Anda di halaman 1dari 14

KEBUDAYAAN SEBAGAI LANDASAN PENDIDIKAN

Disusun oleh:
Zakaria (2110632030007)
Siti Mariam ulfa (2110632030014)
Muhammad Nuryanto (21106320300)

PASCASARAJANA
FAKULTAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG (UNSIKA)
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang selalu memberikan rahmat, ridho, dan
hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kita bisa menyelesaikan makalah sederhana ini.
Shalawat serta salam tak lupa kita junjungkan kepada murobbi kita yaitu Nabi besar
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang
terang benderang, serta kepada para keluarga dan para sahabat Rasulullah SAW.
Penyelesaian makalah ini dilakukan dengan kerjasama tiga orang yang tergabung
dalam kelompok satu mata kuliah pasca sarjana Pendidikan Multikultural dan karakter
pendidikan. Sebagai penyusun makalah perdana di semester ini kami menemukan banyak
hambatan, baik dari penentuan teori, keseragaman persepsi, hingga proses penyusunan.
Setelah melewati proses yang cukup rumit, akhirnya kami bisa menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini bisa menjadi acuan dan referensi bagi pembaca khususnya yang
berkecimpung dalam bidang psikologi. Menjadi tambahan pengetahuan dan pengalaman
bagai para pembaca untuk lebih mengetahui tentang psikologi pendidikan Islam.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan, karena pengalaman yang kami
miliki sangat minim. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Karawang, 01 Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG……………………………………………………..1
1.2 RUMUSAN MASALAH…………………………………………………..1
1.3 TUJUAN PENULISAN..…………………………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 HUBUNGAN ANTARA BUDAYA DENGAN PENDIDIKAN................2
2.2 KEBUDAYAAN SEBAGAI LANDASAN PENDIDIKAN...…………....3
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN.…………….……………………………………………...7
3.2 SARAN…………………………………………………………………….7
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sanjaya, 2011:2), mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan
standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di
seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengertian
pembelajaran dalam UU Sisdiknas tersebut adalah proses interaksi siswa dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Negara indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya ari masing- masing
suku dan pulau-pulai. Penanaman budaya akan efektif diberikan baik itu dari
pendidikan formal maupun pendidikan non formal untuk melestarikan dan
mempertahankan budaya di masing-masing daerah karena budaya merupakan
karakter dari suatu bangsa dan negara. Berbagai permasalahan pendidikan yang
dihadapi bangsa Indonesia adalah masih rendahnya mutu pendidikan dan belakangan
ini dunia pendidikan di indonesia masih mempersoalkan kurikulum sekolah yaitu
tentang penggantian kurikulum.
Salah satu pusat berita online Tribunnews jumat 25 januari 2013 di dalam
pemberitaannya memuat sebagai berikut; di dalam rancangan kurikulum 2013, tidak
ada kejelasan posisi bahasa daerah selaku mata pelajaran yang mandiri. Terlebih,
sempat muncul steatment dari salah satu tim pengembang kurikulum yang
menyatakan bahwa penghilangan mata pelajaran bahasa daerah dalam kurikulum
merupakan hal yang wajar dikarenakan keheterogenan masyarakat saat ini.
Dari penjelasan diatas, hal tersebut tentu saja membuat reaksi yang sangat keras
dari berbagai kalangan masyarakat, mengingat bahwa untuk melestarikan dan
mempertahankan bahasa daerah agar tetap ada, salah satunya caranya adalah melalui
proses pembelajaran dalam pendidikan. Karena disanalah penerus bangsa
mendapatkan pengetahuan secara sistematis dan terprogram. Brooks & Brooks
percaya bahwa pendekatan pembelajaran berbasis budaya dapat memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk menciptakan makna dan mencapai
pemahaman terpadu atas informasi keilmuan yang diperolehnya, serta penerapan
informasi keilmuan tersebut dalam konteks permasalahan komunitas budayanya
(Suetarno:2004). Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah tersebut, maka
tulisan sederhana ini akan membahas tentang kebudayaan sebagai landasan
pendidikan di indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa kaitan antara kebudayaan dengan pendidikan?
1.2.2 Bagaimana kebudayaan sebagai landasan pendidikan?
1.3 Tujuan Masalah
1.3.1 Untuk Mengetahui antara kebudayaan dengan pendidikan
1.3.2 Untuk Mengetahui kebudayaan sebagai landasan pendidikan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hubungan antara budaya dengan pendidikan
Budaya yang ada di Indonesia sangat berpengaruh pada perkembangan zaman dan
zaman dan berubahnya kondisi alam yang ada di Indonesia. Ki Hajar Dewantara
membuktikan kemakmuran & kejayan hidup masyarakat hidup dalam menghadapi atau
menghadapi kesulitan dalam mencapai kemakmuran, kebahagiaan, dan keselamatan
dalam kehidupan (Pradnyana, 2015). Kebudayaan masyarakat Indonesia majemuk, maka
kehudayaan bangsa Indonesia lebih tepat disebut kebudayaan Nusantara. Puncak-puncak
kebudayaan Nusantara itulah yang diterima secara nasional dan disebut sebagai
kebudayaan Nasional.
Hubungan pendidikan dan budaya tidak ada kata kunci, maksudnya adalah pendidikan
adalah akulturasi (pembudayaan), instusionalisasi, transfer, imparting, explain, justity,
dan directing. Budaya dan pendidikan memiliki hubungan yang erat. Tanpa adanya
proses pendidikan, maka budaya tidak akan berkembang dan dikenal oleh masyarakat
luas. Dalam Antropologi, pendidikan merupakan sistem informasi bagi kebudayaan
dalam penyampaian dari generasi ke generasi (Sumaatmadja, 2002). Pendidikan
merupakan sebuah proses kebudayaan. Maksudnya adalah pendidikan dan kebudayaan
memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan atau saling berkaitan. Ketia kita
berbicara tentang pendidikan, maka kebudayaan juga dikut di dalamnya. Tidak ada
namanya kebudayaan tanpa pendidikan dan begitupula sebaliknya (Tiluar, 2000). 73
Sumaatmadja (2002: 40) menyatakan bahwa hubungan antara pendidikan dan
kebudayaan paling tidak terdapat kata-kata kunci, yaitu pendidikan merupakan akulturasi
(pembudayaan), institusionalisasi, transfer, imparting (memberikan, menggambarkan),
explain, justity, dan directing (mengarahkan). Pendidikan dan kebudayaan memiliki
keterkaitan yang sangat kuat. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan kebudayaan.
Tanpa proses pendidikan tidak mungkin kebudayaan itu berlangsung dan berkembang.
Proses pendidikan tidak lebih dari sebagai proses transmisi kebudayaan. Dalam perspektif
Antropologi, pendidikan merupakan transformasi sistem sosial budaya dari satu generasi
ke generasi lainnya dalam suatu masyarakat. Tilaar (2000: 56) menjelaskan bahwa
pendidikan merupakan proses pembudayaan. Dengan kata lain, pendidikan dan
kebudayaan memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Ketika berbicara tentang
pendidikan, maka kebudayaan pun ikut serta di dalamnya. Tidak ada kebudayaan tanpa
pendidikan dan begitu pula praksis pendidikan selalu berada di dalam lingkup
kebudayaan.
Dalam pengembangan suatu kurikulum selain faktor budaya, salah satu faktor yang
tidak bisa dilupakan adalah anak didik. Dalam pendidikan atau pengajaran, yang belajar
adalah anak. Pendidikan atau pengajaran bukan memberikan sesuatu pada anak,
melainkan menumbuhkan potensi-potensi yang telah ada pada anak. Anak menjadi
sumber kegiatan pengajaran, ia menjadi sumber kurikulum. Ada tiga pendekatan
terhadap anak sebagai sumber kurikulum, yaitu kebutuhan siswa, perkembangan siswa,

2
serta minat siswa. Jadi, ada pengembangan kurikulum bertolak dari kebutuhan-kebutuhan
siswa, tingkat- tingkat perkembangan siswa, serta hal-hal yang diminati siswa.
Kebudayaan selalu terkait dengan pendidikan, utamanya belajar. Kebudayaan
dalam arti luas dapat berwujud: 1) Ideal seperti ide, gagasan, nilai dan sebagainya; 2)
Kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan 3) Fisik yakni benda hasil karya
manusia. Baik budaya yang berwujud ideal, kelakuan, dan teknologi, dapat diwujudkan
melalui proses pendidikan. Contoh dalam penggunaan bahasa, setiap masyarakat dapat
dikatakan mengajarkan anak-anak mengatakan sesuatu, kapan hal itu dapat dikatakan
bagaimana mengatakannya dan kepada siapa mengatakannya. Oleh sebab itu, anak-anak
harus diajarkan pola-pola tingkah laku yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku di
masyarakat,
2.2 kebudayaan sebagai landasan pendidikan
A. Kebudayaan
Pengertian Kebudayaan sebagai dasar pendidikan. Dalam bahasa Sansekerta
dikenal dengan nama huddhayah yang makna budi dan daya, atau hal-hal yang berkaitan
dengan akal dan karya. Menurut Edwar B. Tailor kebudayaan adalah suatu keseluruhan
yang kompleks yang mencakup pengetahuan, keyakinan, kesenian, moral, hukum, adat-
istiadat dan segala kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Berlainan dengan Edwar, kebudayaan adaiah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan
milik diri manusia dengan belajar (Koentjoroningrat, 1985).
Dalam pengertian pentingnya budaya menjadi asas atau dasar pendidikan. Setiap
bangsa memiliki corak dan ragam budayanya sendiri. Hal ini karena suatu bangsa
dengan bangsa lain memiliki karakter masing-masing. Begitujuga bangsa Indonesia yang
memiliki kebudayaan sendiri karena kebudayaan tersebut digali dari seluruh jiwa
kebangsaan masyarakatnya. Ki Hadjar Dewantara ini mengatakan bahwa kebudayaan
merupakan faktor yang maha penting untuk mendidik murid-murid menjadi patriot sejati
yang berkepribadian Indonesia.
Menggarisbawahi pentingnya budaya menjadi pendidikan adalah Raja Yogyakarta
Sri Sultan Hamengku Buwana X (2004) berpendapat bahwa, kebudayaan menentukan
pembentukan jati diri bangsa. Karena kita memiliki akar budaya yang kuat. Dengan
sifatnya yang dinamis, dimensi kebudayaan mampu mempertajam pemikiran, imajinasi
dan perilaku, sehingga menjadi sumber dinamika perubahan, kreativitas, pemerdekaan,
dan pembangkitan inovasi pendidikan.
Selanjutnya Ki Hadjar Dewantara berpandangan bahwa kebudayaan bangsa
adalah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budidaya rakyat Indonesia secara
keseluruhan. Kebudayaan lama dan asli yang terdapat di daerah-daerah di seluruh
Indonesia terhitung sebagai kebudayaan kekayaan bangsa. Ki Hadjar Dewantara
kebudayaan sebagai landasan atau dasar pendidikan yaitu kebudayaan itu terbuka dengan
tujuan usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab, mempertinggi
kebudayaan dan mempertinggi derajat kemanusiaan Indonesia.
Ada tiga hal yang dapat dijadikan pijakan untuk tetap tegaknya budaya bangsa di
tengah-tengah pergaulan budaya bangsa lain. Hal ketiga tersebut sangat penting bagi

3
bangsa Indonesia untuk mempertahankan budayanya sendiri tanpa harus terasing dengan
budaya lain. Pertama: Kontinuitet, yaitu bahwa garis hidup kita dijaman sekarang harus
merupakan kelanjutan, dari hidup di Kedua: zaman yang silam. Konvergensi, yaitu suatu
keharusan untuk menghindar hidup menyendiri dan menuju ke arah pertemuan dengan
hidupnya bangsa-bangsa lain sedunia. Ketiga: Konsentrisitet, yaitu setelah bersama-sama
dengan bangsa lain sedunia jangan lupa kita dengan kepribadian kita sendir
B. Pendidikan
Pendidikan adalah tanggung jawab setiap anggota masyarakat, bangsa dan negara
dalam pembentukan generasi baru sebagai kehidupan untuk menjadikan manusia yang
lebih baik. Ada tiga sifat penting dari pendidikan, yaitu
a. Pendidikan mengundung nilai yang memberikan pertimbangan nilai,
b. Pendidikan diarahkan pada kehidupan dalam masyarakat,
c. Pelaksanaan pendlidikan digunakan dan didukung oleh lingkungan masyarakat
(Sukmadita, 2006).
Pendidikan juga sebagai sosialisasi, yaitu sosialisasi nilai, pengetahuan, sikap, dan
keterampilan (Gunawan, 2000).
Berbicara masalah landasan pendidikan, landasan Pendidikan diperlukan dalam dunia
pendidikan khususnya di negara kita Indonesia, agar pendidikan yang sedang berlangsung
dinegara kita ini mempunyai pondasi atau pijakan yang sangat kuat karena pendidikan di
setiap negara tidak sama. Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus
menerus dari generasi ke generasi. Upaya memanusiakan mannusia melalui pendidikan
diselenggarakan sesuai dengan pandangan hidup sosial budaya setiap masyarakat.
Pemahaman tentang landasan pendidiakan sangat penting untuk digunakan dalam
mengambil keputusan dan tindakan yang tepat dalam pendididkan. Hal ini penting
karena hasil pendidikan tidak segera nampak sehingga setiap keputusan dan tindakan
yang dilakukan dalam pendidikan harus diuji kebenarannya
Pada hakikatnya pendidikan merupakan tanggung jawab setiap anggota masyarakat,
bangsa, dan negara dalam rangka pembentukan generasi baru untuk kelangsungan umat
manusia yang lebih baik. Sukmadinata (2006: 58-59) menjelaskan bahwa terdapat tiga
sifat penting dari pendidikan, yakni pendidikan mengandung nilai dan memberikan
pertimbangan nilai, pendidikan diarahkan pada kehidupan dalam masyarakat,
pelaksanaan pendidikan dipengaruhi dan didukungoleh lingkungan masyarakat.
Kemudian Gunawan (2000: 54-55) menyatakan bahwa pendidikan dapat diartikan
sebagai proses sosialisasi, yaitu sosialisasi nilai, pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Tujuan pendidikan nasional kita yang berasal dari berbagai akar budaya bangsa
indonesia terdapat di dalam UU Sistem Pendidikan Nasional, yaitu UU No. 20 Tahun
2013. Dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2013 tersebut dikatakan pendidikan nasional
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung
jawab
Filsafat pendidikan yang bersifat perenialisme yang berpusat pada pelestarian dan
pengembangan budaya dan sifat pendidikan yang progresif yang berpusat pada
pengembangan subjek didik perlu disempurnakan. Filsafat pendidikan yang bersifat
perenialisme dan progresif yang melihat subjek didik sebagai bagian dari warga dunia,
dan mengigatkan dengan sungguh-sungguh agar warga negara tidak didikte oleh
perubahan tetapi mampu bertindak sebagai bangsa yang mampu memberi alternatif.
4
Dengan dasar hal tersebut maka misi pendidikan nasional dalam hai ini diterjemahkan
sebagai rekonstruksi sosial.
Sukardjo (2013:13), menyatakn pembahasan tujuan pendidikan merupakan sesuatu
yang penting, mengingat perjalanan setiap institusi yang memiliki visi yang jelas selalu
dimulai dari tujuan. Demikian pula pendidikan yang kini menjadi harapan mengarahkan
pada kehidupan yang lebih baik hendaknya selalu berangkt dari tujuan yang akan dicapai.
Apabila tujuan yang akan dicapai sudah jelas, maka langkah selanjutnya dapat diteruskan
dengan memikirkan perangkat-perangkat lain yang mendukung pencapaian tujuan secra
efektif dan efisien. Penerjemahan pentingnya kejelasan tujuan, sehingga memudahkan
penyiapan perangkat lain dapat dipahami.
Dari penjelasan diatas mengenai tujuan dari suatu proses pendidikan adalah untuk
mengarahkan pada kehidupan yang lebih baik, untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai
dalam proses pendidikan maka diperlukan alat pendukung, alat pendukung dalam hal ini
adalah kurikulum pembelajaran sebagi suatu landasan di dalam proses pembelajaran
disetiap sekolah. Kurikulum dalam pengertian rencana belajar bersamaan arti dengan
pengajaran. Artinya, kurikulum itu banyak berkaitan dengan rencana dan cita-cita yang
ingin dicapai, sedangkan pengajaran terletak pada perwujudan atau pelaksanaan rencana
itu dalam kegiatan belajar-mengajar. Nur Ahid 2006: 19), kurikulum adalah semua
pengalaman, kegiatan, dan pengetahuan murid di bawah bimbingan dan tanggung jawab
sekolah atau guru. Pengertian kurikulum ini memberikan implikasi pada program sekolah
bahwa semua kegiatan yang dilakukan murid dapat memberikan pengalaman belajar.
Kegiatan-kegiatan tersebut dapat meliputi kegiatan di dalam kelas. Misalnya, kegiatan
dalam mengikuti proses belajar mengajar (tatap muka), praktek keterampilan, dan
sejenisnya, atau kegiatan di luar kelas, seperti kegiatan pramuka, wisata karya, kunjungan
ke tempattempat wisata/sejarah, peringatan hari-hari besar nasional dan keagamaan, dan
sejenisnya.
Kebudayaan Nasional sebagai landasan sistem pendidikan Nasional. pendidikan yang
berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia. Karena kebudayaan masyarakat Indonesia
majemuk maka kebudayaan bangsa Indonesia lebih tepat disebut kebudayaan nusantara.
Puncak-puncak kebudayaan Nusantara itulah yang diterima secara nasional disebut
kebudayaan nasional. Salah satu upaya penyesuaian pendidikan jalur sekolah dengan
Keragaman latar belakang social di Indonesia adalah dengan menerapkan muatan lokal
budaya dalam kurikulum sekolah. Pelestarian dan pengembangan kekayaan yang unik
dari setiap daerah itu melalui upaya pendidikan sebagai wujud dari kebhinekaan
masyarakat dan bangsa Indonesia.
Beberapa tahun terakhir, semakin kuat pendapat bahwa pendidikan harus diupayakan
agar lebih menjamin adanya keterikatan antara peserta didik dengan lingkungannya,
Sebagai contoh, muatan lokal dalam kurikulum tidak hanya memantau minat dan
kemahiran yang ada di daerah tertentu tapi juga serentak memperbaiki/meningkatkan
perkembangan iptek dan kebutuhan masyarakat. sesuai dengan perkembangan iptek dan
kebutuhan masyarakat.
Kurikulum sebagai suatu landasan di dalam proses pembelajaran disekolah yang
berisikan rencana yang ingin dicapai dalam proses belajar mengajar, jika dihubungkan
dengan tujuan pendidikan sesuai dengan Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 yaitu pendidikan
nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta
bertanggung jawab, dan mengacu pada filsafat pendidikan yang bersifat perenialisme
5
yang berpusat pada pelestarian dan pengembangan budaya. Dalam pengembangan
selanjutnya, sumber ini menjadi luas meliputi semua unsur kebudayaan. Manusia adalah
makhluk yang berbudaya, hidup dalam lingkungan budaya, dan turut menciptakan
budaya. Untuk dapat hidup dalam lingkungan budaya, ia harus mempelajari budaya,
maka budaya menjadi sumber utama isi kurikulum. Budaya ini mencakup semua disiplin
ilmu yang telah ditemukan dan dikembangkan para pakar, nilai- nilai adat-istiadat,
perilaku, benda-benda, dan lain-lain.

6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa UU Sisdiknas No.20
tahun 2003 mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara sesuai dengan standar nasional
pendidikan indonesia. Kurikulum sebagai alat bantu yang digunakan sebagai suatu
landasan di dalam dunia pendidikan perlu dikembangkan dengan memperhatikan unsur-
unsur budaya indonesia untuk menghasilkan output yang berwawasan budaya yang
mencerminkan budaya indonesia pada umumnya danbudaya dari masing-masing daerah
di indonesia pada khususnya karena pendidikan dan kebudayaan memiliki keterkaitan
yang sangat erat yang tidak bisa dipisahkan. Tanpa proses pendidikan tidak mungkin
kebudayaan itu berlangsung dan berkembang. Proses pendidikan tidak lebih dari sebagai
proses transmisi
3.2 Saran
Dalam proses pendidikan budaya dapat di kaitkan Ketika proses belajar mengajar,
dan pengembangan kurikulum sebaiknya tetap memperhatikan unsur-unsur budaya agar
budaya lokal tetap dapat diajarkan disetiap sekolah untuk memperkenalkan budaya-
budaya yang dimiliki daerah tempat asal siswa tersebut belajar maupun budaya dari
masing-masing daerah di indonesia terutama bahasa daerah dari tempat asal siswa
tersebut.

7
DAFTAR PUSTAKA

Daryono, Firmansyah M Bayu. 2021. Landasan Pendidikan. Pasuruan Indonesia:


Lembaga akademic & Research Institutie
Haryati. 2019. Pemikiran Pendidikan Ki Hadjar D ewantara. Kab. Ponogoro: Uwais
Inspirasi Indonesia
Saondi, Ondi. 2015. Konsep-konsep Dasar Menjadi Sekolah Unggul. Yogyakarta:
Deepublish
Sumaatmadja, Nursid. 2002. Pendidikan Pemanusiaan Manusia Manusiawi
Bandung: Alfabeta

Tilaar, H.A.R. 2000. Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia.


Bandung: Rosdakarya.

8
9
1
2

Anda mungkin juga menyukai