ACARA 4
“PENGGARAMAN”
MAGISTA SAKINAH
221710301004 / TIP A
ASISTEN PRAKTIKUM :
1. Diva Permata Alfarisqa
2. Erika Dwi Silawati
3. Jilan Hanifa
4. Maesarani Salsalina Sitepu
5. Nalurita Putri Nur Fadzilah
2.1 Penggaraman
Proses pengawetan ikan pada dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara
secara kimiawi antara lain melalui proses penggaraman, dan secara fisik melalui
proses pengeringan dan pembekuan. Penggaraman merupakan bentuk pengawetan
yang masih banyak digunakan sampai sekarang. Cara penggaraman yang umum
dilakukan adalah penggaraman kering dan basah yang menggunakan jenis garam
dapur, baik yang berbentuk kristal maupun larutan (Feri dkk., 2017).
Penggaraman berlangsung terjadi penetrasi garam ke dalam tubuh ikan dan
keluarnya cairan dari tubuh ikan karena adanya perbedaan konsentrasi, akan
melarutkan kristal garam atau mengencerkan larutan garam. Pada saat itulah
terjadi pengentalan cairan tubuh yang masih tersisa dan penggumpalan protein
(denaturasi) serta pengerutan sel- sel tubuh ikan sehingga sifat dagingnya berubah
(Feri dkk., 2017). Penggaraman adalah metode pengolahan dengan menambahkan
garam pada produk dalam jumlah tertentu dan dilanjutkan dengan pengeringan,
salah satu proses pengawetan ikan secara sederhana, mudah serta produk yang
dihasilkan mempunyai umur simpan lama (Kresnasari, 2021).
2.2 Bahan yang Digunakan
2.2.1 Ikan Segar
Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang dapat diterima
pada seluruh lapisan masyarakat. Manfaat dari protein tersebut akan diperoleh
secara optimal jika kualitas ikan masih dalam kategori baik. Dalam rangka
mempertahankan mutu ikan agar tetap baik diperlukan suatu metode pengawetan
seperti pembekuan dan penggaraman (Kresnasari, 2017).Ikan merupakan salah
satu sumber protein bagi manusia yang memiliki nilai gizi yang lebih baik
dibandingkan jenis-jenis hewan lainnya karena memiliki tingkat kandungan
kolestrol yang lebih rendah dan mengandung asam-asam lemak omega 3 dan 6
yang sangat bermanfaat pada perkembangan jaringan otak manusia. Ikan juga
merupakan sumber protein yang umumnya menjadi pilihan masyarakat karena
memiliki harga yang relatif murah (Palawe dkk., 2016).Ikan segar ini biasanya
dijual di pasaran lokal dan biasanya dibeli dan diolah lagi menjadi bermacam-
macam olahan ikan baik ikan olahan mentah maupun olahan menggunakan
pemanasan atau pemasakan. Produk ikan segar hasil tangkapan nelayan
memiliki banyak kelemahan di karena kan kurang dilakukannya proses
pengontrolan mutu dari saat penangkapan, pendistribusian maupun pemasaran,
sehingga mutu produk ikan segar yang dihasilkan sangat bermacam macam.
Mutu produk yang sangat beragam ini dapat mempersulit konsumen dalam hal
pengolahan ikan selanjutnya. Salah satu komponen mutu yang sangat penting
yaitu Total Mikroba.Total mikroba merupakan parameter mutu yang
menunjukkan tinggi rendahnya tingkat kontaminasi suatu produk, mikroba pada
umumnya merupakan sumber berbagai macam masalah kesehatan pada
masyarakat misalnya diare oleh Escherichia coli, tipes oleh Salmonella Thyposa
kolera oleh Vibrio cholera dan masih banyak lagi mikroba patogen yang
menyebabkan berbagai masalah kesehatan.Produk ikan segar merupakan produk
yang memiliki risiko kontaminasi yang sangat tinggi, di karena kan ikan segar
atau ikan mentah yang baru melakukan proses metabolisme yang sudah tidak
terkontrol sehingga proses perombakan yang banyak terjadi, di mana hasil
proses perombakan dari ikan mentah merupakan substrat pertumbuhan untuk
mikroba, sehingga produk ikan mentah lebih cepat rusak atau busuk dari pada
produk ikan olahan. Selain itu pH, suhu, dan kontaminasi silang juga sangat
berpengaruh pada proses kontaminasi dan pertumbuhan mikroba (Palawe dkk.,
2016).
Ikan tongkol merupakan salah satu jenis ikan yang cukup diminati oleh
masyarakat baik dalam bentuk segar maupun olahan. Ikan tongkol memiliki
banyak keunggulan di antaranya kandungan proteinnya tinggi yaitu 24% dan
harganya terjangkau serta mudah ditemukan di pasaran. Selain kelebihan
tersebut, ikan tongkol juga memiliki kekurangan dari jenis ikan lainnya yaitu
cepat mengalami kerusakan bahkan kebusukan setelah didapatkan. Kelemahan-
kelemahan yang dimiliki oleh ikan tersebut dapat menghambat usaha pemasaran
hasil perikanan sehingga menimbulkan kerugian yang besar bagi pedagang. Oleh
karena itu, perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan daya simpan dan daya
awet produk perikanan pada pasca panen melalui proses pengolahan maupun
pengawetan. Salah satu teknik yang dilakukan untuk memperpanjang umur
simpan ikan adalah melalui metode pengasapan ikan.Beberapa permasalahan
yang sering dijumpai pada proses pengasapan yaitu lama waktu proses yang
tidak sama, jumlah bahan pengasap yang tidak sama, suhu ruang pengasapan
yang tidak sama serta kualitas bahan pengasap yang berbeda-beda. Faktor
tersebut akan menyebabkan perbedaan kualitas ikan tongkol (Towadi dkk.,
2013). Ikan tongkol (Euthynnus affinis) merupakan ikan air laut yang memiliki
nilai ekonomis tinggi. Ikan tongkol (Euthynnus affinis) memiliki kelebihan yaitu
kandungan protein yang tinggi serta kaya akan asam lemak omega 3 .Setiap 100
gram mempunyai komposisi kimia yang tediri dari air 69,40%, lemak 1,50%,
protein 25,00% dan karbohidrat 0,03% (Nisa dan Suryani, 2018).
Ikan segar bersifat mudah membusuk, setelah ditangkap ikan segar akan
mengalami kekakuan dan kemudian diikuti oleh proses pembusukan. Oleh
karena itu penanganan ikan harus dilakukan segera setelah ikan ditangkap atau
dipanen agar kesegarannya tetap terjaga sehingga mutu ikan dapat dipertahankan
dengan sebaik-baiknya.Ikan segar mempunyai bentuk tubuh yang utuh, warna
cemerlang, bau normal tidak ada kecenderungan busuk, dan bila ditekan dengan
jari tidak meninggalkan bekas. Kerusakan atau kemunduran mutu diawali oleh
tanda- tanda daging lunak, dan terdapat lendir. Pada umumnya perubahan-
perubahan dapat dikenali pada tekstur, bau, warna dan rasa. Ikan segar memiliki
sifat yang mudah rusak. Setelah ikan didapatkan, akan timbul proses perubahan
yang mengarah pada kerusakan. Agar ikan dapat dimanfaatkan semaksimal
mungkin, maka harus dijaga kondisinya. Salah satu cara untuk mempertahankan
ikan dari proses pembusukan adalah dengan cara pengolahan (Ramli, 2022).
2.2.2 Garam
Garam merupakan salah satu hasil dari penguapan air laut menjadi butiran
padat, yang digunakan sebagai bumbu pelengkap yang dapat memberikan rasa
gurih. Garam merupakan salah satu kebutuhan pelengkap dari kebutuhan pangan
dan sumber elektrolit bagi tubuh manusia serta garam hasil dari penguapan air laut
menjadi butiran padat, yang digunakan sebagai bumbu pelengkap yang dapat
memberikan rasa gurih. Kandungan garam yang utama Natrium Clorida (NaCl)
dan zat pengotor terdiri dari CaSO4, MgSO4, MgCl2 dan lain-lain. Garam
konsumsi adalah yang digunakan sebagai bumbu pelengkap, sedangkan garam
industri adalah garam yang digunakan untuk membantu pada proses industri
seperti pada bidang pabrik, medis, dan bahkan untuk kecantikan (Putri dkk.,
2020).
1. Neraca digital
2. Baskom Besar
3. Baskom kecil
4. Sendok
3.1.2 Bahan
Adapun bahan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Ikan tongkol
2. Air
3. Garam Halus
4. Garam Kasar
5. Plastik
3.1 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
3.2.1 Skema Kerja
Mulai
Pencucian/Pembersihan Ikan
Perendaman
Selesai
3.2.2 Fungsi Perlakuan
Penggaraman + ++ ++ +
Kering
Penggaraman ++ +++ ++ ++
Basah
Pada penggaraman basah yaitu dengan menggunakan larutan garam dan ikan
direndam pada larutan garam tersebut. Kadar air pada penggaraman basah akan
lebih besar dengan penggaraman kering karena ikan tetap terendam pada larutan
garam. Pada penggaraman kering garam langsung diberi di bagian seluruh ikan.
Kadar air pada penggaraman kering akan lebih sedikit daripada penggaraman
basah karena memiliki proses pengeringan yang lebih cepat karena tidak ada
larutan garam. Pada uji organoleptik meliputi warna ikan, tekstur ikan, aroma ikan
dan lendir ikan.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Pengawetan pada ikan dengan memberikan garam pada ikan lalu disimpan
agar bahan lebih tahan lama merupakan prinsip dari penggaraman ikan.
2. Pada hasil organoleptik pada penggaraman kering warna pucat, aroma agak
amis, tekstur agak keras, lendir pada ikan tidak berlendir. Pada hasil
organoleptik pada penggaraman basah warna agak kuning, aroma amis,
tekstur agak keras, lendir pada ikan agak berlendir. Faktor yang
mempengaruhi penggaraman yaitu adanya kesegaran pada ikan, ukuran dan
ketebalan ikan, kehalusan kristal garam, suhu, kandungan lemak pada ikan.
3. Kadar air yang hilang pada penggaraman kering yaitu 21,53%, Kadar air yang
hilang pada penggaraman basah yaitu -4,33%. Karena pada saat penggaraman
terdapat proses osmosis yang membuat dari garam akan masuk ke ikan dan
air dari ikan ditarik jadi walau penggaraman kering nantinya akan ada air.
5.2 Saran
Sebelum melakukan praktikum penggaraman, sangat penting mempelajari
tentang penggaraman agar praktikum berjalan dengan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Binici, A., & Kaya, G. K. (2017). Effect of brine and dry salting methods on the
physicochemical and microbial quality of chub (Squalius cephalus
Linnaeus, 1758). Food Science and Technology, 38, 66-70.
Feri, F., Ethica, S. N., & Mukaromah, A. H. (2017, October). Profil Protein
Daging Ikan Bandeng (Chanos chanos) Menggunakan SDS-PAGE
Sebelum Dan Sesudah Penggaraman. In Prosiding Seminar Nasional &
Internasional (Vol. 1, No. 1).
Hamidah, M. N., Rianingsih, L., & Romadhon, R. (2019). Aktivitas antibakteri
isolat bakteri asam laktat dari peda dengan jenis ikan berbeda terhadap E.
coli dan S. aureus. Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan, 1(2), 11-21.
Nisa, A. F., & Suryani, T. (2018). Kualitas Ikan Tongkol (Euthynnus Affinis)
Dengan Pengawet Alami Ekstrak Daun Ciplukan Dan Variasi Lama
Perendaman.
Palawe, J. F., Wodi, S. I. M., & Cayono, E. (2016). Analisis Kontaminasi Total
Mikroba pada Beberapa Produk Ikan Segar Kabupaten Kepulauan
Sangihe. Jurnal Ilmiah Tindalung, 2(1), 42-46.
Patang, P., & Yunarti, Y. (2014). Kajian Pemberian Berbagai Dosis Garam
Terhadap Kualitas Ikan Bandeng (Chanos Chanos Sp.) Asin Kering.
JURNAL GALUNG TROPIKA, 3(3), 171-178.
Putri, R. D., Destryana, R. A., & Santosa, R. (2020). Pemanfaatan Garam Krosok
Sebagai Kreatif Bisnis Masyarakat Pesisir. Journal of Food Technology
and Agroindustry, 2(1), 15-19.
Thariq, A. S., Swastawati, F., & Surti, T. (2014). Pengaruh perbedaan konsentrasi
garam pada peda ikan kembung (Rastrelliger neglectus) terhadap
kandungan asam glutamat pemberi rasa gurih (umami). Jurnal pengolahan
dan bioteknologi hasil perikanan, 3(3), 104-111.
Towadi, K., Harmain, R. M., & Dali, F. A. (2013). Pengaruh lama pengasapan
yang berbeda terhadap mutu organoleptik dan kadar air pada ikan tongkol
(Euthynnus affinis) asap. The NIKe Journal, 1(3).
Tumbelaka, R. A., Naiu, A. S., & Dali, F. A. (2013). Pengaruh konsentrasi garam
dan lama penggaraman terhadap nilai hedonik ikan bandeng (Chanos
chanos) asin kering. The NIKe Journal, 1(1).
Wahyudi, R., & Maharani, E. T. W. (2017). Profil protein pada Ikan Tenggiri
dengan variasi penggaraman dan lama penggaraman dengan menggunakan
metode SDS-PAGE. In Prosiding Seminar Nasional & Internasional.