Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM GIZI PRODUK HASIL PERIKANAN


PENGUKURAN LENGAN LINGKAR ATAS (LILA) UNTUK
MENGETAHUI RESIKO KEKURANGAN ENERGI KRONIS
(KEK)

Atikah Ratna Anindita


05061182227009

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023

Universitas Sriwijaya
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kehamilan merupakan masa penting bagi pembentukan kualitas sumber daya
manusia yang akan datang karena pertumbuhan dan perkembangan ditentukan
pada saat janin dalam kandungan. Salah satu faktor penting dalam kehamilan
adalah status gizi ibu. Asupan gizi pada ibu hamil sangat menentukan kesehatan
ibu dan janin yang dikandungnya. Kekurangan gizi pada ibu dan bayi telah
menyumbangkan setidaknya 3,5 juta kematian setiap tahunnya dan menyumbang
11% dari penyakit global di dunia. Menurut survei dari Ethiopia Demographic and
Health Survey (EDHS) di negara berkembang tahun 2014 untuk masalah
kekurangan gizi di Kerala (India) berkisar 19%, Bangladesh (Asia) sekitar 34%,
dan di daerah kumuh Dhaka sekitar 34%. Penelitian EHDS selanjutnya juga
mengungkapkan perempuan yang menikah kurang dari 18 tahun lebih
memungkinkan untuk kekurangan gizi, disebabkan pernikahan usia dini tidak
mempunyai rencana untuk mempunyai anak atau hamil (Abraham, dkk., 2015).
Kekurangan energi kronis adalah manifestasi penting dari kekurangan gizi
dan juga merupakan masalah di negara berkembang. Laporan Kinerja Direktorat
Jendral Kesehatan Masyarakat tahun 2016 menyatakan bahwa ibu hamil di
Indonesia yang mengalami risiko KEK sebanyak 16,2%. Persentase ibu hamil
Kurang Energi Kronis (KEK) pada tahun 2017 di Provinsi Bali mencapai 7,9%.
Data Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun 2018, persentase ibu hamil dengan
KEK sebesar 3,2%. Kejadian 2 KEK terbanyak berdasarkan Puskesmas di Kota
Denpasar tahun 2018 yaitu di Puskesmas I Denpasar Selatan sebanyak 103
kejadian (6,1%), Puskesmas II Denpasar Barat 78 kejadian, dan Puskesmas III
Denpasar Utara 71 kejadian. Status gizi ibu hamil dapat diukur melalui
pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) ibu hamil, kadar hemoglobin, dan IMT
(Indeks Massa Tubuh) ibu hamil. Untuk menentukan status gizi adalah ukuran
LILA. Batasan ukuran LILA normal di Indonesia adalah 23,5 cm. Bila ditemukan
pengukuran kurang dari 23,5 cm berarti ibu tersebut termasuk golongan ibu hamil
dengan faktor risiko yang mana akan dialami (Dinkes Kota Denpasar, 2018).

Universitas Sriwijaya
Berat badan lahir merupakan salah satu indikator kesehatan pada bayi yang
baru lahir. Rerata berat badan bayi yang normal adalah sekitar 3.200 gram. Bayi
dengan berat lahir yang rendah dan bayi dengan berat badan yang berlebihan yaitu
lebih dari 3.800 gram mempunyai risiko yang lebih besar untuk mengalami
masalah kesehatan. Dokumentasi fenomena penelitian oleh Gruenwald pada tahun
1960 menunjukkan bahwa sepertiga bayi yang lahir dengan berat lahir rendah
sebenarnya adalah bayi cukup bulan. Berat badan lahir bayi dapat diperkirakan
dari status gizi ibu selama hamil. Status gizi ibu hamil tercermin dari ukuran
antropometrinya. Bila status gizi ibu sebelum hamil dalam kondisi baik maka ibu
akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan (Nurhudayaeni, 2017).

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui resiko Kurang Energi Kronis (KEK) pada usia remaja,
balita, anak-anak, dewasa, ibu hamil, dan lansia.
2. Untuk mengurangi wanita yang mempunyai resiko melahirkan BBLR (Bayi
Berat Lahir Rendah).

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengukuran LILA


Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) adalah suatu cara untuk mengetahui
risiko KEK wanita usia subur. Ambang batas Lingkar Lengan Atas (LILA) pada
WUS dengan risiko KEK adalah 23,5 cm, yang diukur dengan mengunakan pita
ukur. Apabila LILA kurang dari 23,5 cm artinya wanita tersebut mempunyai
risiko KEK dan sebaliknya apabila LILA lebih dari 23,5 cm berarti wanita itu
tidak berisiko dan dianjurkan untuk tetap mempertahankan keadaan tersebut.
Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi
dalam jangka pendek. Pengukuran LILA digunakan karena pengukurannya sangat
mudah dan cepat. Hasil pengukuran LILA ada dua kemungkinan yaitu kurang dari
23,5 cm dan diatas atau sama dengan 23,5 cm. Apabila hasil pengukuran < 23,5
cm berarti risiko KEK dan ≥ 23,5 cm berarti tidak berisiko KEK. Menunjukan
bahwa Lingka Lengan Atas (LILA) adalah jenis pemeriksaan antropometri yang
digunakan untuk mengukur risiko KEK pada wanita usia subur yang meliputi
remaja, ibu hamil, ibu menyusui dan Pasangan Usia Subur (PUS). Sedangkan
ambang batas LILA pada WUS dengan resiko KEK adalah 23,5 cm dan apabila
kurang dari 23,5 cm wanita tersebut mengalami KEK (Supriasa, 2012).
Lingkar Lengan Atas (LiLA). Lingkar lengan atas (LILA) adalah jenis
pemeriksaan antropometri yang digunakan untuk mengukur risiko KEK pada
wanita usia subur yang meliputi remaja, ibu hamil, ibu menyusui dan Pasangan
Usia Subur (PUS). Sedangkan ambang batas LiLA pada WUS dengan resiko KEK
adalah 23,5 cm dan apabila kurang dari 23,5 cm wanita tersebut mengalami KEK .
Menyebutkan bahwa di Indonesia batas ambang Lingkar Lengan Atas ibu hamil
dengan resiko KEK adalah 23,5 cm, berarti ibu dengan resiko KEK diperkirakan
akan melahirkan bayi Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Status gizi ibu
hamil juga dapat dilihat dari kenaikan berat badannya selama hamil. Menyebutkan
bahwa pertambahan berat badan direkomendasikan oleh Institute of Medicine
(IOM) disesuaikan dengan Indeks Masa Tubuh (IMT), cara menghitung berat
badan (kg) dibagi dengan kuadrat dari tinggi badan (meter) (Supriasa, 2012).

Universitas Sriwijaya
2.2. Manfaat Pengukuran LILA
Menyebutkan bahwa di Indonesia batas ambang Lingkar Lengan Atas ibu
hamil dengan resiko KEK adalah 23,5 cm, berarti ibu dengan resiko KEK
diperkirakan akan melahirkan bayi Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Status gizi ibu hamil juga dapat dilihat dari kenaikan berat badannya selama
hamil. Menyebutkan bahwa pertambahan berat badan direkomendasikan oleh
Institute of Medicine (IOM) disesuaikan dengan Indeks Masa Tubuh (IMT), yang
diperoleh dengan cara menghitung berat badan (kg) dibagi dengan kuadrat dari
tinggi badan (meter). Perubahan berat badan yang tidak sesuai akan menyebabkan
berbagai komplikasi bagi janin. Peningkatan Body Mass Index (BMI) ≥ 25% pada
masa kehamilan meningkatkan risiko kelahiran besar dengan berat bayi lahir yang
lebih dari 4.000 gram. Penurunan berat badan yang juga mempengaruhi
pertumbuhan janin. Pertambahan berat badan ibu yang rendah atau tidak sesuai
mempunyai resiko tinggi untuk melahirkan dengan bayi BBLR. Ada hubungan
antara kenaikan berat badan ibu selama hamil dengan berat bayi lahir, berat badan
ibu hamil berpengaruh terhadap kejadian bayi dengan (Proverawati,2019).
Pengukuran lingkar lengan atas adalah suatu cara untuk mengetahui risiko
KEK wanita usia subur. Ambang batas Lingkar Lengan Atas (LILA) pada WUS
dengan risiko KEK adalah 23,5 cm, yang diukur dengan mengunakan pita ukur.
Apabila LILA kurang dari 23,5 cm artinya wanita tersebut mempunyai risiko
KEK dan sebaliknya apabila LILA lebih dari 23,5 cm berarti wanita itu tidak
berisiko dan dianjurkan untuk tetap mempertahankan keadaan tersebut.
Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi
dalam jangka pendek. Pengukuran LILA digunakan karena pengukurannya sangat
mudah dan cepat. Hasil pengukuran LILA ada dua kemungkinan yaitu kurang dari
23,5 cm dan diatas atau sama dengan 23,5 cm. Apabila hasil pengukuran < 23,5
cm berarti risiko KEK dan ≥ 23,5 cm berarti tidak berisiko KEK. Berat badan
lahir bayi dapat diperkirakan dari status gizi ibu selama hamil. Status gizi ibu
hamil tercermin dari ukuran antropometrinya. Bila status gizi ibu sebelum hamil
dalam kondisi baik maka ibu akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dan
berat badannya normal. Penilaian status gizi ibu hamil dapat dilihat dari kenaikan
berat badan dan pengukuran Lingkar Lengan Atas ibu hamil (Firdaus et al, 2014)

Universitas Sriwijaya
2.3. Dampak KEK (Kurang Energi Kronis)
Ibu hamil yang menderita KEK mempunyai resiko kematian ibu mendadak
pada masa perinatal atau resiko melahirkan bayi dengan berat bayi lahir rendah
(BBLR). Berdasarkan data Departemen Kesehatan RI tahun 2013, sekitar 146.000
bayi usia 0 – 1 tahun dan 86.000 bayi baru lahir (0 – 28 hari) meninggal setiap
tahun di Indonesia. Angka kematian bayi adalah 32 per 1000 Kelahiran Hidup,
lima puluh empat persen penyebab kematian bayi adalah latar belakang gizi. Ibu
hamil yang menderita kurang energi kronis mempunyai resiko kematian ibu
mendadak pada masa perinatal atau resiko melahirkan bayi dengan berat badan
lahir rendah. Pada keadaan ini banyak ibu yang meninggal karena perdarahan,
sehingga akan meningkatkan angka kematian ibu dan bayi. komplikasi KEK
dibagi 3 yaitu terhadap ibu anemia, pendarahan, berat badan tidak bertambah
secara normal dan terkena penyakit infeksi. Terhadap persalinan Pada persalinan
akan mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya
(premature), dan pendarahan. Terhadap janin Hal ini akan mengakibatkan
keguguran atau abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia
pada bayi, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) (Depkes RI, 2013).
KEK memberikan tanda dan gejala yang dapat di lihat dan di ukur, tanda dan
gejala KEK yaitu Lingkar legan atas (LILA) kurang dari 23,5 cm. Kekurangan
energi kronis adalah manifestasi penting dari kurang gizi buruk dan juga masalah
gizi kedua di negara berkembang. Ibu KEK adalah ibu yang ukuran LILAnya <
23,5 cm dan dengan salah satu atau beberapa kriteria seperti, Berat badan ibu
sebelum hamil < 42 kg, Tinggi badan ibu < 145 cm, Berat badan ibu pada
kehamilan trimester III < 45 kg, Indeks masa tubuh (IMT) sebelum hamil < 17,00,
Ibu menderita anemia (Hb < 11 gr %). Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih
banyak dari pada kebutuhan wanita yang tidak hamil. Upaya mencapai gizi
masyarakat yang baik atau optimal dimulai dengan penyedian pangan yang cukup.
Penyediaan pangan dalam negeri yaitu, upaya pertanian dalam menghasilkan
bahan makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buahbuahan. Pengukuran
konsumsi makanan sangat penting untuk mengetahui kenyataan apa yang dimakan
oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur gizi dan menemukan
faktor diet yang menyebabkan malnutrisi (Kristiyanasari, 2010).

Universitas Sriwijaya
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Gizi Produk Hasil Perikanan dengan materi Pengukuran Lengan
Lingkar Atas (LILA) untuk Mengetahui Resiko Kekurangan Energi Kronis
(KEK), dilaksanakan pada tanggal 20 Februari 2023, dilakukan secara mandiri
dirumah masing-masing.

3.2. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Gizi Produk Hasil
Perikanan adalah handphone, kalkulator, pena dan buku, pita LILA.

3.3. Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Gunakan tangan sebelah kiri dan singsingkan lengan baju sebelah kiri dan
tekuk siku.
2. Tetapkan posisi bahu/ujung bahu/titik tulang dan ujung siku harus ditekuk
90º.
3. Letakkan pita ukur antara titik bahu dengan siku, lalu tentukan titik tengah
lengan.
4. Pita jangan terlalu ketat, jangan pula terlalu longgar (pas lengan).
5. Luruskan lengan bawah kearah bawah (tidak menekuk lagi).
6. Baca hasil pengukurannya.

Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Adapun hasil yang didapat pada praktikum Gizi Produk Hasil Perikanan yang
berjudul Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) untuk Mengetahui Resiko
Kekurangan Energi Kronis (KEK) yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.1.1. Hasil Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
Nama Usia TB BB Hasil Foto
pengukuran
LILA
Zaza (anak) 11 thn 128 cm 22 kg 19 cm

Kia (Balita) 4 thn 100 cm 15 kg 14 cm

Bagus (remaja) 16 thn 159 cm 45 kg 25 cm

Arief (dewasa) 20 thn 164 cm 80 kg 40 cm

Dilla (ibu 41 thn 150 cm 59 kg 30 cm


hamil/menyusui)

Rudi (lansia) 52 thn 165 cm 63 kg 45 cm

Universitas Sriwijaya
4.2. Pembahasan
Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) adalah suatu cara untuk mengetahui
risiko KEK wanita usia subur. Ambang batas Lingkar Lengan Atas (LILA) pada
WUS dengan risiko KEK adalah 23,5 cm, yang diukur dengan mengunakan pita
ukur. Apabila LILA kurang dari 23,5 cm artinya wanita tersebut mempunyai
risiko KEK dan sebaliknya apabila LILA lebih dari 23,5 cm berarti wanita itu
tidak berisiko dan dianjurkan untuk tetap mempertahankan keadaan tersebut.
Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi
dalam jangka pendek. Pengukuran LILA digunakan karena pengukurannya sangat
mudah dan cepat. Hasil pengukuran LILA ada dua kemungkinan yaitu kurang dari
23,5 cm dan diatas atau sama dengan 23,5 cm. Apabila hasil pengukuran < 23,5
cm berarti risiko KEK dan ≥ 23,5 cm berarti tidak berisiko KEK. Menunjukan
bahwa Lingka Lengan Atas (LILA) adalah jenis pemeriksaan antropometri yang
digunakan untuk mengukur risiko KEK pada wanita usia subur yang meliputi
remaja, ibu hamil, ibu menyusui dan Pasangan Usia Subur (PUS).
Saya mewawancarai responden yang terdiri dari balita, anak-anak, remaja,
dewasa, ibu menyusui/hamil, dan yang terakhir lansia. responden yang pertama
adalah Kia (balita) berumur 4 tahun dengan berat badan 15 kg, tinggi badan 100
cm, pengukuran LILA adalah 14 cm, dan standar persen LILA adalah gizi kurang.
Responden kedua adalah Zaza (anak-anak) berumur 11 tahun dengan berat badan
22 kg, ringgi badan 128 cm, pengukuran LILA adalah 19 cm, dan standar persen
LILA adalah gizi kurang. Responden ketiga Bagus (remaja) berumur 16 tahun
dengan berat badan 45 kg, tinggi badan 159 cm, pengukuran LILA adalah 25 cm,
dan standar persen lila adalah gizi baik. Responden keempat adalah Arief
(dewasa) berumur 20 tahun dengan berat badan 80 kg, tinggi badan 164 cm,
pengukuran LILA adalah 40 cm, dan standar persen LILA adalah obesitas.
Responden kelima adalah Dilla (ibu menyusui) berumur 41 tahun dengan berat
badan 59 kg, tinggi badan 150 cm, pengukuran LILA adalah 30 cm, dan standar
persen LILA adalah obesitas. Dan responden yang terakhir adalah Rudi (lansia)
berumur 52 tahun dengan berat badan 63 kg, tinggi badan 165 cm, pengukuran
LILA adalah 45 cm, dan standar persen LILA adalah obesitas, itulah hasil dari
responden yang telah saya dapatkan dan hasilnya yang berbeda setiap orang.

Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari praktikum yang berjudul
Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) untuk Mengetahui Resiko Kekurangan
Energi Kronis (KEK) pada hari ini adalah sebagai berikut :
1. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) adalah suatu cara untuk mengetahui
risiko KEK wanita usia subur.
2. Ibu hamil yang menderita KEK mempunyai resiko kematian ibu mendadak
pada masa perinatal atau resiko melahirkan bayi dengan Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR).
3. Lingka Lengan Atas (LILA) adalah jenis pemeriksaan antropometri yang
digunakan untuk mengukur risiko KEK pada wanita usia subur yang meliputi
remaja, ibu hamil, ibu menyusui dan Pasangan Usia Subur (PUS).
4. Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status
gizi dalam jangka pendek.
5. Hasil pengukuran LILA ada dua kemungkinan yaitu kurang dari 23,5 cm dan
diatas atau sama dengan 23,5 cm. Apabila hasil pengukuran < 23,5 cm berarti
risiko KEK dan ≥ 23,5 cm berarti tidak berisiko KEK.

5.2. Saran
Saran saya untuk praktikum Gizi Hasil Perikanan ini untuk kedepannya
adalah untuk penjelasan materi menurut saya sudah cukup, dan juga untuk
praktikan diharapkan lebih semangat lagi.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Abraham, S., Miruts, G. dan Shumye, A., 2015. Magnitude of chronic energy
deficiency and is associated factors among women of reproductive age in
the Kunama population, Tigray, Ethiopia, in 2014. BMC Nutrition, 1,
pp.12.
Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Dinas Kesehatan Kota Denpasar. 2018. Profil Kesehatan Kota Denpasar tahun
2018. Dinas Kesehatan Provinsi Bali. Denpasar.
Kristiyanasari, Weni. 2010. Gizi Ibu Hamil. Yogyakarta: Nuha Medika
Nurhudayaeni, dkk. 2017. Model Prediksi Berat Lahir Bayi Berdasarkan Berat
Badan Ibu Sebelum Hamil Dan Pertambahan Berat Badan Pertrimester Di
Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatutahun 2015-2016. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, 2(6):1-10.
Supariasa, I.N., Bakri, B., Fajar, I.,2012. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN PERHITUNGAN

 Balita (Usia 4 tahun, Perempuan)

% LILA = x 100%

= 82 % (Gizi kurang)
 Remaja (Usia 16 tahun, Laki-laki)

% LILA = x 100%

= 89 % (Gizi baik)
 Dewasa (Usia 20 tahun, Laki-laki)

% LILA = x 100%

= 129 % (Obesitas)
 Ibu Hamil/Menyusui (Usia 41 tahun, Perempuan)

% LILA = x 100%

= 125 % (Obesitas)
 Anak-anak (Usia 11 tahun, Perempuan)

% LILA = x 100%

= 84 % (Gizi kurang)
 Lansia (Usia 52 tahun, Laki-laki)

% LILA = x 100%

= 139 % (Obesitas)

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN GAMBAR

Perhitungan LILA anak-anak Perhitungan LILA balita

Perhitungan LILA remaja Perhitungan LILA dewasa

Perhitungan LILA ibu hamil/menyusui Perhitungan LILA Lansia

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai