Anda di halaman 1dari 12

GAMBARAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA

USIA 24-59 BULAN DI KELURAHAN


KRICAK YOGYAKARTA

HALAMAN JUDUL
NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh:
Chandra Retno Fianti
1710104142

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2018
HALAMAN PENGESAHAN

GAMBARAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA


USIA 24-59 BULAN DI KELURAHAN KRICAK
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh:
CHANDRA RETNO FIANTI
1710104142

Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui Untuk Dipublikasikan Pada


Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas `Aisyiyah
Yogyakarta

Oleh:

Pembimbing : Maulita Listian Eka Pratiwi.SST.,M.Kes


Tanggal : Agustus 2018

Tanda Tangan :
GAMBARAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA
USIA 24-59 BULAN DI KELURAHAN KRICAK
YOGYAKARTA
Chandra Retno Fianti, Maulita Listian Eka Pratiwi

ABSTRAK
Prevalensi stunting di Yogyakarta pada tahun 2016 sebesar 17,99 % (Dinkes
Kota Yogyakarta, 2016. Stunting pada balita menjadi perhatian khusus karena
dapat menghambat perkembangan fisik dan mental anak, terganggunya
perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan
metabolisme dalam tubuh, dan dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat
ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar,
menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan risiko tinggi untuk
munculnya penyakit degeneratif dan disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja
yang tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi
(Kementrian Kesehatan, 2016). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
Gambaran Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Kricak.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian Deskriptif analitik dengan
pendekatan Cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang
mempunyai balita stunting berumur 24-59 bulan di Kelurahan Kricak sebanyak
76 responden. Instrument penelitian menggunakan kuisioner dan buku KIA.
Berdasarkan hasil penelitian, kejadian stunting pada balita usia 24-59 Bulan di
Kelurahan Kricak sebanyak 76 balita yang terdiri dari 69 (90,8%) pendek dan 7
balita (9,8%) masuk kategori sangat pendek. sebagian besar kejadian stunting
pada balita usia 24-59 bulan terbanyak pada kelompok ekonomi rendah yaitu 44
keluarga (54,3%) dan memiliki pengetahuan yang kurang yaitu 31 ibu (40,8%).
Diharapkan para orang tua yang memiliki balita stunting agar berkonsultasi pada
tenaga kesehatan untuk pemberian gizi yang dibutuhkan pada anak,
meningkatkan pengetahuannya tentang status gizi balita yang normal, serta
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.
di Yogyakarta dari tahun ke tahun
Latar Belakang untuk prevalensi balita pendek dan
Stunting pada balita perlu sangat pendek fluktuatif. Tahun
menjadi perhatian khusus karena 2011 prevalensi balita pendek
dapat menghambat perkembangan sebesar 10,93%, tahun 2012
fisik dan mental anak. (Kementrian sebesar 10,96%, tahun 2013
Kesehatan, 2016). meningkat menjadi 11,21% dan
Lebih dari 37 persen anak di pada tahun 2014 menurun menjadi
bawah usia 5 tahun mengalami 10,36%, di tahun 2015 angka
stunting pada tahun 2013, yang balita pendek di Yogyakarta naik
sama dengan sebanyak 8,4 juta menjadi 12,9% dan makin
anak di seluruh Indonesia. meningkat pada tahun 2016
Prevalensi stunting tinggi bahkan menjadi 14,4% (Kementerian
di kalangan anak-anak dari rumah Kesehatan, 2016). Prevalensi balita
tangga paling sejahtera pendek terbesar berada di Kota
(BAPPENAS & UNICEF Yogyakarta (17,57%) disusul
Indonesia, 2016). Angka stunting kulon progo (14,87%) (Dinas
Kesehatan Provinsi D.I.Y 2016). ketahanan pangan (Kementrian
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Kesehatan, 2016). Masyarakat
Kota Madya Yogyakarta banyak yang belum mengetahui
prevalensi stunting pada tahun tentang stunting serta cara
2015 sebesar 14,24% dan pada mencegah stunting dengan gerakan
tahun 2016 sebesar 13,28%. 1000 HPK, (Kementrian
Puskesmas Tegalrejo merupakan Kesehatan, 2016). Kewenangan
puskesmas yang memiliki kasus normal yang dimiliki bidan
stunting tertinggi yaitu pada tahun meliputi pelayanan kesehatan ibu,
2015 sebesar 24,71% pada tahun pelayanan kesehatan anak dan
2016 sebesar 17,99% (Dinas pelayanan kesehatan reproduksi
Kesehatan Kota Yogyakarta tahun perempuan dan keluarga
2017). Upaya Pemerintah untuk berencana. Hasil studi
menangani stunting adalah salah pendahuluan di Puskesmas
satunya di intervensi gizi spesifik Tegalrejo didapatkan kejadian
untuk balita pendek difokuskan stunting di Kelurahan Kricak
pada kelompok 1.000 Hari sebanyak 82 balita dan di
Pertama Kehidupan (HPK), yaitu Kelurahan Tegalrejo sebanyak 44
ibu hamil, ibu menyusui, dan anak balita pada tahun 2016. Sehingga
0-23 bulan, karena lokasi penelitian yaitu di wilayah
penanggulangan balita pendek Kelurahan Kricak.
yang paling efektif dilakukan pada
1.000 HPK, perbaikan status gizi METODE PENELITIAN
masyarakat merupakan salah satu Penelitian ini menggunakan
prioritas dengan menurunkan desain penelitian Deskriptif
prevalensi balita gizi kurang analitik dengan pendekatan Cross
(underweight) menjadi 15% dan sectional, dimana semua variabel
prevalensi balita pendek (stunting) diukur dan dikumpulkan dalam
menjadi 32% pada tahun 2014, waktu yang bersamaan (simultan).
selain itu meningkatkan angka

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Karakteristik Responden
Tabel 1Karakteristik Responden Gambaran Kejadian Stunting pada Balita
Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Kricak
Karakteristik ibu Frekuensi Persentase (%)
1 Umur
19-25 22 28,9
26-35 36 47,4
>35 18 23,7
2 Pekerjaan
PNS 9 11,8
Wiraswasta 10 13,2
Karyawan Swasta 17 22,4
Ibu Rumah Tangga 40 52,6
3 Pendidikan terakhir
SD 5 6,6
SMP 25 32,9
SMA 28 36,8
Diploma/ Sarjana 18 22,7
Pada table 1 berdasarkan hasil banyak sebagai ibu rumah tanga
penelitian menunjukkan bahwa yaitu sebanyak 40 ibu
usia responden paling banyak (52,6%),dan sebagian besar
berumur 26-35 tahun yaitu berpendidikan terakhir SMA
sebanyak 36 ibu (47,4%), yaitu sebanyak 28 ibu (36,8%).
selanjutnya responden paling
B. Analisis Univariat
1. Gambaran Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan di Kelurahan
Kricak
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kejadian Stunting pada Balita umur 24-59
Bulan di Kelurahan Kricak
No Variabel Stunting Frekuensi (f) Persentasi (%)
1 Sangat pendek jika 7 9,2
TB/U <-3 SD
2 Pendek jika TB/U -3 69 90,8
SD sampai dengan <-2
SD
Total 76 100
Berdasarkan tabel 2 diatas perubahan lingkungan, stunting
didapatkan hasil bahwa dapat menyebabkan penurunan
kejadian balita stunting pada pertumbuhan permanen
usia 24-59 bulan di Kelurahan (Darity, 2008). Kejadian
Kricak terbanyak masuk dalam stunting pada balita diukur
kategori pendek yaitu 69 balita dengan menggunakan
(90,8%). Stunting adalah klasifikasi status gizi
kondisi gagal tumbuh pada berdasarkan tinggi badan
anak dan balita akibat menurut umur dari WHO 2005.
kekurangan gizi kronis Pembagian kategori pendek
sehingga anak menjadi pendek (stunted) dan sangat pendek
untuk usianya. Kekurangan (severely stunted) didasari dari
gizi terjadi sejak bayi didalam referensi internasional WHO.
kandungan dan pada masa Pengertian stunting hampir
awal setelah bayi lahir, akan sama dengan definisi yang
tetapi kondisi stunting baru dikeluarkan dari WHO yaitu
nampak pada usia 2 tahun. stunting adalah anak balita
Pertumbuhan linier atau tinggi dengan nilai z scorenya ≤-2SD
badan dipengaruhi oleh faktor standar deviasi (stunted) dan ≤-
genetic, faktor lingkungan dan 3SD (severely stunted)
kondisi medis. Perkembangan (Kementerian Kesehatan,
dari stunting merupakan proses 2016).
bertahap yang bersifat kronis,
termasuk gizi buruk dan
penyakit infeksi, selama
periode pertumbuhan linier.
Stunting pada masa kanak-
kanak sangat erat kaitannya
dengan kemiskinan. Tanpa
2. Gambaran Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan di Kelurahan
Kricak Berdasarkan Status Gizi Ibu

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Status Gizi Ibu Hamil dengan Kejadian


Stunting pada Balita Usia 24-59 bulan
No Status gizi Frekuensi (f) Persentasi (%)
1 Gizi baik jika LILA 52 68,4
≥23,5cm
2 Gizi kurang jika LILA 24 31,6
<23,5cm
Total 76 100
Berdasarkan hasil antara riwayat status gizi
penelitian yang dilakukan ibu masa kehamilan
untuk mengetahui kejadian (ukuran LILA) dengan
stunting di Kelurahan pertumbuhan anak balita.
Kricak menunjukkan Namun, riwayat status gizi
bahwa status gizi ibu pada ibu mempunyai hubungan
saat hamil dan balitanya yang signifikan dengan
mengalami stunting status gizi dan berat lahir
terbanyak masuk dalam bayi. Hal ini mungkin
kategori status gizi baik dipengaruhi oleh berbagai
sebanyak 52 ibu (68,4 %). faktor. Adapun faktor-
Penelitian ini sejalan faktor yang dapat
dengan penelitian Mustika mempengaruhi status gizi
(2017) yang menyatakan anak balita yaitu kondisi
bahwa tidak terdapat sosial ekonomi.
hubungan yang signifikan

3. Gambaran Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan di Kelurahan


Kricak Berdasarkan Riwayat Anemia pada Ibu

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Riwayat Anemia pada Ibu Hamil dengan


Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 bulan
No Anemia Frekuensi (f) Persentasi (%)
1 Tidak anemia jika Hb 54 71,1
≥11 gr/dl
2 Anemia jika Hb <11 22 28,9
gr/dl
Total 76 100
Anemia yang terjadi pada ibu besar tidak anemia sebanyak
hamil akan mempengaruhi 54 ibu (71,1%) dan yang
pertumbuhan dan mempunyai riwayat anemia
perkembangan janin saat sebanyak 22 ibu (28,9%). Hasil
kehamilan ataupun setelahnya. penelitian ini sejalan dengan
Hasil penelitian menunjukkan penelitian Ruaida (2013) yaitu
bahwa kejadian stunting pada anemia gizi besi tidak
balita umur 24-59 bulan berhubungan dengan kejadian
berdasarkan riwayat anemia stunting pada balita.
ibu pada saat hamil sebagian
4. Gambaran Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan di Kelurahan
Kricak Berdasarkan Pengetahuan Ibu Tentang 1000 HPK

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang 1000 HPK dengan


Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 bulan
No Pengetahuan ibu Frekuensi Persentasi (%)
(f)
1 Baik jika jawaban benar 76-100% 20 26,3
2 Cukup jika jawaban benar 56- 25 32,9
3 75% 31 40,8
Kurang jika jawaban benar <56%
Total 76 100
Dari hasil penelitian yang konsumsi makanan ibu dengan
dilakukan, kejadian stunting kesehatan tubuh, pengetahuan
pada balita usia 24-59 bulan nutrsisi yang baik dapat
berdasarkan pengetahuan ibu membantu seseorang untuk
tentang 1000 HPK terbanyak belajar bagaimana menjaga,
dengan pengetahuan kurang mengolah dan menggunakan
yaitu 31 ibu (40,8%), Hal bahan makanan yang
tersebut menunjukkan bahwa memenuhi syarat untuk
ibu masih banyak yang belum konsumsi. Pengetahuan ibu
mengerti tentang 1000 HPK, yang kurang merupakan salah
dimana 1000 HPK merupakan satu faktor yang berperan
periode emas atau disebut juga dalam kejadian stunting
waktu kritis, yang jika tidak (rahayu, 2016). Dalam
dimanfaatkan dengan baik penelitian yang dilakukan di
akan terjadi kerusakan yang Ghana oleh Shaaka (2014),
bersifat permanen. Banyak menyatakan bahwa salah satu
hipotesis yang menyebutkan masalah utama yang
bahwa jika terjadi masalah mengakibatkan masalah
pada 1000 HPK maka tingginya angka malnutrisi di
diprediksi akan mendapatkan Ghana adalah kurangnya
masalah pada saat dewasa pengetahuan ibu tentang cara
(Sullivan,2014). Pengetahuan merawat anak yang baik,
gizi adalah pengetahuan kurangnya pengetahuan
tentang hubungan antara tentang gizi dan nutrisi.

5. Gambaran Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan di Kelurahan


Kricak Berdasarkan Tinggi Badan Ibu.

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Tinggi Badan Ibu dengan Kejadian


Stunting pada Balita Usia 24-59 bulan
No Tinggi badan ibu Frekuensi (f) Persentasi (%)
1 Pendek jika <150 cm 25 32,9
2 Tidak pendek jika ≥150 cm 51 67,1
Total 76 100
Pada penelitian ini, ibu terbanyak adalah dengan
didapatkan hasil kejadian tinggi ibu normal atau tidak
stunting pada balita usia 24-59 pendek sebanyak 51 ibu
bulan berdasarkan tinggi badan (67,1%). Hal ini tidak sejalan
dengan penelitian yang siklus kekurangan gizi antar
dilakukan oleh Rohmah (2016) generasi. Penelitian lain yang
menyatakan bahwa terdapat mendukung yaitu penelitian
hubungan antara tinggi badan yang dilakukan oleh
ibu terhadap kejadian stunting. Kartikawati (2011) yang
menurut Naik R & R Smith menyatakan bahwa faktor
(2015) menyatakan bahwa Ibu genetik pada ibu yaitu tinggi
dengan stunting akan badan berpengaruh terhadap
berpotensi melahirkan anak kejadian stunting pada anak
yang akan mengalami stunting balita.
dan hal ini disebut dengan

6. Gambaran Kejadian Balita Stunting Usia 24-59 Bulan di Kelurahan


Kricak Berdasarkan Berat Lahir Balita
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Berat Badan Lahir Balita Stunting Usia 24-
59 bulan
No Berat Badan Lahir Frekuensi (f) Persentasi (%)
1 BBLR jika berat badan <2500 gr 20 26,3
2 Tidak BBLR jika berat badan 56 73,7
≥2500 gr

Total 76 100

Dari penelitian di lahir normal lebih banyak


Kelurahan Kricak yang memiliki status gizi
didapatkan hasil bahwa stunting. Dari hasil
kejadian stunting pada penelitian tersebut
balita usia 24-59 bulan diketahui bahwa balita
berdasarkan berat badan yang mengalami stunting
lahir balita terbanyak belum tentu mempunyai
masuk dalam kategori berat riwayat BBLR, balita yang
badan lahir normal mempunyai berat lahir
sebanyak 56 balita normal juga berpotensi
(73,7%) sedangkan untuk menjadi stunting, hal
kategori BBLR sebanyak ini sejalan dengan
20 balita (26,3%). Hal ini penelitian yang dilakukan
menunjukkan proporsi oleh winowatan (2017).
anak dengan berat badan

7. Gambaran Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan di Kelurahan


Kricak Berdasarkan Panjang Badan
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Panjang Badan Lahir Balita Stunting Usia
24-59 Bulan
No Panjang Badan Lahir Frekuensi (f) Persentasi (%)
1 Pendek jika <48 cm 27 35,5
2 Normal jika pb 48-52cm 49 64,5

Total 76 100
Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa
yang telah dilakukan kejadian stunting pada
balita usia 24-59 bulan Hal ini sejalan dengan
terbanyak pada balita yang penelitian Shwatma (2016)
panjang badan saat lahirnya yang menyatakan bahwa
normal yaitu 49 balita jika balita memilki panjang
(64,5%) dan yang masuk badan lahir yang normal,
dalam kelompok panjang namun sekarang
badan lahir pendek yaitu 27 mengalami stunting dapat
balita. Dari hasil penelitian dikarenakan
dapat dilihat bahwa anak ketidakcukupan asupan zat
yang memiliki panjang gizi pada balita normal
lahir normal tetap yang menyebabkan
mempunyai potensi atau terjadinya growth faltering
resiko mengalami stunting. (gagal tumbuh).

8. Gambaran Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan di Kelurahan


Kricak Berdasarkan Penyakit Infeksi Kronis pada Balita
Tabel 8 Distribusi Frekuensi Riwayat Penyakit Infeksi Kronis pada
Balita Stunting Usia 24-59 Bulan
No Riwayat Penyakit Infeksi Kronis Frekuensi (f) Persentasi (%)
1 Ada Riwayat 33 43,4
2 Tidak ada Riwayat 43 56,6
Total 76 100
Penyakit infeksi yang sering menyerang
merupakan penyebab balita di Kelurahan kricak
langsung dari status gizi seperti ISPA, Diare
balita disamping konsumsi Persisten, Disentri,
makanan. Dari hasil muntaber dan kecacingan.
penelitian didapatkan hasil Menurut WHO (2013)
bahwa kejadian stunting factor penyebab stunting
pada balita usia 24-59 dibagi menjadi dua yaitu
bulan berdasarkan penyakit penyebab langsung dan
infeksi kronis, terbanyak tidak langsung. Secara
masuk dalam kelompok langsung yang
tidak ada riwayat penyakit menyebabkan stunting
infeksi kronis yaitu 43 adalah penyakit infeksi.
balita (56,6%) dan yang Hasil penelitian yang
masuk dalam kelompok dilakukan oleh Sundari
mempunyai riwayat (2016) juga diketahui
penyakit infeksi kronis bahwa riwayat infeksi
sebanyak 33 balita mempunyai hubungan
(43,4%). Penyakit infeksi dengan kejadian stunting.
9. Gambaran Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan di Kelurahan
Kricak Berdasarkan Riwayat ASI Eksklusif

Tabel 9 Distribusi Frekuensi Riwayat ASI Eksklusif pada Balita


Stunting Usia 24-59 Bulan
No Riwayat ASI Eksklusif FFrekuensi (f) Persentasi (%)
1 ASI 61 80,3
2 Non ASI 15 19,7
Total 76 100

Dari hasil penelitian yang disebabkan oleh bebearapa


telah dilakukan, didapatkan factor lain seperti asupan
hasil bahwa kejadian stunting energi, protein dan zat mikro
pada balita usia 24-59 bulan serta penyakit infeksi yang
terbanyak pada kelompok diderita balita. Penelitian ini
dengan riwayat ASI eksklusif juga sejalan dengan penelitaian
sebanyak 61 balita (80,3%). Anshori (2013) yang
Hal ini sejalan dengan menyatakan bahwa pemberian
penelitian dari Irfan (2013) ASI Ekslusif tidak memiliki
yang menyatakan bahwa tidak hubungan dengan kejadian
ada hubungan antara ASI stunting pada anak usia 24-60
eksklusif dengan kejadian bulan.
stunting. Stunting mungkin

10. Gambaran Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan di Kelurahan
Kricak Berdasarkan Status Ekonomi
Tabel 10 Distribusi Frekuensi Status Ekonomi Keluarga Balita Stunting
Usia 24-59 Bulan
No Status Ekonomi Frekuensi (f) Persentasi (%)
1 Rendah jika <1.700.000 44 57,9
2 Tinggi jika ≥1.700.000 32 42,1
Total 76 100
Dari penelitian yang telah tinggi maupun rendah sama-
dilakukan, didapatkan hasil sama memiliki risiko balita
bahwa kejadian stunting pada mengalami stunting. Stunting
balita usia 24-59 bulan umumnya berhubungan dengan
terbanyak pada kelompok rendahnya kondisi sosial
ekonomi rendah yaitu 44 ekonomi secara keseluruhan
keluarga (54,3%). Pada hasil dan atau eksposur yang
penelitian menunjukkan bahwa berulang yang dapat berupa
jumlah keluarga yang penyakit atau kejadian yang
mempunyai pendapatan dapat merugikan kesehatan.
keluarga rendah lebih banyak Dengan demikian, pendapatan
daripada keluarga yang keluarga bukan merupakan
mempunyai pendapatan tinggi. satu-satunya faktor yang dapat
Hal ini menunjukkan bahwa menyebabkan stunting pada
pendapatan keluarga yang balita.
11. Gambaran Kejadian Stunting pada Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Kricak
Berdasarkan Waktu Pemberian MP-ASI
Tabel 11 Distribusi Frekuensi Waktu Pemberian MP-ASI pada Balita
Stunting Usia 24-59 Bulan
No Waktu pemberian MP- Frekuensi (f) Persentasi (%)
ASI
1 Tidak sesuai jika <6 21 27,6
bulan dan >6bulan
Sesuai jika diberikan
2 usia 6 bulan 55 72,4
Total 76 100

Dari penelitian yang telah ASI terlalu dini atau terlalu


dilakukan, didapatkan hasil lambat, MP-ASI tidak cukup
bahwa kejadian balita stunting gizinya sesuai kebutuhan bayi
usia 24-59 bulan terbamyak atau kurang baiknya pola
pada kelompok yang waktu pemberiannya menurut usia
pemberian MP-ASI sesuai, dan perawatan bayi yang
yaitu 55 balita (72,4%). kurang memadai. Anak balita
Departemen Kesehatan yang diberikan ASI eksklusif
menyatakan bahwa gangguan dan MP-ASI sesuai dengan
pertumbuhan pada awal masa kebutuhannya dapat
kehidupan bayi antara lain mengurangi resiko terjadinya
disebabkan oleh kekurangan stunting.
gizi sejak bayi, pemberian MP-

KESIMPULAN gizi yang dibutuhkan pada


Kejadian stunting pada anak, meningkatkan
balita usia 24-59 bulan pengetahuannya tentang status
berdasarkan pengetahuan ibu gizi balita yang normal, serta
tentang 1000 HPK terbanyak meningkatkan perilaku hidup
dengan pengetahuan kurang bersih dan sehat.
yaitu 31 ibu (40,8%), Optimalisasi fungsi
berpengetahuan cukup Puskesmas melalui pemberian
sebanyak 25 ibu (32,9%), dan penyuluhan secara rutin
paling sedikit adalah yang disertai dengan pemberian
berpengetahuan baik yaitu 20 pampflet mengenai
ibu (26,3%). Kejadian stunting pengetahuan gizi, dan 1000
pada balita usia 24-59 bulan HPK terutama ibu agar
terbanyak pada kelompok pemahaman mereka mengenai
ekonomi rendah yaitu 44 pentingnya asupan gizi pada
keluarga (54,3%) dan yang balita meningkat.
masuk dalam kategori ekonomi Penelitian ini hanya untuk
tinggi yaitu 32 keluarga melihat gambaran kejadian
(42,1%). stunting di kelurahan kricak
SARAN dengan melihat distribusi
Diharapkan para orang tua frekuensi. Diharapkan peneliti
yang memiliki balita stunting selanjutnya dapat melanjutkan
agar berkonsultasi pada tenaga penelitian ini dengan analisis
kesehatan untuk pemberian bivariate maupun multivariate
mengenai faktor-faktor yang https://jurnal.unej.ac.id/index.
dapat mempengaruhi stunting. php/JPK/article/view/2520
DAFTAR PUSTAKA tanggal 15 November 2017
Adler H. Manurung dan Lutfi
T. Rizky (2009), Succesful Arifin, DZ, Irdasari, SY.,
Financial Planner : A Sukandar, H. (2012). Analisis
Complete Guide, Jakarta : Sebaran dan Faktor Risiko
Grasindo “Stunting” pada Balita di
Kabupaten Purwakarta 2012.
Agustiningrum, Tia. (2016). Jurnal Fakultas Kedokteran
Hubungan Karateristik Ibu Universitas Padjajaran,
dengan Kejadian Stunting Bandung. Diakses dari
pada Balita usia 24-59 bulan http://www.pustaka.unpad.ac.
di Wilayah Kerja Puskesmas idDiakses 21 Januari 2017
Wonosari. Yogyakarta:
Universitas Aisyiyah Bappenas. (2012). Kerangka
Yogyakarta.http://digilib.unis Kebijakan Gerakan Sadar
ayogya.ac.id Diakses tanggal Gizi Dalam Rangka Seribu
28 Desember 2017 Hari Pertama Kehidupan
(1000 HPK). [Online]. Data
Aridiyah, Farah Oki. (2015). Dokumen Versi 5 September
Faktor-faktor yang 2012. Jakarta: Badan
Mempengaruhi Kejadian Perencanaan Pembangunan
Stunting pada Anak Balita di Nasional.
Wilayah Pedesaan dan http://kgm.bappenas.go.id/do
Perkotaan. Jember: Fakultas cument/datadokumen/40_Dat
Kesehatan Masyarakat aDokumen.pdf [diakses 05
Universitas Jember. Diakses November 2017]
dari

Anda mungkin juga menyukai