Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL


PERIKANAN TRADISIONAL
PEMINDANGAN

Kelompok 4
Afifa Riska Az 05061182227036
Eka Putri Anna 05061182227012
Dea Amanda Marasabessy 05061182227011
Atikah Ratna Anindita 05061182227009
Sentia Ariska 05061282227047
Cemit Alamsa Dinata 05061282227031
Rizky Raihan Rajavi 05061282227054
Zuhri Romadhon Hasibuan 05061282227037

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023

Universitas Sriwijaya
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pemindangan ikan merupakan salah satu dari industri pengolahan ikan
tradisional di Indonesia yang potensial. Pemindangan ikan merupakan suatu
teknik pengolahan dan pengawetan ikan yang cukup sederhana dan populer di
Indonesia dan asia tenggara. Usaha pemindangan ikan mampu memutar dana
hingga puluhan juta rupiah setiap harinya. Jika dibandingkan dengan sektor
pertanian lain dalam skala yang sama, perputaran dana ini masih berada di atas.
Usaha ini bersifat tradisional namun bertahan cukup lama karena produk ikan
pindang disukai sebagian besar masyarakat Indonesia. Data statistik tahun 1978,
menunjukkan bahwa hampir 5,38% dari total produksi ikan, diolah dan diawetkan
dengan cara pemindangan, terutama di jawa, bali, nusa tenggara barat dan
sumatera utara. Dibalik potensi pemindangan, terdapat permasalahan dalam
pengembangan usaha ini. Peranan pemindangan masih dianggap kecil oleh
sebagian besar ahli perikanan. Ikan pindang merupakan hasil pengolahan ikan
dengan cara berebusan atau pengukusan yang ditambahkan garam dan rempah-
rempah (Adawyah, 2007).
Sektor usaha ini belum dipakai sebagai barometer dalam menentukan
kemajuan perikanan dan belum banyak bimbingan yang diperoleh para
pemindang, baik dari instansi pemerintah maupun para ahli perikanan.
Pemindangan berkembang dengan pesat secara diam-diam dalam kenyataan
sehari-hari, tetapi merangkak dalam statistik perikanan. Hal ini sangat menjadi
tantangan bagi semua pemegang peran untuk sangat lebih memajukan
pemindangan ikan di Indonesia. Keterbatasan ilmu pengetahuan mengenai sanitasi
dan higienitasi serta keterbatasan teknologi usaha pemindangan tersebut, membuat
pemindangan ikan belum mencapai produktivitas yang optimal untuk berkembang
dan turut berperan serta menyehatkan rakyat Indonesia melalui pengolahan
pangan perikanan yang bersih dan baik. Pada kenyataannya yang terlihat langsung
di lapangan, industri pengolahan pindang di Indonesia sangat sampai saat ini

Universitas Sriwijaya
belum dapat memberikan ruang yang sangat optimal bagi penerapan sanitasi dan
higienitas (Moeljanto, 1992).

 Pemindangan Pada dasarnya pemindangan ikan merupakan upaya pegawetan


sekaligus pengolahan ikan yang menggunakan teknik penggaraman dan
pemanasan. Pengolahan tersebut dilakukan dengan merebus atau memanaskan
ikan dalam suasana bergaram selama waktu tertentu di dalam suatu wadah.
Wadah ini digunakan sebagai tempat ikan selama perebusan atau pemanasan
sekaligus pada kemasan yang selama transportasi dan pemasaran yang baik
(Moeljanto, 1992).

1.2. Tujuan
Untuk menelaah pengaruh penggunaan berbagai konsentrasi garam terhadap
mutu organoleptik (penampakan, bau, konsistensi dan rasa) ikan pindang badeng
yang dihasilkan.

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan


Adapun klasifiksi ikan nila (Oreochromis niloticus) menurut (Amri, 2007)
adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Achanthopterygii
Ordo : Percomorphi
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : : Oreochromis niloticus

Gambar 2.1.1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Ikan nila memiliki bentuk tubuh yang pipih (compressed). Posisi mulutnya
terletak di ujung hidung (terminal). Ciri khas ikan ini ialah terdapat garis-garis
vertikal berwarna hitam pada sirip ekor sebanyak 10 buah, dan juga pada ekor
sebanyak 8 buah garis melintang yang ujungnya berwarna kehitam-hitaman. Sisik
ikan nila memiliki tipe ctenoid dan jari-jari dorsal yang keras, begitupun bagian
analnya yang terletak di belakang sirip dada (abdominal). Pada sirip ekor

Universitas Sriwijaya
memiliki bentuk membulat dengan warna kemerahan dan bisa digunakan sebagai
indikasi kematangan gonad. Nila jantan memiliki bentuk tubuh membulat dan
agak pendek dibandingkan dengan nila betina. Umumnya pada warna ikan nila
jantan memiliki banyak kelamin yang lebih lebih cerah dibandingkan ikan betina
(Cholik, 2005).
2.2. Pemindangan Ikan
Secara umum pemindangan merupakan usaha rakyat untuk melakukan
pengolahan ikan berskala kecil yang dalam prakteknya dikerjakan dengan cara
dan peralatan yang sederhana serta menggunakan bahan mentah yang berasal dari
hasil tangkap nelayan sekitar. Pemindangan dilakukan secara turun-temurun
dengan rata-rata jumlah produksi sebesar 10 kg dalam 1 tungku dengan waktu
pemasakan 4-10 jam sehingga membutuhkan bahan bakar yang banyak bila
memproduksi dalam jumlah banyak, pengunaan air perebusan yang berulang
mampu mempengaruhi mutu produk, serta masyarakat yang melakukan proses
pemindangan kurang memperhatikan sanitasi dan hygiens. Faktor penurunan
mutu ikan pindang disebabkan kurangnya pelaku usaha memperhatikan sanitasi
dan higienitas pada tempat produksi dan alat perebusan yang digunakan,
pengunaan alat tradisional yang cepat mudah kotor dan berkarat sehingga
pempengaruhi produk secara fisik maupun secara mutu. Pemindaangan terbagi
menjadi dua jenis yaitu pemindangan yang di lakukan dengan menggunakan
garam dan larutan garam (Wijayanti, 2018).
Pemindangan adalah suatu teknik pengolahan dan pengawetan dengan cara
merebus atau mengkukus ikan dalam suasana bergaram selama jangka waktu
tertentu di dalam suatu wadah yang kemudian terjadi suatu proses pengurangan
kadar air sampai batas tertentu. Sedangkan Proses steam adalah proses memasak
lembab atau basah dengan panas dari uap air atau dikenal dengan istilah
mengkukus. Di era modren saat ini telah banyak melakukan perubahan dari
merebus menjadi mengkukus, hal ini dikarenakan pada saat dikukus makanan
tidak bersentuhan langsung dengan air sehingga protein-protein yang larut dalam
air tidak akan hilang, mengkukus juga tentunya dapat menjaga tekstur pangan
lebih bagus, proses pematangan dengan cara kukus ini juga tentunya dapat
mempertahankan rasa asli dari ikan yang di pindang tersebut. Pada pemindangan

Universitas Sriwijaya
ini terjadi pula proses penggaraman sebelum pengukusan di lakukan. Sama halnya
dengan ikan asin, dalam hal ini prnggaraman berfungsi untuk mengurangi jumlah
kadar air yang terdapat didalam tubuh ikan. Penggaraman juga berfungsi untuk
menghambat pertumbuhan mikroba sehingga mampu membuat daya simpan ikan
cukup lama. Penggunaan garam yang tidak berlebihan juga berguna sebagai
penambah rasa sehinggaa digemari masyarakat Indonesia (Pandit, et al. 2007).
2.3. SNI Ikan Pindang
Upaya yang harus dilakukan dalam rangka peningkatan mutu produk hasil
perikanan adalah dengan mengendalikan proses pengolahan melalui penerapan
sistem manajemen keamanan pangan berupa program kelayakan dasar
berdasarkan konsep program manajemen mutu terpadu. Penerapan kelayakan
dasar, yaitu cara berproduksi yang baik dan benar atau Good Manufacturing
Practice (GMP) dan standar sanitasi atau Sanitation Standard Operating
Procedures (SSOP). GMP dan SSOP perlu dilakukan pada semua jenis usaha
perikanan baik modern maupun tradisional. Pada pengolahan pangan sistem
manajemen mutu yang efektif dapat menjamin mutu dan keamanan produk.
Penerapan sanitasi membahas pemeliharaan umum bangunan atau fasilitas usaha,
bahan yang digunakan untuk pembersihan atau sanitasi, pengendalian hama,
sanitasi permukaan, penyimpanan dan penanganan peralatan serta tempat
pembuangan isi perut dan kotoran. Teknik penanganan dan pengolahan, teknik
sanitasi dan higiene serta syarat mutu dan keamanan pangan ikan pindang disusun
dalam suatu standar yaitu SNI. Berbagai macam jenis ikan diolah menjadi ikan
pindang, salah satunya Nila (BSN, 2009).
Pengendalian dan pengawasan mutu yang baik tidak hanya dilakukan oleh
produsen, namun diperlukan pihak lain yang dianggap memiliki kompetensi untuk
mengawasi dan mengakreditasi produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Salah
satu lembaga akreditasi yang memiliki kewenangan dalam proses akreditasi suatu
produk di Indonesia adalah Badan Standarisasi Nasional (BSN) yang merupakan
lembaga independen dan dianggap lebih obyektif serta memuaskan pihak
produsen dan konsumen. Mutu produk merupakan hal yang sangat penting dalam
memperpanjang masa simpan dan edar serta memperluas jangkauan pemasaran.
Suatu produk dikatakan memiliki mutu yang baik apabila produk tersebut telah

Universitas Sriwijaya
memiliki kesesuaian dengan standar yang telah ditetapkan. Salah satu standar
yang ditetapkan oleh pemerintah adalah Standar Nasional Indonesia (SNI). SNI
akan menjadi penjaga dalam masuknya produk yang tidak bermutu ke pasar
Indonesia. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan pengendalian yang bertujuan
untuk menganalisis penyimpangan yang terjadi terhadap standar yang ada. Hasil
dari analisis tersebut akan digunakan untuk perbaikan sistem kerja, sehingga
produk atau proses produksi sesuai dengan standar yang ditentukan (SNI
2717.2:2009).
2.4. Macam-Macam Ikan Pindang
Ikan pindang adalah salah satu makanan tradisional Indonesia yang terbuat
dari ikan segar yang diawetkan dengan cara diasinkan atau direndam dalam
campuran air, garam, dan bahan-bahan lain seperti bawang putih, kemiri, dan
asam jawa. Ikan pindang dapat dijumpai di berbagai daerah di Indonesia dan
memiliki berbagai macam jenis ikan yang digunakan sebagai bahan dasarnya.
Berikut adalah contoh beberapa jenis ikan yang sering digunakan untuk membuat
ikan pindang di Indonesia yaitu Ikan patin, Ikan patin merupakan salah satu jenis
ikan air tawar yang sering digunakan untuk membuat ikan pindang. Ikan ini
memiliki daging yang empuk dan berlemak sehingga cocok untuk diawetkan
dengan cara pindang. Yang kedua Ikan tongkol, Ikan tongkol atau tuna
merupakan jenis ikan laut yang sering digunakan sebagai bahan dasar ikan
pindang di Sulawesi, daging ikan ini yang kaya akan protein dan asam lemak
omega-3, selanjutnya ikan gabus, ikan gabus merupakan jenis ikan air tawar yang
sering digunakan membuat ikan pindang di daerah Jawa Barat, ikan ini memiliki
daging yang lembut dan tidak bau sehingga dapat cocok untuk dilakukan dengan
cara dipindangkan (Adawyah, 2007).
Ikan mujair atau nila merupakan jenis ikan air tawar yang sering digunakan
sebagai bahan dasar ikan pindang di daerah Jawa Timur. Ikan mujair memiliki
daging yang empuk dan rasanya yang gurih. Ikan belanak: Ikan belanak
merupakan jenis ikan air tawar yang sering digunakan untuk membuat ikan
pindang di daerah Sumatera Utara, ikan ini memiliki daging yang lembut dan
tidak bau sehingga cocok untuk diawetkan dengan cara pindang, Berikutnya
adalah ikan patin hitam, Ikan patin hitam atau ikan baung hitam merupakan jenis

Universitas Sriwijaya
ikan air tawar yang sering digunakan sebagai bahan dasar ikan pindang di daerah
Kalimantan Selatan, ikan ini memiliki daging yang relatif empuk dan berlemak
sehingga cocok untuk diawetkan dengan cara memindangkan ikan tersebut,
Adapun ikan yang dapat di pindangkan selanjutnya adalah ikan bandeng, ikan
bandeng ini merupakan jenis ikan laut yang sering digunakan sebagai bahan dasar
ikan pindang di daerah Jawa Timur, ikan ini memiliki daging yang sangat empuk
dan rasanya yang gurih. Selain jenis ikan di atas, terdapat beberapa juga berbagai
macam jenis ikan lain yang digunakan sebagai bahan dasar ikan pindang di
Indonesia, seperti ikan kembung, ikan teri, ikan bawal, dan berbagai jenis jenis
ikan lainnya yang dapat sebagainya (Suranaya, 2016).
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Tradisional yang berjudul
metode penggaraman basah dilaksanakan pada hari Rabu, 08 maret 2023 yang
dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Perikanan Jurusan Perikanan
Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya pada pukul 14.30 WIB sampai dengan
selesai.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan
Tradisional yang berjudul metode pemindangan alat-alat yang digunakan talenan,
baskom, neraca analitik, gelas ukur, anyaman bambo badeng (paso), kompor dan
score sheet. Bahan ikan nila dan garam,

3.3. Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja pada praktikum Teknologi Pengolahan Hasil
Perikanan Tradisional yang berjudul metode pemindangan adalah sebagai berikut.
1. Buang isi perut dan insang dengan cara membelah tubuh ikan bagian bawah
dari lubang anus mengarah kedepan.
2. Cuci sampai bersih.

Universitas Sriwijaya
3. Bagi ikan tersebut pada tujuh perlakuan konsentrasi garam, 0%, 2.5 %, 5.0 %,
7.5 %, 10.0 %, 12.5 %, dan 15 %.
4. Atur ikan tersebut kedalam badeng atau paso yang bagian alasnya sudah
diberi anyaman bambu. Posisi ikan dalam badeng atau paso antara lapisan
satu dengan lapisan lainnya berselang-seling. Taburkan garam kedalam tubuh
ikan secara merata sesuai dengan perlakuan.
5. Tambahkan air sebanyak masing-masing 2500 ml (sampai semua ikan
terendam).
6. Rebus sampai masak yang ditandai dengan retaknya pangkal ekor.
7. Lakukan uji organoleptik meliputi penampakan, bau, konsistensi dan rasa.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Adapun hasil dari praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan
Tradisional materi Pemindangan adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1.1. Hasil Pemindangan Larutan Garam
Kelompok 1A Kelompok 2A Kelompok 3A
Parameter (Ikan Mujair) (Ikan Sarden) (Ikan Lele)
0% 2,5% 5% 7,5% 10% 12,5% 15%
Penampakan 7 7 7 7 7 6 6
Bau 4 4 4 7 7 5 5
Konsistensi 3 3 3 5 5 3 3
Rasa 3 3 3 5 5 4 4
Kelompok 1B Kelompok 2B Kelompok 3B
Parameter (Ikan Mujair) (Ikan Sarden) (Ikan Lele)
0% 2,5% 5% 7,5% 10% 12,5% 15%
Penampakan 4 4 4 4 4 6 6
Bau 5 5 5 7 7 5 5
Konsistensi 3 3 3 7 7 3 3
Rasa 3 3 3 7 5 4 4

Tabel 4.1.2. Hasil Pemindangan Kristal Garam


Kelompok 4A Kelompok 5A
Parameter (Ikan Salam) (Ikan Nila)
12,5% 15% 7,5% 10%
Penampakan 5 5 8 8
Bau 5 5 7 8
Konsistensi 5 5 7 7
Rasa 6 6 7 5

Universitas Sriwijaya
Kelompok 4B Kelompok 5B
Parameter (Ikan Nila) (Ikan Nila)
12,5% 15% 7,5% 10%
Penampakan 8 8 5 5
Bau 8 8 5 5
Konsistensi 6 6 5 5
Rasa 5 7 4 4

4.2. Pembahasan
Secara umum pemindangan merupakan usaha rakyat untuk melakukan
pengolahan ikan berskala kecil yang dalam prakteknya dikerjakan dengan cara
dan peralatan yang sederhana serta menggunakan bahan mentah yang berasal dari
hasil tangkap nelayan sekitar, Pemindangan dilakukan secara turun-temurun
dengan rata-rata jumlah produksi sebesar 10 kg dalam 1 tungku dengan waktu
pemasakan 4-10 jam sehingga membutuhkan bahan bakar yang banyak bila
memproduksi dalam jumlah banyak. ikan pindang adalah salah satu makanan
tradisional Indonesia yang terbuat dari ikan segar yang diawetkan dengan cara
diasinkan atau direndam dalam campuran air, garam, dan bahan-bahan lain seperti
bawang putih, kemiri, dan asam jawa. Ikan pindang dapat dijumpai di berbagai
daerah di Indonesia dan sangat memiliki berbagai macam jenis ikan yang dapat
untuk digunakan sebagai bahan dasarnya. Berikut adalah contoh beberapa jenis
ikan yang sering digunakan untuk membuat ikan pindang yang ada di Indonesia
yaitu Ikan patin,tongkol dan nila.
Pada pemindangan praktikum pada kali ini kami membagi 5 kelompok
dengan konsentrasi dan teknik yang berbeda, pada kelompok pertama dengan
konsentrasi garam 0%,2,5%dan 5%, kami mendapatkan kenampkan tidak utuh,
agak kotor ,baunya sendiri agak tengik, tidak basi terus buat konistensinya agak
berair, mulai agak rapuh dan untuk rasanya sendiri itu rasa basi, Selanjutnya untuk
pemindangan kelompok dua konsentrasi garamnya 7,5% dan 10%
penampakannya tidak utuh dan agak kotor untuk baunya yaitu hampir netral,
konsistensinya padat dan kompak untuk rasanya itu enak,gurih, seterusnya untuk

Universitas Sriwijaya
kelompok tiga konsentrasi garamnya itu adalah 12,5% dan 15%, untuk
penampakannya sendiri itu adalah utuh,bersih,kurang rapi,agak menarik dan
untuk baunya yakni agak tengik tapi tidak basi seterusnya unruk konistensinya
adalah berair mudah terurai terakhir rasanya itu kami berikan tidak enak tidak
gurih, dan untuk kelompok empat konsentrasi garamnya tersebut adalah 12,5%
dan 15%, untuk kenampakannya yaitu utuh bersih rapi dan menarik, baunya itu
sangat enak harum segar dan untuk konsistensinya adalah kurang kompak, lembab
dan yang terakhir rasanya yakni enak dan gurih, pada kelompok lima konsentrasi
garamnya itu 7,5% dan 10%, untuk kenampakannya utuh dan kurang
bersih ,baunya agak tengik tapi tidak basi, konistensinya agak berair, mulai agak
rapuh, dan yang terakhir rasanya.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan
Tradisional adalah sebagai berikut.
1. Pemindangan merupakan usaha rakyat untuk melakukan pengolahan ikan
berskala kecil yang dalam prakteknya dikerjakan dengan cara dan peralatan
yang sederhana serta menggunakan bahan mentah yang berasal dari hasil
tangkap nelayan sekitar.
2. Ikan pindang adalah salah satu makanan tradisional Indonesia yang terbuat
dari ikan segar yang diawetkan dengan cara diasinkan atau direndam dalam
campuran air, garam, dan bahan-bahan lain seperti bawang putih, kemiri, dan
asam jawa.
3. Faktor penurunan mutu ikan pindang disebabkan kurangnya pelaku usaha
memperhatikan sanitasi dan higienitas pada tempat produksi dan alat
perebusan yang digunakan, pengunaan alat tradisional yang cepat mudah
kotor dan berkarat sehingga pempengaruhi produk secara fisik maupun secara
mutu.
4. Proses steam adalah proses memasak lembab atau basah dengan panas dari
uap air atau dikenal dengan istilah mengkukus.

Universitas Sriwijaya
5. Penggaraman berfungsi untuk menghambat pertumbuhan mikroba sehingga
mampu membuat daya simpan ikan cukup lama, penggunaan garam yang
tidak berlebihan juga berguna sebagai penambah rasa.

5.2. Saran
Saran untuk praktikum ini, kepada asisten diharapkan untuk tidak lupa
memberikan tinpus ketika selesai praktikum agar praktikan bisa memanfaatkan
waktu.

DAFTAR PUSTAKA

Adawyah, R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara. Jakarta


Moeljanto. 1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Penebar
Swadaya Jakarta
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2009. SNI tentang Ikan Pindang- Bagian
1:Spesifikasi. BSN, Jakarta (ID).
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2009. SNI tentang Ikan Pindang- Bagian:
Persyaratan Bahan Baku. BSN, Jakarta (ID).
Cholik, 2005. Akuakultur. Masyarakat Perikanan Nusantara. Taman Akuarium
Kabupaten Kendal.
Suranaya, 2016. Teknologi Pemindangan Ikan Tongkol. (M. Prof.Dr.Ir.I Gde
Suranaya Pandit, Ed.). Denpasar-Bali: Desember 2016.
Wijayanti, 2018. Peningkatan Mutu dan Kualitas Ikan Pindang. Krenova.

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN GAMBAR

Alat dan Bahan 2 Ikan Nila Penusukan Medulla


Oblongata

Penimbangan ikan 1 Penimbangan ikan 2 Konsentrasi garam pada


ikan 1

Konsentrasi garam pada Ikan yang sudah dibaluri Hasil Pemindangan


ikan 2 garam

Nama Pratikan Pembagian Tugas


Afifa Riska Az BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Eka Putri Ana 2.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan
Eka Putri Ana 2.2. Pemindangan
Dea Amanda Marasabessy 2.3. SNI Ikan Pindang
Rizky Raihan Rajavi 2.4. Macam-macma ikan pindang
Cemit Alamsa Dinata BAB 3 PELAKSANAAN PRATIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
3.2. Alat dan Bahan
3.3. Prosedur Kerja

Universitas Sriwijaya
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Sentia Ariska 4.1. Hasil
Zuhri Romadon Hasibuan 4.2. Pembahasan
Atikah Ratna Anindita BAB 5 KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Afifa Riska Az Cover
Dea Amanda Marasabessy Daftar Pustaka
Afifa Riska Az Lampiran Pembagian Tugas
Dea Amanda Marasabessy Lampiran Gambar
Afifa Riska Az Penggabungan Laporan
LAMPIRAN PEMBAGIAN TUGAS

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai