Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN TUGAS 2

MINI RISET
“PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK SOSIO-
DRAMA TERHADAP PENYESUAIAN DIRI ETNIS BATAK TOBA DI
SEKOLAH PEMBAURAN SMA WR SUPRATMAN 1 MEDAN”

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Rahma Amelia Malik Siregar ( 1193351033 )
Sapira Amalia Al-Awanis ( 1193151019 )
Trisna Febrina ( 1191151015 )
Theodorus Asrot Simarmata ( 1193151027 )

BK REGULER C 2019

Mata Kuliah : Konseling Multibudaya


Dosen Pengampu : Dr. Nuraini, MS.

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan sebagai suatu aktivitas sosial penting yang berfungsi untuk
mentransformasikan keadaan suatu masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Keterkaitan
pendidikan dengan keadaan sosial sangatlah erat, sehingga pendidikan mungkin mengalami
proses spesialisasi dan institusionalisasi sesuai kebutuhan masyarakat yang kompleks dan
modern. Pendidikan dipandang sebagai menjadi tempat berlangsungnya satu upaya penting
pewarisan kebudayaan yang dilakukan oleh generasi tua kepada generasi muda agar
kehidupan masyarakat tetap berlanjut. Pendidikan merupakan pewarisan kebudayaan kepada
generasi penerus bangsa, karena ilmu pengetahuan itu merupakan warisan budaya leluhur
bangsa. Dipertegas menurut graves (1967), akulturasi merupakan suatu perubahan yang
dialami oleh individu sebagai hasil dari terjadinya kontak dengan kebudayaan lain,dan
sebagai hasil dari ikut sertaan dalam proses akulturasi yang sedang dijalani oleh kebudayaan
atau kelompok etnisnya. Perubahan yang terjadi pada tingkatan terlihat pada identitas, nilai-
nilai, dan perilaku.
Perkembangan masyarakat Indonesia khususnya menyikapi akulturasi masih
berangapan atau memahami bahwa terjadi hanya pada saat ini, padahal akulturasi kebudayaan
merupakan bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia tidak terjadi secara tiba-tiba namun
melalui proses sejarah yang panjang. Hal itu berlaku hingga sekarang, banyak sekolah-
sekolah yang menerapkan pendidikan akulturasi, dimana banyak instansi yang memiliki
siswa yang berasal dari berbagai budaya dan agama didalam satu lingkungan sekolah yang
biasa disebut sekolah pembaruan . Kondisi di era baru ini banyak terdapat pengaruh dari luar
yang berintegrasi dengan sesuatu yang asli dalam arti kelokalan sebagai suatu unsur sehingga
menghilangkan unsur-unsur yang aslinya,sehingga disadari atau tidak disadari sudah menjadi
bahaya laten yang mampu melupakan bahkan menghilangkan jati diri bangsa,bahkan dapat
mendorong retaknya suatu persatuan dan kesatuan. Menyikapi bahwa akulturasi kebudayaan
merupakan suatu kontak dan yang melibatkan dua atau lebih komponen atau aspek lainnya
yang mendorong suatu perubahan.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dikemukakan rumusan masalah pada


penelitian ini adalah Apakah Bimbingan Kelompok Teknik Sosio-Drama memiliki pengaruh
terhadap penyesuaian diri etnis batak toba di sekolah pembauran SMA WR Supratman 1
Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat dikemukakan tujuan dari penelitian ini
adalah Untuk Mengetahui Apakah Bimbingan Kelompok Teknik Sosio-Drama memiliki
pengaruh terhadap penyesuaian diri etnis batak toba di sekolah pembauran SMA WR
Supratman 1 Medan.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk dapat
mengetahui pengaruh dari bimbingan kelompok teknik sosio-drama memiliki pengaruh
terhadap penyesuaian diri etnis batak toba di sekolah pembauran SMA WR Supratman 1
Medan.
2. Manfaat Praktis

Memberikan pengalaman dalam suatu penyelenggaraan penelitian, sehingga peneliti


dapat mengembangkannya dalam riset, serta di harapkan dapat menambah pengalaman dan
wawasan peneliti. Dan diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan dan bahasan
pertimbangan bagi semua pihak dalam penyesuaian diri di sekolah pembauran.
BAB II
KERANGKA TEORI

2.1 Akulturasi

2.2. Penyesuaian Diri

2.3 Bimbingan Kelompok

2.4 Teknik Sosio-Drama

2.3 Kerangka Konseptual


Kerangka konseptual adalah konsep yang dibuat untuk menjabarkan dan memberikan
batasan-batasan terhadap konsep teoritis. Kerangka konseptual digunakan untuk mengukur
variabel penelitian. Konsep ini berkenaan dengan pengaruh bimbingan kelompok teknik
sosio-drama terhadap penyesuaian diri etnis batak toba di sekolah pembauran SMA WR
Supratman 1 Medan.

Variabel Bebas Variabel Terikat

Bimbingan Kelompok Penyesuaian Diri Etnis

Teknik Sosio-Drama Batak Toba

(X) (Y)

Gambar diatas memberikan pemahaman bahwa adanya pengaruh bimbingan


kelompok Teknik Sosio-drama terhadap penyesuaian diri etnis batak toba di sekolah
pembauran SMA WR Supratman 1 Medan.

2.4 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu permasalahan yang dihadapi
dalam penelitian, dimana jawaban sementara tersebut masih diuji lagi kebenarannya
(Sugiyono, 2007). Berdasarkan masalah dan landasan teori yang ada maka hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah :
a. Bimbingan kelompok teknik sosio-drama tidak memiliki pengaruh apapun terhadap
penyesuaian diri etnis batak toba di sekolah pembauran SMA WR Supratman 1
Medan.
b. Bimbingan kelompok teknik sosio-drama memiliki pengaruh terhadap penyesuaian
diri etnis batak toba di sekolah pembauran SMA WR Supratman 1 Medan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian dalam laporan ini menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan
menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh social yang tidak dapat dijelaskan,
diukur atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif. Menurut Saryono (2010).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah layanan bimbingan kelompok
teknik sosio-drama memiliki pengaruh terhadap penyesuaian diri etnis batak toba di sekolah
pembauran SMA WR Supratman 1 Medan.

3.2 Tempat dan Waktu


Lokasi penelitian merupakan tempat untuk meneliti dan mencari data yang akan
dikumpulkan yang berguna untuk penelitian. Lokasi penelitian dilakukan di sekolah
pembauran SMA WR Supratman 1 Medan. Sedangkan waktu penelitian dilakukan pada
bulan Maret-April 2022.

3.3 Subjek Penelitian


Subjek dalam penelitian ini adalah 10 siswa dari kelas XII IPS SMA WR Supratman 1
Medan.

3.4 Instrumen Pengumpulan Data


Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitiannya, maka diperlukan teknik
pengumpulan data yang akan di lakukan kepada sumber data pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah Observasi,Wawancara,dan Dokumentasi yaitu mendapatkan data dengan
cara tanya jawab dan berhadapan dengan informan/narasumber (Ali 1997:198).
a. Observasi

Menurut Suharsimi Arikunto, Observasi adalah pengamatan secara langsung terhadap


suatu objek yang terdapat di lingkungan baik yang sedang berlangsung saat itu atau masih
berjalan yang meliputi berbagai aktifitas perhatian terhadap suatu kajian objek dengan
menggunakan pengindraan.
b. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu penelitian yang merupakan proses untuk
memperoleh informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan subjek yang diteliti”
(Andra, 2018).
c. Dokumentasi

Suharsimi Arikunto (2010 : 274) mengatakan bahwa: “metode dokumentasi, yaitu


mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
najalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya”. Sedangkan menurut Deni
Damayanti (2013 : 132) mengatakan bahwa : “dokumen bisa berupa buku harian, notula
rapat, laporan berkala, jadwal kegiatan, peraturan pemerintah, anggaran dasar, rapor siswa,
surat-surat resmi dan lain sebagainya.

PEDOMAN WAWANCARA
PENYESUAIAN DIRI

PERTANYAAN :

1. Apakah dikelas, kamu memiliki teman yang memiliki budaya yang berbeda dengan
kamu?
2. Mampukah kamu dengan mudah beradaptasi terhadap lingkungan belajar yang
memiliki perbedaan budaya dengan kamu?
3. Bagaimana sikap kamu dalam menghadapi perbedaan dalam budaya maupun
kebiasaan dari teman-teman yang berbeda kebudayaan dengan kamu?
4. Bagaimana cara kamu agar tetap nyaman berkomunikasi dengan teman yang berbeda
kebudayaan dengan kamu?
5. Menurut kamu, bagaimana cara menyingkirkan perselisihan antar budaya yang kerap
terjadi dilingkungan sekolah?
6. Bagaimana pandangan kamu memiliki teman yang berbeda budaya dengan kamu?
7. Apakah kamu mempunyai keinginan untuk mempelajari bahasa dari budaya lain?
8. Bagaimana kamu memposisikan kepribadian diri kamu dihadapan budaya lain saat
berkomunikasi?
9. Apakah kamu akan membatasi pergaulan dengan teman yang berbeda budaya dengan
kamu?
10. Apakah kamu nyaman bersosialisasi dengan teman yang berbeda budaya dengan
kamu?
11. Apakah kamu memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dengan teman yang berbudaya
lain?
12. Apakah kelebihan dan kekurangan dari berteman dengan orang yang berbudaya lain?
13. Apakah pernah terjadi diskriminasi terhadap budaya minoritas di sekolah?
14. Menurut kamu, bagaimana bentuk toleransi yang dapat kamu tunjukkan kepada teman
yang berbeda kebudayaan dengan kamu?
15. Menurut kamu, mengapa kita harus menghargai perbedaan budaya dan agama di
lingkungan kita?

3.5 Teknik Analisis Data


Menurut Sugiyono (2015 : 244): analisis adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan di dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang kan
dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun
orang lain”.
Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerussampai tuntas hingga datanya sudah jenuh. Analisis data kualitatif
berdasarkan model analisis interaktif terdiri dari tiga langkah yang saling berinteraksi yaitu:
reduksi data, penyajian data, dan verifikasi atau penarikan kesimpulan. Aktivitas dalam
analisis datanya, yaitu :
a. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, mengabstrakan dan informasi data
kasar yang munculdari catatan lapangan. Reduksi data dalam penelitian ini berlangsung
secara terus menerus selama penelitian ini berlangsung. Reduksi data dilakukan untuk
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak diperlukan dan
mengorganisasikan data yang diperlukan sesuai fokus mengenai masalah penelitian.
b. Penyajian Data (Display Data)

Hasil reduksi data selanjutnya disajikan dalam bentuk teks naratif. Teks naratif
digolongkan sesuai topik masalah. Penyajian data merupakan tahapan untuk memahami apa
yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan selanjutnya, untuk dianalisis dan diambil
tindakan yang dianggap perlu.
c. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan (Conclusing drawing/ferivication)

Kegiatan verifikasi dan menarik kesimpulan sebenarnya hanyalah sebagian dari suatu
kegiatan konfigurasi yang utuh, karena penarikan kesimpulan juga diverifikasi sejak
berlangsungnya awal penelitian sampai akhir penelitian yang merupakan suatu proses
berkesinambungan dan berkelanjutan.
Berdasarkan uraian diatas, secara umum analisis data dalam penelitrian ini setelah
mencatat semua fenomena di lapangan baik melalui pengamatan, wawancara, dan
dokumentasi dalam bentuk catatan lapangan dilakukan melalui tahap berikut :
1) Menelaah kembali catatan hasil pengamatan wawancara dan studi dokumentasi serta
memisahkan data yang dianggap penting dan tidak penting, pekerjaan ini diulang
kembali untuk memeriksa kemungkinan kekeliruan klasifikasi.
2) Mendesktripsikan data yang telah diklasifikasikan, untuk kepentingan penelaah lebih
lanjut dengan memperhatikan fokus dan tujuan peneliatian.
3) Membuat kesimpulan akhir.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian


A. Deskripsi Hasil Penelitian

Data dari hasil penelitian ini didapatkan melalui wawancara kepada 10 orang siswa di
SMA WR Supratman 1 Medan.dimana 2 dari 10 subjek tersebut merupakan siswa etnis batak
toba dan 8 siswa etnis tionghoa. Pada penelitian ini ditemukan masalah mengenai
penyesuaian diri dalam hal interaksi sosial di sekolah.

B. Uji hipotesis

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui masalah yang dialami siswa etnis batak
toba dengan mayoritas etnis tionghoa sehingga perumusan hipotesis penelitian ini yaitu
“layanan bimbingan kelompok teknik sosio-drama memiliki pengaruh terhadap penyesuaian
diri siswa etnis batak toba di sekolah pembauran SMA WR Supratman 1 Medan.

C. Kesimpulan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa siswa etnis batak toba
mengalami masalah penyesuaian diri dengan lingkungan sekolahnya dimana siswa etnis
batak toba tersebut sulit untuk berinteraksi atau bersosialisasi dengan siswa etnis tionghoa
dikarenakan perbedaan budaya,bahasa,dan gaya hidup. Hal ini mengakibatkan siswa etnis
batak toba kurang mampu bergabung dengan kelompok siswa ertnis tionghoa sehingga
membuat siswa etnis batak toba merasa terabaikan dan menimbulkan perasaan cemas dan
sulit berinteraksi.

4.2 Pembahasan
Subjek yang memiliki latar belakang etnis batak toba mengalami masalah dalam
berinteraksi sosial dan bergaul dengan teman temannya disekolah karena memilkiki
perbedaan suku,budaya,dan norma-norma yang berlaku di dalam budaya mereka. Sehingga
membuat siswa etnis batak toba kurang mampu untuk berinteraksi.
Penggunaan bahasa yang digunakan dalam berinteraksi sosial adalah bahasa daerah.
Dimana ketika etnis batak dan tionghoa bergabung dalam suatu kelompok mereka
menggunakan bahasa daerah mereka masing-masing sehingga tidak terjadinya interaksi yang
baik antara etnis batak dan etnis tionghoa.penggunaan bahasa daerah ini membuat
ketidaksinkronan dalam bergaul antara etnis batak dan tionghoa. Seharusnya pada saat
mereka berkumpul,mereka sebaiknya menggunakan bahasa indonesia agar interaksi sosial
yang terjadi diantara mereka berjalan dengan baik.
Keberagaman Suku,Budaya,Ras dan Agama di sekolah sering kali menjadikan siswa
satu dengan siswa yang lainnya kesulitan dalam hal berinteraksi sosial bahkan tidak jarang
terjadi konflik besar maupun kecil antar siswa yang berbeda budaya,namum hal itu tidak
menjadi masalah bagi siswa/siswi di SMA WR Supratman 1 Medan. Berdasarkan observasi
yang dilakukan terlihat bahwa para siswa etnis batak toba membaur dengan etnis tionghoa
tanpa ada masalah dalam hal diskriminasi maupun rasisme di sekolah tersebut namun
interkasi diantara mereka tidak berjalan dengan baik dan kadang terjadi kebingungan diantara
siswa karena terkadang mereka menggunkan bahasa daerah mereka.

4.3 Projek Yang di Lakukan

A. Pendekatan Bimbingan Sosio-drama dalam membantu Penyesuaian Diri siswa


etnis batak toba

Menghadapi beberapa kesulitan penyesuaian diri siswa etnis batak toba di sekolah
WR Supratman 1 Medan perlu adanya peran konselor sebagai unit pelayanan bimbingan dan
konseling yang bisa memberikan pelayanan dalam berbagai masalah yang terjadi disekolah
tersebut salah satunya adalah masalah penyesuaian diri yang berasal dari siswa etnis batak
toba di sekolah SMA WR Supratman 1 Medan melalui layanan bimbingan kelompok teknik
sosio-drama.
Pengertian sosiodrama menurut Roestiyah (2001:90) sosiodrama adalah dapat
mendramatisasikan tingkah laku atau ungkapan gerak-gerik wajah seseorang dalam hubungan
sosial antar manusia. Sedangkan Tim Didaktik Metodik IKIP (1984:70) menyatakan bahwa
sosiodrama adalah mendramatisasikan cara tingkah laku dalam hubungan sosial.
Menurut Djumhur dan Surya (dalam Nursalim dan Suradi, 2002:63) sosiodrama
merupakan teknik dalam bimbingan kelompok untuk memecahkan masalah-masalah sosial
melalui kegiatan bermain peran. Dalam sosiodrama ini individu akan memerankan suatu
peranan tertentu dari suatu situasi masalah sosial.
Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan sosiodrama adalah teknik yang
digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial melalui kegiatan bermain peran
melalui dramatisasi ini para pemain memproyeksikan sikap, perasaan dan tingkah laku dari
orang yang diperankan.
B. Langkah-langkah yang dilakukan

Langkah-langkah bimbingan kelompok sosio-drama :


1. Menentukan topik dan tujuan sosiodrama. hal ini juga dapat dilakukan bersama-sama
dengan peserta didik
2. Memberikan gambaran garis besar situasi yang akan didramakan oleh peserta didik
3. Membentuk kelompok, peranan serta menyiapkan ruangan, naskah drama, dan alat-
alat yang diperlukan
4. peserta didik atas bimbingan guru menentukan para pemain atau disebut pemegang
peranan
5. Memberi penjelasan kepada kelompok dan pemain peranan tentang hal-hal yang harus
dilakukan
6. Peserta didik bertanya kepada gurumengenai hal-hal yang berkaitan dengan
permainan drama
7. Peserta didik menyiapkan diri untuk bermain drama
8. Guru menetapkan waktu untuk melaksanakan simulasi, dalam hal ini adalah
permainan drama
9. Peserta didik melaksanakan permainan drama. sedangkan guru mengawasi serta
memberikan saran
10. Peserta didik secara kelompok melakukan diskusi untuk menentukan solusi dari
masalah yang ada dalam drama tersebut
11. Guru dan peserta didik membuat kesimpulan (Sudjana, 2013, pp. 90–91)

C. Kesimpulan yang Dihasilkan

Kesimpulan yang dihasilkan dari pembahasan ini adalah dengan dilakukannya


layanan bimbingan kelompok dengan metode pendekatan sosio-drama guna mengentaskan
permasalahan penyesuaian diri dalam berinteraksi sosial antara siswa etnis batak toba dengan
siswa etnis tionghoa di SMA WR Supratman 1 Medan yang menyebabkan kesulitan pada
para siswa dalam penyesuaian diri dan berkomunikasi. Bimbingan kelompok teknik sosio-
drama ini sangat cocok digunakan untuk menyelesaikan masalah penyesuaian diri dalam
berinteraksi sosial antar siswa yang berbeda budaya sehingga mereka bisa menyesuaikan diri
di lingkungan sekolahnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri merupakan
suatu proses alamiah dan dinamis yang bertujuan mengubah perilaku individu agar terjadi
hubungan yang lebih sesuai dengan kondisi lingkungannya. Senada dengan pengertian itu
Mu’tadin (2002) menerangkan penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis yang
bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara
diri individu dengan lingkungannya.
Siswa etnis batak toba yang ada disekolah SMA WR Supratman 1 medan
mempunyai masalah penyesuaian diri dalam berinteraksi sosial terhadap siswa yang berbeda
budaya sehingga sering menimbulkan ketidaksinkronan dalam berkomunikasi antar siswa
etnis batak toba dan siswa etnis tionghoa. Juga terlihat dari hasil wawancara dari beberapa
siswa yang mengatakan bahwa tidak pernah terjadi perilaku diskriminasi terhadap budaya
minoritas disekolah tersebut.
Dan dari beberapa hal yang peneliti observasi, sepertinya perbedaan suku dan ras
tidak membuat perpecahan antar suku, para siswa di SMA WR Supratman 1 Medan tampak
berbaur satu dengan yang lain, hanya saja memang kadang terjadi kesalahpahaman dalam
berkomunikasi antar siswa.

5.2 Saran
Sebaiknya perbedaan suku maupun etnis tidak menjadikan perpecahan antar siswa
yang berada didalam suatu instansi. Seharusnya perbedaanlah yang mempersatukan seluruh
siswa dan warga negara Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai