KELOMPOK 4B NAMA MAHASISWA: 1. ANDI KASMETAN 2. ARSENIA DOSANTOS 3. FLAVIANUS ASUAT 4. KASIAH KALEDIPA 5. MARIA SURYATI ANDI 6. SOLEMAN LAUMAU 7. YULIA STELAMARIS KASENG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG JURUSAN GIZI 2013 BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Pengolahan bahan pangan adalah suatu kegiatan merubah bahan mentah menjadi bahan setengah siap saji. Bahan mentah pasca panen yang dibiarkan dalam waktu yang lama akan mengalami kerusakan akibat pengaruh-pengaruh fisiologik, mekanik, fisik, kimiawi, parasitik atau mikrobiologik. Perubahan-perubahan tersebut ada yang menguntungkan, ada pula yang merugikan. Karena itu diperlukan suatu kegiatan pengolahan bahan pangan yang bisa memastikan agar bahan pangan tersebut dapat digunakan seefisien mungkin. Dan segala sesuatu yeng menyangkut perlakuan yang terjadi dalam rangkah mengolah bahan pangan dikenal dengan istilah Teknologi makanan. Tujuan Pengolahan bahan pangan setengah jadi adalah untuk meningkatkan kualitas dan memperpajang masa simpan bahan pangan. Pengolahan bahan pangan identik dengan proses pengawetan. Baik pengawetan secara kimia, fisik ataupun mikrobiologi. Dalam pengolahan bahan pangan, perubahan-perubahan yang terjadi pada bahan pangan yang bersifat menguntungkan dengan sengaja diadakan, digiatkan, dibantu, dipercepat dan diatur. Sedangkan perubahan-perubahan yang bersifat merugikan dihambat, dicegah, dihindarkan dan di hentikan.
Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Bakteri dan perubahan kimiawi pada ikan mati menyebabkan pembusukan. Mutu olahan ikan sangat tergantung pada mutu bahan mentahnya. Dendeng ikan adalah jenis makanan awetan yang dibuat dengan cara pengeringan dengan menambah garam, gula, dan bahan lain untuk memperoleh rasa yang diinginkan. Tanda ikan yang sudah busuk: mata suram dan tenggela sisik suram dan mudah lepas warna kulit suram dengan lendir tebal insang berwarna kelabu dengan lendir tebal dinding perut lembek warna keseluruhan suram dan berbau busuk. Tanda ikan yang masih segar: daging kenyal mata jernih menonjol sisik kuat dan mengkilat sirip kuat warna keseluruhan termasuk kulit cemerlang insang berwarna merah dinding perut kuat bau ikan segar.
Pengawetan ikan secara tradisional bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam tubuh ikan, sehingga tidak memberikan kesempatan bagi bakteri untuk berkembang biak. Untuk mendapatkan hasil awetan yang bermutu tinggi diperlukan perlakukan yang baik selama proses pengawetan seperti : menjaga kebersihan bahan dan alat yang digunakan, menggunakan ikan yang masih segar, serta garam yang bersih. Ada bermacam-macam pengawetan ikan, antara lain dengan cara: penggaraman, pengeringan, pemindangan, perasapan, peragian, dan pendinginan ikan. Komposisi Ikan Segar per 100 gram Kandungan air 76,00 Protein 17,00 Lemak 4,50 vitamin 2,52-4,50 Dari kandungan fgizi di atas , dapat dilihat bahwa ikan mempunyai nilai protein tinggi, dan kandungan lemaknya rendah sehingga banyak memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh manusia. Manfaat makan ikan sudah banyak diketahui orang, seperti di negara Jepang dan Taiwanikan merupakan makanan utama dalam lauk sehari-hari yang memberikan efek awet muda dan harapan hidup lebih tinggi dari negara lainnya. Penggolahan ikan dengan berbagai cara dan rasa menyebabkan orang mengkonsumsi ikan lebih banyak.
B. TUJUAN 1. Tujuan umum Mengetahui proses pembuatan bahan pangan setengah jadi 2. Tujuan Khusus Mampu mengenali berbagai jenis bahan makanan dan hasil olahannya dari bahan makanan yang umum dikonsumsi di Indonesia Mampu membedakan jenis bahan makanan segar maupun hasil olahannya berdasarkan sifat atau karakteristik dari bahan tersebut. Mengetahui kandungan gizi bahan pangan maupun hsil olahahnnya secara subyektif maupun obyektif Mampu mengetahui factor apa yang mempengaruhi pengeringan Mampu menjelaskan pengaruh penanganan awal/tindakan pendahuluan bahan dalam pengolahan pangan terhadap perubahan organoleptik.
BAB II PRAKTIKUM
A. ALAT DAN BAHAN Bahan : Ikan tembang/ ikan tongkol 2 sdm ketumbar Jintan secukupnya 4 potong lengkuas sebesar ibu jari 1 ons bawang merah 5 siung bawang putih 2 potong asam jawa Gula merah/ gula pasir Garam secukupnya
Alat : Pisau Talenan Tampah/ nyiru Panci atau baskom cobe
B. PROSEDUR KERJA Ikan di bersihkan dahulu, kemudian ikan di belah menjadi lembau.Bagian yang masih tebal perlu di gores miring dengan pisau.Isi perut dan insangnya di buang. Ikan dicuci bersih, terutama pada bagian rongga perutdan sisa-sisa pembuluh darah.Jikaperlu, ikan di sikat dengan sikat halus agar lender dan lemaknya terlepas.Setelah itu, ikan di tiriskan di atas ayakan sampai air tidak menetes lagi Bumbu di haluskan, setelah itu di masukan ke dalambaskom yang berisi lembaran- lembaran ikan dan di campur sampai rata. Ikan yang telah di lumuru bumbu, selanjutnya di atur di atas nyiru atau tampah Ikan kemudian di jemur din bawah sinar matahari sampai kering merata Selama penjemuran, lembaran ikan di bolak- balik dan di atur supaya tidak saling menumpuk ( jika cuaca cerah, penjemuran di lakukan 3- 4 hari ).
C. GAMBAR PROSEDUR PEMBUATAN DENDENG
1. Bersikan bagian dalam dari ikan 2. Kemudian di cuci sampai bersih
3.haluskan bumbu- bumbu untuk dendeng 4.taburu bumbu pada ikan lalu di jemur
D. HASILPENGAMATAN DENDENG IKAN SETELAH PENGOLAHAN WAKTU/ HARI AROMA WARNA TEKSTUR/ KEKERASAN GAMBAR 1 (saat proses memasak) Khas ikan tembang Ikan berwarna merah ,dan sedikit berbau bumbu Ikan Masih sangat berair, dan bumbu- bumbunya pun berair
2 (dijemur hari 1) Khas ikan tembang dan bumbu dendeng Warna darah mulai berkurang.nampa k warna kuning kusam karna bumbu Bagian luar agak kering namun dalamnya masih terasa lembek
3 (dijemur hari 2 Khas ikan tembang dan berbau bumbu dendeng Warnanya coklat kehitaman dan sedikit berbau amis,bumbunya pun agak mengering Belum terlalu keras,karena factor cahaya yaitu sinar matahari ( beberapa hari hujan)
4 (goreng) Khas dendeng dan bumbunya terasa Warna ikan dan bumbunya hitam Ikannya terasa garing dan sedikit berminyak
BAB III PEMBAHASAN
1. FAKTOR- FAKTOR YANGMEMPENGARUHI PENGERINGAN Pengeringan merupakan suatu cara untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian besar air dari suatu bahan dengan menggunakan energy panas. Keuntungan pengeringan adalah bahan menjadi lebih tahan lama disimpan dan volume bahan menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan. Di sisi lain, pengeringan menyebabkan sifat asli bahan mengalami perubahan, penurunan mutu dan memerlukan penanganan tambahan sebelum digunakan yaitu rehidrasi (Muchtadi 1989). Proses pengeringan yang umumnya digunakan pada bahan pangan ada dua cara yaitu pengeringan dengan penjemuran dan pengeringan dengan alat pengering. Kelemahan dari penjemuran adalah waktu pengeringan lebih lama dan lebih mudah terkontaminasi oleh kotoran atau debu sehingga dapat mengurangi mutu akhir produk yang dikeringkan. Di sisi lain, pengeringan yang dilakukan dengan menggunakan alat pengering biayanya lebih mahal, tetapi mempunyai kelebihan yaitu kondisi sanitasi lebih terkontrol sehingga kontaminasi dari debu, serangga, burung dan tikus dapat dihindari. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada 2 golongan, yaitu: factor yang berhubungan dengan udara pengering (suhu, kecepatan volumetrik aliran udara pengering, dan kelembaban udara), faktor yang berhubungan dengan sifat bahan (ukuran bahan, kadar air awal, dan tekanan parsial dalam bahan).
Bahan pangan yang dihasilkan dari produk-produk pertanian pada umumnya mengandung kadar air tinggi. Kadar air tersebut apabila masih tersimpan dan tidak dihilangkan, maka akan dapat mempengaruhi kondisi fisik bahan pangan. Pangan dapat dikeringkan dengan beberapa cara yaitu menggunakan matahari, oven, atau microwave. Pengeringan merupakan metode pengawetan yang membutuhkan energy dan biaya yang cukup tinggi, kecuali pengeringan matahari (Sun Drying) (Hughes dan Willenberg, 1994)
1. Pengeringan Matahari (Sun Drying) Pengeringan matahari (sun drying) merupakan salah satu metode pengeringan tradisional karena menggunakan panas langsung dari matahari dan pergerakan udara lingkungan. Pengeringan ini mempunyai laju yang lambat dan memerlukan perhatian lebih. Bahan harus dilindungi dari serangan serangga dan ditutupi pada malam hari. Selain itu pengeringan matahari sangat rentan terhadap resiko kontaminasi lingkungan, sehingga pengeringan sebaiknya jauh dari jalan raya atau udara yang kotor (Toftgruben, 1977)
2. Pengeringan Rumah Kaca (Greenhouse) Pengering efek rumah kaca adalah alat pengering berenergi surya yang memanfaatkan efek rumah kaca yang terjadi karena adanya penutup transparan pada dinding bangunan serta plat absorber sebagai pengumpul panas untuk menaikkan suhu udara ruang pengering. Lapisan transparan memungkinkan radiasi gelombang pendek dari matahari masuk ke dalam dan mengenai elemen-elemen bangunan. Hal ini menyebabkan radiasi gelombang pendek yang terpantul berubah menjadi gelombang panjang dan terperangkap dalam bangunan karena tidak dapat menembus penutup transparan sehingga menyebabkan suhu menjadi tinggi. Proses inilah yang dinamakan efek rumah kaca. (Kamaruddin et al., 1996)
3. Pengeringan Oven Pengeringan oven (Oven Drying) untuk produk pangan membutuhkan sedikit biaya investasi, dapat melindungi pangan dari serangan serangga dan debu, dan tidak tergantung pada cuaca.
4. Pengeringan Iradiasi Surya (Solar Drying) Solar drying merupakan modifikasi dari sun drying yang menggunakan kolektor sinar matahari yang didesain khusus dengan ventilasi untuk keluarnya uap air (Hughes dan Willenberg, 1994). Energi matahari dikumpulkan menggunakan pengumpul energi yang berupa piringan tipis (flat plate) yang biasanya terbuat dari plastik transparan (Bala,1997).
5. Pengeringan Beku (Freeze Drying) Pengeringan beku merupakan salah satu cara dalam pengeringan produk pangan. Tahap awal produk pangan dibekukan kemudian diperlakukan dengan suatu proses pemanasan ringan dalam suatu lemari hampa udara. Kristal-kristal es yang terbentuk selama tahap pembekuan akan menyublim jika dipanaskan pada tekanan hampa udara yaitu berubah bentuk dari es menjadi uap tanpa melewati fase cair (Gaman dan Sherrington, 1981).
Menurut Anonim (2008), pada proses pengeringan selalu diinginkan kecepatan pengeringan yang maksimal. Oleh karena itu perlu dilakukan usahausaha untuk mempercepat pindah panas dan pindah massa (pindah massa dalam hal ini perpindahan air keluar dari bahan yang dikeringkan dalam proses pengeringan tersebut). Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk memperoleh keepatan pengeringan maksimum, yaitu : a. Luas permukaan Semakin luas permukaan bahan yang dikeringkan, maka akan semakin cepat bahan menjadi kering. Biasanya bahan yang akan dikeringkan dipotong potong untuk mempercepat pengeringan.
b. Suhu Semakin besar perbedaan suhu (antara medium pemanas dengan bahan yang dikeringkan), maka akan semakin cepat proses pindah panas berlangsung sehingga mengakibatkan proses penguapan semakin cepat pula. Atau semakin tinggi suhu udara pengering, maka akan semakin besar energi panas yang dibawa ke udara yang akan menyebabkan proses pindah panas semakin cepat sehingga pindah massa akan berlangsung juga dengan cepat.
c. Kecepatan udara Umumnya udara yang bergerak akan lebih banyak mengambil uap air dari permukaan bahan yang akan dikeringkan. Udara yang bergerak adalah udara yang mempunyai kecepatan gerak yang tinggi yang berguna untuk mengambil uap air dan menghilangkan uap air dari permukaan bahan yang dikeringkan.
d. Kelembaban udara Semakin lembab udara di dalam ruang pengering dan sekitarnya, maka akan semakin lama proses pengeringan berlangsung kering, begitu juga sebaliknya. Karena udara kering dapat mengabsorpsi dan menahan uap air. Setiap bahan khususnya bahan pangan mempunyai keseimbangan kelembaban udara masing masing, yaitu kelembaban pada suhu tertentu dimana bahan tidak akan kehilangan air (pindah) ke atmosfir atau tidak akan mengambil uap air dari atmosfir.
e. Tekanan atm dan vakum Pada tekanan udara atmosfir 760 Hg (=1 atm), air akan mendidih pada suhu 100oC. Pada tekanan udara lebih rendah dari 1 atmosfir air akan mendidih pada suhu lebih rendah dari 100oC. P 760 Hg = 1 atrm air mendidih 100oC P udara < 1 atm air mendidih < 100oC Tekanan (P) rendah dan suhu (T) rendah cocok untuk bahan yang sensitif terhadap panas , contohnya : pengeringan beku (freeze drying) f. Waktu Semakin lama waktu (batas tertentu) pengeringan, maka semakin cepat proses pengeringan selesai. Dalam pengeringan diterapkan konsep HTST (High Temperature Short Time), Short time dapat menekan biaya pengeringan. Menurut Anonim (2008), ada dua metode pengeringan, yaitu: 1. Pengeringan alami. Pengeringan alami terdiri dari:. a. Sun Drying Pengeringan dengan menggunakan sinar matahari sebaiknya dilakukan di tempat yang udaranya kering dan suhunya lebih dari 100 o F. Pengeringan dengan metode ini memerlukan waktu 3-4 hari. Untuk kualitas yang lebih baik, setelah pengeringan, panaskan bahan di oven dengan suhu 175 o F selama 10-15 menit untuk menghilangkan telur serangga dan kotoran lainnya. b. Air Drying Pengeringan dengan udara berbeda dengan pengeringan dengan menggunakan sinar matahari. Pengeringan ini dilakukan dengan cara menggantung bahan di tempat udara kering berhembus. Misalnya di beranda atau di daun jendela. Bahan yang biasa dikeringkan dengan metode ini adalah kacang-kacangan. Kelebihan: Kelebihan Pengeringan Alami adalah tidak memerlukan keahlian dan peralatan khusus, serta biayanya lebih murah. Kelemahan : Kelemahan Pengeringan Alami adalah membutuhkan lahan yang luas, sangat tergantung pada cuaca, sukar dikontrol, lama, memerlukan tempat penjemuran, mudah terkontaminasi, dan sanitasi hygiene sulit dikendalikan. 2. Pengeringan Buatan Pengeringan buatan terdiri dari: a. Menggunakan alat Dehidrator Pengeringan makanan memerlukan waktu yang lama. Dengan menggunakan alat dehydrator, makanan akan kering dalam jangka waktu 6-10 jam. Waktu pengeringan tergantung dengan jenis bahan yang kita gunakan. b. Menggunakan oven Dengan mengatur panas, kelembaban, dan kadar air, oven dapat digunakan sebagai dehydrator. Waktu yang diperlukan adalah sekitar 5-12 jam. Lebih lama dari dehydrator biasa. Agar bahan menjadi kering, temperature oven harus di atas 140 o F. Kelebihan :Kelebihan Pengeringan Buatan adalah suhu dan kecepatan proses pengeringan dapat diatur seuai keinginan, tidak terpengaruh cuaca, sanitisi dan higiene dapat dikendalikan. Kelemahan :Kelemahan Pengeringan Buatan adalah memerlukan keterampilan dan peralatan khusus, serta biaya lebih tinggi dibanding pengeringan alami.
BAB IV PENUTUP 1. KESIMPILAN Dendeng ikan adalah jenis makanan awetan yang dibuat dengan cara pengeringan dengan menambah garam, gula, dan bahan lain untuk memperoleh rasa yang diinginkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada 2 golongan, yaitu: factor yang berhubungan dengan udara pengering (suhu, kecepatan volumetrik aliran udara pengering, dan kelembaban udara), faktor yang berhubungan dengan sifat bahan (ukuran bahan, kadar air awal, dan tekanan parsial dalam bahan)
2. SARAN Dalam melakukan praktikum kali ini, perlu diperhatikan pemberian bumbu yang terlalu banyak pada ikan karena dapat memberikan rasa bumbu yang sangat menonjol.
DAFTAR PUSTAKA Dr. H. Agus Kristo Budianto, M.Kes.Dasar-dasar ilmu Gizi .PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarthttp://slamethandono_11964_pdf.com/2011/kerusakan-bahan-pangan.html K.A Buckle, R.A Edward, G.H Fleet, M. Wootton.1987. Ilmu Pangan. UI Press Jakarta. Mustamin. 2000. Ilmu Bahan Makanan. PAM Gizi Depkes, Makassar. Tien R. Muchtadi, Sugiyono. 1996.pengolahan dendeng ikan. IPB, Bogor.a.www.google.com http://slamethandono_11964_pdf.com/2011/komposisi ikan .html