyakit infeksi virus yang dapat

menyebabkan infeksi hati kronis. Imunisasi HB 0 yang diberikan kepada bayi

sebelum terjadinya kontak atau setelah kontak dapat melindungi bayi dari infeksi

hepatitis B. Manfaat Imunisasi HB akan meningkat jika diberikan sejak dini,

biasanya pada usia bayi 0 sampai 7 hari dengan cara disuntikan secara

intramuscular (Ngambur dkk, 2018). Salah satu jenis imunisasi tersebut adalah

imunisasi hepatitis B pertama (HB0),(Sinaga, 2019). Virus Hepatitis B jika

menyerang bayi akan berdampak pada kerusakan organ hati pada bayi bahkan

dapat menyebabkan kanker hati. Oleh karena itu, pemberian imunisasi HB-0 pada

bayi akan memberikan perlindungan terhadap paparan virus Hepatitis B (Poppy

Meutia dkk., 2018).

Menurut penulis tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kenyataan

karena vaksin Hb-0 , suntikan vit K dan salep mata okstetracycline diberikan pada

neonatus setelah IMD

D. Pembahasan Asuhan Kebidanan Nifas

Dalam masa nifas ini, Ny.C telah dilakukan pemeriksaan puerperium

sebanyak 4 kali yaitu pertama pemeriksaan nifas 44 jam setelah persalinan, kedua

pemeriksaan nifas 5 hari setelah persalinan, ketiga pemeriksaan nifas 11 hari

setelah persalinan dan keempat pemeriksaan nifas 30 hari setelah persalinan. Teori

mengatakan dalam masa nifas terdapat 4 kunjungan yaitu kunjungan I 6-48 jam

setelah persalinan, kunjungan II 3-7 hari setelah persalinan, kunjungan III 8-28
264

hari setelah persalinan dan kunjungan IV 29-42 hari setelah persalinan.

Kesesuaian antara teori dan praktik bahwa seluruh jadwal kunjungan pemeriksaan

puerperium sudah terpenuhi dan sesuai dengan hari yang telah ditentukan,

sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kenyataan.

Pada kunjungan I pada 44 jam setelah persalinan penulis melakukan

pemantauan terhadap klien untuk menghindari terjadinya perdarahan. Tekanan

darah 110/70 mmHg, nadi 76 x/i, dan suhu 36,7oC, pernafasan 20 x/i, konjungtiva

merah muda, terdapat pengeluaran kolostrum, kontraksi uterus baik, TFU 3 jari

bawah pusat, DRA 12x3 cm, kandung kemih kosong, luka perineum bersih dan

masih basah dan tidak ada tanda REEDA,terdapat pengeluaran lochea pada Ny.C

berwarna merah. Menurut (Wulandari, 2018), Lochea rubra ini muncul pada hari

1 sampai hari ke 4 masa postpartum. Cairan yang keluar warna merah karena

berisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo

(rambut bayi), dan mekonium. Menurut penulis, tidak terdapat kesenjangan antara

teori dan kenyataan karena lochea Ibu I pada 12 jam postpartum ialah lochea rubra

sesuai sebagaimana mestinya.

Penulis juga memberikan penyuluhan tentang pemberian ASI eksklusif dan

menjaga kehangatan bayi. Sesuai dengan teori setelah persalinan yaitu mencegah

perdarahan masa nifas karena atonia uteri dan mendeteksi penyebab lain

perdarahan. Jika perdarahan berlanjut segera rujuk, memberikan konseling pada

ibu atau keluarga mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, pemberian

ASI awal, melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, menjaga bayi tetap

hangat untuk mencegah hipotermi (Saleha, 2009). Hal ini sesuai dengan yang
265

penulis lakukan dan tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan kenyataan.

Pada kunjungan II pemeriksaan 5 hari setelah persalinan, didapatkan hasil

pemeriksaan TD 110/70 mmHg, nadi 80 x/i, suhu 36,6oC, pernafasan 20 x/i,

konjungtiva merah muda, terdapat pengeluaran ASI. Menurut (Sulistyowati,

2019) Setelah persalinan terjadi penurunan kadar estrogen dan progesterone akibat

lepasnya plasenta sehingga aktivitas prolactin yang sedang meningkat dapat

mempengaruhi kelenjar mammae dan menghasilkan ASI. Menurut penulis, dari

hasil pemeriksaan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kenyataan karena

ASI keluar pada saat setelah persalinan. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan

kontraksi uterus baik, TFU ½ pst -simpisis, DRA 12 x 2 cm, kandung kemih

kosong, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau, menilai adanya tanda-

tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal. Dilakukan pemeriksaan

pengeluaran lochea pada Ny.C dan didapatkan hasil lochea berwarna merah

kecoklatan. Hal ini sesuai dengan teori menurut Wulandari (2019) lochea

sangulenta berwarna merah kecoklatan karena mengandung sisa darah bercampur

lendir. Penulis juga memberikan penyuluhan tentang nutrisi ibu nifas.

Menurut (Risa & Rika, 2018), pada 7 hari post partum, tinggi fundus uteri

berada di pertengahan antara sympisis-pusat dengan berat 500gr. Menurut penulis,

tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kenyataan karena tinggi fundus uteri

Ny. C pada hari ke 5 berada pada pertengahan sympysis-pusat.

Pada kunjungan III pada hari ke-11 postpartum. Dilakukan pemeriksaan

seperti yang dilakukan pada pemeriksaan kunjungan I dan II. Pada pemeriksaan
266

umum didapatkan keadaan umum ibu baik. Pada pemeriksaan tanda- tanda vital

dan antropometri didapatkan hasil tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 88 x/i,

pernafasan 20 x/i, suhu 36,9 oC dan berat badan ibu saat ini 56 kg. Pada

pemeriksaan fisik didapatkan hasil pengeluaran ASI ibu lancar dan TFU sudah

tidak teraba, DRA 12x1 cm serta tidak menunjukkan adanya perdarahan abnormal

pada genetalia. Luka perineum kering dan bersih. Pengeluaram darah lochea

serosa dan tidak ditemukan perdarahan abnormal dari genetalia .

Menurut (Wulandari, 2019), Lochea serosa : cairan yang berbentuk serum

dan berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning. mengandung leukosit, sel

desidua, sel epitel, selaput lendir servik dan serabut jaringan mati. Lochea serosa

bisa berlangsung selama 7 sampai 14 hari pasca salin. Menurut penulis, tidak

terdapat kesenjangan antara teori dan kenyataan karena lochea Ny. C pada hari ke

11 postpartum ialah lochea serosa sesuai sebagaimana mestinya

. Menurut (Risa & Rika, 2018), pada 11 hari post partum, tinggi fundus uteri

tidak teraba . Menurut penulis, tidak terdapat kesenjangan antara teori dan

kenyataan karena tinggi fundus uteri Ny. C pada hari ke 11 postpartum sudah

tidak teraba. Menurut penulis, tidak terdapat kesenjangan antara teori dan

kenyataan pada adaptasi psikologis yang ibu alami.

Pada kunjungan IV pada hari ke-30 postpartum. Dilakukan pemeriksaan

seperti yang dilakukan pada pemeriksaan kunjungan I, II dan III, dari hasil

pengkajian ibu tidak memiliki keluhan. Pada pemeriksaan umum didapatkan

keadaan umum ibu baik. Pada pemeriksaan tanda- tanda vital dan antropometri
267

didapatkan hasil tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 78 x/i, pernafasan 20 x/i, suhu

36,5 oC dan berat badan ibu saat ini 54 kg. Pada pemeriksaan fisik didapatkan ASI

ibu lancer,TFU sudah tidak teraba dan DRA tidak teraba, pengeluaran lochea alba

dan tidak ada perdarahan abnormal

Menurut (Wulandari, 2019), Lochea alba : mengandung leukosit, sel

desidua, sel epitel, selaput lendir servik dan serabut jaringan mati. Lochea alba

bisa berlangsung selama 2 sampai 6 minggu postpartum. Menurut penulis, tidak

terdapat kesenjangan antara teori dan kenyataan karena lochea Ny. C pada hari ke

30 postpartum ialah lochea alba sesuai sebagaimana mestinya.

Menurut (Risa & Rika, 2018), pada 30 hari post partum, tinggi fundus uteri

tidak teraba/kembali normal dengan berat 30gr.

Penulis juga memberikan penyuluhan tentang AKDR Post Plasenta dan

mengingtakan ibu bila ada keluhan dengan AKDR segera lakukan pemeriksaan

ke fasilitas Kesehatan.

Dari kunjungan I sampai dengan kunjungan IV setelah persalinan Ny. C

dapat menerima perannya sebagai ibu, hal ini terlihat dari keseharian Ny.C yang

mengurus kebutuhan bayinya dengan penuh kasih sayang.

Menurut (Sutanto, 2019), fase Letting Go (Hari ke-10 sampai akhir masa

nifas) Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya, setelah ibu pulang

ke rumah dan dipengaruhi oleh dukungan serta perhatian keluarga, Ibu sudah

mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan memahami kebutuhan bayi.

Menurut penulis, tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kenyataan pada
268

adaptasi psikologis yang ibu alami.

E. Pembahasan Asuhan Kebidanan Neonatus

Menurut (Wahyuni, 2019), Bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang

lahir dari kehamilan 37- 42 mingguatau 294 hari dan berat badan lahir 2500 gram

sampai dengan 4000 gram, bayi baru lahir (newborn atau neonatus) adalah bayi

yang baru di lahirkan sampai dengan usia empat minggu.

Dalam teori kunjungan neonatus, yakni kunjungan I (6-48 jam setelah

kelahiran), kunjungan II (3-7 hari setelah kelahiran), kunjungan III (8-28 hari

setelah kelahiran) (Kementrian Kesehatan RI, 2020). Kunjungan Neonatus

dilakukan sebanyak 3 kali kunjungan yaitu 1 hari setelah kelahiran, 5 hari setelah

kelahiran, dan 11 hari setelah kelahiran. Tidak ada kesenjangan antara teori dan

kenyataan karena kunjungan neonatus I- III dilakukan sesuai dengan jadwal.

Kunjungan neonatus I (KN 1) 1 hari setelah kelahiran penulis melakukan

pemantauan, keadaan umum pemantauan, keadaan umum neonatus baik, nadi 134

x/i,pernafasan 42 x/i serta suhu 36,6 oC. Neonatus mengkonsumsi ASI dan

neonatus sudah BAK sebanyak 8x sehari berwarna jernih dan BAB 5-6x sehari

berwarna hijau kehitaman (meconium), neonatus menangis kuat, pada tali pusat

terbungkus kassa steril, neonatus mengkonsumsi ASI dan neonatus sudah BAK 1

kali warna kuning jernih dan BAB 1 kali berwarna kehitaman (mekonium) dengan

konsistensi kental.

Menurut (Indrayani, 2019), Pada neonatus traktus digestivenus mengandung

zat yang berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari mukopolisakarida dan disebut
269

meconium. Pengeluaran mekonium biasanya dalam 10 jam pertama dan 4 hari

biasanya tinja sudah berbentuk dan berwarna biasa.

Pada kunjungan II pada 5 hari setelah kelahiran, penulis melakukan

pemeriksaan pada neonatus, hasilnya keadaan umum neonatus baik, nadi 138 x/i,

pernafasan 48 x/i serta suhu 36,7 oC. Eliminasi baik dan nutrisi terpenuhi berat

badan neonatus mengalami penurunan menjadi 3100 gram. Hal ini sejalan dengan

jurnal ( Maulida et all, 2021) Berat badan neonatus mengalami penurunan

selama hari-hari pertama kelahirannya. Penurunan berat badan neonatus pada

umumnya terjadi sekitar 5-10% akibat penyesuaian diri dengan dunia luar. Rata-

rata persentase penurunan berat badan untuk neonatus adalah 4,2%, 7,1%,

dan 6,4% pada usia 24, 48, 72 jam. Neonatus usia 48 jam, hampir 5% bayi

baru lahir yang dilahirkan telah kehilangan setidaknya 10% dari berat lahir.

Penurunan berat badan akan mencapai puncaknya pada hari ketiga kelahiran .

Joshi pada tahun 2017 mendapatkan hasil yang sama mengenai

penurunan berat badan yaitu sekitar 79.2% neonatus kehilangan 5-10% dari

berat lahir dan 12.8% neonatus kehilangan lebih dari 10%. Penurunan berat

badan maksimum terjadi antara 60-72 jam kehidupan. Menurut penulis tidak ada

kesenjangan antara teori dengan kenyataan pada berat badan bayi Ny.C

Kunjungan III pada hari ke-11 setelah kelahiran, penulis melakukan

pemeriksaan pada neonatus, hasilnya keadaan umum neonatus baik, nadi 126 x/i,

pernafasan 50 x/i dan suhu 36,8 oC. Eliminasi baik dan nutrisi terpenuhi berat

badan neonatus mengalami kenaikan menjadi 3350 gram. Dalam pemeriksan fisik,
270

semua kondisi bayi dalam keadaan normal. Menurut (Makarim,2021) Bayi

mengalami penurunan berat badan di hari-hari pertama kelahirannya adalah hal

yang normal. Berat badan neonatus akan kembali pada berat badan lahir

semula pada minggu kedua kehidupan. Menurut penulis tidak ada kesenjangan

antara teori dengan kenyattan pada berat badan bayi Ny.C

Dari kunjungan I sampai kunjungan III neonatus dalam keadaan baik dan

tetap di berikan ASI oleh ibunya.

F. Pembahasan Asuhan Kebidanan Pelayanan Kontrasepsi

Kontrasepsi pasca persalinan merupakan suatu program yang dimaksudkan

untuk mengatur kelahiran, menjaga jarak kehamilan dan menghindari kehamilan

yang tidak diinginkan, agar dapat mengatur kehamilan melalui penggunaan

alat/obat kontrasepsi setelah melahirkan. (Ekiza, 2023).

Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga kecil

sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan

kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat

memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2019).

Menurut Kemenkes RI, 2018, pelayanan kontrasepsi diberikan dengan

menggunakan metode kontrasepsi baik hormonal maupun non hormonal. Menurut

jangka waktu pemakaiannya kontrasepsi dibagi menjadi Metode Kontrasepsi

Jangka Panjang (MKJP) dan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non-

MKJP).
271

Penulis melakukan konseling pada Ny.C saat kehamilan trimester III

tentang persiapan dalam menggunakan alat kontrasepsi yang akan digunakan

setelah melahirkan.. Konseling mengenai kontrasepsi alami, hormonal dan non

hormonal yang aman untuk ibu menyusui dan tidak mengganggu produksi ASI.

Penulis memberikan konseling alat kontrasepsi kondom, metode amenorea laktasi

(MAL), suntik 3 bulan, pil, IUD, dan Implant, Setelah konseling tentang macam-

macam alat kontrasepsi sesuai dengan kebutuhan Ny.C dan suami berencana

menggunkanan KB MKJP yaitu IUD atau Implan karena merasa cukup dengan 4

orang anak dalam keluarga.

Menurut Affandi (2017) di jelaskan konseling tentang KB sebaiknya

diberikan sewaktu asuhan antenatal maupun pasca persalinan karena ovulasi dapat

terjadi dalam waktu 21 hari pascapersalinan dan lebih dari 95% klien

pascapersalinan ingin menunda kehamilan berikutnya paling sedikit 2 tahun lagi,

atau tidak ingin tambahan anak lagi. Konseling tentang macam-macam alat

kontasepsi sesuai dengan kebutuhan Ny.C sehingga pelaksana manajemen

kontrasepsi berjalan dengan maksimal,.

Saat observasi inpartu Ny.C konseling lanjutan dilakukan oleh penulis

berguna memandu Ny.C dan suami dalam menggunakan alat kontrasepsi yang

akan digunakan setelah berakhirnya kehamilan Ny. C dan suami bersedia

menggunakan MKPJP yaitu IUD Post Plasenta dan telah melakukan tanda tangan

persetujuan pemasangan IUD Post Plasenta, seperti yang diungkapkan oleh

Affandi Biran (2011) bahwa konseling yang baik akan membantu klien dalam

menggunakan kontrasepsi lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB


272

sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktik

Menurut (Wahyuniastutik 2019) AKDR (Alat Kontrasepsi dalam Rahim)

merupakan suatu alat yang dipasang di dalam rahim untuk mencegah kehamilan

dengan cara menghalangi sperma untuk bertemu sel telur dan memungkinkan

untuk menghambat tertanamnya telur di dalam rahim. Salah satu cara pemasangan

IUD yang saat ini sudah dilakukan dan terbukti efektif adalah IUD post plasenta

(IUD Pasca Placenta) atau IUD pasca salin. Sesuai dengan namanya, IUD ini

dipasang setelah proses persalinan selesai, tepatnya pasca plasenta (dalam 10

menit setelah plasenta lahir), atau pasca persalinan dini (di atas 10 menit hingga

48 jam setelah plasenta lahir), maupun saat seksio sesaria. Menurut penulis tidak

ada kesenjangan antara teori dan kenyataan karena IUD dipasang segera setelah

plasenta lahir di pukul 12.35 WITA

Penulis melakukan konseling pasca pemasanangan IUD merupakan alat

kontrasepi yang sangat effektif karena berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun

paa IUD CuT-380A) serta kesuburan setelah peghentian peakaia AKDR bisa

segera kembali pulih Efektivitas tinggi sehingga risiko kegagalan, relatif kecil

dibandingkan KB suntik, Pil atau kondom Praktis, sekali pemasangan, janga

waktu pemakaian hingga 8-10 tahun Pemasangannya relatif tidak sakit, karena

dilakukan 10 menit setelah ari-ari lahir Tidak mempengaruhi ASI, IUD tembaga

tidak mengandung hormon Risiko perdarahan lebih kecil dibandingkan IUD yang

dipasang pada siklus menstruasi, Kesuburan cepat kembali setelah alat dilepas.

(Ekiza, 2023)
273

Saat kunjungan KF 1-4 yang dilakukan oleh penulis selama pengakjian

maupuan observasi masa nifas Ny.C berupa darah nifas ( lochea nifas )

cenderung fisiologis bahkan keluhan keram perut selama masa nifas hanya

dirasakan pada minggu pertama pasca salin.

. Menurut (Ekiza ,2023) keluarnya sejumlah darah atau titik-titik darah

setelah pemasangan ,kram dan efak nyeri selama beberapa hari setelah

pemasangan, Semua efek samping ini kurang terlihat selama masa nifas

dibandingkan IUD yang dipasang pada saat siklus menstruasi. Risiko perdarahan

lebih kecil dibandingkan IUD yang dipasang pada siklus menstruasi . Tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktik yang ditemukan oleh penulis pada

penngunaan IUD Post Plasenta .

Tanggl 12 Februari 2024 , Ny,C melakukan kontrol ulang pasca salin di Poli

kandungan dan kebidaan di RSUD I.A.Moeis Samarinda dan telah dilakukan USG

oleh dokter SPOG dengan hasil uterus membesar sesuai massa nifas, IUD tepat

berada dalam uterus. Menurut (Ekiza, 2023) Kunjungan ulang untuk kontrol

dilakukan satu minggu setelah pemasangan. IUD Post Plasenta, Menurut penulis

tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik, Ny. C kontrol IUD Post

Plasenta 8 hari setelah melahirkan bayinya.


274
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Asuhan Kebidanan sudah dilaksanakan dan Penulis mampu melakukan Asuhan

Kebidanan Kehamilan melalui pendekatan manajemen kebidanan menurut

Varney.

2. Asuhan Kebidanan sudah dilaksanakan dan Penulis mampu melakukan Asuhan

Kebidanan Persalinan melalui pendekatan manajemen kebidanan menurut

Varney.

3. Asuhan Kebidanan sudah dilaksanakan dan Penulis mampu melakukan Asuhan

Kebidanan Bayi Baru Lahir melalui pendekatan manajemen kebidanan

menurut Varney.

4. Asuhan Kebidanan sudah dilaksanakan dan Penulis mampu melakukan Asuhan

Kebidanan pada masa Nifas melalui pendekatan manajemen kebidanan

menurut Varney.

5. Asuhan Kebidanan sudah dilaksanakan dan Penulis mampu melakukan Asuhan

Kebidanan Neonatus melalui pendekatan manajemen kebidanan menurut

Varney.

6. Asuhan Kebidanan sudah dilaksanakan dan Penulis mampu melakukan Asuhan

272
273

Kebidanan pada Pelayanan Kontrasepsi melalui pendekatan manajemen

kebidanan menurut Varney.

7. Pembahasan mengenai kesenjangan antara teori dan praktik dalam asuhan

kebidanan sudah dilaksanakan

B. Saran

1. Bagi Institusi

Sudah cukup baik dalam menerapkan tugas Asuhan kebidanan

Komprehensif yang berkelanjutan kepada mahasiswa kebidanan, harapannya

untuk kedepannya harus tetap diadakan dan tetap dilanjutkan kepada adik-adik

penerus kami. Agar tetap terjalankan program mengasuh satu Ibu hamil secara

berkelanjutan (Continuity Of Care).

2. Bagi Puskesmas

PMB sudah memiliki fasilitas dan pelayanan yang memadai.

3. Bagi Mahasiswa

Diharapkan mahasiswa dapat belajar lebih dalam mengenai asuhan

kebidanan yang diberikan kepada pasien dengan berbasis Continuity Of Care,

sehingga dapat mendeteksi dini komplikasi pada ibu hamil dan bayi serta dapat

mengurangi angka AKI dan AKB. Agar mampu menerapkan ilmu dan

pengalaman yang sudah didapat saat praktik Continuity Of Care di masa

mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

AAFP. 2019. Prevent Newborns Eye Infection With Antibiotic Ointment. Diakses dari
https://www.aafp.org/news/health-of-the-public/20190130uspstfgon. html

Affandi, B. 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi 3 Cetakan 2.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Affandi, Biran dkk. (2017). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo

Ambarwati, R.E, Wulandari, D. 2016. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra


Cendika Press.

Amiruddin, R & Hasmi. 2014. Determinan kesehatan ibu dan Anak. Jakarta: TIM.

Adriaansz, Affandi, Geonardi, Koesno. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan


Kontrasepsi. Edisi 3. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

APA. 2020. Umbilical Cord Care. American Pregnancy Association

Assefa,N.E., et al. 2018. Risk Factors of Premature Rupture Membranes in Public


Hospitals at Mekele City, Tigray, a Case Control Study. BMC Pregnancy

Bahiyatun. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas Normal. Jakarta : EGC.

BKKBN, 2010. Kamus Istilah Kependudukan, KB dan Keluarga Sejahtera. Jakarta :


BKKBN

BKKBN, 2010. Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2010. Jakarta: Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional.

BKKBN. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi Ketiga. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Bkkbn (2020) Memperkuat Pemakaian Kontrasepsi, Menjaga Bonus Demografi.


Available At: Https://Www.Bkkbn.Go.Id/Detailpost/Memperkuat- Pemakaian-
Kontrasepsi-Menjaga-Bonus-Demografi [diakses 4 Juni 2021].

. 2021. Modul Pelatihan Bagi Pelatih Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan
Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI.

Bobak, L.J. 2015. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

CDC. 2022. Weight gain During Pregnancy. Diakses dari


https://www.cdc.gov/reproductivehealth/maternalinfanthealth/pregnancy-weight-
gain.htm
Cleaveland Clinic. 2021. C-Section Recovery Timeline and Aftercare. Diakses dari
https://www.physio-pedia.com/Factors_Affecting_Wound_Healing

Cunningham, F. G. 2009. Buku Obstetri William, Edisi 21. Jakarta: EGCJNPK-KR. 2012.
Asuhan Persalinan Normal. Jakarta:EGC.

Curtis, K. M., Nguyen, A., Reeves, J. A., Clark, E. A., & Folger, S. G. (2021). Update to
U . S . Selected Practice Recommendations for Contraceptive Use : Self-
Administration of Subcutaneous Depot Medroxyprogesterone Acetate. 70(20),
739–743.

Dayal,S., Hong,P.L. 2023. Premature Rupture of Membranes. StatPearls. Diakses dari


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532888/

Damayanti, I. P., Maita & Triana. 2014. Buku Ajar: Asuhan Kebidanan Komprehensif
Pada Ibu Bersalin Dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Deepublish

Handayani. 2017. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar


Harapan

Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka
Rihama.

IDAI. 2013. Rawat Gabung. Diakses dari https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/rawat-


gabung

IDAI. 2021. Jadwal Imunisasi IDAI 2020. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diakses dari :
https://www.idai.or.id/tentang-idai/pernyataan-idai/jadwal-imunisasi-idai-2020

Imtiyaz, L.A.N, dkk. 2018. KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB SUNTIK DEPO


MEDROKSIPROGESTERON ASETAT (DMPA) DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PLERET TAHUN 2018

Irwan, H., et al. 2019. Hubungan Antara Pekerjaan dan Usia Kehamilan Dengan Kejadian
Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Bahagia Makassar 2019. Jurnal
Kesehatan Delima Pelamonia,3(2)

Karrar,S.A,. Hong,P.L. 2023. Preeclampsia. StatPearls. Diakses dari


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK570611/

Kementerian Kesehatan RI. 2012. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementerian


Kesehatan RI.

. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu dan


Anak di Fasilitas Dasar dan Rujukan. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

. 2018. Pentingnya Konsumsi Tablet Fe Bagi


Ibu Hamil. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. Diakses dari :
https://promkes.kemkes.go.id/pentingnya-konsumsi-tablet-fe-bagi-ibu-hamil
. 2020. Pedoman Nasional Asuhan Pasca
Keguguran. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

Kosim, MS.dkk. 2013. Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk
Dokter, Bidan dan Perawat di Rumah Sakit. Jakarta: EGC.

Kusmiyati, Y. 2017. Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil). Jakarta: EGC.

Lipetz, C., C. Phillips, et al. (2009). Actual cost of providing long-acting reversible
contraception: a study of Implanon cost.. The journal of family planning and
reproductive health care 35(2): 75-79

Manuaba, I. B. G. 2016. Buku Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.

..Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB Untuk


Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta: EGC.

Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Marmi & Kukuh, R. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta : Pustaka Belajar. 2

Mayo Clinic. 2020. Infant and Toddler Health. Diakses dari


https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/infant-and-toddlerhealth/expert-
answers/infant-growth/faq20058037#:~:text=From%20birth%20to%20age
%206,by%20about%20ag e%205%20months

Mochtar, R. 2012. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi Jilid 1 Edisi 3.
Jakarta: EGC.

Negara,K.S., et al. 2017. Buku Ajar Ketuban Pecah Dini. Denpasar : Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana

Nisa,I.S. 2022. Mengenal Fetal Non Stress test Pada Ibu Hamil. Diakses dari
http://ners.unair.ac.id/site/index.php/news-fkp-unair/30-lihat/2474-mengenal-fetal-
non-stress-test-nst-pada-ibu-hamil

PSBC. 2016. Routine Administration of Vitamin K1 Prophylaxis to the Newborn. Canada


: Perinatal Services BC

Physiopedia. 2022. Factors Affecting Wound Heling. Diakses dari https://www.physio-


pedia.com/Factors_Affecting_Wound_Healing

Prawita, A. A., & Gulo, A. S. (2019). Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan
dengan Kenaikan Berat Badan Ibu di Klinik Linez Kota Gunungsitoli. Jurnal Bidan
Komunitas, 2(3), 153. https://doi.org/10.33085/jbk.v2i3.4469

Prawirohardjo, S. 2014. Buku Ilmu Kebidanan Edisi 4, Cetakan 4. Jakarta: PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
. 2016. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi 3.
Jakarta : Jakarta Eksklusif.

Priharjo. 2013. Pengkajian Fisik Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: EGC.

PUSDATIN, InfoDATIN. 2016. Jurnal Kesehatan Situasi Imunisasi di Indonesia.

Romauli. 2014. Asuhan Kebidanan : Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Yogyakarta :


Nuha Medika.

Rosa. 2012. Mirena IUD, Definisi, Cara Kerja, Kontra Indikasi, Efek Samping, diakses
dari : http://www.id.shvoong.com/medicine-and-health/gynecology/2296 924-
mirena-iud-definisi-cara-kerja/#ixzz2KYRhRdws

Rosyati,H. 2017. Persalinan.Jakarta : FKKUMJ

Rukiyah, A.Y. 2017. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta: Trans Info Media.

Rusmadi. 2015. Standar Pelayanan Operasional 'IUD Post Plasenta'. Jakarta: Puskesmas
Kecamatan Gambir

Saifuddin, Abdul Bari, 2010. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saifuddin, Abdul Bari. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo.

Saifuddin, A. B. 2013. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal &


Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saleha, S. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba.

Salmah , dkk. 2013. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC.

Sharma,D. et al. 2019. Late Preterm : A New High RIska Group in Neonatology. The
Journal of Maternal Fetal & Neonatal Medicine.
https://doi.org/10.1080/14767058.2019.1670796

Simkin, P, dkk. 2016. Kehamilan Melahirkan dan Bayi. Jakarta : ARCAN.

Stacey, Dawn. 2023. Cara Kerja Suntikan Kontrasepsi Noristerat.


https://www.verywellhealth.com/noristerat-injection-906854. Diakses tanggal 02
Desember 2023

Suratun dkk. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi.Kedua.


Natawijaya, editor. Jakarta: TIM; 2015. 28-30 p.

Sulistyawati & Nugraheny. (2013). Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.Yogyakarta:


Salemba Medika.
Sulistyawati, A. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Yogyakarta: Andi Offset.

Sulistyawati, A. (2014). Pelayanan Keluarga Berencana. salemba medika.

Superville,S.S.,Siccardi,M.A. 2023. Leopold Manuever. StatsPearls. Diakses dari


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560814/

Triastuti, N, dkk. 2018. Karakteristik Akseptor dan Jenis Kontrasepsi Suntik yang
digunakan di Puskesmas Pundong Tahun 2018

Varney, H., Jan, M. K., Carolyn,L.G.. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Vivian, N.L, Dewi, Sunarsih, T. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta :
Salemba Medika.

WHO. 2016. Rekomendasi Praktik Terpilih Pada Penggunaan Kontrasepsi Edisi Ketiga.
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

. 2015. Medical Eligibility Criteria For Contraceptive Use. Switzerland : WHO

Wiknjosastro, H. 2015. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP.

Wiknjosastro H, (2017) Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4 Cetakan ke-2. Jakarta: Yayasan
BinaPustaka Sarwono Prawirohardjo,; 523 - 529.

Wonokoyo, Nawacita Indikator. 2016. Jurnal Kesehatan Target dan Indikator


Pembangunan Nasional Indonesia 2014-2019.

Yuniati, R. 2019. Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Efek Samping Suntik DMPA di
PMB Sri Murningsih Bantul Tahun 2019. Karya Tulis Ilmiah, 1(12), 32.

Anda mungkin juga menyukai