net/publication/324991026
CITATIONS READS
7 602
1 author:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Bakhrudin All Habsy on 16 November 2018.
Abstrak
Penelitian ini merupakan penerapan model bimbingan kelompok pola pikir pemecahan masalah (PPPM)
untuk mengembangkan pikiran rasional korban bullying siswa SMK etnis Jawa. Tujuan penelitian untuk
menguji keefektivan model bimbingan kelompok PPPM untuk mengembangkan pikiran rasional korban
bullying siswa SMK etnis Jawa. Rancangan penelitian adalah eksperimen dengan desain pretest and
posttest control group. Keefektivan model bimbingan kelompok PPPM dapat dilihat dari hasil uji beda
pikiran rasional korban bullying yang diberi model bimbingan kelompok PPPM dengan siswa yang diberi
bimbingan kelompok non PPPM. Berdasarakan hasil analisi data siswa yang diberkan perlakuan
bimbingan kelompok non PPPM memperoleh rata-rata nilai (mean) sebesar 2,8333, sedangkan siswa yang
diberikan model bimbingan kelompok PPPM memperoleh rata-rata nilai (mean) sebesar 21,8333. Hasil
sebesar 8,037, karena harga lebih besar dari harga yaitu: 8,037 > 2,228 pada α =
5% maka dapat disimpulkan model bimbingan kelompok PPPM efektif mengembangkan pikiran rasional
korban bullying siswa SMK etnis Jawa.
Kata Kunci: Model Bimbingan Kelompok PPPM, Pikiran Irasional, Korban Bullying, Siswa
SMK, Etnis Jawa
Abstract
This research is the application of mindset problem solving (PPPM) group guidance model to develop
rational minds of victims of bullying SMK students of Java ethnic. The objective of the study was to test
the effectiveness of PPPM group guidance model to develop rational minds of victims of bullying of
Javanese vocational high school students. This study, uses experimental design with pretest and posttest
control group design. The effectiveness of PPPM group guidance model can be seen from the result of
different test of the irrational mind of bullying victim who was given the model of PPPM group guidance
with the students who ware given the guidance of non PPPM group. Students who were given non-PPPM
group counseling treatment obtained an average of 2.8333, while the students who are given the model
guidance group PPPM obtained the average value (mean) of 21.8333. From the analysis results obtained by
8,037, because the price is greater than the price is: 8,037> 2.228 at α = 5% it can be concluded that the
model guidance group PPPM effectively develop rational minds of victims of bullying students of SMK
ethnic Java.
Kata Kunci: Model of Group Guidence PPPM, Irrational Thougts, Victim Bullying, Students of
SMK, Java Ethnic
91
Model Bimbingan Kelompok PPPM Untuk Mengembangkan Pikiran Rasional Korban Bullying Siswa SMK Etnis Jawa
Bakhrudin All Habsy
Dalam kehidupan etnis Jawa, ketaatan anak Johnson 2016) dikatakan sebagai pola tingkah laku agresi
kepada orang tua merupakan sifat yang dinilai sangat yang dilakukan secara berulang-ulang yang dilakukakan
tinggi, anak yang manut (taat) adalah anak yang sangat satu orang pelaku atau lebih disebut dengan istilah
terpuji, sementara anak yang gemar mempunyai bullying.
kehendak sendiri dianggap tidak terpuji (Endraswara Kegagalan remaja dalam melakukan penyesuaian
2016). Orang tua dari etnis Jawa berharap anaknya dadi sosial akan menimbulkan berbagai dampak negatif baik
wong (manjadi orang) yaitu manusia yang mencapai cita- secara fisik serta psikologis. Salah satu contoh bentuk
cita puncak orang Jawa teraktualisasi dalam falsafah dampak negatif tersebut yaitu maraknya berbagai bentuk
memayu hayuning bawono (memperindah keindahan kenakalan remaja dan keterikatan yang sangat tinggi
dunia). Falsafah hidup memayu hayuning bawono adalah terhadap kelompok teman sebaya. Dampak negatif yang
meraih suasana tata-titi-tentrem (tertata, bermakna, paling nampak terlihat di sekolah, yaitu: membolos
tentram), yang mampu menjaga keteraturan alam semesta sekolah, perilaku mencontek, berkeliaran pada jam
(dunia) suasana akan harmoni, tenang dan tentram. belajar, merokok di lingkungan sekolah, bersifat apatis
Uraian di atas merupakan pakem (patokan) terhadap kondisi sosial dan lain sebagainya. Dampak lain
perilaku orang Jawa dengan segala pasang surutnya yang ditimbulkan sebagai akibat kegagalan dalam
sesuai perkembangan zaman. Budaya Jawa memuat nilai- penyesuaian sosial yaitu terjadinya proses pengucilan
nilai yang mendasari kepribadian orang Jawa dan sosial, menjadi pelaku dan/atau korban bullying (Baron &
masyarakat Jawa, dalam kenyataan hidup masyarakat Byrne 2012). Siswa-siswa yang gagal dalam melakukan
Jawa terdapat kepercayaan bahwa segala hidup manusia penyesuaian sosial, cenderung akan dihindari dan bahkan
di dunia ini sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa, diisolasi oleh teman-temannya baik dalam aktivitas
sehingga muncul sikap rila, nerima dan sabar yang belajar maupun dalam pergaulan keseharian. Lebih jauh,
sekaligus menjadi dasar budi pekerti orang-orang Jawa siswa yang mengalami pengucilan sosial
dan mendasari kepribadian mereka (Endaswara 2003). berkemungkinan besar menjadi korban bullying bagi
Kajian pada masyarakat jawa berarti mengkaji kekayaan siswa-siswa lainnya.
dan kekhasan budaya yang diharapkan dapat menjelaskan Ciri khas remaja memiliki kecenderungan yang
fenomena sosial di Indonesia, karena suku Jawa kuat untuk berada dalam kelompoknya yang oleh Freud
merupakan kelompok terbesar di Indonesia. (Atkinson et al. 1987) dikategorikan sebagai munculnya
Masyarakat etnis Jawa berupaya untuk pikiran irasional dengan hilangnya status individual
mempertahankan dan mewariskan budayanya (nguri- dalam kelompok. Beberapa fenomena yang
nguri kebudayaan Jawa) dari generasi ke generasi mencerminkan munculnya pikiran irasional dengan
melalui berbagai sarana dan dengan disiplin yang ketat. hilangnya status individual dalam kelompok sebagai
Mempertahankan dan mengembangkan budaya Jawa berikut: bullying dalam arena pertandingan sepak bola,
dalam masyarakat modern memang bukan hal yang tawuran masal antar pelajar di Bogor, munculnya gang
mudah, kelompok manusia yang paling rawan gagal remaja seperti gang motor di bandung, gang nero di pati
dalam mempertahankan dan mengembangkan budayanya dan sebagainya beberapa contoh kongkrit dari perilaku
adalah remaja, hal senada dikemukakan oleh (Atkinson et kelompok yang menghilangkan ciri-ciri perilaku
al. 1987) masa remaja merupakan masa kritis bagi individual. Peristiwa-peristiwa bullying di Sekolah
pertumbuhan dan perkembangan remaja yang mengalami Menengah Atas (SMA) terjadi di berbagai kota, antara
konflik. Dapat disimpulkan tugas remaja untuk menerima lain Buton, Jakarta, Makassar, Pare-pare, Semarang dan
pewarisan budaya, konflik yang dihadapi semakin Tangerang Selatan. Seorang siswa perempuan SMP di
terbuka, karena disamping remaja harus mampu buton dihajar oleh seorang perempuan SMA dengan
menangani konflik dirinya remaja juga dituntut untuk pukulan dan tendangan, peristiwa ini terjadi setelah
mempertahankan dan mengembangkan budaya yang pulang dari sekolah dan berlangsung di kebun kosong
diwariskan kepadanya, kegagalan remaja penduduk.
mempertahankan budaya berakibat munculnya konflik. Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia
Keberadaan Remaja jawa sebagai siswa SMK (KPAI) pada tahun 2016 merilis bahwa Indonesia pada
menumbuhkan proses interaksi sosial dalam kelompok saat ini mengalami kondisi lampu merah bullying pada
sebaya. Interaksi sosial remaja tidak sepenuhnya mulus, anak maupun remaja dan meningkat 100% dari tahun
kadangkala ia menemui kegagalan. Menurut (Huang et al. sebelumnya (KPAI 2017). Kasus bullying berdasarkan
2016) Kegagalan remaja dalam penyesuaian sosial data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
dengan kelompok sebaya dapat berdampak pada perilaku terdapat peningkatan yang signifikan dari 67 kasus pada
negatif, seperti: kenakalan, membolos, penolakan ke tahun 2014 menjadi 79 kasus pada 2016. Hal senada
sekolah, berkeliaran di tempat umum pada saatjam ditilik dari penelitian (Huneck 2007) mengungkapkan
belajar, merokok, mencontek, isolasi, bullying, bahwa 10 sampai 16 % siswa Indonesia mendapatkan
perkelahian, perampasan, tindak kekerasan seksual dan ejekan, cemoohan, pengucilan, pemukulan, tendangan
kekerasan rumah tangga, serta tindak kriminalitas. ataupun didorong, sedikitnya sekali dalam seminggu.
Seiring dengan pertumbuh kembangan remaja, konflik Berdasarkan hasil penelitian (Nelson 2011)
mewarnai dirinya dan disertai konflik secara budaya akan terdapat 2.688 acara perminggu di semua stasiun televisi
menciptakan irasional dalam diri remaja yang berakibat swasta Indonesia, dari jumlah 1.308 acara atau 48%
perilaku disfungsional, maladaptif yang ditandai dengan diketegorikan dalam acara pendidikan, budaya,
tindakan depresi dan agresif yang oleh (Johnson & dokumenter, informasi dan olahraga, dan acara sinetron,
92
Jurnal Pendidikan (Teori dan Praktik) Volume 2 Nomor 2 Tahun 2017 Halaman: 91-99
e-ISSN: 2527-6891
DOI: http://dx.doi.org/10.26740/jp.v2n2.p91-99
musik, dan pertunjukan permainan anak serta mempunyai penyesuaian sosial yang buruk; misalnya
mengeluarkan sinetron atau film yang bernuansa benci terhadap lingkungan sosial, mengekspresikan
memunculkan pikiran irasional, bullying, seks, dan ketidaksenangan terhadap sekolah, merasa kesepian,
humor angkanya lebih banyak yaitu 52 %. Hal senada merasa terisolasi, menyendiri dan membolos. Secara
ditemukam berdasarkan data Yayasan Kesejahtraan Anak psikologis seorang korban bullying akan mengalami
Indonesia menemukan bahwa film seperti Sailor Moon, psychological distress; misalnya tingkat kecemasan
Dragon Ballz dan Magic Knight Ray Earth yang tinggi, depresi dan pikiran-pikiran untuk bunuh diri.
disiarkan di televisi Indonesia mengundang adegan anti Secara akademis korban bullying mengalami poor result;
sosial sebesar 58,4 % dari pada adegan pro sosial 41,6 %. prestasi akademis menurun, kurangnya konsentrasi,
Menurut (Santrock 2008) dampak dari tayangan kegagalan dalam prestasi di sekolah.
bullying akan menyebabakan remaja meniru perilaku Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
tersebut, seperti remaja akan senang menonjolkan diri (Simons & Mawn 2010), menyatakan bahwa anak yang
dengan cara berkelahi, merasa hebat dan dianggap menjadi korban bullying kemungkinan akan menjadi
populer oleh teman-temannya. Menurut (Smahes & pelaku bullying. Hal senada dikemukakan berdasarkan
Kaveri n.d.)menyatakan bahwa konten yang digunakan hasil penelitian (Rigby 2003) menemukan bahwa anak
remaja dalam internet adalah jejaring sosial, pesan yang menjadi korban bullying akan cenderung
singkat, game online, unggah video dan musik, dimana melampiaskan kemarahannya kepada orang lain dan
konten-konten tersebut dapat berdampak negatif yaitu sekaligus menjadi pelaku bullying.
memunculkan perilaku tidak baik pada remaja. Menurut (Sartini 2009) dalam budaya Jawa
Menurut Olweus (Gorodnichenko & Roland dikenal dengan dendam kusumat yaitu pelampiasan
2016) bullying diasumsikan sebagai hubungan kemarahan terhadap peristiwa yang mereka alami, hal ini
kekuasaan yang tidak setara antara pelaku dan korban merupakan perwujutan dari pikiran irasional masyarakat
yang terjadi secara berulang kali. Kriteria operasional jawa. Menurut Ellis manusia dilahirkan dengan potensi
yang disebut dengan bullying adalah agresi yang telah untuk berbuat baik tetapi pada saat yang sama juga
menyentuh aspek psikologis atau bentuk kekerasan lain terdorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang
yang terjadi minimal sekali dalam seminggu atau lebih tidak baik (Atkinson et al. 1987).
selama periode waktu satu bulan. Unsur-unsur yang Dapat disimpulkan bahwa siswa korban bullying
terkandung dalam bullying antara lain keinginan untuk diperlukan pengembangan keyakinan rasionalnya agar
menyakiti, tindakan negatif, kekuatan yang tidak dapat bertindak secara baik. Keyakinan-keyakinan
seimbang, rasa senang yang dilakukan pelaku dan rasa tersebut diperoleh dari lingkungannya secara turun
tertekan yang dirasakan korban (Rigby 2003). temurun dan diajarkan dari generasi ke generasi melalui
Menurut (O`Connell 2003) terjadinya bullying di budaya, bahasa, pendidikan, keteladanan dan sebagainya.
sekolah merupakan proses dinamika kelompok dan Berdasarkan hasil wawancara dengan Konselor
didalamnya ada pembagian peran. Peran-peran tersebut SMK di Mojokerto menyebutkan terdapat beberapa siswa
adalah (1) Bully, yaitu siswa yang dikategorikan sebagai yang melakukan bullying terhadap siswa lain, dan
pemimpin yang berinisiatif dan aktif terlibat dalam beberapa membentuk sebuah gang, beberapa siswa
perilaku bullying, (2) Bully Assistance juga terlibat aktif mengaku sering diganggu, diejek, dikucilkan, bahkan
dalam perilaku bullying, namun ia cenderung bergantung beberapa diantaranya mengaku sering dimintai uang oleh
atau mengikuti perintah bully, (3) Reinforcer adalah teman dan kakak kelasnya, jika permintaan tidak
mereka yang ada ketika kejadian bullying terjadi, ikut dipenuhi, maka mereka akan diancam, disakiti, disiksa,
menyaksikan, mentertawakan korban, memprovokasi dan akan menjadi bulan-bulanan para seniornya.
bully, mengajak siswa lain untuk menonton dan Berdasarkan fakta yang terjadi pada sekolah
sebagainya, (4) Defender adalah orang-orang yang tersebut baik menyangkut karakteristik pikiran irasional
berusaha membela dan membantu korban, seringkali siswa korban bullying, maupun upaya-upaya yang
mereka akhirnya menjadi korban juga, (5) Outsider dilakukan sekolah, perlu dicari sebuah model bimbingan
adalah orang-orang yang tahu bahwa hal itu terjadi, kelompok yang mampu menyentuh akar permasalahan
namun tidak melakukan apapun, seolah-olah tidak peduli. yang menjadi sumber munculnya pikiran irasional korban
Siswa SMK baik sebagai pelaku maupun korban bullying agar gangguan emosional dan perilaku yang
bullying sama-sama memerlukan bantuan, namun sebagai dialami siswa dapat dibawa ke dalam proses bimbingan
solusi awal dalam mengatasi perilaku bullying siswa kelompok sebagai cerminan relasi moral dan pemahaman
SMK etnis jawa, peneliti memfokuskan untuk hidup sejahtra yang dipahami dan didefinisikan dalam
memberikan intervensi kepada korban bullying dengan realitas budaya seseorang dalam menjalani kehidupan.
meningkatkan pikiran rasionalnya. Pertimbangan peneliti Apabila hal itu bisa terwujud maka akan menjadi suatu
memberikan intervensi bagi korban bullying senada penegasan proses bimbingan merupakan upaya untuk
dengan pendapat (Rigby 2003) dampak korban bullying membangun pemahaman realitas kehidupan tidak dapat
antara lain mengalami physical injury yaitu cedera fisik terhindar dari pengaruh nilai-nilai budaya masyarakat.
berupa luka atau memar, kesehatan fisik menurun, sulit Berdasarkan berbagai fenomena, hasil penelitian
tidur, cenderung memiliki psychological well-being yang dan studi pendahuluan, pikiran irasional korban bullying,
rendah, seperti perasaan tidak bahagia secara umum, self terutama pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan yang
esteem rendah, pemarah, tekanan dan terancam ketika bisa dikategorikan sebagai masa remaja pertengahan,
berada pada situasu tertentu, selain itu korban bullying rentan mengalami permasalahan munculnya pikiran
93
Model Bimbingan Kelompok PPPM Untuk Mengembangkan Pikiran Rasional Korban Bullying Siswa SMK Etnis Jawa
Bakhrudin All Habsy
irasional korban bullying baik yang diakibatkan oleh kelompok ini meliputi ranah pikiran, emosi dan tingkah
situasi dan kondisi di lingkungan, maupun masa transisi laku, maka teori besar yang mendasari bimbingan
yang sedang dilaminya, pemberian intervensi, harus kelompok ini adalah pendekatan Cognitive Behavior
dilakukan untuk menghindari permasalahan yang lebih Therapy.
kompleks. Model bimbingan kelompok PPPM meliputi ranah
Dalam konteks bimbingan dan konseling yang pikiran, emosi dan tingkah laku yang disesuakan dengan
tertuang dalam (Depdiknas 2007), permasalahan bullying karakteristik konseli sebagai kerangka kerja
termasuk dalam bidang pribadi sosial. Pada setting pengembangan model bimbingan kelompok PPPM yang
pendidikan upaya konselor sekolah dalam rangka diwujudkan dalam bentuk: (1) Penataan Pikiran
membantu pencapaian standar kompetensi kemandirian merupakan upaya mengidentifikasi dan mengubah
siswa, maka salah satu layanan yang dilakukan oleh pikiran-pikiran atau pernyataan diri negatif dan
konselor dalam program layanan Bimbingan dan keyakinan-keyakinan konseli yang tidak realistis yang
Konseling Komprehensif adalah memberikan layanan mencakup teknik penataan pikiran, dengan cara (a)
Bimbingan kelompok, yang merupakan komponen dalam pembahasan tentang pikiran-pikiran positif dan negatif
layanan dasar yang diberikan kepada seluruh siswa dalam (b) Identifikasi pikiran konseli dalam situasi masalah, (c)
rangka membantu siswa untuk dapat mencapai tugas Pengenalan dan latihan coping thought, (d) Perpindahan
perkembangan yang optimal (Gysbers & Henderson dari pikiran negatif ke coping thought, (e) Pengenalan
2006). dan latihan penguatan positif, (f) Tugas rumah dan tindak
Layanan dasar bersifat menyentuh ke semua lanjut. (2) Pemecahan Masalah adalah keterampilan yang
siswa, maka program yang diterapkan melalui bimbingan dibutuhkan untuk lebih mampu mengatasi konflik
kelompok. Bimbingan Kelompok adalah sebuah setting interpersonal yang sedang dihadapinya, dengan mengatur
kegiatan face to face (dalam kelompok dan kelas) yang strategi ketika kesulitan dalam penyelesaian masalah.
dilakukan secara langsung dalam azas kebebasan dan Langkah-langkah yang diperlukan dalam Pemecahan
keharmonisan. Dalam konteks yang demikian, maka masalah sebagai berikut: (a) memahami permasalahan
konselor yang aktif memiliki kewajiban dan beban tugas yang dialami, (b) Mengidentifikasi masalah, (c)
untuk mengantar seluruh siswa agar dapat menjalani Menyusun tujuan; (d) Memilih berbagai solusi terbaik,
tugas-tugas perkembangan dengan baik dan dapat (e) Menentukan solusi terbaik; (f) Mengimplementasikan
mencapai perkembangan yang optimal. Sekolah yang solusi yang dianggap paling baik, dan (g) Mengevaluasi
merupakan tempat dimana konselor melaksanakan tugas efek dari solusi yang dipilih. Model PPPM divisualkan
sehari-hari sangat memungkinkan adanya interaksi pada gambar 1 dibawah ini:
fungsional sehingga konselor dapat menjalankan
tugasnya dengan baik, terumata melalui seting
Bimbingan Kelompok, konselor mampu
menformulasikan teknik-teknik yang mendalam dan
teroganisir secara sistematis. Hanya dengan cara
demikian siswa yang kuantitasnya sangat besar tersebut
dapat diperhatikan dengan sebaik-baiknya.
Berdasarkan karakter populasi dan problematika
hasil studi pendahuluan, peneliti menggunakan
bimbingan kelompok, karena bimbingan kelompok
memberikan kesempatan kepada para konseli untuk
mengekspresikan perasaan yang bertentangan,
mengeksplorasikan keraguan diri dan merealisasikan
minat untuk berbagi dengan anggota kelompok yang lain
(Corey et al. 2012).
Model dalam bimbingan kelompok harus dipilih
secara tepat sesuai dengan tujuan dan standar kompetensi
yang sedang diberikan. Model merupakan hal yang Gambar 1 Model Bimbingan Kelompok PPPM
sangat penting dan strategis dalam bimbingan kelompok, (Penataan Pikiran Pemecahan Masalah). Diadaptasi
terutama terkait dengan pencapaian tujuan, maka dari: (Corey et al. 2012; Dobson 2010; Beck 2011;
konselor harus dapat memenuhi kriteria model inovatif Dalgleish & Power 1999; Mennuti et al. 2012)
sebagai pilihan bijak. Dalam hal ini sebuah model
dikembangkan dalam kerangka bimbingan kelompok Secara khusus masalah yang ingin dicari
yang sangat memperhatikan aspek pikiran, emosi dan jawabannya dalam penelitian ini adalah apakah Model
tingkah laku. Model ini diberi nama PPPM (Penataan Bimbingan Kelompok PPPM dapat mengembangkan
Pikiran dan Pemecahan Masalah) yang dirancang untuk pikiran rasional siswa SMK etnis Jawa secara efektif.
kegiatan bimbingan kelompok. Model PPPM adalah Berdasarkan masalah tersebut secara teoretik penelitian
langkah-langkah yang diwujudkan oleh konselor dalam ini berfungsi untuk: (1) Model Bimbingan kelompok
seting kelompok dengan cara memaksimalkan aktifitas PPPM dapat menjadi intervensi yang inovatif, baik secara
kognitif, untuk menghasilkan perubahan pada pemikiran, konseptual dan teknikal dalam pelaksanaan layanan
emosi, perilaku. Titik perhatian dalam bimbingan bimbingan dan konseling, dan (2) Temuan penelitian ini
94
Jurnal Pendidikan (Teori dan Praktik) Volume 2 Nomor 2 Tahun 2017 Halaman: 91-99
e-ISSN: 2527-6891
DOI: http://dx.doi.org/10.26740/jp.v2n2.p91-99
kelompok eksperimen
R2 : Penempatan kelompok secara acak pada kelompok
Kontrol Cognitive
Model PPPM
O3 : Pretest sebelum subjek diberi intervensi dalam Behavior
kelompok kontrol Perlakuan
Posttest
95
Uji Hipotesis
Model Bimbingan Kelompok PPPM Untuk Mengembangkan Pikiran Rasional Korban Bullying Siswa SMK Etnis Jawa
Bakhrudin All Habsy
kelompok kontrol. Secara visual, kerangka kerja pengukuran dilakukan terhadap tingkat pikiran rasional
penelitian Model Bimbingan Kelompok PPPM untuk korban bullying siswa yang terjadi sebelum dan sesudah
mengembangkan pikiran rasional korban bullying, intervensi dengan menggunakan Model Bimbingan
diilustrasikan dalam gambar 2 sebagai berikut: Kelompok PPPM.
Gambar 2 Kerangka Kerja Penelitian
96
Jurnal Pendidikan (Teori dan Praktik) Volume 2 Nomor 2 Tahun 2017 Halaman: 91-99
e-ISSN: 2527-6891
DOI: http://dx.doi.org/10.26740/jp.v2n2.p91-99
97
Model Bimbingan Kelompok PPPM Untuk Mengembangkan Pikiran Rasional Korban Bullying Siswa SMK Etnis Jawa
Bakhrudin All Habsy
(2,228) atau 8,037 > 2,228 dan nilai probabilitas rasional korban bullying yang rendah. Dari 12 siswa
yang diperoleh adalah 0.000 lebih kecil dari 0.005. tersebut, dilakukan pengundian untuk menentukan
Dengan demikian, dalam penelitian ini dapat disimpulkan sampel yang menjadi anggota kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, yang terdiri atas 6 siswa kelompok
bahwa hipotesis kerja ( ) yang menyatakan: ―Model eksperimen dan 6 siswa kelompok kontrol. Perubahan
bimbingan kelompok PPPM efektif untuk meningkatkan tingkat pikiran rasional korban bullying, para siswa
pikiran rasional korban bullying siswa SMK etnis Jawa‖ kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dilihat dari
diterima. Sedangkan hipotesis nihil ( ) yang kriteria perbedaan skor inventori pikiran rasional korban
menyatakan: ―Model bimbingan kelompok PPPM tidak bullying pada saat pretest dan posttest. Dari hasil analisis
efektif untuk meningkatkan pikiran rasional korban statistik semua subjek penelitian kelompok eksperimen
bullying siswa SMK etnis Jawa.‖ ditolak. Hal ini dan kelompok kontrol mengalami peningkatan pikiran
rasional korban bullying. Namun perubahan tersebut
dikarenakan harga 8,037 > 2,228 pada lebih signifikan kelompok eksperimen, yang secara
taraf signifikan α = 0.05 (5%). statistik lebih besar secara signifikan dibandingkan
kelompok kontrol.
Hasil kajian teori dan temuan penelitian ini
menunjukan manfaat besar Bimbingan Kelompok model
PPPM mengintervensi pada aspek kognitif sehingga
Pembahasan membawa perubahan pada aspek perilaku dan emosi,
Penelitian bermula dari 3 kerisauan peneliti, sehingga dapat menjadi pertimbangan bagi para konselor
yaitu (1) terjadinya tindak bullying di kalangan remaja untuk menerapkan di Sekolah.
SMK etnis Jawa yang menyebabkan rendahnya pikiran
rasional korban bullying siswa SMK etnis Jawa, (2)
minimnya variasi model dan teknik yang dijalankan oleh PENUTUP
konselor, dan (3) permasalahan remaja SMK etnis jawa Simpulan
adalah hilangnya status individual dalam kelompok. Inti sari yang dapat kita ekstak dari uraian
Dapat disimpulkan bahwa pikiran rasional pelaksanaan penelitian Model Bimbingan Kelompok
korban bullying harus dikembangkan dengan model PPPM untuk meningkatkan pikiran rasional korban
bimbingan kelompok yang spesifik dan efektif. Dari bullying, hasil analisis dan uji hipotesis serta
perihal itulah, peneliti menawarkan sebuah model pembahasan hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai
bimbingan kelompok terbarukan dalam bentuk model berikut: (a) Bimbingan Kelompok model PPPM dapat
PPPM (Pola Pikir Pemecahan Masalah). Ciri khas model dikatakan sebagi model tebarukan dari pendekatan
PPPM adalah perhatian penuh secara seimbang antara cognitive behavior. yang keefektivannya tercermin di
Cognitive, Emotive dan Behavior. Hasil penelitian ini kelompok eksperimen yang menggambarkan bahwa
mendukung hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang model ini dapat diterapkan dan diterima dengan baik oleh
dilakukan oleh (Bieiling et al. 2009) mengemukakan para siswa, (b) Dinamika perubahan Model Bimbingan
bahwa pendekatan kelompok lebih efisiensi dengan Kelompok PPPM yang ditawarkan dengan merumuskan
presentase 50% dari pada pelaksanaan secara individual. sejumlah pikiran-pikiran rasional untuk dicari intisari
Model bimbingan kelompok PPPM meliputi dari tindakan pemecahan masalah yang sangat spesifik,
ranah pikiran, emosi dan tingkah laku yang disesuakan (c) Berdasarkan hasil analisis diketahui adalah
dengan karakteristik konseli sebagai kerangka kerja
pengembangan model bimbingan kelompok PPPM. sebesar 8,037 dan angka probabilitas (Sig. (2-tailed)
Pendekatan kognitif, membantu konseli menetapkan adalah 0,000 dengan df = 10. Selanjutnya harga tersebut
hubungan antar kognisi dengan emosi, perilaku dan dibandingkan dengan harga pada taraf signifikan
reaksi dari fisiologinya, serta untuk mengidentifikasi 5% uji dua pihak dengan df = 10, sehingga diketahui
kognisi yang salah atau menyalahkan diri dengan harga adalah 2,228. Karena harga (8,037)
mengganti kognisi tersebut dengan persepsi yang lebih
baik (Cormier & Cormier 2009). Pendekatan perilaku, lebih besar dari harga (2,228) atau 8,037 > 2,228
diterapkan ketika konseli telah melakukan perubahan dan nilai probabilitas yang diperoleh adalah 0.000 lebih
kognitif, mereka mempelajari bagaimana memberikan kecil dari 0.005. Dengan demikian, dalam penelitian ini
respon yang dapat diterima oleh lingkungan ketika dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan layanan Model
berhadapan dengan situasi tertentu, untuk melakukan Bimbingan Kelompok PPPM efektif untuk meningkatkan
suatu pemecahan masalah. Pendekatan kelompok pikiran rasional korban bullying Siswa SMK etnis Jawa.
memfokuskan diri pada proses interpersonal dan strategi
penyelesaian masalah yang berkaitan dengan pemikiran, Saran
perasaan dan perilaku yang disadari, dalam sebuah Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti
kerangka berpikir disini dan sekarang (here and now) mengajukan beberapa saran antara lain kepada : (1)
(Corey et al. 2012) Konselor : (a) Model Bimbingan Kelompok PPPM dapat
Berdasarkan alat ukur inventori pikiran rasional diterapkan oleh konselor sekolah untuk penanganan-
korban bullying, dalam penelitian ini terdapat 12 siswa penanganan permasalahan siswa di Sekolah dan
dari anggota populasi, yang teridentifikasi dengan pikiran mengembangkan serta mempeluas jangkauan ke program
98
Jurnal Pendidikan (Teori dan Praktik) Volume 2 Nomor 2 Tahun 2017 Halaman: 91-99
e-ISSN: 2527-6891
DOI: http://dx.doi.org/10.26740/jp.v2n2.p91-99
yang lebih luas. Model ini memiliki keunggulan yaitu Pustaka Narasi.
membutuhkan waktu singkat, bersifat praktis, dan mudah
dipahami dan dilakukan, (b) Konselor dapat Gorodnichenko, Y. & Roland, G., 2016. Culture,
memanfaatkan hasil penelitian dengan mempelajari institutions and the wealth of nations. Review of
panduan pelaksanaan Model Bimbingan Kelompok Economics and Statistics, 99(3), pp.402–416.
PPPM yang sudah teruji baik diuji secara ekologi Gysbers, N.C. & Henderson, P., 2006. Developing and
maupun ahli, (2) Peneliti Selajutnya: Penelitian ini Managing Your School Guidance and Counseling
menggunakan Model Bimbingan Kelompok PPPM untuk Program, Alexandria: ACA.
meningkatkan pikiran rasional korban bullying siswa
SMK etnis Jawa, untuk peneliti selanjutnya dapat Huang, Z. et al., 2016. Risk Factors Associated with Peer
digunakan untukpenanganan-penanganan permasalahan Victimization and Bystander Behaviors among
siswa yang lain dengan etnis dan jenjang yang berbeda Adolescent Students. International Journal of
agar Model Bimbingan Kelompok PPPM dapat lebih Environmental Research and Public Health, 13(8),
teruji keefektifannya. p.759.
Huneck, A., 2007. Bullying : A crosscultural comparison
DAFTAR PUSTAKA of one American and one Indonesian elementary
school, Ohio: Union Institute & University.
Atkinson, R.L., Atkinson, R.C. & Hilgard, E.R., 1987.
Johnson, D.W. & Johnson, R., 2016. Cooperative
Pengantar Psikologi Jilid I, Jakarta: Erlangga.
learning and teaching citizenship in democracies.
Baron, R.A. & Byrne, D., 2012. Psikologi Sosial, Jakarta: International Journal of Educational Research, 76,
Erlangga. pp.162–177.
Beck, J.S., 2011. Cognitive Behavior Therapy, New KPAI, 2017. Bank Data KPAI. Available at:
York: Guilforde Press. http://bankdata.kpai.go.id/data-terpilah-kasus-anak
[Accessed February 28, 2017].
Bieiling, P.J., McCabe, R.E. & Antony, M.M., 2009.
Cognitive-Behavioral Therapy in Groups, New Mennuti, R.B., Freeman, A. & Christner, R.W., 2012. No
York: Guilford Press. Title, New York: Routledge Taylor & Francis
Group.
Capuzzi, D. & Gross, D.R., 2007. Counseling and
Psychotherapy: Theories and Interventions, New Nelson, J., 2011. Teori dan Praktik Konseling dan
Jersey: Pearson Prentice-Hall. Terapi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Coloroso, B., 2004. The bully, the bullied and the O`Connell, J., 2003. Bullying at school, California:
bystander, New York: Harper Collins. Departement of Education.
Corey, M.S., Corey, G. & Corey, C., 2012. Theory and Rigby, K., 2003. Consequences of bullying in schools.
Practice of Group Counseling, Belmont, CA: The Canadian Journal of Psychiatry, 48(9),
Brooks/Cole. pp.583–590.
Cormier, L.J. & Cormier, L.S., 2009. Interviewing Santrock, J.W., 2008. Adolescence, New York: Mc
Strategies for Helpers, Montery, California: Graw-Hill Higher Education.
Brooks/Code Publishing Company.
Sartini, 2009. Mutiara Kearifan Lokal Nusantara,
Dalgleish, T. & Power, M.J., 1999. Handbook of Yogyakarta: Kepel Press.
Cognition and Emotion, New York: John Wiley &
Simons, S.R. & Mawn, B., 2010. Bullying in the
Sons.
workplace—A qualitative study of newly licensed
Depdiknas, 2007. Rambu-Rambu Penyelenggaraan registered nurses. AAOHN journal, 58(7), pp.305–
Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan 311.
Formal (Naskah Akademik), Bandung: ABKIN.
Smahes & Kaveri, The Role of Media in Development,
Dobson, K.S., 2010. Handbook of Cognitive Behavioral New York: Springer.
Therapies, New York: The Guifold Press.
Endaswara, S., 2003. Falsafah Hidup Jawa, Yogyakarta:
Cakrawala.
Endraswara, S., 2010. Etika hidup orang Jawa: pedoman
beretiket dalam menjalani kehidupan sehari-hari,
Yogyakarta: Suka Buku.
Endraswara, S., 2016. Ilmu Jiwa Jawa, Yogyakarta:
99