HALAMAN JUDUL
NASKAH PUBLIKASI
Disusun oleh:
Chandra Retno Fianti
1710104142
NASKAH PUBLIKASI
Disusun oleh:
CHANDRA RETNO FIANTI
1710104142
Oleh:
Tanda Tangan :
GAMBARAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA
USIA 24-59 BULAN DI KELURAHAN KRICAK
YOGYAKARTA
Chandra Retno Fianti, Maulita Listian Eka Pratiwi
ABSTRAK
Prevalensi stunting di Yogyakarta pada tahun 2016 sebesar 17,99 % (Dinkes
Kota Yogyakarta, 2016. Stunting pada balita menjadi perhatian khusus karena
dapat menghambat perkembangan fisik dan mental anak, terganggunya
perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan
metabolisme dalam tubuh, dan dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat
ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar,
menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan risiko tinggi untuk
munculnya penyakit degeneratif dan disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja
yang tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi
(Kementrian Kesehatan, 2016). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
Gambaran Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Kricak.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian Deskriptif analitik dengan
pendekatan Cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang
mempunyai balita stunting berumur 24-59 bulan di Kelurahan Kricak sebanyak
76 responden. Instrument penelitian menggunakan kuisioner dan buku KIA.
Berdasarkan hasil penelitian, kejadian stunting pada balita usia 24-59 Bulan di
Kelurahan Kricak sebanyak 76 balita yang terdiri dari 69 (90,8%) pendek dan 7
balita (9,8%) masuk kategori sangat pendek. sebagian besar kejadian stunting
pada balita usia 24-59 bulan terbanyak pada kelompok ekonomi rendah yaitu 44
keluarga (54,3%) dan memiliki pengetahuan yang kurang yaitu 31 ibu (40,8%).
Diharapkan para orang tua yang memiliki balita stunting agar berkonsultasi pada
tenaga kesehatan untuk pemberian gizi yang dibutuhkan pada anak,
meningkatkan pengetahuannya tentang status gizi balita yang normal, serta
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.
di Yogyakarta dari tahun ke tahun
Latar Belakang untuk prevalensi balita pendek dan
Stunting pada balita perlu sangat pendek fluktuatif. Tahun
menjadi perhatian khusus karena 2011 prevalensi balita pendek
dapat menghambat perkembangan sebesar 10,93%, tahun 2012
fisik dan mental anak. (Kementrian sebesar 10,96%, tahun 2013
Kesehatan, 2016). meningkat menjadi 11,21% dan
Lebih dari 37 persen anak di pada tahun 2014 menurun menjadi
bawah usia 5 tahun mengalami 10,36%, di tahun 2015 angka
stunting pada tahun 2013, yang balita pendek di Yogyakarta naik
sama dengan sebanyak 8,4 juta menjadi 12,9% dan makin
anak di seluruh Indonesia. meningkat pada tahun 2016
Prevalensi stunting tinggi bahkan menjadi 14,4% (Kementerian
di kalangan anak-anak dari rumah Kesehatan, 2016). Prevalensi balita
tangga paling sejahtera pendek terbesar berada di Kota
(BAPPENAS & UNICEF Yogyakarta (17,57%) disusul
Indonesia, 2016). Angka stunting kulon progo (14,87%) (Dinas
Kesehatan Provinsi D.I.Y 2016). ketahanan pangan (Kementrian
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Kesehatan, 2016). Masyarakat
Kota Madya Yogyakarta banyak yang belum mengetahui
prevalensi stunting pada tahun tentang stunting serta cara
2015 sebesar 14,24% dan pada mencegah stunting dengan gerakan
tahun 2016 sebesar 13,28%. 1000 HPK, (Kementrian
Puskesmas Tegalrejo merupakan Kesehatan, 2016). Kewenangan
puskesmas yang memiliki kasus normal yang dimiliki bidan
stunting tertinggi yaitu pada tahun meliputi pelayanan kesehatan ibu,
2015 sebesar 24,71% pada tahun pelayanan kesehatan anak dan
2016 sebesar 17,99% (Dinas pelayanan kesehatan reproduksi
Kesehatan Kota Yogyakarta tahun perempuan dan keluarga
2017). Upaya Pemerintah untuk berencana. Hasil studi
menangani stunting adalah salah pendahuluan di Puskesmas
satunya di intervensi gizi spesifik Tegalrejo didapatkan kejadian
untuk balita pendek difokuskan stunting di Kelurahan Kricak
pada kelompok 1.000 Hari sebanyak 82 balita dan di
Pertama Kehidupan (HPK), yaitu Kelurahan Tegalrejo sebanyak 44
ibu hamil, ibu menyusui, dan anak balita pada tahun 2016. Sehingga
0-23 bulan, karena lokasi penelitian yaitu di wilayah
penanggulangan balita pendek Kelurahan Kricak.
yang paling efektif dilakukan pada
1.000 HPK, perbaikan status gizi METODE PENELITIAN
masyarakat merupakan salah satu Penelitian ini menggunakan
prioritas dengan menurunkan desain penelitian Deskriptif
prevalensi balita gizi kurang analitik dengan pendekatan Cross
(underweight) menjadi 15% dan sectional, dimana semua variabel
prevalensi balita pendek (stunting) diukur dan dikumpulkan dalam
menjadi 32% pada tahun 2014, waktu yang bersamaan (simultan).
selain itu meningkatkan angka
Total 76 100
Total 76 100
Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa
yang telah dilakukan kejadian stunting pada
balita usia 24-59 bulan Hal ini sejalan dengan
terbanyak pada balita yang penelitian Shwatma (2016)
panjang badan saat lahirnya yang menyatakan bahwa
normal yaitu 49 balita jika balita memilki panjang
(64,5%) dan yang masuk badan lahir yang normal,
dalam kelompok panjang namun sekarang
badan lahir pendek yaitu 27 mengalami stunting dapat
balita. Dari hasil penelitian dikarenakan
dapat dilihat bahwa anak ketidakcukupan asupan zat
yang memiliki panjang gizi pada balita normal
lahir normal tetap yang menyebabkan
mempunyai potensi atau terjadinya growth faltering
resiko mengalami stunting. (gagal tumbuh).
10. Gambaran Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan di Kelurahan
Kricak Berdasarkan Status Ekonomi
Tabel 10 Distribusi Frekuensi Status Ekonomi Keluarga Balita Stunting
Usia 24-59 Bulan
No Status Ekonomi Frekuensi (f) Persentasi (%)
1 Rendah jika <1.700.000 44 57,9
2 Tinggi jika ≥1.700.000 32 42,1
Total 76 100
Dari penelitian yang telah tinggi maupun rendah sama-
dilakukan, didapatkan hasil sama memiliki risiko balita
bahwa kejadian stunting pada mengalami stunting. Stunting
balita usia 24-59 bulan umumnya berhubungan dengan
terbanyak pada kelompok rendahnya kondisi sosial
ekonomi rendah yaitu 44 ekonomi secara keseluruhan
keluarga (54,3%). Pada hasil dan atau eksposur yang
penelitian menunjukkan bahwa berulang yang dapat berupa
jumlah keluarga yang penyakit atau kejadian yang
mempunyai pendapatan dapat merugikan kesehatan.
keluarga rendah lebih banyak Dengan demikian, pendapatan
daripada keluarga yang keluarga bukan merupakan
mempunyai pendapatan tinggi. satu-satunya faktor yang dapat
Hal ini menunjukkan bahwa menyebabkan stunting pada
pendapatan keluarga yang balita.
11. Gambaran Kejadian Stunting pada Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Kricak
Berdasarkan Waktu Pemberian MP-ASI
Tabel 11 Distribusi Frekuensi Waktu Pemberian MP-ASI pada Balita
Stunting Usia 24-59 Bulan
No Waktu pemberian MP- Frekuensi (f) Persentasi (%)
ASI
1 Tidak sesuai jika <6 21 27,6
bulan dan >6bulan
Sesuai jika diberikan
2 usia 6 bulan 55 72,4
Total 76 100