Anda di halaman 1dari 8

KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA KEHAMILAN

Diposkan oleh Icha Luthuna di 06.56

A. Defenisi
Menurut Depkes RI (2002) dalam Program Perbaikan Gizi Makro menyatakan bahwa
Kurang Energi Kronis merupakan keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan yang
berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu.
KEK dapat terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil (bumil).
KEK adalah penyebabnya dari ketidakseimbangan antara asupan untuk pemenuhan
kebutuhan dan pengeluaran energi (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).
Istilah KEK atau kurang energi kronik merupakan istilah lain dari Kurang Energi Protein
(KEP) yang diperuntukkan untuk wanita yang kurus dan lemak akibat kurang energi yang
kronis. Definisi ini diperkenalkan oleh World Health Organization (WHO).
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mengalami
kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. Risiko
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mempunyai
kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA
<23,5 cm.
B. Etiologi
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi KEK:
1. Faktor Sosial Ekonomi

Pendapatan Keluarga
Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makanan. Orang dengan tingkat ekonomi rendah
biasanya akan membelanjakan sebagian besar pendapatan untuk makan, sedangkan dengan
tingkat ekonomi tinggi akan berkurang belanja untuk makanan.
Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas hidangan.
Semakin banyak mempunyai uang berarti semakin baik makanan yang diperoleh, dengan kata
lain semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula persentase dari penghasilan tersebut
untuk membeli buah, sayuran dan beberapa jenis makanan lainnya
Pendidikan Ibu
Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting yang dapat
mempengaruhi keadaan gizinya karena dengan tingkat pendidikan tinggi diharapkan
pengetahuan / informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik.
Faktor Pola Konsumsi
Pola makanan masyarakat Indonesia pada umumnya mengandung sumber besi heme
(hewani) yang rendah dan tinggi sumber besi non heme (nabati), menu makanan juga banyak
mengandung serat dan fitat yang merupakan faktor penghambat penyerapan besi
(Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).
Faktor Perilaku
Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan, pada umumnya wanita lebih
memberikan perhatian khusus pada kepala keluarga dan anak-anaknya. Ibu hamil harus
mengkonsumsi kalori paling sedikit 3000 kalori / hari Jika ibu tidak punya kebiasaan buruk
seperti merokok, pecandu dsb, maka status gizi bayi yang kelak dilahirkannya juga baik dan
sebaliknya (Arisman, 2007).

2. Faktor Biologis
Usia Ibu Hamil
Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua mengakibatkan kualitas janin/anak
yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu (Baliwati, 2004: 3). Karena pada ibu
yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi makanan antara janin dan
ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang
terjadi selama kehamilan (Soetjiningsih, 1995: 96). Sehingga usia yang paling baik adalah
lebih dari 20 tahun dan kurang dari 35 tahun, sehingga diharapkan status gizi ibu hamil akan
lebih baik.
Jarak Kehamilan
Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2 tahun. Penelitian
menunjukkan bahwa apabila keluarga dapat mengatur jarak antara kelahiran anaknya lebih
dari 2 tahun maka anak akan memiliki probabilitas hidup lebih tinggi dan kondisi anaknya
lebih sehat dibanding anak dengan jarak kelahiran dibawah 2 tahun. (Aguswilopo, 2004 : 5).
Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas janin/anak yang rendah dan
juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak memperoleh kesempatan untuk memperbaiki
tubuhnya sendiri (ibu memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan keadaan setelah
melahirkan anaknya). Dengan mengandung kembali maka akan menimbulkan masalah gizi
ibu dan janin/bayi berikut yang dikandung. (Baliwati, 2004 : 3).
Paritas
Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viable).
(Mochtar, 1998). Paritas diklasifikasikan sebagai berikut:

Primipara adalah seorang wanita yang telah pernah melahirkan satu kali dengan janin yang
telah mencapai batas viabilitas, tanpa mengingat janinnya hidup atau mati pada waktu lahir.
Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami dua atau lebih kehamilan yang
berakhir pada saat janin telah mencapai batas viabilitas.
Grande multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami lima atau lebih kehamilan yang
berakhir pada saat janin telah mencapai batas viabilitas.
Kehamilan dengan jarak pendek dengan kehamilan sebelumnya kurang dari 2 tahun /
kehamilan yang terlalu sering dapat menyebabkan gizi kurang karena dapat menguras
cadangan zat gizi tubuh serta organ reproduksi belum kembali sempurna seperti sebelum
masa kehamilan (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).
Berat Badan Selama Hamil .
Berat badan yang lebih ataupun kurang dari pada berat badan rata-rata untuk umur tertentu
merupakan faktor untuk menentukan jumlah zat makanan yang harus diberikan agar
kehamilannya berjalan dengan lancar. Di Negara maju pertambahan berat badan selama hamil
sekitar 12-14 kg.
Jika ibu kekurangan gizi pertambahannya hanya 7-8 kg dengan akibat akan melahirkan bayi
dengan berat lahir rendah ( Erna, dkk, 2004 ).
Pertambahan berat badan selama hamil sekitar 10 12 kg, dimana pada trimester I
pertambahan kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar 6 kg.
Pertambahan berat badan ini juga sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan janin.
C. Tanda dan gejala
1. Lingkar lengan atas sebelah kiri kurang dari 23,5 cm.
2. Kurang cekatan dalam bekerja.
3. Sering terlihat lemah, letih, lesu, dan lunglai.
4. Jika hamil cenderung akan melahirkan anak secara prematur atau jika lahir secara normal
bayi yang dilahirkan biasanya berat badan lahirnya rendah atau kurang dari 2.500 gram.

D. Dampak yang ditimbulkan

1. Ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara lain:
Anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal dan terkena penyakit
infeksi. Sehingga akan meningkatkan kematian ibu (Zulhaida, 2003).
2. Persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan
lama, persalinan prematur / sebelum waktunya, perdarahan post partum, serta persalinan
dengan tindakan operasi cesar cenderung meningkat (Zulhaida, 2003).
3. Janin
Kurang gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat
menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, asfiksia
intra partum, lahir dengan berat badan rendah (BBLR) (Zulhaida, 2003).
E. Pengukuran Status Gizi
Dapat dilakukan melalui empat cara yaitu secara klinis, biokimia, biofisik, dan antropometri.
Penilaian secara klinis.
Penilaian status gizi secara klinis sangat penting sebagai langkah pertama dalam mengetahui
keadaan gizi penduduk. Karena hasil penilaian dapat memberikan gambaran masalah gizi
yang nampak nyata.
Penilaian secara biokimia
Penilaian status gizi secara biokimia di lapangan banyak menghadapi masalah. Salah satu
ukuran yang sangat sederhana dan sering digunakan adalah pemeriksaan haemoglobin
sebagai indeks dari anemia gizi.
Penilaian secara biofisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat tanda dan gejala kurang gizi. Dilakukan oleh
dokter atau petugas kesehatan atau yang berpengalaman dengan memperhatikan rambut,
mata, lidah, tegangan otot dan bagian tubuh lainnya.
Penilaian secara antropometri.
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa ukuran fisik seseorang sangat erat berhubungan
dengan status gizi. Atas dasar-dasar ini ukuran-ukuran antropometri diakui sebagai indeks
yang baik dan dapat diandalkan bagi penentuan status gizi untuk negara-negara berkembang.

Untuk mengetahui status gizi ibu hamil digunakan pengukuran secara langsung dengan
menggunakan penilaian antropometri yaitu: Lingkar Lengan Atas. Pengukuran lingkar lengan
atas adalah suatu cara untuk mengetahui risiko KEK wanita usia subur (Supariasa, 2002 : 48).
Wanita usia subur adalah wanita dengan usia 15 sampai dengan 45 tahun yang meliputi
remaja, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur (PUS).
Ambang batas lingkar Lengan Atas (LILA) pada WUS dengan risiko KEK adalah 23,5 cm,
yang diukur dengan menggunakan pita ukur. Apabila LILA kurang dari 23,5 cm artinya
wanita tersebut mempunyai risiko KEK dan sebaliknya apabila LILA lebih dari 23,5 cm
berarti wanita itu tidak berisiko dan dianjurkan untuk tetap mempertahankan keadaan
tersebut.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
1. Pengukuran dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri.
2. Lengan harus dalam posisi bebas, lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang
atau kencang.
3. Alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau sudah dilipat-lipat, sehingga
permukaannya sudah tidak rata.
F. Upaya Penanggulangan Yang Dilakukan
1. KIE mengenai KEK dan faktor yang mempengaruhinya serta bagaimana menanggulanginya.
2. PMT Bumil diharapkan agar diberikan kepada semua ibu hamil yang ada.
Kondisi KEK pada ibu hamil harus segera di tindak lanjuti sebelum usia kehamilan mencapai
16 minggu. Pemberian makanan tambahan yang Tinggi Kalori dan Tinggi Protein dan
dipadukan dengan penerapan Porsi Kecil tapi Sering, pada faktanya memang berhasil
menekan angka kejadian BBLR di Indonesia. Penambahan 200 450 Kalori dan 12 20
gram protein dari kebutuhan ibu adalah angka yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
gizi janin.
3. Konsumsi tablet Fe selama hamil.
Kebutuhan bumil terhadap energi, vitamin maupun mineral meningkat sesuai dengan
perubahan fisiologis ibu terutama pada akhir trimester kedua dimana terjadi proses
hemodelusi yang menyebabkan terjadinya peningkatan volume darah dan mempengaruhi
konsentrasi hemoglobin darah.

Pada keadaan normal hal tersebut dapat diatasi dengan pemberian tablet besi, akan tetapi
pada keadaan gizi kurang bukan saja membutuhkan suplemen energi juga membutuhkan
suplemen vitamin dan zat besi. Keperluan yang meningkat pada masa kehamilan, rendahnya
asupan protein hewani serta tingginya konsumsi serat / kandungan fitat dari tumbuhtumbuhan serta protein nabati merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya anemia besi.
G. Pencegahan

Pemberdayaan ekonomi masyarakat sehingga mereka mampu memenuhi kebutuhan dasar


mereka, terutama dalam mencukupi kebutuhan akan makanan bergizi.

Memberikan pengertian bagi mereka dengan profesi yang menuntut memiliki tubuh kurus
tentang bahaya tubuh yang terlalu kurus apalagi jika mereka menguruskan badan dengan cara
tidak lazim, seperti anoreksia atau bulimia

H. Cara Mengatasi Resiko KEK


Cara Mengetahui Risiko Kekurangan Energi Kronis (Kek) Dengan Menggunakan
Pengukuran Lila :
Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) wanita
usia subur termasuk remaja putri. Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau
perubahan status gizi dalam jangka pendek.

Pengukuran dilakukan dengan pita LILA dan ditandai dengan sentimeter, dengan batas
ambang 23,5 cm (batas antara merah dan putih).
Apabila tidak tersedia pita LILA dapat digunakan pita sentimeter/metlin yang biasa dipakai
penjahit pakaian. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau di bagian merah pita LILA,
artinya remaja putri mempunyai risiko KEK.

Bila remaja putri menderita risiko KEK segera dirujuk ke puskesmas/sarana kesehatan lain
untuk mengetahui apakah remaja putri tersebut menderita KEK dengan mengukur IMT.
Selain itu remaja putri tersebut harus meningkatkan konsumsi makanan yang beraneka
ragam.
I. Deteksi dini Kurang Energi Kronis (KEK)
1. Dilakukan setiap tahun dengan mengukur Lingkar Lengan Kiri Atas (LILA) dengan memakai
pita LILA.
2. Pada Remaja Putri/Wanita yang LILA-nya <23,5 cm berarti menderita Risiko Kurang Energi
Kronis (KEK), yang harus dirujuk ke Puskesmas/ sarana pelayanan kesehatan lain, untuk
3.

mendapatkan konseling dan pengobatan.


Pengukuran LILA dapat dilakukan oleh Remaja Putri atau wanita itu sendiri, kader atau
pendidik. Selanjutnya konseling dapat dilakukan oleh petugas gizi di Puskesmas (Pojok
Gizi), sarana kesehatan lain atau petugas kesehatan/gizi yang datang ke sekolah, pesantren
dan tempat kerja.
http://ichaluthuna28.blogspot.co.id/2013/06/kekurangan-energi-kronis-pada-kehamilan.html

Anda mungkin juga menyukai